• Tidak ada hasil yang ditemukan

AHLI WARIS DAN CACAT MENTAL

PEMBAGIAN HARTA WARIS BAGI PENDERITA CACAT MENTAL MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

A. Konsep pengampuan

3. Tujuan Pengampuan

b. Dasar Hukum Pengampuan menurut Hukum Positif

Adapun dasar hokum pengampuan mengacu pada Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BurgelijkWetboek) yang terbagi ke dalam pasal-pasal yang mengatur tentang pengampuan, yaitu pasal-pasal 433 sampai dengan pasal 462.Dalam pasal-pasal tersebut juga dijelaskan siapa saja yang berhak menjadi pengampu, bagaimana cara menjadi pengampu, dan syarat-syarat menjadi pengampu.

3. Tujuan Pengampuan

Terdapat kesamaan dalam hal tujuan dilakukannya curatele atau

mahjur antara Hukum Islam maupun Hukum Positif, yaitu untuk menjaga hak-hak orang lain seperti pencegahan terhadap:

a. Orang yang hutangnya lebih banyak daripada hartanya, maka orang tersebut dilarang mengelola harta guna menjaga hak-hak yang berpiutang.

b. Orang yang sakit parah, dilarang berbelanja lebih dari sepertiga hartanya guna menjaga hak-hak ahli warisnya.

c. Murtad (orang yang keluar dari Islam) dilarang mengedarkan hartanya guna menjaga hak muslimin.

d. Mahjur dilakukan untuk menjaga hak-hak orang yang dimahjur itu sendiri, seperti:

1) Anak kecil, dilarang membelanjakan hartanya hingga beranjak dewasa dan sudah pandai mengelola dan mengendalikan harta.

2) Orang gila, dilarang mengelola hartanya sebelum dia sembuh, hal ini dilakukan guna menjaga hak-hak nya sendiri.

3) Pemboros, dilarang membelanjakan hartanya sebelum dia sadar, hal ini juga guna menjaga hak terhadap hartanya ketika ia membutuhkan pembelanjaannya.

4. Pengampu

a. Pengertian Pengampu

Orang yang diletakkan dibawah pengampuan dianggap tidak cakap untuk bertindak sendiri dalam ranah hukum karena sifat pribadinya. Atas dasar tersebut, orang tersebut melalui keputusan hakim lantas dimasukkan ke dalam golongan orang yang tidak cakap bertindak. Karenanya, orang tersebut diberi wakil menurut undang-undang, atau disebut dengan pengampu. Sebagai pengawas yangbertugas dalam mengelola, pengampu bertindak sebagai seorang pengampu-pengawas (toeziende curator)13.

Penunjukan pengampu dibuat dalam bentuk penetapan yang dikeluarkan oleh pengadilan atas dasar keyakinan hakim setelah melalui prosedur pemeriksaan yang diberitahukan kepada si pengampu beserta permintaan surat atau laporan yang memuat tentang pendapat-pendapat keluarga sedarah tentang persetujuan dirinya untuk diangkat menjadi

13

H.F.A. Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Cet.1, (Jakarta: Raja Grafindo Persada: 1983), hal.177.

37

pengampu. Jika hakim telah memperoleh keyakinan akan hal tersebut, maka baru diangkatlah seorang pengampu atau curator, yang diletakkan dalam pengampuan serta urusan-urusan mengenai diri pribadi maupun harta kekayaan orang tersebut14.

Biasanya yang berhak menjadi pengampu adalah keluarga sedarah atau orang yang ditunjuk oleh penetapan pengadilan guna melaksanakan pemeliharaan dan bimbingan terhadap seorang Kurandus 15

.

Dapat disimpulkan bahwa pengampu adalah orang yang padanya diletakkan tanggungjawab kelanjutan hak-hak dan kewajiban si terampu dalam hukum selanjutnya.

b. Syarat-syarat Menjadi Pengampu

Untuk menjadi seorang pengampu bukanlah perkara mudah, karena si pengampu menanggung nasib terampu setelah dirinya tidak mampu bertindak sesuai hukum yang dibebankan padanya. Maka untuk menjadi seorang pengampu haruslah mampu bertanggungjawab untuk dirinya sendiri maupun atas semua hal yang berkaitan dengan orang yang diampunya.

Maka, untuk menjadi pengampu harus memenuhi kriteria seperti yang ditentukan oleh undang-undang. Dilihat dari sifatnya, tidak adanya paksaan untuk menjadi pengampudan menunjuk pada satu jenis

14

Wahyono Darmabrata, Hukum Perdata (Asas-asas Hukum Perdata Orang dan Keluarga) cet.1 (Jakarta: Gitamajaya Jakarta: 2004), hal.88.

15

C.S.T. Kansil, Modul Hukum Perdata I (Termasuk Asas-asas Hukum Perdata)... hal. 139.

anggota keluarga saja, artinya tidak hanya orang tua yang boleh mengampu, melainkan saudara-saudara (adik atau kakak) dari terampu diperbolehkan menjadi pengampu.

Menarik kesimpulan dari pasal 343 KUHPerdata, bahwa yang boleh menjadi pengampu bagi orang yang terus menerus hidup dalam keadaan dungu, sakit otak, atau mata gelap adalah keluarga yang memiliki hubungan darah (nasab) dengan si kurandus dari garis lurus ke atas atau lurus ke bawah.

Pengangkatan kurator harus diberitahukan kepada Balai Harta Peninggalan (BHP) yang bertindak sebagai pengawas. Balai Peninggalan Harta bertindak sebagai Hakim Pengawas, yaitu tugasnya adalah mengawasi jalannya proses mengampu dan pengampu dalam melaksakan tugasnya.

c. Orang yang Berhak Menjadi Pengampu

Sesuai dengan ketentuan Pasal 434 KUHPerdata, tidak semua orang dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai pemegang hak pengampuan. Hukum mensyaratkan hanya orang yang memiliki hubungan darah saja yang dapat mengajukan dan ditetapkan sebagai pemegang hak pengampuan. Bahkan terhadap saudara semenda (hubungan persaudaraan karena tali perkawinan) pun hukum tetap mengutamakan orang yang memiliki hubungan darah sebagai pemegang hak pengampuan.

39

Dalam menetapkan seseorang digaris pengampuan, Pengadilan Negeri harus tunduk pada ketentuan yang diterangkan secara rinci dalam KUHPerdata mulai pasal 438 sampai pasal 442.

d. Hak-hak Pengampu

Hak atau wewenang pengampu dalam bertugas sebagai kurator didapat setelah hakim membacakan putusannya dalam sidang terbuka, setelah mendengar saksi-saksi yang telah dipanggil secara sah untuk memberikan keterangan yang berkaitan dengan pengampuan 16. Setelah mendengar putusan hakim tersebut, si pengampu mendapat wewenang hanya dari perintah pengadilan. Oleh karena itu, kurator harus dapat bertanggungjawab atas kesalahan atau kelalaian dirinya dalam melaksanakan kewajiban pengurusan atau penyelesaian urusan kurandus. Selain itu, hak-hak sebagai pengampu telah diatur dalam Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan, dan dapat ditarik kesimpulan mengenai hak kurator terhadap kurandus antara lain:

1) Pasal 453 KUHPerdata: Pengampu berhak memangku kekuasaan sebagai orang tua dari anak-anak si terampu yang belum dewasa, jika suami atau istri kurandus dipecat dari kekuasaannya sebagai orang tua. Pengampu berhak menjadi wali atas anak-anak sampai pengampuannya dihentikan.

2) pasal 452, 446 KUHPerdata: Setiap kurandus pasti berkedudukan sama seperti seorang yang belum dewasa, jadi pengampu berhak mendampingi (dalam hal boros dan lemah daya), mewakili (dalam hal sakit otak dan gangguan kejiwaan) dalam melakukan tindakan-tindakan hukum. Tindakan hukum yang dilakukan oleh kurandus tanpa dibantu pengampunya adalah batal.

16

Wahyono Darmabrata, Hukum Perdata (Asas-asas Hukum Perdata Orang dan

3) Pasal 14 UU Perkawinan: Pengampu berhak mencegah berlakunya perkawinan atas kurandusnya guna menghindarkan kesengsaraan yang mungkin timbul bagi calon mempelai lain. 4) Pasal 38, 151, 452 KUHPerdata: Pengampu berhak melakukan

pencegahan perkawinan atas kurandus yang boros jika ia hendak mengikatkan diri dalam perkawinan.

5) Pasal 454 KUHPerdata: Pengampu berhak mengurus semua pendapatan kurandus yang digunakan untuk kesembuhannya. Wewenang lain yang didapatnya antara lain; menjual harta milik kurandus, menjual harta warisan milik kurandus, dan sebagainya. Pada intinya kurator berhak melakukan suatu perbuatan hukum yang berkaitan dengan harta kekayaan untuk dan atas nama kurandus.

e. Pencabutan Hak Menjadi Pengampu

Pengadilan sebagai lembaga yang berwenang menetapkan pengampuan sesuai dengan undang-undang berupa penetapan atas pengampu tersebut. Pengampu yang berasal dari anggota keluarga mendapat hak untuk mengatur serta mengurus harta si terampu. Harta benda ini antara lain yang dapat digunakan untuk keperluan hidup sehari-hari si terampu. Dan pengampu juga memiliki hak untuk ikut menikmati harta benda si terampu.

Namun wewenang-wewenang tersebut bisa juga dicabut dan pengampu dibebaskan dari tugas mengampunya. Pengampu yang melakukan apa-apa yang termasuk dalam kriteria pasal 1365 KUHPerdata, yaitu perbuatan melawan hukum dapat mengakibatkan dirinya kehilangan hak sebagai kurator.

41

Pada setiap pengampu dapat dikenakan pencabutan hak atasnya bila ia menyalahgunakan hak-haknya. Menyebabkan kerugian terus-menerus dan terlihat nyata oleh BHP maka dapat diusulkan untuk pencabutan hak menjadi pengampu. Melakukan pemindahan-pemindahan hak terhadap benda milik pengampu untuk tujuan memperkaya diri sendiri juga merupakan jenis pelanggaran nyata dan dapat menyebabkan kurator kehilangan haknya.

Pencabutan perwalian ini berlandaskan hukum pada KUHPerdata pasal 380 tentang pengecualian, pembebasan, dan pemecatan dari perwalian diterangkan bahwa hak mengurus orang yang diwakili ini dapat dicabut karena nyata-nyata pengampu karena17:

1) Jika terbukti, mereka berkelakuan buruk;

2) Mereka yang dlaam menunaikan tugasnya mengampu menyalahgunakan, memperlihatkan ketidakcakapan bahkan mengabaikan kewajibannya;

3) Mereka dalam keadaan pailit;

4) Mengadakan perlawanan kepada si terampu baik terhadap dirinya sendiri, dan harta bendanya di pengadilan;

5) Mereka yang dijatuhi hukuman telah berkekuatan hukum tetap karena kejahatan atas orang yang diampunya;

6) Pengampu yang dihukum penjara selama dua tahun atau lebih.

Menurut pasal 381 KUHPerdata, yang melakukan pemecatan terhadap si pengampu adalah Pengadilan Negeri setempat dimana

17

permohonan pengampuan diajukan atau tempat tinggal terakhir para pihak yang bersangkutan. Pemeriksaan perkara ini berlangsung dalam sidang tertutup dan harus dibacakan penetapannya. Jika terbukti sah maka pengadilan berhak secara langsung menghentikan dan memecat pengampu dalam menunaikan pengampuan tersebut (pasal 382 KUHPerdata).

Dokumen terkait