• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Pengolaan Dana Desa telah mewujudkan good governance di Desa Biji Nangka Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai D. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kegunaan baik teoritis maupun pratikal sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan pertimbangan kedepan terhadap pengetahuan serta referensi mengenai penelitian terkait dengan Pengelolaan Dana Desa Untuk Good Governance Di Desa Biji Nangka Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan pertimbangan kedepan kepada pemerintah daerah Kabupaten Sinjai dalam hal mengoptimalkan Pengelolaan Dana Desa Untuk Good Governance Di Desa Biji Nangka Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang relevan dengan judul penelitian ini sebagai berikut :

NO. Hasil Penelitian Peneliti Tahun Peneliti 1. Hambatan yang krusial dalam

mewujudkan good governance pengelolaan keuangan desa adalah kurangnya SDM yang cakup dalam pengelolaan keuangan desa. Banyak ditemui pula laporan APBD desa

2. Keterlibatan masyarakat masih menjadi kendala utama. Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, mekanisme perencanaan penganggaran yang kurang matang dan kurangnya sosialisasi kebijakan ADD.

B. Konsep Pengelolaan Dana Desa 1. Pengertian Pengelolaan Dana Desa

Pengelolaan pada dasarnya adalah pengendalian dan pemanfaatan semua sumber daya yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk atau penyelesaian suatu tujuan kerja tertentu. Menurut Irawan dalam Suwardane (2015: 94) mendefenisikan bahwa: “Pengelolaan sama dengan manajemen yaitu penggerakan, pengorganisasian dan pengarahan usaha manusia untuk memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas untuk mencapai suatu tujuan.” Lebih lanjut Bastian (2015:3) mengemukakan bahwa Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer ketika melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.

Dasar yang dikemukakan oleh bastian dalam ungkapannya mengenai fungsi manajemen adalah sebuah pondasi yang dapat dikembangkan demi menghasilkan formula tepat dalam pengelolaan dana desa. Peraturan Pemerintah Nomor 60 mengenai Dana adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa dan Desa Adat yang ditransfer melalui Anggaran pendapatan dan belanja kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, serta pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. Hal tersebut seharusnya dapat mendorong seluruh pihak untuk membantu aparatur desa didalampengelolaan dananya ataupun sekurang-kurangnya dalam hal pengawasan. Undang-Undang yang

dikeluarkan tentang desa pada tahun 2014 yaitu, Undang-undang No.6 Tahun 2014. Dimana dalam UU tersebut dijelaskan bahwa desa nantinya pada tahun 2015 akan mendapat kucuran dana sebesar 10% dari APBN.

Dimana kucuran dana tersebut tidak akan melewati perantara, dana tersebut akan langsung sampai kepada desa. Tetapi jumlah nominal yang diberikan kepada masing-masing desa berbeda tergantung dari geografis desa, jumlah penduduk, dan angka kematian. Alokasi APBN yang sebesar 10% tentu akan menyebabkan penerimaan desa yang meningkat. Peningkatan desa yang meningkat ini tentunya diperlukan adanya laporan pertanggungjawaban dari desa dan laporan pertanggungjawaban tersebut akan berpedoman pada Permen No. 113 Tahun 2014.

Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2014 dalam Yuliansyah & Rusmianto (2016:32-33) menambahkan bahwa Pada prinsipnya dana desa dialokasikan dalam anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk membiayai kewenangan yang menjadi tanggung jawab desa. Namun untuk mengoptimalkan penggunaannya, dana desa diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat antara lain: pembangunan pelayanan dasar pendidikan, kesehatan, dan infrasuktur. Dalam rangka pengentasan kemiskinan, dana desa juga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan primer pangan, sandang, dan papan masyarakat. Penggunaan dana desa untuk kegiatan yang tidak prioritas dapat dilakukan sepanjang kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat telah terpenuhi.

Penggunaan dana desa mengacu pada RPJM Desa dan RKP Desa.

Berdasarkan penjelasan diatas maka Pengelolaan dana desa adalah Seluruh rangkaian kegiatan yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan hingga pertanggungjawaban Dana Desa yang dilaksanakan dalam satu tahun anggaran, terhitung mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

2. Pengelolaan Dana Desa

Pengelolaan dana desa tidak lepas dari beberapa aspek yakni dapat dilihat sebagai berikut yaitu:

a. Perencanaan

Pengertian perencanaan secara konvensional adalah suatu kegiatan yang dilakukan demi meraih masa depan yang lebih baik dengan memperhatikan keadaan sekrang maupun keadaan sebelumnya. Menurut Robbins dan Culter dalam Bastian (2015:35) Perencaan (Planning) adalah sebuah proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, penetapan strategi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, perumusan sistem perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan seluruh pekerjaan organisasi, hingga pencapaian tujuan organisasi.

Dalam pemerintah desa perencanaan pembangunan desa disusun sesuai dengan kewenangan dengan mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten dan kota. Rencana pembangunan desa disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan.

b. Pelaksanaan

Menurut Sujarweni (2015:19) Dalam pelaksaan anggaran desa yang sudah ditetapkan sebelumnya timbul transaksi penerimaan dan pengeluaran desa. Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa. Jika desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya maka pengaturannya ditetapkan oleh 12 pemerintah Kabupaten/Kota. Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.

c. Penatausahaan

Kepala desa dalam melaksanakan penatausahaan keuangan desa harus menetapkan bendahara desa. Bendahara desa akan bertugas sebagai pengelola dan penangggung jawab dalam proses penatausaan keuangan desa yang dimandatkan kepadanya. Lebih lanjut Hamzah (2015:21) mengungkapkan bahwa Penetapan bendahara desa harus dilakukan sebelum dimulainya tahun anggaran bersangkutan dan berdasarkan keputusan kepala desa. Bendahara adalah aparat desa yang ditunjuk oleh kepala desa untuk menerima, menyimpan, menyetor, menatausahakan, membayar dan mempertanggung jawabkan keuangan desa dalam rangka pelaksanaan APBDesa. Sejalan dengan pengertian diatas Hamzah (2015:21-22) mengatakan bahwa Bendara desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban.

Laporan pertanggungjawaban disampaikan setiap bulan kepada kepala desa dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

d. Pelaporan

Pelaporan adalah penyampaian hal-hal yang berkaitan dengan hasil pekerjaan yang telah dilakukan. Terkait dengan pelaporan, Dana desa yang telah direalisasikan harus dilaporkan sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban pemerintah desa yang kepada pemeriksa hasil pekerjaan terkait hasil pekerjaannya.

3. Azaz Pengelolaan Keuangan Desa

Keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggran. Keuangan desa dikelola dalam masa 1 Tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember

a. Transparan

Menurut Nardiawan dalam Sujarweni (2015:28) Transparan dalam pengelolaan keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggung-jawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada perutan perundang-undangan.

Transparan adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan

pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai

b. Akuntabel

Tata kelola pemerintahan yang baik merupakan salah satu tuntunan masyarakat yang harus dipenuhi. Salah satu pilar tata kelola tersebut adalah akuntabilitas. Sebani dan ghozali dalam Sujarweni (2015:28) menyatakan bahwa Akuntabilitas atau pertanggungjawaban (account tability) merupakan suatu bentuk keharusan seseorang (pemimpin/pejabat/pelaksana) untuk menjamin bahwa tugas dan kewajiban yang diembannya sudah dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku. Akuntabilitas dapat dilihat melalui laporan tertulis yang informatif dan transparan”.

Selanjutnya Mardiasmo dalam Sujarweni (2015:28) menyatakan bahwa “Akuntabilitas publik adalah kewajiban pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan dan mengungkapkan segala aktifitas dan kegiatan yang menjadi pihak pemberi amanat (Principal) yang memilliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut”.

Lebih jelasnya Nordiawan (2010:23) mengemukakan bahwa Akuntabilitas merupakan pertanggung jawaban pengelolaan sumber daya serta pelaksanaa kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

Akuntabilitas publik adalah prinsip yang menjamin bahwa tiap-tiap

kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah desa dapat dipertanggungjawabkan kepada seluruh lapisan masyarakat secara terbuka.

c. Partisipatif

Partisipasi adalah prinsip dimana bahwa setiap warga desa pada desa yang bersangkutan mempunyai hak untuk terlibat dalam setiap pengambilan keputusan dan pengawasan pada setiap kegiatan yang diselanggarakan oleh pemerintan desa dimana mereka tinggal.

Keterlibatan masyarakat dalam rangka pengambilan keputusan tersebut dapat secara langsung maupun tidak langsung.

4. Alokasi Dana Desa

Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten atau Kota untuk desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten atau Kota (PP No. 72 Tahun 2005 Pasal 1 ayat 11). Dana Desa yang bersumber dari APBN adalah wujud rekognisi Negara kepala desa.

Bagian dari dana perimbangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten atau kota untuk desa ini paling sedikit 10% dari distribusi proporsional untuk setiap desa (Warsono, 2014). Alokasi Dana Desa (ADD) bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan desa melalui peningkatan pelayanan publik desa, memajukan perekonomian desa, mengatasi kesenjagan pembangunan antar desa serta memperkuat masyarakat desa sebagai subjek dari pembangunan

(Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, 2015).

Dalam pengelolaan keuangan desa dan mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan adalah Kepala Desa.

Kepala Desa bertugas untuk menetapkan PTKPD (Pelaksana Teknik Pengelola Keuangan Desa), menetapkan petugas pemungutan penerimaan desa, menyetujui pengeluaran yang di tetapkan dalam APB desa, melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APB desa (Permendagri No 113 Tahun 2014). Pelaksana teknik pengelolaan keuangan desa (PTKPD) terdiri dari sekretaris desa, kepala seksi (Kasi), dan bendahara. Tugas dari sekretaris adalah menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBDesa, menyusun reperdes (Rancangan Peraturan Desa) tentang APBDesa, perubahan APB desa dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa, melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah di tetapkan dala APBDesa, dan melakukan verifikasi terhadap rencana belanja dan bukti-bukti pengeluaran (Permendagri No. 113 Tahun 2014). Kepala seksi bertugas untuk menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang mejadi pertanggungjawabannya, melaksanakan kegiatan bersama LKD (Lembaga Kemasyarakatan Desa) yang ditetapkan dalam APB Desa, melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban Anggaran Kegiatan, mengendalikan pelaksanaan kegiatan, melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan pada Kepala Desa, dan menyiapkan dokumen

anggaran atas beban pelaksanaan kegiatan (Permendagri No. 113 Tahun 2014).

Sedangkan bendahara petugas untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menata usaha dan mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran pendapatan desa dalam rangka pelaksanaan APB Desa (Permendagri No. 113 Tahun 2014).

1. Penyaluran Dana Desa

Keuangan desa menurut UU No. 6 Tahun 2014 adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatau yang berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban ini dapat menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan dan pengelolaan keuangan desa. Asas pengelolaan keuangan desa yaitu transparansi, akuntabel, partisipatif, tertib, dan disiplin anggaran (Permendagri No. 113 Tahun 2014)

2. Prioritas Alokasi Dana Desa

Dana desa digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. Dana desa harus diperioritaskan untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat (PP No.60 Tahun 2014 Pasal 19). Sedangkan untuk pemberdayaan masyarakat adalah untuk mendanai kegiatan yang bertujuan meningkatkan kepasitas warga atau masyarakat desa dalam pengembangan wirausaha, peningkatan pendapatan, serta peluasan skala ekonomi individu warga atau kelompok masyarakat dan desa. Perioritas kegiatan pemberdayaan berdasarkan tipelogi

desa (DJPPMD, 2015) adalah desa tertinggal atau sangat tertinggal, desa berkembang, dan desa maju atau mandiri.

5. Pengelolaan Alokasi Dana Desa

Siklus pengelolaan bersadarkan Undang-Undang Desa meliputi:

1. Penyiapan rencana

2. Musrenbang desa yang melibatkan pemerintah desa, BPD, dan kelompok

masyarakat yang diawali dengan tingkat dusun hingga tingkat desa 3. Penetapan rencana, rencana disini merupakan pedoman APB desa 4. Penetapan APB desa

5.Pelaksanaan pembangunan, melibatkan seluruh masyarakat secara swakelola

6. Pertanggungjawaban, pemerintah desa wajib menyampaikan pelaporan di

dalam musyawarah pembangunan desa

7. Pemanfaatan dan pemeliharaan (UU No. 6 Tahun 2014)

Pengolanan Alokasi Dana Desa meliputi tiga hal yang sangat penting yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Pertanggungjawaban.

1. Perencanaan

Perencanaan merupakan tahap awal dalam pengelolaan ADD.

Kegiatan perencanaan ini dilkakukan untuk menyusun kegiatan pelaksanaan ADD. Pertama, tiap dusun akan mengadakan musyawarah dusun untuk menampung usulan-usulan program kerja

apa saja yang akan dilakukan untuk tahun yang berkenaan (Permendagri, 2014).

Disisi lain Pemerintah Desa membahas tentang perencanaan pembangunan desa yang meliputi RPJM Desa dan RKP Desa.

Rencama Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dalam kurung waktu enam bulan sedangkan untuk Rencana Kerja Pemerintah (RKP)untuk jangka waktu satu tahun.

Gambar 1.1

Tahap Perencanaan

Sumber: Permendagri No. 113 Tahun 2014 2. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang pembiayaannya bersumber dari ADD sepenuhnya dilaksanakan oleh tim pelaksana desa (Pemerintah Desa). Untuk mendukung keterbukaan dan

Dusun Perangkat Desa Musrenbangdes

Musdus Membahas RPJM

Desa dan RKP Desa Menetapkan Prioritas dan Skala

Prioritas Program Kerja dan Membahas dan Menyepakati RKP

Desa

penyampaian informasi secara jelas kepada masyarakat, maka pada setiap pelaksanaan kegiatan fisik ADD wajib di lengkapi dengan papan informasi kegiatan yang di pasang di lokasi kegiatan, besaran anggaran dari ADD maupun swadya masyarakat, dan waktu pelaksanaan kegiatan seperti yang telah di sepakati dalam musrenbangdes (Diansari dan Eka, 2015).

Dusun Perangkat Desa Musrenbangdes Musdus Membahas RPJM Desa dan RKP Desa Menetapkan Prioritas dan Skala Prioritas Program Kerja dan Membahas dan Menyepakati RKP Desa Sedangkan dalam penatausahaannya, harus menggunakan sistem yang telah memanfaatkan teknologi informasi yaitu dengan menggunakan aplikasi yang telah dikembangkan oleh BPKP, aplikasi ini diberi nama aplikasi SISKEUDES (Oktaresa, 2015:17).

3. Pertanggungjawaban

Dalam melaksanakan tugas, wewenang, hak dan kewajibannya dalam pengelolaan keuangan desa, Kepala Desa memiliki kewajiban untuk menyampaikan laporan. Laporan tersebut bersifat priodik semesteran dan tahunan, yang disampaikan ke bupati/walikota dan ada juga yang disampaikan ke BPD.

6. Good Governance

Menurut UNPD dalam LAN dan BPKP (2000), definisi good governance adalah hubungan yang sinergis dan konstruktif diantara Negara sektor swasta dan masyarakat. Berdasarkan hal ini, UNDP

kemudian mengajukan karakteristik dari good governance sebagai berikut:

Partispasi, Supremesi Hukum, Tranparansi, Cepat Tanggap, Membangun Konsensus, Kesetaraan, Efektif dan Efesien, Bertanggungjawab, serta memiliki Visi Misi yang Strategi. Dari kesembilan karakteristik ini saling memperkuat dan tidak bisa berdiri sendiri (LAN dan BPKP, 2000).

Sedangkan menurut Hardiwinoto (2017) Good Governance adalah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang bertanggungjawab sejalan dengan prinsip demokrasi yang bertujuan untuk menghindari adanya salah Alokasi Dana Investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun secara administrative, Good Governance menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan Political Framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha (Hardiwinoto, 2017). Dalam penerapan Good Governance perlu diperhatikan prinsipprinsip dasar yang telah menjadi pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dalam Hardiwinoto (2017), dari ke Sembilan prinsip Good Governance terdapat tiga poin terpenting di dalamnya yaitu :

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah sebuah kewajiban melaporkan dan bertanggungjawab atas keberhasilan ataupun kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai hasil yang telah ditetapkan sebelumnya (Mardiasmo, 2017). Sedangkan menurut Wiratna (2015) menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan suatu bentuk keharusan seorang (Pemimpin/Pejabat/Pelaksana) untuk meyakinkan bahwa tugas

dan kewajibanya sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Wiratna, 2015:82).

Untuk dapat menerapkan prinsip akuntanbilitas tersebut diperlukan berbagai sumber daya dan sarana pendukung, diantaranya adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompoten serta dukungan sarana teknologi informasi yang memadai dan dapat diandalkan (Oktaresa, 2015).

2. Transparansi

Transparansi merupakan suatu tolak ukur disusun prinsip keterbukaan yang tentu dapat menjadikan masyarakt lebih khusus masyarakat Desa untuk memperoleh dan mengetahui penjabaran akses informasi seluas-luasnya mengenai keuangan Daerah atau Desa (Mahmudi, 2015:17).

Sedangkan menurut Permendagi No. 113 Tahun 2014, transparansi adalah suatu kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yaitu informasi tentang kebijakan, proses pembuatan, dan pelaksaannya serta hasil yang telah di capai (Permendagri No. 113 Tahun 2014).

3. Partisipasi

Partisipasi menurut LAN dan BPKP adalah setiap warga Negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi ini dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstuksif.

Partispasi berarti, mengambil keputusan publik secara partisipasif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang akan terpengaruh dengan keputusan tersebut.

Partisipasi merupakan elemen yang sangat berpengaruh dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD). Menurut Baum (2015:1), partisipasi adalah ketelibatan anggota masyarakat dalam pemerintahan dalam berbagai kegiatan perencanaan, keoorganisasian, pemberdaya masyarakat, dan bentuk-bentuk termasuk aktivitas yang memungkinkan beberapa individu dan kelompok-kelompok yang representatif untuk mempengaruhi keputusan publik. Partisipasi masyarakat dapat mendukung tugas pemerintah untuk mengindetifikasikan kebutuhan masyarakat, mengatur agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program sesuai denga kebutuhan dan aspirasi masarakat (Kurrohman, 2015).

Prinsip-prinsip partisipasi dapat diukur melalui sejumlah indikator seperti berikut (Kurrohman, 2015):

1. Adanya forum untuk menampung partisipasi masyarakat yang representatif, jelas arahnya dan dapat dikontrol, bersifat terbuka dan insklusif, harus ditempatkan sebagai mimbar masyarakat mengespresikan keinginannya

2. Kemampuan masyarakat terlibat dalam proses pembuatan keputusan

3. Fokus pemerintah adalah memberikan arah dan mengundang masyarakat untuk berpartisipasi

4. Akses bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat dalam proses

pengambilan keputusan.

C. Konsep Good Governance

1. Pengertian Good Governance

Good Governance sering diartikan sebagai tata pemerintahan yang baik. Menurut World Bank dalam Mardiasmo (2009:18) mendefinisikan good governance sebagai suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.

Sedangkan menurut United Nations Development Program (UNDP) dalam Mardiasmo (2009:18) mendefinisikan good governance sebagai praktik penerapan kewenangan pengelolaan berbagai urusan penyelenggaraan negara secara politik, ekonomi, dan administratif di semua tingkatan. Dalam konsep ini, good governance memiliki 3 pilar penting, yaitu:

a. Economic governance (kesejahteraan rakyat)

b. Political governance (proses pengambilan keputusan)

c. Administrative governance (tata laksana pelaksanaan kebijakan) Selain itu good governance memiliki 3 domain dalam proses memaknai peran kunci stakeholders (pemangku kepentingan) yaitu sebagai berikut :

a. Pemerintah, berperan menciptakan iklim politik dan hukum yang kondusi

b. Sektor Swasta, berperan menciptakan lapangan pekerjaan dan pendapatan serta penggerak di bidang ekonomi

c. Masyarakat, berperan mendorong interaksi sosial, ekonomi, politik, dan mengajak seluruh anggota masyarakat berpartisipasi.

2. Prinsip-prinsip Good Governance

Untuk memahami good governance diperlukan pemahaman atas prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya. Hal ini berfungsi sebagai indikator atau tolak ukur kinerja pemerintah. Adapun prinsip-prinsip good governance menurut UNDP dalam Mardiasmo (2009:18) mengungkapkan bahwa karakteristik atau prinsipprinsip yang dikembangkan dalam pelaksanaan good governance meliputi :

a. Participation. Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.

b. Rule of law. Kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandangan bulu.

c. Transparency. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan.

d. Responsiveness. Lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam melayani stakeholder.

e. Consensus orientation. Berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih luas.

f. Equity. Setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh kesejahteraan dan keadilan.

g. Efficiency and Effectiveness. Pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara bedaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif).

h. Accountability. Pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan.

i. Strategic vision. Penyelenggara pemerintah dan masyarakat harus memiliki visi jauh ke depan.

D. Kerangka Pikir

Pemberian dana desa dengan jumlah yang cukup besar tentunya menuntut tanggungjawab yang besar pula oleh aparat desa maka prinsip good governance harus di terapkan di Perencanaan, Pelaksanaan, Pertanggung jawaban dalam pengelolaan alokasi dana desa.

Gambar 1.2

Bagan Kerangka Pikir

E. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini berangkat dari latar belakang masalah kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah dan dikaji berdasarkan teori dalam tinjauan pustaka. Fokus penelitian ini terdiri beberapa hal pokok yang perlu di uraikan yaitu Untuk mengetahui Pengolaan Dana Desa dalam mewujudkan good governance di Desa Biji Nangka Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.

Pengelolaan Dana Desa dalam mewujudkan good governance

GOOD GOVERNANCE

Pertanggung jawaban Pelaksanaan

Perencanaan

F. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Perencanaan merupakan tahap awal dalam pengelolaan Dana Desa.

Kegiatan perencanaan ini dilkakukan untuk menyusun kegiatan pelaksanaan Dana Desa.

2. Pelaksanaan merupakan pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang pembiayaannya bersumber dari dana desa dan sepenuhnya dilaksanakan oleh tim pelaksana desa (Pemerintah Desa) serta untuk mendukung keterbukaan dan penyampaian informasi secara jelas kepada masyarakat.

3. Pertanggungjawaban merupakan kegiatan melaksanakan tugas, wewenang, hak dan kewajiban dalam pengelolaan Dana Desa. Yang dimana Kepala Desa memiliki kewajiban untuk menyampaikan laporan. Laporan tersebut bersifat priodik semesteran dan tahunan, yang disampaikan ke bupati/walikota dan ada juga yang disampaikan ke BPD.

28 BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 2 (Dua) bulan yaitu dimulai dari 05 Maret sampai dengan 27 April 2019. Tempat atau lokasi penelitian dilakukan di Desa Biji Nangka Kecamatan Sinjai Borong

Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 2 (Dua) bulan yaitu dimulai dari 05 Maret sampai dengan 27 April 2019. Tempat atau lokasi penelitian dilakukan di Desa Biji Nangka Kecamatan Sinjai Borong

Dokumen terkait