• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan Praktikum

Dalam dokumen Laporan Praktikum Dasar Ilmu Tanah Apr (Halaman 60-76)

PENGENALAN PROFIL TANAH

B. Tujuan Praktikum

Mengetahui ciri-ciri yang khas pada tanah, di pandang dari sifat fisik maupun kimianya. Serta mengetahui horizon-horison tanah sebagai akibat berlangsungnya evolusi genetis didalam tanah.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah merupakan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh-berkembangnya perakaran penopang tegak-tumbuhnya tanaman dan penyuplsi kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl, dan lain-lain); dan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan bomass dan produksi baik tanaman pangan, obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan (Hanafiah, 2005).

Apabila kita menggali lubang pada tanah, maka kalau kita perhatikan dengan teliti pada masing-masing sisi lubang tersebut akan terlihat lapisan lapisan tanah yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Di suatu tempat ditemukan lapisan pasir berselang-seling dengan lapisan liat, lempung atau debu, sedang di tempat lain ditemukan tanah yang semuanya terdiri dari liat, tetapi di lapisan bawah berwarna kelabu dengan bercak-bercak merah, di bangian tengah berwarna merah, dan lapisan atasnya berwarna kehitam-hitaman.

Lapisan tersebut terbentuk karena dua hal yaitu :

1. Pengendapan yang berulang ulang oleh genangan air

Apabila air genangan tersebut masih mengalir dengan kecepatan tinggi maka hanya butir-butir kasar seperti pasir, kerikil yang dapat diendapkan. Bila air yang menggenang tidak mengalir lagi maka butir-butir yang halus seperti liat atau debu mulai dapat diendapkan. Tanah-tanah dengan endapan yang berlapis-lapis ini umumnya ditemukan di sekitar sungai di daerah-daerah dataran banjir atau teras. 2. Proses pembentukan tanah

Proses pembentukan tanah dimulai dari proses pelapukan batuan induk menjadi bahan batuan induk tanah, diikuti oleh proses percampuran bahan organik dengan bahan mineral di permukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas tanah ke bagian bawah dan berbagai proses lain yang dapat menghasilkan horison-horison tanah. Horison tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena hasil dari proses pembentukan tanah. Proses pembentukan hprison-horison tanah tersebut akan menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan susunan horison tanah disebut profil tanah (Hardjowigeno, 2007).

Pengenalan profil tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pengenalan ini penting dalam hal mempelajari pembentukan dan klasifikasi tanah dengan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan pengolahan tanah dengan lebih tepat. Adapun faktor-faktor pembentuk tanah, maka potensi untuk membentuk berbagai jenis tanah yang

berbeda amat besar (Foth, 1999). Ada 6 horison utama yang menyusun profil tanah berturut-turut dari atas ke bawah yaitu :

A) Horison O

Horison ini di lahan kering ditemukan terutama pada tanah-tanah hutan yang belum terganggu. Merupakan horison organik yang terbentuk di atas lapisan tanah mineral. Di daerah rawa-rawa horison O merupakan horison utama pada tanah gambut (Histosol). Horison O terdiri dari bahan serasah atau sisa-sisa tanaman (Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil dekomposisi tanah serasah (Oa).

B) Horison A

Merupakan horison di permukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik dan bahan mineral berwarna lebih gelap daripada horison di bawahnya.

C) Horison E

Horison di mana terjadi pencucian (eluviasi) maksimum terhadap liat, Fe, Al, bahan organik. Berwarna pucat.

D) Horison B

Adalah horison iluviasi yaitu horison akumulasi bahan eluvial dari horison di atasnya. Telah berkembang jika terjadi dinamika kelembaban tanah.

E) Horison C

Adalah horison yang terdiri dari bahan induk, sedikit terlapuk, sehingga lunak dan dapat tertembus akar tanaman. Belum terjadi perubahan secara kimiawi.

F) Horison R

Adalah batuan keras yang belum dilapuk. Tidak dapat ditembus akar tanaman (Hardjowigeno, 2007).

Meskipun tanah terdiri dari beberapa horison, namun bagi tanaman yang sangat penting adalah horison O – A (lapisan atas) yang biasanya mempunya ketebalan di bawah 30 cm, bahkan bagi tanaman berakar dangkal seperti padi, palawija dan sesayuran yang paling berperan adalah kedalaman di bawah 20 cm. Oleh karena itu, istilah kesuburan tanah biasanya mengacu kepada ketersediaan hara pada lapisan setebal ini, yang biasanya disebut sebagai lapisan olah. Namun bagi tetanaman perkebunan dan kehutanan (pepohonan) untuk jangka panjang lapisan tanah bawah juga akan menjadi sumber hara dan air (Hardjowigeno, 2007).

Ciri morfologi suatu tanah berguna mengetahui jenis tanah dan tingkat kesuburan tanahnya. Profil tanah yang vertical dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk dibawah tanah. Tempat horizon-horison pada tanah-tanah yang memiliki perkembangan genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu, umumnya terdapat dalam perkembangan pembentukan profil tanah, tujuannya untuk mengetahui jenis tanah dengan factor kelilingnya. Pengamatan profil meliputi pengamatan dalam profil itu sendiri dan pengamatan factor sekeliling yang mempengaruhi proses pembentukan tanah termasuk factor sekeliling antara lain: vegetasi yang ada, kedalaman air tanah, topografi, usaha tani, ada tidak factor pengamatan seperti bahaya banjir, erosi, keadaan berbatu dsb (Subagyo, 1970).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Bor tanah

b. Abney level (clinometer) untuk kemiringan tanah c. Kompas d. Altimeter e. PH Saku f. Botol Semprot g. Kertas label h. Meteran

i. Buku Munsell Soil Color Chat j. Kantong Plastik

k. Spidol

l. Buku pedoman pengamatan tanah di lapangan m. Daftar irisan profil

2. Bahan

a. Larutan H2O2 3% b. Larutan HCL 10%

c. Larutan ∞∞ - dipiridil dalam 1 N NH4Oac netral. d. Aquades

1. Dipilih tempat pembuatan profil, sebelumnya dilakukan pengeboran di tempat-tempat sekitar profil yang akan dibuat sedalam 1 meter pada dua atau 3 tempat berjarak 1 meter, yang berguna supaya tercapai keseragaman.

2. Digali lubang sehingga terbentuk profil tanah dengan ukuran panjang 2m, lebar 1,5m, dan kedalaman 1,5 m. Di depan bidang pengamatan profil dibuat tangga (trap)bke bawah untuk memudahkan pengamat turun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel Hasil Pengamatan Profil Tanah

Nomor Lapisan 1 2 3 4 5 Dalam lapisan (cm) 0 – 26 cm 26 – 44 cm 44 – 58 cm 58 – 73 cm 73 – 83 cm Symbol lapisan a B c d e Batas lapisan a b c d a b C d a b c d a b c d a b c d Batas tropografi s w i b s w I b s w i b s w i b s w i b

Warna tanah 10 YR 2/2Very Dark Brown

7, 5 YR ¾

Dark Brown Dark Redish5 YR 3/3 Brown 5 YR 3/3 Dark Redish Brown 7, 5 YR ¾ Dark Brown Tekstur tanah s grcl l s grcl l s grcl l s grcl l s grcl l si si si si si Struktur Tanah VF Pl VF Pl VF Pl VF Pl VF Pl F p F p F p F p F p 0 M cp 0 M cp 0 M cp 0 M cp 0 M cp 1 C ab 1 C ab 1 C ab 1 C ab 1 C ab 2 VC b 2 VC b 2 VC b 2 VC b 2 VC b 3 sb 3 sb 3 sb 3 sb 3 sb g g g g g cr cr cr cr cr l l l l l m m m m m B L K B L K B L K B L K B L K so l l so l l so l l so l l so l l

Konsistensi ss vf s ss vf s ss vf s ss vf s ss vf s s f sh s f sh s f sh s f sh s f sh vs t h vs t h vs t h vs t h vs t h po vt vh po vt vh po vt vh po vt vh po vt vh ps et eh ps et eh ps et eh ps et eh ps et eh vp vp vp vp vp p p p p p PH tanah 6 6 5 5 5 Reaksi terhadap

HCL Tidak berbuih Tidak berbuih sedikit berbuih Tidak berbuih Tidak berbuih Reaksi terhadap

H2O2 Sangat banyak sedikit Banyak Banyak buih sedang

B. Pembahasan

Kandungan bahan organik dalam tanah dapat diketahui dengan mengambil sampel tanah dalam keadaan kering, diremas-remas dengan tangan dan dimasukkan ke dalam plastik samapi separuh penuh. Lalu ditambah air sampai penuh, kemudian ditiup sampai melembung dan ujung plastik diikat. Dikocok sampai merata. Plastik digantung selama 1 sampai 2 jam. Setelah mengendap kita akan melihat komposisi / penyusun tanah. Humus biasanya akan tersusun pada lapisan paling atas setelah air dan berwarna hitam. Setelah kita mengetahui penyusun tanah, otomatis kita akan mengetahui kandungan atau persentase bahan organik / humus / C- organik tanah (Hardjowigeno, 1992).

Keasaman tanah dapat diperoleh data dengan menggunakan pH saku. Caranya dengan tanah dimasukkan ke dalam tabung kecil dengan komposisi 1/3nya, lalu sisanya diisi dengan akuades. Dibiarkan beberapa saat,lalu dimasukkan pH saku ke dalam tabung. Kemudian akan terlihat berapa pH tanah atau keasaman tanah (Hardjowigeno, 1993)

Dalam pembentukan profil tanah selanjutnya terjadilah berbagai proses pembentukan tanah. Proses pembentukan tanah tersebut disebabkan beberapa faktor yaitu :

1. Iklim

Merupakan rerata cuaca pada jangka panjang, minimal per musim atau per periode atau per tahun, dan seterusnya. Cuacalah yang bertanggung jawab dalam mengubah energi matahari menjadi energi mekanik atau panas. Di antara komponen iklim, yang paling berperan adalah curah hujan dan temperatur.

Sebagai pelarut dan pengangkut, maka air hujan akan mempengaruhi komposisi kimiawi mineral-mineral penyusun tanah, kedalaman dan diferensiasi profil tanah, dan sifat fisik tanah.

3. Pengaruh temperatur

Perbedaan temperatur merupakan cerminan energi panas mtahari yang sampai ke suatu wilayah, sehingga berfungsi sebagai pemicu proses fisik dalam pembentukan liat dari mineral-mineral bahan induk tanah, keanekaragaman hayati yang aktif, dan kesempurnaan proses dekomposisi biomass tanah hingga ke mineralisasinya.

4. Jasad hidup

Di antara berbagai jasad hidup, vegetasi atau makroflora merupakan yang paling berperan dalam mempengaruhi proses genesis dan perkembangan profil tanah, karena merupakan sumber utama biomass atau bahan organik tanah (BOT).

5. Bahan induk

Jenis bahan induk akan menentukan sifat fisik maupun kimiwi tanah yang terbentuk secara endodinamomorf, tetapi pengaruhnya menjadi tidak jelas terhadap tanah-tanah yang terbentuk secara ektodinamomorf.

6. Topografi

Topografi (relief) adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk perbedaan kecuraman dan bentuk lereng.

7. Waktu

Periode waktu pembentukan akan menentukan jenis dan sifat-sifat tanah yang terbentuk di suatu kawasan, karena waktu memberikan kesempatan kepada 4 faktor pembentukan tanah lainnya untuk mempengaruhi proses-proses pembentukan tanah, makin lama makin intensif (Hanafiah, 2005).

Lapisan tas profil tanah umumnya cukup banyak mengandung bahan organic dan biasanya berwarna gelap karena penimbunan (akumulasi) bahan organic. Lapisan dengan cirri-ciri demiklan umumnya dianggap sebagai zona utama penimbunan bahan organic disebut tanah atas atau tanah olah lapisan yang berada dibawah nya di sebut soil-soil dimana lebih sedikit mengandung bahan organic karena mengalami bahan organic karena mengalami cukup lapukan (Haki, 1986).

Pada praktikum kali ini di dapatkan 5 lapisan tanah. Tebal lapisan pertama 0 – 26 cm dengan symbol A memiliki batas lapisan clear (jelas) batas topografi rata (smooth) atau batasnya lurus teratur. Pada lapisan ini tanah berwarna 10 YR 2/2 yaitu very dark brown. Teksturnya lempung. Strukur tanah pada lapisan ini memiliki kelas struktur yang halus atau F. Konsistensi tanah dalam kondisi basah adalah agak lengket atau Ss dan pada kondisi lembab sangat gembur. Lapisan ini memiliki PH 6 yang bersifat asam. Reaksi terhadap HCL bersifat positif atau sedikit mengandung senyawa kapur sedangkan reaksi terhadap H2O2 mengandung sedikit bahan organik. Perakaran pada lapisan ini sedang.

Pada lapisan kedua dengan kedalaman 26 – 44 cm dengan symbol B memiliki batas lapisan clear (jelas) . Batas topografinya rata (smooth) atau batasnya lurus teratur. Warna pada tanah lapisan ini yaitu 7, 5 YR ¾. Teksturnya lempung brliat dan mengandung debu. Kemudian memiliki kandungan bahan kasar Fe dan Mn yang menyebabkan warna tanah pada lapisan ini merah kehitaman. Dengan struktur tanah sangat halus. Tanah ihi memiliki derajat struktur yang cukup konsisten nya pada kondisi lembab adalah agak plastis dan memiliki PH 6 yang bersifat asam untuk reaksi terhadap HCL bersifat negative yang artinya tidak mengandung senyawa kapur sedangkan untuk reaksi H2O2 mengandung sangat sedikit bahan organic yang disimbolkan dengan tanda (---). Perakaran pada lapisan ini sedikit.

Pada lapisan tanah ke 3, memiliki ketebalan 44 – 58 cm, dengan symbol c. memiliki batas clear (jelas). Batas topografinya s yang berarti batas rata (smooth) atau batasnya lurus teratur, warna tanah 5 YR 3/4 mempunyai tekstur lempung berliat. Struktur tanahnya sangat halus sedangkan untuk konsistensi kering lepas, konsistensi basanya agak lengket dan konsistensi lembabnya teguh. Lapisan ini memiliki PH 5 dan mempunyai reaksi terhadap HCL yang sedikit, karena tanah yang dipakai adalah tanah untuk pembuangan sampah, maka kandungan kapur sangat sedikit karena tanah ini banyak mengandung bahan organic untuk reaksi terhadap H2O2. Tanah ini menunjukan hasil (++) yang berarti cukup banyak mengandung bahan organic.

Warna merah pada tanah umumnya dihasilkan oleh tidak adanya hidrasi dan akridasi besi (hemabeti). Tanah merah cenderung terjadi di bukit-bukit dimana batuan-batuan

dibawahnya terjadi terlebih dahulu. Pelapukan dan drainase yang baik dalam jangka waktu yang panjang diperlukan untuk membentuk tanah-tanah merah yang umumnya terjadi di topic sejumlah tanah-tanah merrah bagaimanapun mewarnai tanah dari bahan induknya (Foth , 1999).

Lapisan ke 4 mempunyai kedalaman antara 58 – 73 cm disimbolkan dengan huruf D, batas lapisan adalah diffuse (baur), batas topografinya batas rata (smooth) atau batasnya lurus teratur dan mempunyai warna tanah 5 YR 3/3 tekstur pada tanah lapisan ini adalah lempung liat berpasir, kandungan bahan kasarnya adalah Fe yang mengalami dehidrasi senyawa besi. Struktur tanah yang terbentuk adalah sedang , konsistensinya pada keadaan basa agak lengket, dalam keadaan lembab adalah gembur dan dalam keadaan kering lunah. Ph tanahnya 5, mempunyai reaksi terhadap HCl adalah (+) yang berarti sangat sedikit sekali. Reaksi terhadap H2O2 menunjukan kandungan bahan organic yang kurang, dan mempunyai perakaran yang halus sedikit dan sedikit kasar.

Lapisan ke 5 mempunyai kedalaman antara 73 – 83 cm disimbolkan dengan huruf E, batas lapisan adalah diffuse (baur), batas topografinya batas rata (smooth) atau batasnya lurus teratur dan mempunyai warna tanah 7, 5 YR 3/4 tekstur pada tanah lapisan ini adalah lempung berliat, kandungan bahan kasarnya adalah Fe yang mengalami dehidrasi senyawa besi. Struktur tanah yang terbentuk adalah sedang , konsistensinya pada keadaan basa agak lengket, dalam keadaan lembab adalah gembur dan dalam keadaan kering lunah. Ph tanahnya (5, 5), mempunyai reaksi terhadap HCl adalah (+) yang berarti sangat sedikit

sekali. Reaksi terhadap H2O2 menunjukan kandungan bahan organicnya netral, dan mempunyai perakaran yang halus sedikit dan sedikit kasar.

Dalam rangka penelitian tanah kadang-kadang di perlukan deskripsi profil tanah. Dari pengamatan sifat tanah di lapangan serta dikosongkan oleh hasil analisa contoh di laboratorium yang diambil dari tiap horizon di dalam profil, maka dapat ditentukan jenis tanahnya. Profil tanah ialah penampang vertilkal tanah dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bawah induk di bawah tanah , solum tanah adalah penampang tanah dimulai dari horizon A hingga horizon B. Pensidikan komponen profil tanah merupakan landasan dasar usaha pengenalan tubuh tanah secara utuh untuk keperluan klasifikasi tanah (Poerwidodo,1991).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penetapan jenis tanah dengan menentukan horizon diketahui batasnya, masing–masing lapisan diamati warna, tekstur, struktur, konsistensi, pH, perakaran, kandungan dalam tanah. Berdasarkan data yang diperoleh tanah dari pengamatan tanah Entisol.

DAFTAR PUSTAKA

Foth, 1999. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hakim, 1982. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Haki Saifudin, 1986. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB. Bogor. Hardjowigeno, 2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

Poerwidodo, 1991. Genesa Tanah, Proses Genesa dan Morfologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Subagyo, 1970. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.

Dalam dokumen Laporan Praktikum Dasar Ilmu Tanah Apr (Halaman 60-76)

Dokumen terkait