• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui ketentuan hukum yang mengatur perlindungan hak cipta terhadap aplikasi iOS berbayar dari apple.

2. Untuk mengetahui legalitas jailbreak dan ketentuan hukum terkait hak cipta terhadap metode jailbreak pada aplikasi iOS berbayar dari apple di Indonesia.

3. Untuk mengetahui Apakah pengaturan hukum hak cipta memberikan perlindungan hukum yang tegas terhadap aplikasi iOS berbayar dari Apple atas adanya metode jailbreak di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis, masing-masing sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis berupa sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum khususnya yang berkaitan dengan Hak Kekayaan Intelektual (untuk selanjutya disebut sebagai HKI), khususnya pada bidang hak cipta dan juga menjadi dasar bagi penelitian pada bidang yang sama serta memberikan pemahaman dan pandangan yang baru mengenai Hak Kekayaan Intelektual di bidang hak cipta.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan sumbangan pemikiran bagi masyarakat umum dan pihak-pihak terkait dengan Hak Kekayaan Intelektual khususnya masalah perlindungan hak cipta pada perangkat iOS Apple.

E. Keasliaan Penelitian

Berdasarkan informasi dan penelusuran kepustakaan yang dilakukan di lingkungan Universitas Sumatera Utara, khususnya di lingkungan Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa penelitian dengan judul:

“Perlindungan Hak Cipta Atas Adanya Metode Jailbreak Pada Aplikasi iOS Berbayar Dari Apple” ini belum pernah dilakukan dalam pendekatan dan perumusan masalah yang sama, walaupun ada beberapa topik yang mirip, namun jelas berbeda dengan penelitian ini.

Ada ditemukan penelitian sebelumnya tentang Hak Kekayaan Intelektual mengenai hak cipta, namun topik permasalahan dan bidang kajiannya berbeda dengan penelitian ini, penelitian tersebut antara lain:

1. Erwin Cahaya (037011024), Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan Judul “Penegakkan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta Atas Program Komputer di Indonesia”. Adapun permasalahan yang dibahas pada penelitian tersebut adalah:

a. Bagaimana Eksistensi Program Komputer Sebagai Karya Cipta Di Indonesia?

b. Bagaimana Jenis-Jenis Pelanggaran Hak Cipta Atas Program Komputer Di Indonesia?

c. Bagaimana Penegakkan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta Atas Program Komputer Di Indonesia?

Dengan demikian jelas bahwa penelitian ini adalah asli karena sesuai dengan asas-asas kilmuan yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara akademis.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Teori dipergunakan untuk menjelaskan fakta dan peristiwa hukum yang terjadi. Oleh karena itu, kegunaan teori hukum dalam penelitian adalah sebagai pisau analisis pembahasan tentang peristiwa atau fakta hukum yang diajukan

dalam masalah penelitian.40 Teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori kepastian hukum dan teori perlindungan hukum.

Dengan adanya kepastian hak bagi para pencipta maka pelanggaran hak cipta dapat dibatasi. Pelanggaran dengan metode jailbreak tersebut dipengaruhi beberapa faktor seperti rendahnya tingkat pemahaman masyarakat akan arti dan fungsi hak cipta, sikap dan keinginan untuk memperoleh keuntungan dagang dengan cara yang mudah, ditambah belum cukup terbinanya kesamaan pengertian sikap dan tindakan para aparat penegak hukum dalam menghadapi pelanggaran dengan metode jailbreak merupakan faktor yang perlu mendapat perhatian.

Undang-Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta tidak secara spesifik mengatakan dan mengatur tentang Jailbreak, namun harus mengartikan berbagai makna dari Kata dalam Undang - Undang tersebut. Pasal 52 UUHC adalah pasal yang mempunyai pengertian atau terdapat sangkut paut dengan Jailbreak, yaitu tentang Sarana Kontrol Teknologi, dimana maksud dari Jailbreak adalah menghilangkan limitasi, secara tidak langsung hal tersebut juga berarti menghilangkan perlindungan iOS, dalam pasal 52 Undang-Undang no.28 Tahun 2014 menyatakan bahwa setiap orang dilarang merusak, menghilangkan, memusnahkan, membuat tidak berfungsi suatu Sarana Kontrol Teknologi, dengan melakukan Jailbreak tentunya sudah melanggar pasal tersebut. Perlindungan Hak Cipta Atas Adanya Metode Jailbreak Pada Aplikasi iOS Berbayar Dari Apple tentunya tidak terlepas dari unsur perlindungan hukum, baik bagi pencipta, konsumen pemakai bahkan bagi distributor resmi atau non resmi Apple iDevice .

40Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Yogyakarta:Pustaka Belajar, 2010), hal.16.

Hal yang dipertimbangkan cukup relevan dengan penelitian dalam tesis ini dikarenakan tindakan jailbreak belum memiliki dasar peraturan hukum yang jelas dan harus mendapatkan kepastian hukum sebagai wujud dari cita-cita hukum serta perlindungan hukum baik secara preventif dan represi dan apakah perbuatan jailbreak legal atau ilegal di Indonesia dan untuk perlindungan hukum terhadap pencipta atau programmer software Apple iOS yang softwarenya dimodifikasi , dicuri atau dimiliki dengan cara jailbreak smartphone tersebut.

Teori Kepastian Hukum mengandung pengertian:41

a. Adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh dan perbuatan apa yang tidak boleh dilakukan.

b. Merupakan keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu.

Teori kepastian hukum merupakan salah satu penganut aliran positivisme yang lebih melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom atau hukum dalam bentuk peraturan tertulis. Artinya, karena hukum itu otonom, sehingga tujuan hukum sematamata untuk kepastian hukum dalam melegalkan kepastian hak dan kewajiban seseorang. Van Kant berpendapat bahwa tujuan hukum adalah menjaga setiap kepentingan manusia agar tidak diganggu dan terjamin kepastiannya.42 Dan membangun hukum itu bukan pekerjaan yang sederhana karena suatu peraturan

41 J. B Daliyo, Pengantar Ilmu Hukum Buku Panduan Mahasiswa, Prennahlindo, Jakarta, 2001, hal. 120

42 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006, hal. 74

perundang-undangan yang baik harus memenuhi syarat keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan secara seimbang.43

Teori yang digunakan sebagai alat untuk menganalisis dalam menjawab rumusan permasalahan yang ada dalam penelitian ini, salah satunya adalah teori kepastian hukum. Kepastian Hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam undang-undang melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hakim lainnya untuk kasus yang serupa yang telah diputuskan.44 Masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum, karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib. Hukum bertugas menciptakan kepastian hukum karena bertujuan untuk ketertiban masyarakat. Tanpa kepastian hukum orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya sehingga akhirnya timbul keresahan. Tetapi jika terlalu menitikberatkan pada kepastian hukum, dan ketat mentaati peraturan hukum maka akibatnya akan kaku serta menimbulkan rasa tidak adil. Apapun yang terjadi peraturannya tetap seperti demikian, sehingga harus ditaati dan dilaksanakan.45

Aplikasi berbayar pada iOS Apple sebagai sebuah karya hasil ciptaan memiliki perlindungan dari hal-hal yang dapat menyebabkan kerugian baik bagi ciptaan tersebut maupun bagi si penciptanya. Berbagai ketentuan dan peraturan telah dituangkan untuk memberikan rasa aman dan kepastian hukum kepada pencipta dan ciptaannya. Ketentuan dan perlindungan secara hukum yang dibuat

43 Maria Sumardjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi Dan Implementasi, Kompas, Jakarta, 2006, hal.6-7

44 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana Pranada Media Goup,2008, hal.158.

45 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Penghantar, Yogyakarta: Liberty, 1988, hal. 136

ada dalam hukum nasional maupun internasional. Selain itu, perlindungan tersebut bukan hanya bersifat keperdataan namun masuk ke dalam ranah pidana.

Hukum memiliki tujuan untuk menciptakan keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.46 Oleh karena itu, hukum sebagai sebuah instrumen dalam menjamin hak-hak masyarakat memiliki berbagai implementasi dalam melindungi hak-hak-hak-hak tersebut salah satunya menggunakan instrumen undang-undang atau peraturan tertulis.

Dengan adanya aturan tersebut akan memberikan landasan pada pihak-pihak yang terkait untuk menegakkan apa yang dicita-citakan oleh hukum.

Penegakan hukum dalam permasalahan Hak Cipta biasanya dilakukan oleh orang yang merasa dirugikan yang pada umumnya adalah pemegang hak cipta, namun penerapan sanksi pidana di dalam permasalahan tersebut dapat dilakukan dalam beberapa kasus yang serius dan dibenarkan secara hukum untuk mengadili dalam instrument hukum pidana. Bahkan penjatuhan pidana penjara dapat dilakukan jika terbukti memenuhi unsur-unsur dalam hukum pidana.

Kejahatan dan penyalahgunaan hak cipta atas perangkat lunak komputer merupakan salah satu bentuk dari kejahatan mayantara atau biasa disebut Cybercrime. Hal tersebut dikarenakan objek dari kejahatan tersebut berada pada lingkungan elektronik. Kejahatan mayantara bukan hanya sekedar kejahatan yang terjadi dalam dunia maya tetapi juga kejahatan yang melibatkan unsur-unsur elektronik di dalamnya. Di dalam perlindungan secara internasional, telah

46Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial Prudence) (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 213

dituangkan beberapa konvensi dan kongres terhadap kejahatan di dalam penggunaan hak cipta atas perangkat lunak komputer.

Di dalam Kongres PBB VIII/ 1990 mengenai computer related crimes menuangkan beberapa ketentuan mengenai penanggulangan kejahatan mayantara melalui kebijakan penal dan non penal yang salah satunya adalah mengembangkan pengamanan/perlindungan komputer sebagai tindakan pencegahan (techno-prevention).47 Selain itu, pada Kongres PBB X/2000 dilaksanakan pembahasan khusus mengenai penanggulangan Pidana Mayantara.48 Selain kongres PPB, perangkat lunak sebagai sebuah Kekayaan Intelektual dibahas dalam part III Article 42 sampai dengan Article 61 TRIPS mengenai penegakan hukum di bidang HKI.

Di dalam perlindungan hukum di Indonesia terdapat beberapa ketentuan di dalam peraturan perundang-undangan terkait perlindungan hukum terhadap Hak Cipta atas Perangkat Lunak Komputer antara lain Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Selain itu terdapat beberapa ketentuan umum yang dapat dikaitkan dengan kejahatan terhadapa hak cipta atas perangkat lunak komputer yang diterapkan secara kondisional. Kejahatan terhadap hak cipta atas perangkat lunak komputer merupakan sebuah tindak pidana yang tergolong baru. Penanganan dan penegakan hukum atas kejahatan tersebut perlu mendapatkan perhatian serius. Selain dampak kejahatan ini dari segi ekonomi, juga berdampak pada proses penegakan hukum kejahatan lain ke depannya.

47 Barda Nawawi Arief, Tindak Pidana Mayantara (Jakarta: Jaya Grafindo, 2006), Hal. 4.

48 Lihat Dokumen Kongres PBB X, A/CONF.187/L.10, tanggal 16 April 2017

Karena tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan kejahatan yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi akan terus berkembang dan menjadi semakin kompleks. Salah satu peran penting hukum pidana terhadap masalah bersifat modern adalah pengaruhnya terhadap hukum yang dicita-citakan.49

Hal tersebut memberikan kontribusi terhadap pembaruan dan pembinaan hukum yang nantinya akan menyesuaikan diri dengan kondisi dan tuntutan zaman dan pembangunan pada masa kini dan masa datang atau sering disebut dengan istilah ius constituendum.50 Adapun kasus terkait dengan pelanggaran terhadap hak cipta atas perangkat lunak komputer yang hendak penulis teliti adalah kasus hak cipta atas adanya metode jailbreak pada aplikasi iOS berbayar dari Apple.

Metode jailbreak belum terlalu dikenal oleh masyarakat di Indonesia, sehingga masyarakat pengguna iDevice tidak mengetahui apakah metode jailbreak ilegal atau legal untuk dilakukan. Tidak ada kepastian hak dan kewajiban bagi pelaku yang melakukan metode jailbreak karena belum adanya kepastian hukum yang jelas mengatur tentang metode jalibreak secara konkrit seperti pengaturan pembajakan software. Kepastian hak dan kewajiban tidak hanya bagi pelaku yang melakukan metode jailbreak tetapi terutama ditujukan bagi pembuat program aplikasi iOS berbayar, dimana hak moral dan terutama hak ekonominya telah dirampas oleh pelaku jailbreak.

Kepastian hukum itu ada untuk memberikan keamanan hukum dan membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh dan perbuatan apa yang tidak boleh dilakukan. Dalam hal ini pengaturan tentang jailbreak hanya diatur

49 Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana (Bandung: Penerbit Alumni, 1986), Hal. 93

50Abdullah Marlang, Irwansyah, Kaisaruddin Kamaruddin, Pengantar Hukum Indonesia Cet. 2 (Makassar: AS Publishing, 2011), Hal. 3

secara implisit dalam pengaturan tentang sarana kontrol teknologi pada Pasal 52 Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yaitu “Setiap orang dilarang merusak, memusnahkan, menghilangkan, atau membuat tidak berfungsi sarana kontrol teknologi yang digunakan sebagai pelindung ciptaan atau produk hak terkait serta pengaman hak cipta atau hak terkait,kecuali untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara, serta sebab lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, atau diperjanjikan lain”51 Sarana kontrol teknologi dalam penjelasan Undang -Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta adalah instrumen teknologi dalam bentuk antara lain kode rahasia, password, bar code, serial number, teknologi dekripsi (decryption), dan enkripsi (encryption) yang digunakan untuk melindungi ciptaan.52

Perlu kehati-hatian dalam menafsirkan Pasal 52 UUHC, terutama apabila ada kasus tentang Jailbreak, dikarenakan pasal tersebut memiliki makna yang luas dan Hakim dituntut untuk melakukan Penemuan Hukum serta perlu peraturan khusus mengenai Kejahatan dalam penghilangan Sarana Kontrol Teknologi lebih mendetail, jelas dan tidak multi tafsir, terutama tentang Jailbreak. Pasal 52 Undang-Undang no 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta melarang adanya penghilangan Sarana Kontrol Teknologi, namun pasal tersebut tidak memiliki ketentuan pidana bagi pelanggar yang melakukan Jailbreak tanpa tujuan atas dasar Penggunaan Secara Komersial. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kekosongan hukum yang membuat beberapa pihak ragu karena hal tersebut dilarang tetapi tidak ada ketentuan pidananya.

51Tim Visi Yustisia, Panduan Resmi Hak Cipta, (Jakarta:Transmedia Pustaka, 2015), hal.15.

52Penjelasan Pasal 52 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Teori kedua yang dipakai dalam penulisan tesis ini adalah teori perlindungan hukum. Teori perlindungan hukum menjadi salah satu dasar dari teori hukum penulisan tesis ini dikarenakan belum adanya kepastian hukum atas metode jailbreak, dimana kepastian hukum sangat diperlukan bagi keamanan dan perlindungan individu atas adanya metode jailbreak.

Perlindungan Hukum artinya adalah suatu perlindungan yang diberikan oleh perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik melalui hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis yang diberikan terhadap subjek hukum dengan tujuan memberikan suatu rasa aman, damai, tertib dan pasti dalam kehidupan sehari-hari subjek hukum.53

Menurut Phillipus M. Hadjon bahwa perlindungan hukum bagi rakyat sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan represif.54 Perlindungan hukum preventif merupakan sebuah bentuk perlindungan yang mengarah pada tindakan yang bersifat pencegahan sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan dalam melakukan suatu kewajiban. Sedangkan perlindungan hukum represif adalah perlindungan akhir seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan pelanggaran. 55 Perlindungan hukum

53Otje Salman, Teori Hukum (Suatu Pencarian/Penelahaan), (Jakarta:Grenada Media, 2007), hal.19.

54Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987), hal.2.

55Muchsin, Perlindungan Dan Kepastian Hukum Bagi Investor Di Indonesia, (Surakarta;Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2003), hal.20.

merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi primer hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.

Doktrin yang hidup dalam masyarakat menyatakan bahwa hak kekayaan intelektual adalah harta kekayaan tidak berwujud yang bersumber dari intelektualitas seseorang. Setiap orang berkewajiban untuk menghormati hak milik orang lain. Orang lain yang tidak berhak dilarang untuk menggunakan harta kekayaan tersebut tanpa adanya persetujuan dari pemiliknya atau ada pengecualian berdasarkan kebiasaan yang berlaku. Berdasarkan doktrin tersebut, maka hukum nasional menyerap doktrin tersebut agar bisa berlaku efektif dengan menuangkannya dalam peraturan perundang-undangan (rule of law).

Adanya peraturan perundangan-undangan itu merupakan langkah perlindungan preventif, yaitu sebagai upaya mencegah perilaku melanggar dari masyarakat. Sedangkan jika ternyata dalam prakteknya terjadi pelanggaran, maka akan ada mekanisme hukum untuk menyelesaikan, kemudian itu disebut perlindungan secara represif.

Robert M Sherwood, mengemukakan tiga dasar teori mengapa suatu HKI perlu dilindungi, yaitu reward theory, recovery theory, dan incentive theory.

Reward theory atau teori penghargaan, menyatakan bahwa sebuah perlindungan diberikan kepada kretor adalah sebagai sebuah bentuk penghargaan atas jerih payahnya dalam menghasilkan sebuah karya. Teori ini berdasar pada asumsi bahwa kreator telah banyak mengeluarkan tenaga, pikiran, bahkan biaya untuk hasil yang telah dia capai. Sedangkan recovery theory, dikemukan berdasarkan asumsi bahwa selain penghargaan, seorang kreator sangat layak atas banyak

kerugian yang selama ini dia korbankan. Kemudian incentive theory mengedepankan aspek keberlanjutan dari sebuah kerasi. Diharapkan dari adanya insentif atas suatu karya maka akan ada pengembangan lanjutan dari berbagai penemuan dalam bidang yang lain.

Upaya perlindungan yang dilakukan dalam rangka melindungi HKI adalah dengan melalui mekanisme yang diatur dalam undang-undang. Upaya perlindungan hukum atas suatu objek HKI bisa dilakukan melalui model konstitutif maupun deklaratif. Hal tersebut sesuai dengan aturan yang ada. Seperti hak cipta tidak perlu didaftarkan karena sistem perlindungnya dengan sitem deklaratif. Selain itu upaya perlindungan juga tampak dari jangka waktu perlindungan yang diberikan. Kemudian juga upaya hukum jika terjadi pelanggaran HKI. Segala upaya tersebut dapat dirangkum dalam dua upaya perlindungan hukum, yaitu preventif dan represif. Perventif dengan melalui aturan perundang- perundang-undangan, dan represif melalui upaya penegakan hukum jika terjadi pelanggaran.

Dalam kaitannya dengan penelitian tesis ini yang meneliti mengenai Perlindungan Hak Cipta Atas Adanya Metode Jailbreak Pada Aplikasi iOS Berbayar Dari Apple tentunya tidak terlepas dari unsur perlindungan hukum, baik bagi pencipta, konsumen pemakai bahkan bagi distributor resmi atau non resmi Apple iDevice . Hal yang dipertimbangkan cukup relevan dengan penelitian dalam tesis ini dikarenakan tindakan jailbreak belum memiliki dasar peraturan hukum yang jelas dan harus mendapatkan perlindungan hukum baik secara preventif dan represi dan apakah perbuatan jailbreak legal atau ilegal di

Indonesia dan untuk perlindungan hukum terhadap pencipta atau programmer software smartphone yang softwarenya dimodifikasi , dicuri atau dimiliki dengan cara jailbreak smartphone tersebut.

2. Konsepsi

Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan operational definition.56 Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai. Oleh karena itu, untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, yaitu:

a. Hak cipta adalah Menurut UU Hak Cipta, hak cipta merupakan hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, ketrampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.57

56Sutan Remi Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia, (Jakarta:Institute Bankir Indonesia, 1993), hal.10.

57 Republik Indonesia, Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014., Pasal 1 Angka (2).

c. Ciptaan adalah setiap hasil karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.58

d. Jailbreak adalah modifikasi terhadap sistem operasi untuk mengangkat pembatasan-pembatasan yang telah dibangun oleh Apple sehingga memberikan pengguna kontrol yang lebih besar terhadap perangkatnya termasuk mengunduh aplikasi atau konten melalui mekanisme selain Application Store (App Store) secara ilegal.59

e. Hak ekonomi adalah keuntungan sejumlah uang yang diperoleh karena penggunan sendiri HKI bagi pencipta untuk memanfaatkan ciptaannya atau karena penggunan pihak lain berdasarkan lisensi.60

f. Hak moral terkait dengan hubungan pribadi dan intelektual dari pencipta bagi ciptaannya, yaitu sesuai dengan Pasal 21 dan Pasal 22 Undang-Undang Hak Cipta.

g. Sarana Kontrol Teknologi (technology protection measure) adalah instrumen teknologi setiap teknologi, perangkat, atau komponen yang dirancang untuk mencegah atau membatasi tindakan yang tidak diizinkan oleh Pencipta, Pemegang Hak Cipta, pemilik Hak Terkait, dan/atau yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan dalam bentuk, antara lain kode rahasia, password, bar code, serial number, teknologi deskripsi dan enkripsi yang digunakan untuk melindungi pencipta.61

h. Program Komputer adalah sekumpulan instruksi yang diwujudakan dalam bentuk bahasa, kode, skema, ataupun bentuk lain, yang apabila digabungkan

58Republik Indonesia, Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014., Pasal 1 Angka (3).

59Josua Sitompul, Apakah Jailbreaking iPhone Melanggar Hukum?,

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt52f67de2d1933/apakah-jailbreaking-iphone-melanggar-hukum?, diakses terakhir tanggal 29 September 2015.

60Muhammad Abdulkadir, Kajian Hukum Ekonomi dan Hak Kekayaan Atas Intelektual, (Bandung:Citra Aditya Bakti, 2001), hal 19.

61 Republik Indonesia, Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014, Pasal 52.

dengan media yang dapat diaca dengan komputer akan mempu membuat komputer bekerja untuk melakukan fungsi-fungsi khusus atau mencapai hasil yang khusus, termasuk persiapan dalam merancang instruksi-instruksi

dengan media yang dapat diaca dengan komputer akan mempu membuat komputer bekerja untuk melakukan fungsi-fungsi khusus atau mencapai hasil yang khusus, termasuk persiapan dalam merancang instruksi-instruksi

Dokumen terkait