• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: LANDASAN TEORI

B. Kepuasan Pelanggan

3. Tujuan Pengukuran Kepuasan Pelanggan

Menurut Richard F. Gerson, ada tujuh alasan utama mengapa perlu

melakukan pengukuran kepuasan pelanggan (customer satisfaction) yaitu

(www.elqorni.wordpress.com):

a. Untuk mempelajari persepsi pelanggan (customer).

b. Untuk menentukan kebutuhan, keinginan, persyaratan, dan harapan

pelanggan (customer).

d. Untuk memeriksa apakah peningkatan mutu pelayanan dan kepuasan

pelanggan (customer satisfaction) sesuai harapan anda atau tidak.

e. Untuk mengetahui peningkatan kinerja.

f. Untuk mempelajari bagaimana melakukannya dan apa yang harus dilakukan

kemudian.

g. Untuk menerapkan proses perbaikan yang berkesinambungan

Secara spesifik tujuan yang ingin diukur adalah menilai mutu berdasarkan

persepsi pelanggan (customer), mengukur tingkat pelayanan yang diterima oleh

customer, mengukur tingkat kepuasan pelanggan (customer satisfaction).

Dengan adanya tujuan pengukuran kepuasan pelanggan (customer

satisfaction) maka akan dibuat kuesioner sebagai alat untuk menanyakan secara

langsung kepada pelanggan seputar tingkat kepuasan yang mereka rasakan.

4. Cara Mengukur Kepuasan Pelanggan

Cara sederhana yang digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu

(www.elqorni.wordpress.com):

a. Sistem Keluhan dan Saran: Industri yang berwawasan pelanggan akan

menyediakan formulir bagi pelanggan untuk melaporkan kesukaan dan

keluhannya. Selain itu dapat berupa kotak saran dan telepon pengaduan bagi

pelanggan. Alur informasi ini memberikan banyak gagasan baik dan

industri dapat bergerak lebih cepat untuk menyelesaikan masalah.

b. Survei Kepuasan Pelanggan: Industri tidak dapat menggunakan tingkat

keluhan sebagai ukuran kepuasan pelanggan. Industri yang responsif

dengan mengirimkan daftar pertanyaan atau menelpon secara acak dari

pelanggan untuk mengetahui perasaan mereka terhadap berbagai kinerja

industri. Selain itu juga ditanyakan tentang kinerja industri saingannya.

c. Ghost Shopping (Pelanggan Bayangan): Pelanggan bayangan adalah

menyuruh orang berpura-pura menjadi pelanggan dan melaporkan titik-titik

kuat maupun titik-titik lemah yang dialami waktu membeli produk dari

industri sendiri maupun industri saingannya.

d. Analisa Pelanggan yang Beralih: Industri dapat menghubungi pelanggan

yang tidak membeli lagi atau berganti pemasok untuk mengetahui

penyebabnya (apakah harganya tinggi, pelayanan kurang baik, produknya

kurang dapat diandalkan dan seterusnya, sehingga dapat diketahui tingkat

kehilangan pelanggan.

5. Strategi Memuaskan Kebutuhan Pelanggan

Untuk dapat memuaskan kebutuhan pelanggan, perusahaan atau lembaga dapat

melakukan dengan tahapan berikut (Zulian Yamit, 2005:94):

a. Mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan

Mencari tahu kebutuhan dan keinginan pelanggan dapat dilakukan dengan

mengetahui motif pelanggan dalam membeli suatu produk atau jasa. Perlu

disadari bahwa tidak semua pelanggan mau dan mampu secara terbuka

mengungkapkan motif pembelian suatu produk atau jasa. Mengetahui apa

yang diinginkan oleh pelanggan atas suatu produk atau jasa, akan

memudahkan perusahaan dalam mengkomunikasikan produk kepada sasaran

b. Mengetahui proses pengambilan keputusan dalam membeli

Dengan mengetahui tipe pengambilan keputusan pelanggan dalam membeli

produk, perusahaan dapat memprediksi faktor yang mempengaruhi

pelanggan dalam memutuskan pembelian dan memilih cara pelayanan

pelanggan yang tepat.

c. Membangun citra perusahaan

Perusahaan perlu memperhatikan proses informasi yang membentuk persepsi

pelanggan terhadap produk perusahaan. Persepsi positif atau negatif sangat

tergantung pada informasi yang diterima pelanggan atas produk yang

dihasilkan perusahaan.

d. Membangun kesadaran akan pentingnya kepuasan pelanggan

Membangun kesadaran harus diimplementasikan dalam tindakan nyata

bahwa semua unit yang ada dalam perusahaan bertanggung jawab untuk

memuaskan pelanggan. Jika kepuasan pelanggan menjadi motivasi setiap

unit dalam organisasi, maka pembentukan citra akan maksimal.

6. Teknik Mengukur Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan dapat diukur dengan cara (Freddy Rangkuti, 2006:87):

a. Traditional Approach

Dalam pendekatan ini, konsumen diminta memberikan penilaian atas

masing-masing indikator produk atau jasa yang mereka nikmati (pada

umumnya dengan menggunakan skala likert), yaitu dengan cara

memberikan skor dari 1 sampai 5. Selanjutnya konsumen juga diminta

Penilaian secara keseluruhan merupakan nilai standar yang akan

dibandingkan dengan nilai masing-masing indikator. Hasilnya adalah jika

nilai masing-masing indikator tersebut lebih tinggi dibanding nilai

standar, konsumen dianggap sudah merasa puas. Sebaliknya jika nilai

masing-masing indikator tersebut lebih rendah dibanding nilai standar,

konsumen dianggap tidak puas.

b. Analisis secara Deskriptif

Analisis deskriptif harus dilakukan secara hati-hati karena apabila nilai

rata-rata menunjukkan hasil yang relatif cukup tinggi, nilai ini harus

dibandingkan dengan nilai standar deviasi. Nilai rata-rata yang cukup tinggi

belum tentu menghasilkan tingkat kepuasan yang relatif tinggi kalau nilai

itu diikuti dengan nilai standar deviasi yang cukup besar. Begitu juga

sebaliknya, apabila nilai rata-rata yang relatif rendah diikuti oleh nilai

standar deviasi yang relatif kecil, hasilnya akan lebih mencerminkan

keadaan yang sebenarnya. Selain itu perlu juga melakukan analisis korelasi

dengan nilai rata-rata secara keseluruhan. Tujuannya adalah untuk melihat

reliabilitas indikator yang akan diukur.

c. Pendekatan secara Terstruktur

Pendekatan ini paling sering digunakan untuk mengukur kepuasan

pelanggan. Salah satu teknik yang paling popular adalah semantic

differential dengan menggunakan prosedur scaling. Caranya adalah

responden diminta untuk memberikan penilaiannya terhadap suatu produk

satu produk atau fasilitas dengan produk atau fasilitas lainnya, dengan

syarat variabel yang diukur sama.

d. Analisis Importance dan Performance Matrix

Konsep ini sebenarnya berasal dari konsep SERVQUAL. Intinya adalah

bahwa tingkat kepentingan pelanggan diukur dalam kaitannya dengan apa

yang seharusnya dikerjakan oleh perusahaan agar menghasilkan produk atau

jasa yang berkualitas tinggi. Untuk memperjelas konsep ini istilah

expectation sebaiknya diganti dengan importance atau tingkat kepentingan

menurut persepsi pelanggan. Dari berbagai persepsi tingkat kepentingan

pelanggan, kita dapat merumuskan tingkat kepentingan yang paling

dominan. Diharapkan dengan memakai konsep tingkat kepentingan ini, kita

dapat menangkap persepsi yang lebih jelas mengenai pentingnya variabel

tersebut di mata pelanggan. Selanjutnya kita dapat mengkaitkan variabel ini

dengan kenyataan yang dialami pelanggan. Setelah mengetahui hasil

pengukuran dari variabel-variabel, maka hasil pengukurannya dapat

dimasukkan ke dalam diagram importance & performance. Dari diagram

itu akan dapat direkomendasikan hal-hal yang perlu ditingkatkan dalam

upaya meningkatkan kepuasan pelanggan.

Dengan menggunakan Importance & Performance Matrix dapat dianalisis

strategi untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Matrix ini terdiri dari 4

Kuadran 1 (attributes to improve)

Ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh

pelanggan tetapi pada kenyataannya faktor-faktor ini belum sesuai seperti

yang ia harapkan (tingkat kepuasan yang diperoleh masih sangat rendah).

Variabel yang masuk dalam kuadran ini harus ditingkatkan. Caranya adalah

perusahaan melakukan perbaikan secara terus menerus sehingga

performance variabel yang ada dalam kuadran ini dapat meningkat.

Kuadran 2 (maintain performance)

Ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh

pelanggan dan faktor-faktor yang dianggap oleh pelanggan sudah sesuai

dengan yang dirasakannya sehingga tingkat kepuasannya relatif lebih tinggi.

Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini harus tetap

dipertahankan karena semua variabel ini menjadikan produk /jasa tersebut

unggul di mata pelanggan.

Kuadran 3 (attributes to maintain)

Ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang

penting oleh pelanggan dan pada kenyataannya kinerjanya tidak terlalu

istimewa. Peningkatan variabel-variabel yang terdapat dalam kuadran ini

dapat dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang

dirasakan oleh pelanggan sangat kecil.

Kuadran 4 (main priority)

Ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang

termasuk dalam kuadran ini dapat dikurangi agar perusahaan dapat

menghemat biaya.

Untuk penelitian ini penulis akan menganalisis data dengan menggunakan

teknik analisis importance dan performance matrix.

Dokumen terkait