• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian utara dan timur Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Bintan. Lokasi penelitian meliputi empat desa, yaitu desa Malang Rapat, Teluk Bakau, termasuk kedalam kecamatan Gunung Kijang dan Desa Pengudang dan Berakit termasuk kedalam kecamatan Teluk Sebong.

Pengambilan dilakukan pada bulan September – Desember 2014. 4.3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuesioner, alat tulis, GPS, kamera, alat perekam dan laptop.

4.3.3. Pengumpulan Data

Untuk mengetahui jasa ekosistem lamun informasi penggunaan jasa yang sebenarnya diperlukan. Data primer diambil melalui kuesioner, wawancara dan observasi lapangan. Jumlah responden adalah 65 orang, mereka adalah nelayan tradisional yang tinggal di desa Teluk Bakau, Malang Rapat, Berakit dan Pengudang. Data sekunder dikumpulkan dari Kantor Desa, BPS, P2O LIPI dan sumber terkait lainnya.

4.3.4. Analisis Data

Untuk mengetahui jasa ekosistem lamun digunakan pendekatan matriks jasa ekosistem yang diadopsi dari Burkhard et al. (2012). Mereka melakukan penelitian jasa ekosistem di daratan Jerman dan dalam skala regional. Penelitian mereka tersebut dilakukan di terestrial yang memiliki dua dimensi, yaitu panjang dan lebar sehingga dapat lebih mudah dipetakan secara spasial. Berbeda dengan penelitian ini yang dilakukan di ekosistem lamun, memiliki tiga dimensi, yaitu panjang, lebar dan tinggi. Oleh karena itu, pemetaan secara spasial belum dapat dilakukan dan hal tersebut menjadi kekurangan dalam penelitian ini.

Ada tiga tahap yang dilakukan, yaitu identifikasi tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun, identifikasi jasa ekosistem lamun dan penilaian jasa ekosistem lamun.

4.3.4.1. Identifikasi Tipe Habitat dan Morfologi Ekosistem Lamun

Identifikasi habitat diperlukan untuk mengetahui tipe tutupan lahan. Burkhard et al. (2012) menggunakan satellite-based CORINE dari Uni Eropa untuk mengetahui tutupan lahan daratan dan dibedakan ke dalam 44 tipe. Dalam penelitian ini tipe tutupan lahan dibedakan menjadi dua, yaitu tipe habitat (5 tipe) dan morfologi dasar perairan (6 tipe) di ekosistem lamun yang mengadopsi tutupan lahan area terumbu karang (Suyarso 2011). Istilah-istilah yang dipakai dalam tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun adalah sebagai berikut:

Lumpur: substrat yang lebih didominasi oleh lumpur. Pasir: substrat yang lebih didominasi oleh pasir.

Rubble: pecahan karang mati, biasanya berasosiasi dengan makroalgae dan lamun.

Karang: karang hidup, biasanya berasosiasi dengan lamun dan makroalgae. Lamun: daerah yang dipadati oleh lamun, baik monospesies maupun multispesies.

Pantai: batas antara daratan dan lautan.

Cekungan (small lagoon): cekungan yang masih tergenang air pada saat surut. Karang mati: daerah dengan substrat dasar berupa karang mati, biasanya muncul pada saat air surut. Umumnya merupakan hamparan yang ditumbuhi oleh algae atau lamun.

Kaloran (channel): merupakan daerah yang lebih dalam dari sekitarnya, memotong reef crest dan berhubungan dengan reef slope.

Gundukan pasir (sand dune): timbunan pasir. Reef crest: batas antara reef flat dan reef slope. 4.3.4.2. Identifikasi Jasa Ekosistem Lamun

Identifikasi jasa ekosistem lamun bertujuan untuk mendapatkan pemetaan komponen integritas ekologis, jasa pengaturan, jasa persediaan dan jasa budaya. Informasi yang dihimpun para peneliti sebelumnya diperoleh enam parameter integritas ekologis, enam parameter jasa pengaturan, delapan parameter jasa persediaan dan dua parameter jasa budaya (Hemminga dan Duarte 2000; Verweij et al. 2008; Unsworth et al. 2012; Kiswara 2009; Adrianto dan Kusumastanto 2013; Torre-Castro dan Ronnback 2004; Anonim 2009a). Masing-masing komponen dijelaskan sebagai berikut:

Integritas ekologis (ecological integrity/supporting services)

Yang dimaksud integritas ekologis adalah semua jasa yang berhubungan dengan proses ekologis yang berjalan dalam ekosistem lamun. Penulis lain menyebutkan integritas ekologis sebagai supporting services (MEA 2005) dan habitat services (TEEB 2010). Integritas ekologis merupakan jasa yang tidak langsung diberikan kepada manusia. Informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber menyebutkan bahwa ekosistem lamun merupakan daerah asuhan (nursery ground) dan tempat mencari makan (feeding ground) bagi biota yang hidup di dalamnya. Selain sebagai daerah asuhan dan tempat mencari makan, ekosistem lamun juga merupakan tempat pemijahan biota (spawning) dan pembesaran anak (rearing), tempat berlindung biota, pemasok nutrisi, tempat hidup hewan langka

(dugong, siput Lola, kima, kuda laut) serta kaya akan keanekaragaman spesies biota.

Jasa pengaturan (regulating services)

Jasa pengaturan merupakan jasa yang diperoleh dari ekosistem lamun yang berperan dalam mengatur proses yang ada di dalam dan di luar ekosistem lamun. Jasa ini merupakan jasa yang tidak langsung diberikan kepada manusia. Ada enam jasa pengaturan ekosistem lamun yang teridentifikasi, yaitu pelindung pantai, pemerangkap sedimen, penstabil pH air laut, peredam arus, penjaga kejernihan air serta penstabil substrat.

Jasa persediaan (provisioning services)

Jasa persediaan merupakan jasa yang diberikan langsung oleh ekosistem lamun kepada manusia. Ada delapan jasa persediaan, yaitu sumber ikan ekonomis, sumber invetebrata, sumber ikan hias, sumber benih, obat, pupuk, atap rumah serta bioprospecting.

Jasa budaya (cultural services)

Jasa budaya merupakan jasa yang langsung diberikan kepada manusia, misalnya kegiatan wisata di ekosistem lamun. Demikian pula biota yang memiliki nilai intrinsik, yaitu biota yang memiliki keunikan tersendiri seperti dugong, penyu, kuda laut, kerang-kerangan bisa dijadikan sebagai objek wisata.

4.3.4.3. Penilaian

Sumbu x dan sumbu y dipetakan dalam bentuk matriks (Tabel 4.1). Identifikasi tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun menjadi sumbu x, sedangkan jasa ekosistem lamun menjadi sumbu y. Setelah matriks terbentuk, langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian terhadap tiga matriks. Pertama, matriks kapasitas (supply) dengan kisaran nilai 0-3. Nilai nol berarti tidak ada hubungan kapasitas antara tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun (sumbu x) dengan jasa ekosistem (sumbu y); nilai 1 berarti hubungan kapasitas lemah; nilai 2 berarti hubungan kapasitas sedang dan nilai 3 berarti hubungan kapasitas kuat.

Pemberian nilai pada matriks kapasitas didasarkan pada publikasi terdahulu terkait dengan ekosistem lamun, digabungkan dengan pengamatan penulis dan informasi yang diperoleh dari lapangan. Nilai matriks kapasitas dikelompokkan sebagai berikut:

Nilai 0 = Kapasitas jasa ekosistem lamun dengan tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun tidak ada hubungan

Nilai 1 = Kapasitas jasa ekosistem lamun dengan tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun menunjukkan hubungan yang lemah

Nilai 2 = Kapasitas jasa ekosistem lamun dengan tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun menunjukkan hubungan yang sedang.

Nilai 3 = Kapasitas jasa ekosistem lamun dengan tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun menunjukkan hubungan yang kuat

Tabel 4.1. Contoh matriks kapasitas

Jasa Ekosistem Lamun

Habitat Morfologi H1 H2 ……. Hn M1 M2 ….. Mn ∑Integritas Ekologi IE1 ……….. IEn ∑Jasa Pengaturan RSK1 ……….. RSKn ∑Jasa Persediaan PSK1 ……… PSKn ∑Jasa budaya CSK1 ………. CSKn

Kedua, matriks permintaan (demand) dengan nilai 0-3. Pada matriks permintaan pemberian nilai didasarkan pada hasil kuesioner dari 65 responden. Jawaban responden dikelompokkan, kemudian dihitung nilai persentasenya. Selanjutnya, nilai persentase dikategorikan ke dalam tiga kelas dengan bantuan software excel. Nilai keempat kategori tersebut adalah sebagai berikut:

Nilai 0 = nilai < 1.38, tidak ada hubungan permintaan antara tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun dengan jasa ekosistem.

Nilai 1 = kisaran nilai 1.38-10.8, hubungan permintaan antara tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun dengan jasa ekosistem rendah

Nilai 2 = kisaran nilai 10.81-20.2, hubungan permintaan antara tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun dengan jasa ekosistem sedang Nilai 3 = kisaran nilai 20.21-30, hubungan permintaan antara tipe habitat dan

morfologi ekosistem lamun dengan jasa ekosistem tinggi

Ketiga, matriks ketersediaan (budget) dengan kisaran nilai -3 sampai 3. Nilai matriks ini diperoleh dari hasil pengurangan antara matriks kapasitas (supply) dengan matriks permintaan (demand). Nilai negatif mengartikan bahwa permintaan melebihi persediaan (demand > supply), sebaliknya nilai positif mengartikan bahwa persediaan melebihi permintaan (supply > demand). Contoh matriks demand dan badget diperlihatkan dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Contoh matriks demand dan budget

Jasa Ekosistem Lamun Habitat Morfologi

H1 H2 ……. Hn M1 M2 ….. Mn ∑Jasa Pengaturan JPD1 ……….. JPDn ∑Jasa Persediaan PSD1 ……… PSn ∑Jasa budaya CSD1 ………. CSDn

4.4. Hasil dan Bahasan

4.4.1. Persepsi nelayan tradisional tentang ekosistem lamun

Hasil kuesioner mengenai manfaat ekosistem lamun menunjukkan bahwa nelayan tradisional di lokasi penelitian telah menyadari bahwa ekosistem tersebut memberikan manfaat bagi kehidupan mereka. Gambar 4.1. memperlihatkan bahwa 97% jawaban merupakan integritas ekologis (tempat ikan bertelur, tempat berlindung anak ikan, tempat berkembang biak ikan, tempat ikan mencari makan, tempat hidup biota, tempat berkembang biak biota) dan hanya 3% yang merupakan jawaban mengenai jasa pengaturan (melihat arah arus, menahan ombak, menjernihkan air).

Gambar 4.1. Persepsi nelayan tradisional tentang ekosistem lamun

Tingginya pemahaman mereka tentang fungsi manfaat lamun mungkin disebabkan oleh adanya Program Trismades (Trikora Seagrass Management Demonstration Site), yang dilaksanakan pada tahun 2007-2010. Trismades

merupakan program pengelolaan lamun berbasis masyarakat pertama di Indonesia. Program ini mendemontrasikan pengelolaan terpadu padang lamun dan habitat terkait lainnya untuk mencegah degradasi ekosistem di kemudian hari dan memungkinkan pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya pesisir Bintan Timur. Salah satu kegiatan dari Trismades adalah penyadaran masyarakat tentang fungsi dan manfaat padang lamun sehingga pemahaman masyarakat tentang pentingnya padang lamun untuk kehidupan mereka diketahui. Trismades didanai dari hibah Global Environment Facility (GEF) dan dikelola bersama oleh Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI (P2O-LIPI) dan Pemerintah Kabupaten Bintan yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bintan.

Hasil wawancara mengenai kondisi ekosisem lamun dilokasi penelitian ditampilkan pada Gambar 4.2. Gambar tersebut menunjukkan bahwa 25% rensponden menyatakan kondisi lamun di keempat desa relatif sama sejak 5 tahun terakhir, 15% menyatakan kondisinya berkurang dan 15% kondisinya bertambah Responden di Desa Pengudang dan Malang Rapat mengatakan bahwa kondisi lamun di desa mereka bertambah luasnya, sementara responden di desa Teluk Bakau dan Berakit mengatakan bahwa kondisi lamun cenderung berkurang.

Gambar 4.2. Persepsi nelayan tentang kondisi ekosistem lamun

Walaupun penulis tidak mengukur pertambahan dan pengurangan luasan lamun hal tersebut dijelaskan dari hasil pengamatan di lapangan sebagai berikut:

Desa Kondisi lamun Penyebab

Teluk Bakau Berkurang Jumlah resort relatif lebih banyak

dibandingkan dengan ketiga desa lainnya, tentunya pembangunan awal dari resort mempengaruhi ekosistem lamun

Malang Rapat Bertambah Nelayan setempat lebih banyak merupakan

nelayan kelong yang tidak mengekploitasi sumber daya ekosistem lamun

Berakit Berkurang Pembangunan dermaga feri untuk jalur

internasional

Pengudang Bertambah Pertambahan nutrisi dari Sungai Sumpat dan

4.4.2. Identifikasi Jasa Ekosistem Lamun

Hasil pemetaan jasa ekosistem lamun diperoleh dari data sekunder dan hasil kuesioner, wawancara serta observasi di lapangan. Hasil kuesioner, wawancara dan observasi diketahui 24 jenis jawaban tentang ekosistem lamun, enam dapat dikelompokkan kedalam integritas ekologis, dua jasa pengaturan, satu termasuk kedalam jasa penyediaan dan 16 merupakan penggunaan lahan ekosistem lamun (Tabel 4.3).

Tabel 4.3. Komponen jasa ekosistem lamun dari berbagai sumber Ecosystem sevices References Ecosystem sevices References Integritas ekologis Jasa Pengaturan

Nursery dan feeding ground 1, 2, 16 Pelindung pantai 1, 4, 8 Pemijahan dan pembesaran biota 1, 2 Pemerangkap sedimen 1, 4 Tempat berlindung biota 1, 2 Mempertahankan pH air laut 1, 3

Pemasok nutrisi 1, 2 Peredam arus 1, 4, 8, 17

Tempat hidup hewan langka 1, 2 Menjaga kejernihan air 1, 4, 17 Kaya keanekaragaman spesies

biota

1, 2, 4, 9, 10, 16 Penstabil substrat 1, 4

Jasa Persediaan

Sumber ikan 4, 6, 9 Tempat mencari rajungan 17, 6

Sumber invetebrata 4, 6, 10 Tempat mencari kuda laut 17

Sumber ikan hias 1 Tempat meletakkan bubu 17, 6, 7

Sumber benih 4, 6 Tempat meletakkan bubu ketam 17, 6, 7

Obat 6, 14, 15 Tempat meletakkan jaring 17, 6, 7

Pupuk 6, 11, 12, 13 Tempat meletakkan jaring ketam 17, 6, 7 Atap rumah/konstruksi 6, Tempat meletakkan kelong karang 17, 6, 7 Bioprospekting 6, 14, 15 Tempat meletakkan empang 17, 6, 7

Melihat arus 17 Tempat mencari umpan 17, 6, 7

Tempat mencari ikan 17, 6 Tempat mencari rengkam 17 Tempat mencari kerang 17, 6 Tempat berlabuh kapal 17

Tempat mencari teripang 17, 6 Tempat dermaga 17

Alur Kapal 17

Jasa Budaya

Rekreasi 5

Nilai intrinsik dari biodiversitas 5

1)Unsworth et al. 2007b; 2)Verweij et al. 2008; 3)Unsworth et al. 2012; 4)Kiswara 2009; 5)Burkhard et al

2012; 6)Torre-Castro dan Ronnback 2004; 7)Torre-Castro et al. 2014; 8) Manca et al. 2012; 9) Periswadi 2008; 10) Arbi 2010; 11) Lei dan Khin 2008; 12) Sridar dan Rengasamy 2008; 13) Khumar, et al. 2012; 14) Rajendran et.al. 2013; 15) Basha dan Muthukumar 2014; 16) Hemminga dan Duarte 2000; 17) Hasil Penelitian 2014.

4.4.3. Matriks Jasa Ekosistem Lamun

Kajian keterkaitan antara tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun di Kabupaten Bintan dengan jasa ekosistem diperoleh dengan memadukan sumbu-x (tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun) dengan sumbu-y (jasa ekosistem lamun) kedalam tiga matriks, yaitu matriks kapasitas sumberdaya (supply), matriks permintaan sumberdaya (demand) dan matriks ketersediaan (budget). Sumbu-x adalah tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun diperoleh dari modifikasi Suyarso (2011) serta observasi lapangan. Sumbu-y adalah jasa ekosistem lamun (integritas ekologis, jasa pengaturan, jasa persediaan dan jasa budaya) yang diperoleh dari hasil kuesioner, wawancara, observasi serta studi pustaka.

Matriks kapasitas (supply)

Hasil penilaian matriks kapasitas diperlihatkan dalam Tabel 4.4. Matriks kapasitas merefleksikan hubungan antara tipe habitat dan morfologi ekosistem

lamun dengan jasa kapasitas (supply) ekosistem lamun yang ada. Sebagai contoh, tipe habitat berupa lamun merupakan nursery ground dan feeding ground bagi biota yang hidup di dalam ekosistem lamun (Hemminga dan Duarte, 2000). Oleh karena itu, penulis memberikan nilai 3 (tiga), yang artinya bahwa tipe habitat lamun mempunyai hubungan kapasitas yang kuat dengan nursery ground dan feeding ground biota. Sebaliknya, informasi mengenai hubungan antara tipe habitat lumpur dan pasir dengan nursery ground dan feeding ground, belum dijumpai, oleh karena itu diberikan nilai 0 (nol) pada hubungan ini, artinya tidak ada hubungan kapasitas antara keduanya.

Tabel 4.4. Matriks supply jasa ekosistem lamun di lokasi penelitian

Jasa Ekosistem

Tipe Habitat Morfologi

Lu m p u r P asi r Ru b b le K ar an g La mu n P an ta i C ek u n g an K ar an g m at i K al o ra n G u n d u k an p as ir Re ef c re st ∑Integritas Ekologi 1 1 5 6 17 0 0 0 0 0 0

nursery dan feeding ground 0 0 3 3 3 0 0 0 0 0 0

tempat pemijahan dan mebesarkan anak 0 0 2 3 3 0 0 0 0 0 0

pemasok nutrisi 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0

tempat berlindung biota 0 0 2 2 3 0 0 0 0 0 0

hewan langka 0 0 3 0 3 0 0 0 0 0 0

biodiversitas 1 1 1 2 3 0 0 0 0 0 0

∑Jasa Pengaturan 0 0 0 0 18 0 0 0 0 0 3

pelindung pantai 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 3

mempertahankan pH air laut 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0

menjaga kejernihan air 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0

penstabil substrat 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0

Melihat arah arus 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0

peredam arus 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0

∑Jasa Persediaan 3 12 29 18 24 6 0 0 3 0 3

sumber ikan 0 1 1 3 3 0 1 0 0 0 0

sumber invertebrata 3 3 3 3 3 0 0 0 0 0 0

sumber ikan hias 0 0 2 3 0 0 0 0 0 0 0

obat 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0

pupuk 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0

bioprospecting 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0

konstruksi/atap rumah 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0

sumber benih 0 0 0 2 3 0 0 0 0 0 0

Tempat meletakkan bubu ikan 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0

Tempat meletakkan bubu ketam 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0

Tempat memasang jaring ikan 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0

Tempat memasang jaring ketam 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0

Tempat memasang kelong karang 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0

Tempang meletakkan empang 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0

Tempat memancing 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1

Tempat mencari moluska 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0

Tempat mencari teripang 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0

Tempat mencari kuda laut 0 0 3 0 3 0 0 0 0 0 0

Tempat mencari rengkam 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0

Jalur perahu 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0

Tempat menambat perahu 0 3 0 0 0 3 0 0 0 0 0

Tempat dermaga 0 3 0 0 0 3 0 0 0 0 0

∑Jasa budaya 0 0 0 0 3 3 0 0 0 0 0

rekreasi dan nilai estetika 0 1 1 1 1 3 0 0 0 0 0

Nilai intrinsik dari biodiversitas 0 0 0 0 3 3 0 0 0 0 0 Keterangan: 0 = tidak ada hubungan kapasitas; 1 = hubungan kapasitas rendah; 2 = hubungan kapasitas sedang; 3 = hubungan kapasitas kuat

Tipe habitat lamun memiliki hubungan kapasitas yang kuat dengan keanekaragaman biota serta keberadaan hewan langka. Malikusworo (1983) mencatat 165 spesies ikan yang termasuk kedalam 54 famili di padang lamun perairan Teluk Banten, sementara itu Periswadi (2008) mencatat 85 spesies ikan yang termasuk kedalam 48 famili di padang lamun Pulau Derawan Kalimantan Timur. Arbi (2010) mencatat ada 183 spesies moluska dari 53 famili di padang lamun Pulau Talise, Sulawesi Utara. Diketahui pula bahwa kuda laut (Hippocampus sp) merupakan hewan langka yang telah tercatat dalam Appendix II CITES (Convention on the International Trade in Endanged Species of Wild Fauna and Flora), hidup di hamparan lamun (Rosa et al. 2007; Anonim 2009b).

Secara umum, tipe habitat lamun dan integritas ekologis memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan tipe habitat lainnya. Artinya, hamparan lamun berkaitan erat dengan proses ekologi yang berjalan didalam ekosistem lamun. Sementara itu belum terlihat hubungan kapasitas antara morfologi ekosistem lamun dengan integritas ekologis.

Hubungan antara jasa pengaturan dengan tipe habitat memperlihatkan bahwa lamun memiliki nilai yang lebih tinggi dari tipe habitat lainnya. Hubungan yang kuat terlihat antara lamun sebagai pelindung pantai, mempertahankan pH air laut, pemerangkap sedimen dan peredam arus. Keadaan ini didukung oleh hasil penelitian Unsworth et al. (2012), yang menyatakan bahwa keberadaan lamun akan menaikkan pH sebesar 0,38 point dan menaikkan omega agaronite (unsur pembentuk kerangka kapur) sebesar 2,9 point. Selanjutnya, Manca et al. (2012) melakukan penelitian di laboratorium Canal Investigació i Experimentació Marķtima, Universitat Politecnica de Catalunya, Barcelona, Spanyol dengan menggunakan lamun buatan dari spesies Posidonia oceanica. Hasil penelitian menunjukkan bahwa P. oceanica dapat meredam gelombang sehingga dapat dijadikan sebagai pelindung pantai dari erosi. Dari sisi morfologi, hanya reef crest yang memikili keterkaitan kuat dengan jasa pengaturan, yaitu dalam fungsinya sebagai pelindung pantai.

Hubungan antara jasa persediaan dengan tipe habitat diperlihatkan dalam Tabel 4.4. Keterkaitan yang kuat terlihat pada tipe habitat rubble dengan perannya antara lain sebagai sumber invertebrata, pupuk, bioprospecting serta tempat mencari kuda laut. Sebagai sumber ikan, sumber invertebrata, beberapa publikasi pendukung dirangkum dalam Tabel 4.5. Hubungan yang kuat antara jasa persediaan dengan morfologi ekosistem lamun tampak pada reef crest sebagai tempat memancing. Pengamatan penulis, nelayan tanpa perahu menjadikan reef crest sebagai tempat pijakan mereka ketika melakukan aktifitas memancing. Habitat pasir dengan morfologi pasir berhubungan kuat sebagai tempat menambatkan perahu dan dermaga. Secara umum, tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun berhubungan sedang sampai kuat dengan jasa persediaan.

Dalam hubungan antara jasa budaya dengan tipe habitat, lamun memiliki hubungan kapasitas yang kuat dengan nilai intrinsik dari biodiversitas. Artinya, hamparan lamun memiliki potensi yang relatif besar untuk dikembangkan menjadi jasa budaya. Misalnya, pada musim Utara sering dijumpai dugong di Desa Berakit dan Pengudang. Demikian pula denga penyu, informasi nelayan mengatakan bahwa sering dijumpai penyu di habitat lamun. Dari sisi morfologi ekosistem lamun, hubungan yang kuat tampak antara pasir dengan rekreasi dan nilai estiteka. Diketahui bahwa panjang pantai di keempat desa lokasi penelitian adalah

50.140,47 meter dan menjadi tempat kegiatan wisata baik domestik, maupun mancanegara.

Tabel 4.5. Jumlah biota yang ada di beberapa ekosistem lamun

Lokasi ∑ Famili ∑ species ∑ spesies

economis

References Ikan

Teluk Banten 54 165 - Malikusworo (1983)

Kecamatan Wori, Sulut 34 75 57 Manik (2011)

Pulau Derawan, Kaltim 48 85 - Periswadi (2008)

Pulau Panjang, Kaltim 34 44 - Periswadi (2008)

Pulau Samama, Kaltim 27 39 - Periswadi (2008)

Pulau Galang Baru dan Pulau Combol, Kepri

23 37 - Fahmi dan Adrim

(2009)

Pesisir Bintan Timur 17 29 Hasil Penelitian

Moluska

Kepulauan Kei Kecil 40 103 72 Kusnadi et al., (2008)

Pulau Talise, Sulut 53 182 Arbi (2010)

Pesisir Bintan Timur - 4 4 Hasil Penelitian

Matriks Permintaan (demand)

Matriks permintaan merefleksikan hubungan antara jasa permintaan (demand) dengan tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun. Untuk menilai matriks permintaan digunakan data hasil kuesioner, hasil tangkapan nelayan, informasi mengenai tempat menangkap biota, tempat meletakkan alat tangkap dan dipadukan dengan hasil wawancara dengan tetua desa serta tokoh masyarakat. Hubungan antara jasa pengaturan dengan tipe habitat dan morfologi ekosistem lamun diperlihatkan pada Tabel 4.6. Tipe habitat lamun memiliki hubungan permintaan yang rendah dengan fungsinya sebagai menjaga kejernihan air, melihat arah arus serta peredam arus. Namun, ada yang menarik dalam hubungan ini, bahwa nelayan menggunakan lamun untuk menentukan waktu dan arah meletakkan jaring serta waktu pasang dan surut air laut.

Untuk jasa persediaan, hubungan permintaan yang tinggi dijumpai antara tipe habitat pasir, rubble, karang dan lamun antara lain sebagai sumber invertebrata, tempat meletakkan bubu ketam, tempat memasang jaring ikan dan tempat mencari moluska. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa 76% responden mengatakan bahwa ekosistem lamun merupakan sumber ikan dan sumber invertebrata, lebih lanjut dikatakan bahwa daerah cekungan (small lagoon) dan kaloran (channel) merupakan tempat ikan banyak dijumpai. Habitat pasir, rubble, karang dan lamun digunakan untuk meletakkan perangkap, seperti bubu ketam, kelong karang serta empang. Dari sisi morfologi, peletakkan bubu ketam dan jaring ikan umumnya dilakukan di daerah cekungan (small lagoon), sedangkan kelong karang dan empang ditempatkan di daerah karang mati. Reef crest merupakan salah satu bentuk morfologi ekosistem lamun, biasa digunakan nelayan untuk memancing, meletakkan jaring ikan, jaring ketam, bubu ketam dan bubu ikan. Aktivitas penggunaan alat tangkap tersebut cukup tinggi, terlihat dari jumlah tangkapan yang diperoleh. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan rata adalah sebesar 15 kg per orang per hari, rajungan

rata-rata 4 kg per orang per hari, sedangkan kerang-kerangan antara 11 kg per orang per hari. Data hasil tangkapan teripang tidak dapat diperoleh, namun menurut informasi setempat saat ini sulit untuk memperoleh spesies teripang ekonomis. Beberapa masyarakat di desa Malang Rapat mengumpulkan teripang untuk dibuat obat/minyak gosok

Tabel 4.6. Matriks demand jasa ekosistem lamun di lokasi penelitian

Jasa Ekosistem

Tipe Habitat Morfologi

Lu m p u r P asir Ru b b le Ka ra n g Lam u n p an tai Ce k u n g an Ka ra n g m ati Ka lo ra n Gu n d u k an p asir Ree f cre st Jasa Pengaturan ∑ 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 pelindung pantai 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

mempertahankan pH air laut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 menjaga kejernihan air* 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

penstabil substrat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Melihat arah arus 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

peredam arus 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

Jasa Persediaan ∑

sumber ikan 0 0 0 3 3 0 3 0 3 0 0

sumber invertebrata 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0

sumber ikan hias 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

obat 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

pupuk 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

bioprospecting 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

konstruksi/atap rumah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

sumber benih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tempat meletakkan bubu ikan 0 0 0 2 2 0 2 0 2 0 1 Tempat meletakkan bubu ketam 0 2 2 2 2 0 2 0 2 0 2 Tempat memasang jaring ikan 0 0 0 3 3 0 0 0 3 0 3 Tempat memasang jaring ketam 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 Tempat memasang kelong karang 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 Tempang meletakkan empang 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0

Tempat memancing 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 2

Tempat mencari kerang-kerangan 3 3 3 3 3 0 0 0 0 0 0 Tempat mencari teripang 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 Tempat mencari kuda laut 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 Tempat mencari rengkam 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

Jalur perahu 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0

Tempat menambat perahu 0 3 0 0 0 3 0 0 0 0 0

Tempat dermaga 0 3 0 0 0 3 0 0 0 0 0

Jasa budaya ∑

rekreasi dan nilai estetika 0 0 3 3 1 3 0 0 0 0 0 Nilai intrinsik dari biodiversitas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Keterangan; 0 = tidak ada permintaan; 1 = permintaan rendah; 2 = permintaan sedang; 3 = permintaan tinggi

Permintaan yang tinggi terlihat pada morfologi ekosistem lamun, yaitu pantai dengan tempat menambat perahu dan dermaga. Hal ini digambarkan dengan jumlah dermaga yang ada di keempat desa penelitian. Di desa Pengudang

Dokumen terkait