• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Dasar Ilmu Tanah Apr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Dasar Ilmu Tanah Apr"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR - DASAR ILMU TANAH

Disusun Oleh:

Nama : Apriliane Briantika Louise

Nim : A1L013055

Rombongan : 1

Asisten : Zulfa Ulinnuha

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena atas

berkat-Nya akhirnya laporan praktikum dasar-dasar ilmu tanah dapat diselesaikan. Sejak

partama kali mendengar mata kuliah dasar-dasar ilmu tanah, penulis merasa sedikit kaget,

mengapa mendapat mata kuliah ini? namun, setelah melakukan praktikum dasar-dasar

ilmu tanah penulis sadar akan pentingnya tanah bagi kehidupan manusia. Apalagi jika

dilihat dari sector social ekonominya. Dari mata kuliah dan praktikum, penulis dapat

mengetahui banyak hal tentang tanah, atau setidaknya mengetahui bagaimana memilih

tanah yang baik bagi usahatani dan manfaat-manfaat lain.

Purwokerto, Maret 2014

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ………... Kata Pengantar ………... Daftar Isi ………... BAB II. Penetapan Kadar Air Tanah ……….……….…... 2.1. Pendahuluan ……….……….... BAB V. Pengenalan Profil Tanah ………...

(4)

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH

ACARA II

PENETAPAN KADAR AIR TANAH

Disusun Oleh:

Nama : Apriliane Briantika Louise

NIM : A1L013055

Rombongan : 1

Asisten :

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh

unik yang menutupi batuan. Tanah berfungsi sebagai media tumbuh tanaman. Selain itu,

tanah mempunyai peranan penting dalam siklus hidrologi. Kondisi tanah menentukan

jumlah air yang masuk ke dalam tanah dan mengalir pada permukaan tanah. Jadi tidak

hanya berperan sebagai media pertumbuhan tanaman tetapi juga sebagai media pengatur

air. Analisis tanah membantu penyelidikan produktivitas dan penentuan tindakan

pengolahan tanah. Hal ini dibutuhkan karena kondisi setiap tanah berbeda-beda bergantung

pada proses pembentukannya. Proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh faktor

lingkungan (pedogenesis) maupun kegiatan manusia (metapedogenesis).

Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari air tanah. Air

diperlukan oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, antara lain untuk

memenuhi transpirasi, dalam proses asimilasi untuk pembentukan karbohidrat serta untuk

pengangkut hasil-hasil fotosintesisnya ke seluruh jaringan tubuh. Disamping itu air

merupakan bagian penyusunan tubuh tumbuhan. Air tanah berfungsi sebagai pelarut unsur

hara dalam tanah. Air tanah dan unsur hara ini membentuk larutan tanah. Air tanah yang

berfungsi membawa unsur hara ke permukaan akar tumbuhan. Di dalam jaringan/tubuh

tumbuhan air ini juga yang berperan mengangkut unsur hara yang diserap akar keseluruh

(6)

Fungsi yang saling berkaitan dalam penyediaan air bagi tanaman yaitu memperoleh air

dalam tanah dan pengaliran air yang disimpan ke akar-akar tanaman. Jumlah air yang

diperoleh tanah sebagian bergantung pada kemampuan tanah yang menyerap air cepat dan

meneruskan air yang diterima dipermukaan tanah ke bawah.

B. Tujuan

Menetapkan kadar air contoh tanah kering angin, kapasitas lapang dan kadar air

maksimum tanah dengan metode gravimetri (perbandingan massa air dengan massa

(7)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah pada lajur/zona

jenuh air (zone of saturation). Air tanah terbentuk berasal dari air hujan dan air permukan ,

yang meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of aeration) dan kemudian

meresap makin dalam (percolate) hingga mencapai zona jenuh air dan menjadi air tanah.

Air tanah adalah salah satu faset dalam daur hidrologi, yakni suatu peristiwa yang selalu

berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer;

penguapan dari darat atau laut atau air pedalaman, pengembunan membentuk awan,

pencurahan, pelonggokan dalam tanih atau badan air dan penguapan kembali (Hakim,

1986).

Dari daur hidrologi tersebut dapat dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan air

permukaan serta komponen-komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi termasuk

bentuk topografi, jenis batuan penutup, penggunaan lahan, tetumbuhan penutup, serta

manusia yang berada di permiukaan. Air tanah dan air permukaan saling berkaitan dan

berinteraksi. Setiap aksi (pemompaan, pencemaran dll) terhadap air tanah akan

memberikan reaksi terhadap air permukaan, demikian sebaliknya (Agus, 2009).

Hubungan warna tanah dengan kandungan bahan organik di daerah tropika sering tidak

sejalan dengan di daerah beriklim sedang ( Amerika, Eropa). Tanah-tanah merah di

indonesia banyak yang mempunyai kandungan bahan organik lebih dari satu persen, sama

dengan kandungan bahan organik tanah hitam mollisol di daerah beriklim sedang

(8)

Kandungan air tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering dipakai

istilah-istilah nisbih, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang tidak pasti

tentang kadar air sehingga istilah jenuh dan tidak jenuh dapat diartikan yang penuh terisi

dan yang menunjukkan setiap kandungan air dimana pori-pori belum terisi penuh. Jadi

yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah jumlah air yang bila dipanaskan dengan

oven yang bersuhu 105oC hingga diperoleh berat tanah kering yang tetap.Dua fungsi yang

saling berkaitan dalam penyediaan air bagi tanaman yaitu memperoleh air dalam tanah dan

pengaliran air yang disimpan ke akar-akar tanaman. Jumlah air yang diperoleh tanah

sebagian bergantung pada kemampuan tanah yang menyerap air cepat dan meneruskan air

yang diterima dipermukaan tanah ke bawah. Akan tetapi jumlah ini juga dipengaruhi oleh

faktor-faktor luar seperti jumlah curah hujan tahunan dan sebaran hujan sepanjang tahun

(Wahyu, 2009).

Banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air

(moisture tension) dalam tanah tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain

dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah yang bertekstur kasar mempunyai daya

menahan air yang lebih kecil dari pada tanah yang bertekstur halus. Pasir umumnya lebih

mudah kering dari pada tanah-tanah bertekstur berlempung atau liat (Hardjowigeno, 1987).

Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air

dalam tanah tersebut. Besarnya tegangan air menunjukkan besarnya tenaga yang

diperlukan untuk menahan air tersebut di dalam tanah. Dalam pertanian, tanah diartikan

lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari hasil

(9)

hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula

udara dan air. Di samping percampuran bahan mineral dengan bahan organik, maka dalam

proses pembentukan tanah terbentuk pula lapisan-lapisan tanah atau horison-horison. Oleh

karena itu, dalam definisi ilmiahnya tanah (soil) adalah kumpulan dari benda alam di

permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan

mineral, bahan organik, air, dan udara (Hardjowigeno, 2007).

Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya

sekitar 3 - 5 persen. Akan tetapi pengaruhya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Bahan

organik dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik halus atau humus.

Tanah yang banyak mengandung humus adalah tanah-tanah lapisan atas atau top soil

(Hardjowigeno, 2007).

Udara mengisi pori pori tanah. Banyaknya pori-pori di dalam tanah kurang lebih 50%

dari volume tanah, sedangkan jumlah air dan udara di dalam tanah berubah-ubah. Udara

mengisi pori-pori yang tidak terisi oleh air (Hardjowigeno, 2007).Air terdapat dalam tanah

karena ditahan/ diserap oleh masa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena

keadaan drainase yang kurang baik. Komposisi air di dalam tanah kurang lebih 25%. Air

yang diserap oleh tanaman di samping berfungsi sebagai komponen sel-selnya, juga

berfungsi sebagai media reaksi pada hampir seluruh proses metabolismenya yang apabila

telah diuapkan melalui mekanisme transpirasi, yang bersama-sama dengan penguapan dari

tanah sekitarnya (evaporasi) disebut evapotranspirasi. Kebutuhan akan air dipengaruhi oleh

(10)

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat

- Botol timbang - Serbet

- Timbangan analitis - Kertas Saring

- Keranjang kuningan - Open

- Cawan tembaga porus - Tang Penjepit

- Bejana seng - Eksikator

- Kertas label - Bak Perendam

- Spidol - Pipet Ukur 2 mm

2. Bahan

(11)

B. Prosedur Kerja

1. Kadar air tanah kering angin (udara)

a. Botol timbang dan penutupnya dibersihkan, diberi label, lalu ditimbang.

b. Botol timbang diisi dengan contoh tanah kering angin yang berdiameter 2mm,

kurang lebih setengahnya, di tutup, lalu di timbang kembali.

c. Dimasukan ke dalam oven dengan keadaan tutup terbuka, pengovenan

dilakukan pada suhu 105-110° C selama minimal 4 jam.

d. Setelah selesai, botol timbang ditutup kembali dengan menggunakan tang

penjepit, lalu dimasukan ke dalam eksikator selama 15 menit.

e. Botol timbang di ambil satu per satu dengan menggunakan tang penjepit untuk

di timbang dengan timbangan yang sama

Kadar Air = (b – c) x 100 %

(c – a)

2. Kadar Air Kapasitas Lapang (Metode Pendekatan)

a) Keranjang kuningan dibersihkan, diberi label, ditimbang

b) Keranjang kuningan yang telah ditimbang diletakan ke dalam bejana seng

c) Tanah kering angin Ø 2mm dimasukkan ke dalam keranjang kuningan setinggi

2,5 cm secara merata tanpa ditekan

d) Teteskan air sebanyak 2 mL dengan pipet ukur secara perlahan-lahan pada 3

titik tanpa bersinggungan (1 titik = 0,67mL), bejana ditutup, letakkan ditempat

(12)

e) Keranjang kuningan dikeluarkan dari bejana seng, di ayak hingga tertinggal 3

gumpalan, lalu hitung ditimbang denagn rumus

Kapasitat Lapang = 2 x 100 % + Ka

b – (a+2)

3. Kadar Air Maksimum Tanah

a. Cawan tembaga porus dan petridis dibersihkan dan diberi label secukupnya

b. Pada dasar cawan tembaga porus diberi kertas saring, dijenuhi air dengan

menggunakan botol semprot. Kelebihan air dibersihkan dengan serbet (lap),

dimasukkan kedalam petridis kemudiaan di timbang ( a = gram)

c. Cawan tembaga poros dikeluarkan dari petridis, isi dengan contoh tanah halus (

Ø 0,5 mm) kurang lebih ⅓ nya, cawan diketuk-ketuk perlahan sampai

permukaan tanahnya rata, Contoh tanah halus ditambahkan ⅓-nya dengan jalan

yang sama sampai cawan tembaga porus penuh dengan tanah. Kelebihan tanah

diatas cawan diratakan dengan colet

d. Cawan tembaga porus direndam dalam bak perendam dengan ditumpu batu

dibawahnya agar air bebas masuk ke dalam cawan tembaga porus. Perendaman

dilakukan selama 12-16 jam

e. Setelah waktu perendaman selesai, cawan tembaga porus diambil dari bak

perendam. Permukaan tanah yang mengembang diratakan dengan colet,

dibersihkan dengan serbet (lap), dimasukkan kedalam cawan petridis yang

(13)

f. Cawan tembaga porus dimasukkan kedalam oven selama 24 jam dengan suhu

105-110°C

g. Setelah waktu pengovenan selesai, cawan diangkat dengan tang penjepit dan

dimasukkan kedalam eksikator selama 15 menit. Setelah itu diambil dengan

tang penjepit kemudian ditimbang beratnya (= c gr)

h. Tanah yang ada di dalam cawan tembaga porus dibuang, cawan tembaga porus

dibersihkan denan kuas, dialasi dengan petridis yang sama lalu ditimbang

beratnya (= d gram)

Kadar Air Maksimum= (b – c) – (c – d) x 100%

(14)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Jenis tanah : ENTISOL

Tabel 1 : Tanah Kering Udara Ulangan Botol Timbang

(15)
(16)

KAM -2 91, 92 166, 64 129, 79 92, 44

Rata - rata 86, 785 %

❖ KAM 1= ( b – a) – ( c – d ) x 100 % ( c – d )

= ( 158, 74 – 92, 93 ) – ( 128, 68 – 91, 32) x 100 % ( 128, 68 – 91, 32)

= 65, 81 – 37, 36 x 100 % 37, 36

= 76, 15 %

❖ KAM 2 = ( 165, 64 – 91, 90 ) – ( 129, 29 – 92, 44 ) ( 129, 79 – 92, 44)

= 73, 74 – 37, 35 x 100 % 37, 35

= 36, 39 x 100 % 37, 35

= 97, 42 %

(17)

B. Pembahasan

Penetapan kadar air tanah dapat dilakukan dengan cara menentukan kadar air tanah

kering angin (udara) dan menentukan kadar air kapasitas lapang. Dalam menentukan kadar

air tanah kering, pengovenan sangat berfungsi sekali. Pengovenan digunakan untuk

mengurangi massa air dalam suatu tanah. Eksikator juga sangat perlu dalam menentukan

kadar air tanah berguna untuk mendinginkan suatu tanah setelah dilakukan pengovenan

selama lebih dari 4 jam. Pengovenan dilakukan pada suhu 105-110 oC agar mendapatkan

hasil pengovenan yang baik (Hardjowigeno, 1987).

Berdasarkan gaya yang bekerja pada air tanah yaitu gaya adhesi, kohesi dan gravitasi,

maka air tanah dibedakan menjadi :

1. Air Higroskopis

Air higroskopis adalah adalah air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat

digunakan tanaman, kondisi ini terjadi karena adanya gaya adhesi antara tanah

dengan air. Air hidroskopik merupakan selimut air pada permukaan butir-butir tanah

(Hardjowigeno, 2007).

2. Air Kapiler

Air kapiler adalah bagian air tanah yang ditahan oleh tanah, yang terletak diantara

kapasitas lapang dan koefisien higroskopis. Air kapiler ini mengisi pori-pori tanah.

Air kapiler dapat berasal dari hasil infiltrasi air dari permukaan tanah kemudian

meresap ke dalam tanah dan tertahan diatara butir tanah karena pengaruhgayakapiler

(18)

melalui pori-pori tanah akibat pengaruhgayakapiler tanah. Besarnya air kapiler

dalam tanah akan sangat tergantung pada sifat fisik tanah (Hasan, 2011).

Air kapiler dibedakan menjadi:

a. Kapasitas lapang, yaitu air yang dapat ditahan oleh tanah setelah air gravitasi

turun semua. Kondisi kapasitas lapang terjadi jika tanah dijenuhi air atau setelah

hujan lebat tanah dibiarkan selama 48 jamsehingga air gravitasi sudah turun

semua. Pada kondisi kapsitas lapang, tanah tanah mengandung air yang

optimum bagi tanaman,karena pori makro berisi udara sedangkan pori mikro

seluruhnya berisi air. Kandungan air pada kapasitas lapang ditahan dengan

tegangan 1/3 atm atau pada pF 2,54.

b. Titik layu permanen, yaitu kandungan air tanah paling sedikit dan menyebabkan

tanaman tidak mampu menyerap air sehingga tanaman mulai layu dan jika hal

ini dibiarkan maka tanaman akan mati. Pada titik layu permanen, air ditahan

pada tegangan 15 atm atau pada pF 4,2. Titik layu permanen disebut juga

sebagai koefisien layu tanaman.

3. Air Gravitasi

Air gravitasi adalah bagian dari air tanah yang tidak dapat ditahan oleh tanah dan

mengalir secara bebas karena pengaruh gaya gravitasi.Jumlah air yang ditahan oleh

tanah setelah air gravitasi habis disebut air kapasitas lapang, dengan besarnya

(19)

Kadar air kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang

menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik

gravitasi. Air yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terus menerus diserap oleh akar-akar

tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama semakin kering. Dalam penetapan

kadar air kapasitas lapang, prinsip kerja yang dilakukan dengan menggunakan metode

pendekatan. Jenis tanah yang digunakan dalam penetapan kadar air kapasitas lapang adalah

tanah andisol, ultisol, inseptisol, vertisol, entisol. Jenis tanah tersebut memiliki kadar air,

sifat kimia dan sifat fisik yang berbeda. Kondisi kapasitas lapang terjadi jika tanah dijenuhi

air atau setelah hujan lebat, tanah dibiarkan selama 48 jam, sehingga air gravitasi turun

semua. Pada kondisi kapasitas lapang, tanah mengandung air yang optimum bagi tanaman,

karena pori makro berisi udara, sedangkan poli mikro berisi seluruhnya air. Kandungan air

pada kapasitas lapang ditahan dengan tegangan 1/3 atm atau pada pF 2,54 (Hakim, 1986).

Kadar air maksimum suatu jenis tanah ditentukan oleh daya hisap matriks atau

partikel tanah, kedalaman tanah dan pelapisan tanah (Hakim, 1986). Faktor-faktor yang

mempengaruhi kadar air tanah antara lain :

a. Banyaknya curah hujan atau air irigasi

b. Kemampuan tanah menahan air

c. Besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan vegetasi)

d. Tingginya muka air tanah

e. Kadar bahan organik tanah

f. Kenyawa kimiawi atau kandungan garam-garam

(20)

Berdasarkan data yang kami peroleh pada percobaan Tanah Kering Udara pada tanah

Entisol mempunyai kadar air tanah kering udara berturut-turut pada ulangan I, II, dan III

adalah 16, 77 % , 7, 38 % dan 5, 4 % dengan rata-rata 9, 85 %. Tanah entisol terjadi pada

bahan aluvium yang muda. Kemungkinan ekuivalensinya adalah tanah aluvial, regosol,

dan tanah glei humus rendah. Tanah ini umumnya mempunyai tebal solum tanah tidak

lebih dari 25 cm. Tanah ini berwarna kelabu, coklat atau coklat kekuning-kuningan sampai

keputih-putihan. Strukturnya adalah lepas atau butir tunggal, sedang teksturnya pasir

sampai lempung berdebu, konsistensinya lepas atau teguh dan keras atau pejal bila

memadat (Mulyani, 2001).

Kandungan unsur haranya banyak bergantung dari bahan induk tadi, tetapi biasanya

miskin akan hidrogen. Entisol adalah tanah-tanah dengan regolit dalam atau bumi tidak

dengan horison, kecuali mungkin lapis bajak. Beberapa Entisol, mempunyai horison

plaggen, agrik atau horizon E (albik); beberapa mempunyai batuan beku yang keras dekat

permukaan Entisol dicirikan oleh bahan mineral tanah yang belum membentuk horison

pedogenik yang nyata. Tanah-tanah ini dicirikan oleh kenampakan yang kurang muda dan

tanpa horison genetik alamiah, atau juga mereka hanya mempunyai horison-horison

(21)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Tinggi rendahnya kapasitas lapang tergantung pada jenis tanah dan ruang pori-pori

total pada setiap jenis tanah berbeda. Penetapan kadar air kapasitas lapang dipengaruhi

oleh kapasitas tempat tersebut, massa air di dalam suatu tanah dan kelembapan. Tinggi

rendahnya kadar air maksimum tergantung juga pada jenis tanah, sebab tanah juga

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Hardjowigeno, 1987. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya. Jakarta. Hardjowigeno. S., 2007. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta. . Diakses tanggal 27 Maret 2014.

Haryanto, 2011. Tanah-Tanah Utama Dunia. Lephas. Makassar.

Herlambang, 1996. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Mulyani, 2001. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Munir, Moch, 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. PT Dunia Pustaka Jaya : Jakarta. Suryadi, 2001. Dasar Ilmu Tanah. Tim Dosen Malang.

(23)

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH

ACARA III

DERAJAT KERUT TANAH

Disusun Oleh:

Nama : Apriliane Briantika Louise

Nim : A1L013055

Rombongan : 1

Asisten : Zulfa Ulinnuha

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(24)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah dalam pertanian mempunyai peranan sebagai media tumbuh tanaman dalam hal

tempat akar memenuhi cadangan makanan, cadangan nutrisi (hara) baik yang berupa

ion-ion organik maupun anorganik. Selanjutnya melalui daun dirubah menjadi persenyawaan

organik sepeti karbohidrat, protein, lemak dan lain-lain yang amat berguna bagi kehidupan

manusia dan hewan. Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan

kesuburan tanah baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik

adalah bahan pemantap agregat tanah. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK)

berasal dari bahan organik.

Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin tinggi

kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah

berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka derajat

kerut tanah makin kecil. Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan

anorganik, bahan organik, udara dan air. Bahan anorganik secara garis besar terdiri dari

golongan fraksi tanah yaitu pasir, debu dan liat. Tanah yang mengandung pasir sifatnya

sukar diolah sedangkan semakin berat tanahnya (liat tinggi) semakin besar derajat

kerutnya. Mengetahui derajat kerut suatu jenis tanah akan mempermudah untuk

(25)

B. Tujuan

Mengetahui besarnya derajat kerut tanah dari beberapa jenis tanah dan membandingkan

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah merupakan kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam

horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air, dan udara yang

merupakan media untuk tumbuhnya tanaman. Secara fisik tanah mineral merupakan

campuran dari bahan anorganik, bahan organik, udara dan air. Masing - masing fraksi

mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda beda. Bahan anorganik secara garis besar dibagi

atas golongan fraksi tanah yaitu :

1. Dominasi fraksi pasir (0, 05mm – 2, 00mm), bersifat tidak plastis dan tidak liat, daya

menahan air rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang pori makro lebih

banyak, perkolasi cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah pasiran relatif baik.

Fraksi pasir menyebabkan terbentuknya sedikit pori-pori makro (dari 5.700 partikel

per g tanah terbentuk sekitar 1.400 pori makro), sehingga luas permukaan yang

disentuh bahan menjadi sangat sempit (hanya 4 cm2 per g tanah), sehingga daya

pegangnya terhadap air sangat rendah. Kondisi ini menyebabkan air dan udara

mudah masuk keluar tanah, hanya sedikit air yang tertahan. Pada kondisi lapangan,

sebagian besar ruang pori terisi oleh udara , sehingga pori-pori makro disebut juga

popri aerasi atau dari segi kemudahannya dilalui air disebut juga sebagai pori

drainase.

2. Dominasi fraksi liat ( 0, 002 mm – 0.05) sebenarnya merupakan pasir mikro dan

sebagian besar adalah kuarsa. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi

(27)

90.250,853 juta partikel/g tanah terbentuk sekitar 22.500 juta pori mikro ) sehingga luas

permukaan sentuhnya menjadi sangat luas (8 juta cm2/g tanah, hampir 200.000 kali

liat, sehingga daya pegang tehadap air sangat kuat). Kondisi ini menyebabkan air

yang masuk ke pori-pori segera terperangkap dan udara sulit masuk. Pada kondisi

lapangan, sebagian besar ruang pori terisi air, sehingga pori-pori mikro ini disebut

juga pori kapiler.

3. Dominasi fraksi debu (< 0, 002 m) berbentuk mika atau lempeng, bila dibasahi amat

lengket dan sangat plastis, sifat mengembang dan mengerut yang besar. Bila kering

menciut dan banyak menyerap energi panas, bila dibasahi terjadi pengembangan

volume dan terjadi pelepasan panas yang disebut sebagai panas pembasahan (heat of

wetting). Fraksi ini akan menyebabkan terbentuknya pori-pori meso dalam jumlah

sedang (dari 5,776 juta partikel per g tanah terbentuk sekitar 1.250 pori meso)

sehingga luas situs sentuhnya menjadi cukup luas (454 cm2 per gtanah), mengasilkan

daya pegang terhadap air yang cukup kuat. Hal ini menyebabkan air dan udara cukup

mudah masuk keluar tanah, sebagian air akan tertahan, di lapangan , sebagian besar

ruang pori terisi oleh udara dan air dalam jumlah yang seimbang, sehiungga pori-pori

meso termasuk juga pori drainase, sehingga cukup permeable (Hanafiah, 2005).

Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin tinggi

kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah.Selain itu bahan organik tanah, bahan

organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah

maka derajat kerut tanah makin kecil. Tanah yang mengandung pasir sifatnya sukar diolah

(28)

Mengetahui derajat kerut suatu jenis tanah akan mempermudah untuk mengetahui

kandungan bahan organik dalam tanah tersebut (Foth, 1988).

Fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda-beda. Tanah yang banyak

mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah untuk diolah, mudah untuk

merembeskan air dan disebut sebagai tanah ringan. Adapun faktor- faktor yang

mempengaruhi derajat kerut pada tanah adalah Berat ringannya tanah akan menentukan

derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah.

Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan

organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil (Hardjowigeno, 2010).

Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, organik, udara,

dan air. Bahan anorganik secara garis besar terdiri atas golongan fraksi tanah yaitu pasir,

debu, dan liat. Masing-masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda-beda.

Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi derajat kerut pada tanah adalah Berat ringannya

tanah akan menentukan derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar

derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin

tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil

(Poerwowidodo, 1991).

Entisol adalah tanah yang belum berkembang dan banyak dijumpai pada tanah dengan

bahan induk yang sangat beragam, baik dari jenis, sifat maupun asalnya. Beberapa contoh

entisol antara lain berupa tanah yang berkembang dari bahan alluvial muda berlapis-lapis

tipis, tanah yang berkembang di atas batuan beku dengan solum dangkal atau tanah yang

(29)

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat

- Botol semprot

- Air

- Cawan porselin

- Colet

- Cawan dakhil

- Jangka sorong

- Serbet / lap pembersih 2. Bahan

● tanah halus (< 0, 5 mm)

B. Prosedur Kerja

1. Tanah halus diambil secukupnya, dimasukkan ke dalam cawan porselin,

ditambah air dengan menggunakan botol semprot, lalu diaduk secara merata

dengan colet sampai pasta tanah menjadi homogen.

2. Pasta tanah yang sudah homogen tadi dimasukkan ke dalam cawan dakhil

yang telah diketahui diameternya dengan menggunakan jangka sorong

(30)

3. Cawan dakhil yang telah berisi pasta tanah tersebut dijemur dibawah terik

matahari, kemudian dilakukan pengukuran besarnya pengkerutan setiap 2

jam sekali sampai diameternya konstan (diameter akhir).

Perhitungan :

Derajat kerut = diameter awal – diameter akhir x 100 %

(31)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

No Jenis Tanah Pengamatan ke :

(32)

❖ Derajat Kerut = Diameter awal – diameter akhir x 100 %

Diameter awal

➢ Entisol = 3, 275 – 3, 075 x 100 % = 6, 10 %

3, 275

Vertisol = 3, 75 – 4, 225 x 100 % = 12, 6 %

3, 75

Andisol = 3, 875 – 5, 525 x 100 % = 5, 806 %

3, 875

Inseptisol = 4, 78 – 3, 35 x 100 % = 29, 95 %

(33)

Ultisol = 3, 35 – 2, 91 x 100 % = 13, 13 %

3, 35

B. Pembahasan

Entisol adalah tidak adanya perkembangan profil yang nyata. Entisol memiliki

kejenuhan basa bervariasi dari asam, netral sampai alkalin, kapasitas tukar kation < 20,

tekstur kasar berkadar bahan organik dan N lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang

bertekstur halus, hal ini disebabkan oleh karena kadar air yang rendah dan kemungkinan

oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur kasar juga penambahan alamiah dari

sisa bahan organik dari pada tanah yang lebih halus. Meskipun tanah ini kaya akan unsur

hara kecuali N akan tetapi unsur ini belum mengalami pelapukan. Untuk mempercepat

pelapukan diperlukan pemupukan bahan organik (Soepardi, 1983).

Percobaan derajat kerut tanah pada acara 3 ini adalah tanah Entisol, pengamatan

dilakukan pada 2 wadah yaitu cawan I dan cawan II yang berisi tanah Entisol yang

sebelumnya telah diolesi vaseline agar saat penjemuran tanah yang mengkerut tidak

menempel pada cawan. Dilakukan penjemuran di bawah sinar matahari, dan diamati setiap

2 jam sekali. Dilakukan pengukuran sebanyak 2 kali. Pada pengukuran pertama, cawan I

dan cawan II mempunyai diameter 3,34 dan 3, 19 cm. Pada pengukuran kedua, tanah pada

cawan I berdiameter 3,21 cm dan cawan II berdiameter 3,16 cm. Disini terlihat berdasar

percobaan Entisol memiliki derajat kerut 6, 10 %. Entisol hanya ditemukan di

(34)

bervariasi dari asam, netral sampai alkalin, kapasitas tukar kation < 20 (Hardjowigeno,

2010).

Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan entisol adalah sebagai berikut:

a. Iklim yang sangat kering, sehingga pelapukan dan reaksi-reaksi kimia berjalan sangat

lambat

b. Erosi yang kuat dapat menyebabkan bahan-bahan yang dierosikan lebih banyak dari

yang dibentuk melalui proses pembentukan tanah. Banyak terdapat dilereng-lereng

curam

c. Pengendapan terus menerus menyebabkan pembentukan horizon lebih lambat dari

pengendapan. Terdapat misalnya di daerah dataran banjir disekitar sungai, delta,

lembah-lembah, daerah sekitar gunung berapi, bukit pasir pantai

d. Immobilisasi plasma tanah menjadi bahan-bahan inert, misalnya flokulasi bahan-bahan

(35)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pengamatan dan pembahasan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa suatu

tanah semakin tinggi kandungan liatnya, maka semakin besar derajat kerut tanah, dan tanah

Entisol merupakan tanah yang agak kasar, membentuk gulungan dan mengandung sedikit

liat. Selain itu, bahan orgaik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Foth, Henry. 1988. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar - Dasar Ilmu Tanah. UNILA : Lampung.

Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah, Proses Genesa dan Morfologi. Fahutan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sarief, Saifuddin.1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.

(37)

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH

ACARA IV

PENGAMATAN TANAH DENGAN INDERA

Disusun Oleh:

Nama : Apriliane Briantika Louise

Nim : A1L013055

Rombongan : 1

Asisten : Zulfa Ulinnuha

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(38)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tubuh alam ini dapat berdifferensiasi membentuk horizon-horizon mineral maupun

organik yang kedalamannya beragam dan berbeda-beda sifatnya dengan bahan induk yang

terletak dibawahnya dalam hal morfologi, komposisi kimia, sifat-sifat fisik maupun

kehidupan biologinya. Tanah merupakan medium alam untuk untuk pertumbuhan tanaman.

Tanah menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan tanaman untuk pertumbuhannya.

Selanjutnya unsur hara diserap oleh akar tanaman melalui daun dirubah menjadi

persenyawaan organic seperti karbohidrat, protein, lemak dan lain-lain yang amat berguna

bagi kehidupan manusia dan hewan.

Dengan bertambah majunya peradaban manusia yang sejalan dengan perkembangan

pertanian dan disertai perkembangan penduduk yang begitu pesat, memaksa manusia mulai

menghadapi masalah-masalah tentang tanah, terutama untuk pertanian sebagai mata

pencaharian pokok pada waktu itu. Semenjak pertanian berkembang, konsep tanah yang

sangat penting ada konsep sebagai media alami bagi pertimbuhan tanaman. Bila kota-kota

besar berkembang tanah menjadi penting sebagai bahan rekayasa guna mendukung

jalan-jalan dan bangunan-bangunan. Pada saat ini tanah lebih banyak lagi mendukung fungsi

rekayasa, termasuk untuk menimbun bahan-bahan bangunan. Konsep tanah sebagai bahan

rekayasa dikaitkan dengan tanah sebagai selimut batuan yang telah mengalami pelapukan

(39)

Dalam tanah terdiri dari empet komponen utama ialah bahan mineral, bahan organik,

udara dan air tanah. Jenis tanah ada bermacam-macam, berbeda-beda menurut keadaan

alamnya yang bertujuan untuk melengkapi pengetahuan, sehingga sifat-sifat dan hubungan

hal-hal tersebut di atas mungkin lebih mudah diingat dan dimengerti untuk tujuan tertentu.

Tujuan akhir klasifikasi adalah kepuasan maksimum dari keinginan manusia yang

tergantung pada penggunaan tanah, untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan

pengetahuan dalam mengetahui sifat fisik tanah seperti warna tanah, tekstur tanah, struktur

tanah, konsistensi tanah.

B. Tujuan

Menetapkan warna dasar beberapa jenis tanah dengan menggunakan buku Munsell

Soil Color Chart, menetapkan tekstur tanah ,menetapkan struktur tanah, menetapkan

(40)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai

dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya kemampuan untuk menjadi keras dan

penyangga, kapasitas drainase dan menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus

akar, aerasi dan kemampuan menahan retensi unsure-unsur hara tanaman, semuanya erat

hubungannya dengan kondisi fisik tanah. Kondisi meliputi warna tanah, tekstur tanah,

konsistensi dan struktur tanah.

1. Warna Tanah

Warna tanah merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah, karena tanah

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab

perbedaan warna permukaan tanah umumnya oleh perbedaan kandungan bahan

organik. Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah semakin gelap. Warna

tanah ditentukan dengan menggunakan warna-warna dalam buku Munsell Soil Color

Chart ( Hardjowigeno, 2010).

Intensitas warna tanah dipengaruhi tiga faktor berikut: (1) jenis mineral dan

jumlahnya, (2) kandungan bahan organik tanah, dan (3) kadar air tanah dan tingkat

hidratasi. Tanah yang mengandung mineral feldspar, kaolin, kapur, kuarsa dapat

menyebabkan warna putih pada tanah. Jenis mineral feldspar menyebabkan beragam

warna dari putih sampai merah. Hematit dapat menyebabkan warna tanah menjadi

merah sampai merah tua. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah

(41)

maka warna tanah akan tampak lebih terang. Tanah dengan kadar air yang lebih tinggi

atau lebih lembab hingga basah menyebabkan warna tanah menjadi lebih gelap

(kelam). Sedangkan tingkat hidratasi berkaitan dengan kedudukan terhadap

permukaan air tanah, yang ternyata mengarah ke warna reduksi (gleisasi) yaitu warna

kelabu biru hingga kelabu hijau (Madjid, 2009).

Warna tanah ditentukan dengan menggunakan warna warna baku yang terdapat dalam

buku Munsell soil Color Chart. Dalam warna baku ini warna disusun oleh tiga variabel

yaitu :

● Hue : adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya.

Dalam buku Munsell Soil Color Chart, hue dibedakan menjadi 5R, 7,5R, 10R,

2,5YR, 5YR, 7,5YR, 10YR, 2,5Y, 5Y, yaitu mulai dari spektrum dominan paling

merah (5R) sampai spektrum dominan paling kuning (5Y). Disamping itu sering

ditambahkan pula hue untuk warna-warna tanah tereduksi (gley) yaitu 5G, 5GY,

5BG, dan N (netral) (Hardjowigeno, 2010).

● Value : menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai engan banyaknya sinar yang

dipantulkan. Value dibedakan dari 0 sampai 8, di mana makin tinggi value

menunjukkan warna makin terang (Hardjowigeno, 2010).

● Chroma : menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum. Chroma juga

dibagi dari 0 sampai 8, di mana makin tinggi Chroma menunjukkan kemurnian

(42)

2. Tekstur Tanah

Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat) yang

dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (sand), debu

(silt), dan liat (clay). Ada 3 macam tekstur tanah utama, yaitu pasir, lempung dan liat.

Tanah dikatakan pasir jikan kandungan pasirnya > 70%, sedangkan tanah liat jika

kandungan liatnya > 35%.Jika kedua syarat tersebut tidak terpenuhi, maka tanah

dimasukkan kedalam kelompok lempung ) (Hanafiah, 2005).

Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat dalam

suatu nassa tanah. Tanah terdiri dari butir-butir tanah berbagai ukuran. Bagian tanah

yang berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar (kerikil sampai batu). Pasir

merupakan fraksi berukuran 2 mm – 50 чm, debu mempunyai fraksi 50 – 2 чm dan liat

mempunyai fraksi berukurankurang dari 2 чm. Tekstur tanah menunjukkan kasar

halusnya tanah (Hanafiah, 2005).

Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat maka tanah

dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur yaitu:

● Kasar : - Pasir

- Pasir berlempung

● Agak kasar : - Lempung berpasir

- Lempung berpasir halus

(43)

- Lempung

- Lempung berdebu

- Debu

● Agak halus : - Lempung liat

- Lempung liat berpasir

- Lempung liat berdebu

Tanah yang bertekstur halus, sering bersifat berat diolah karena sangat liat dan lekat

sewaktu basah, dan kering sewaktu kering, sedangkan tanah yang mengandung pasir dan

bersifat kasar mudsah di olah karena gembur. Kelas tekstur tanah terdiri dari pasir (sand),

lempung (loam), dan liat (clay). Tanah berpasir adalah yang memiliki kandungan pasir

lebih dari 70 %, sedangkan tanah yang disebut iat memiliki kandungan liat

sekurang-kurangnya 35 %. Dan tanah liat berat fraksi liatnya lebih dari 70%. Untuk tanah lempeng

umumnya terletak diantara sifat-sifat tanah pasir dan liat. Penentuan kelas dilakukan

dengan dua cara yaitu :

a. Cara lapangan yaitu yang umumnya dilakukan untuk menentukan nama

kelas tanah dengan naluri. Untuk dapat mengira-ngira sifat liatnya lebih

tepat jika tanah dibasahi.

b. Cara laboratorium adalah suatu cara yang lebih teliti fundamental

(44)

berdasarkan analisa mekanik. Cara penentuan ini ditunjukan dengan

diagram nama tekstur tanah (Buckman, 1982).

3. Struktur Tanah

Merupakan kenampakan susunan partikel-partikel primer tanah (pasir, debu, dan liat

individual) hingga partikel-partikel sekunder (gabungan partikel-partikel primer yang

disebut ped yang membentuk agregat. Struktur tanah berfungsi untuk memodifikasi

pengaruh tekstur terhadap kondisi drainase atau aerasi tanah, karena agregat tanah

akan menghasilkan ruang yang lebih besar ketimbang susunan antar partikel primer.

Oleh karena itu, tanah yang mempunyai struktur baik akan mempunyai kondisi

drainase dan aerasi yang baik pula, sehingga lebih memudahkan sistem perakaran

tanaman untuk berpenetrasi dan menyerap hara dan air, sehingga pertumbuhan dan

produksi menjadi lebih baik (Hanafiah, 2005).

Struktur menunjukkan kombinasi atau susunan partikel-partikel tanah primer (pasir,

debu, dan liat) sampai pada partikel-partikel sekunder atau ped disebut juga agregrat.

Unit ini dipisahkan dari unit gabungan atau karena kelemahan permukaannya. Struktur

suatu horizon yang berbeda satu profil taing tanah, merupakan satu ciri penting tanah,

seperti warna, tekstur, dan komposisi kimia (Saifudin, 1986).

4. Konsistensi Tanah

Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau adhesi

butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah

terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya-gaya tersebut misalnya

(45)

baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena

tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah, dan kering maka penyifatan

konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut. Dalam keadaan

lembab, tanah dibedakan ke dalam konsistensi gembur (mudah diolah) sampai teguh

(agak sulit dicangkul). Dalam keadaan kering, tanah dibedakan dalam konsistensi

lunak sampai keras. Dalam keadaan basah dibedakan plastisitasnya yaitu dari plastis

sampai tidak plastis atau kelekatannya yaitu dari tidak lekat sampai lekat

(Hardjowigeno, 2010).

Konsistensi tanah menunjukkkan kekuatan daya kohesi atau daya adhesi butir-butir

tanah dengan benda lain. hal ini ditunjukkan oleh daya tahan terhadap gaya yang akan

mengubah bentuk seperti pencangkulan, pembajakan dan sebagainya. Tanah-tanah

yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat

pengolah tanah. Oleh karena tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah,

(46)

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat

➢ cawan porselin

➢ botol semprot

➢ colet/spatel

➢ buku Munsell Soil Color Chart.

2. Bahan

➢ contoh tanah halus (<0,5mm)

➢ tanah yang masih berbentuk gumpalan

(Inseptisol, Andisol, Ultisol, Vertisol, Entisol).

B. Prosedur Kerja

➢ Warna Tanah :

1. Sedikit tanah gumpal yang lembab diambil secukupnya (permukaannya tidak

mengkilap).

(47)

3. Notasi warna ( Hue, Value, Chroma) dan nama warna dicatat. Pengamatan warna

tanah tidak boleh terkena cahaya matahari langsung.

➢ Tekstur Tanah :

1. Sebongkah tanah kira- kira sebesar kelereng diambil.

2. Tanah dibasahi dengan air hingga dapat ditekan.

3. Tanah dipijit kemudian dibuat benang dan sambil dirasakan kasar halusnya

tanah. Jika:

a) Bentuknya benang mudah dan membentuk pita panjang, maka besar

kemungkinan teksturnya liat.

b) Mudah patah, kemungkinan tekstur tanahnya lempung berliat dan

c) Tidak terbentuk benang, kemungkinan lempung atau pasir. Jika terasa lembut

dan licin maka lempung berdebu, terasa kasar, lempung berpasir.

➢ Struktur Tanah :

1. Sebongkah tanah diambil dari horison tanah.

2. Dipecah dengan cara menekan dengan jari atau dengan dijatuhkan dari

ketinggian tertentu, sehingga bongkah tanah akan pecah secara alami. Pecahan

tersebut menjadi agregat mikro (ped) yang merupakan kelas struktur tanah.

➢ Konsistensi :

1. Contoh tanah diamati dalam berbagai kandungan air dengan dipijit

(48)

2. Pengamatan dilakukan, dimulai pada kondisi kering, lembab dan basah dengan

(49)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1) Warna dan Tekstur Tanah

NO JENIS TANAH WARNA TANAH TEKSTUR TANAH

Notasi Warna Nama Warna

1. Vertisol 5 YR 3/1 Very Dark Gray Lempung Berliat 2. Andisal 10 YR 2,5/2 Very dusky red Pasir berdebu 3. Ultisol 5 YR 4/6 Yellowers red Liat Berpasir 4. Inceptisol 5 YR 2,5/3 Black Lempung Berliat

5 Entisol 10 YR 3/3 Dark Brown Lempung Berliat

2) Struktur

No Jenis Tanah

Struktur Tanah

Tipe Kelas Derajat

1 Vertisol Gumpal Sangat halus Kuat

2 Andisal Kersal Halus Lemah

3 Ultisol Gumpal Sangat halus Kuat

4 Entisol Kersal Sedang Cukupan

(50)

3) Konsistensi

No Jenis Tanah

Konsistensi Tanah Konsistensi

Lembab KonsistensiKering Kelekatan Keliatan

1. Vertisol S P t Vh

2. Andisal So Po F sh

3. Ultisol Ss P F h

4. Inceptisol Ss P F sh

(51)

B. Pembahasan

Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup yang

bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu. Warna merupakan salah satu

sifat fisik tanah yang lebih banyak digunakan untuk pendeskripsian karakter tanah, karena

tidak mempunyai efek langsung terhadap tetanaman tetapi secara tidak langsung

berpengaruh lewat dampaknya terhadap temperatur dan kelembaban tanah (Hanafiah,

2005).

Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat) yang

dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (sand)

(berdiameter 0, 05 - 2, 00 mm, debu (slit) (berdiameter 0, 002 - 0, 05 mm dan liat (clay)

(<0, 002 m). Berdasarkan kelas teksturnya maka tanah digolongkan menjadi :

a) Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung minimal

70% pasir atau bertekstur pasir atau pasir berlempung.

b) Tanah bertekstur halus atau tanah berliat mengandung minimal 37,5 % liat atau

bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (3 macam).

(52)

Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit

tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya

yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:

Kelas Tekstur Rasa dan Sifat Tanah

Pasir Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan.

Pasir Berlempung Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur.

Lempung Berpasir Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur.

Lempung Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.

Lempung Berdebu Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat.

Debu Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat.

Lempung Berliat Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.

Lempung Liat Berpasir Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.

Lempung Liat Berdebu Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat.

Liat Berpasir Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.

Liat Berdebu Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.

Liat Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan.

(53)

Kelompok 2 mengamati tanah Entisol. Pengamatan dilakukan meliputi penentuan

warna, tekstur, struktur dan konsistensi tanah. Warna tanah ditentukan dengan

menggunakan warna-warna dalam buku Munsell Soil Color Chart (Hardjowigeno, 2010).

Untuk menentukan struktur tanah, dilakukan dengan menjatuhkan bongkahan tanah dari

ketinggian tertentu hingga menjadi pecahan alami lalu di analisa pecahan tersebut. Tanah

yang partikel-partikelnya belum tergabung, terutama yang bertekstur pasir, disebut tanpa

struktur atau berstruktur lepas. Sedangkan tanah bertekstur liat yang masih terlihat massif

(padu tanpa ruang pori, yang lembek jika basah dan keras jika kering) atau apabila dilumat

dengan air membentuk pasta disebut juga tanpa struktur (Hanafiah, 2005).

Dari hasil praktikum ini dapat diperoleh hasil dari masing-masing percobaan yaitu :

1. Jenis tanah Inceptisols notasi warna 5 YR 2,5/2 dengan nama warnanya adalah Black

dan bertekstur lempung berliat. Struktur tanahnya bertipe kersal, dengan kelas sedang,

dan derajatnya adalah (cukupan). Konsistensi basah kelekatan SS (agak lekat) keliatan P

(plastis), konsistensi lembab f (gembur), konsistensi kering sh (agak keras).

2. Tanah Andisols notasi warna tanahnya adalah 10 R 2,5 /2 nama warna Very Dusky

Brown dengan tekstur tanah pasir berdebu. Tipe struktur tanah kersal, kelas sangat

halus, derajat struktur tanah lemah. Konsistensi basah kelekatan So (tak lekat) keliatan

Po (tidak plastis), konsistensi lembab f (gembur), konsistensi kering sh (agak keras).

3. Tanah Entisols notasi warna 10 YR 3/3 nama warna Dark Brown, bertekstur lempung

(54)

kelekatan s (lekat) keliatan P (plastis), konsistensi lembab f (gembur), konsistensi

kering Sh (agak keras).

4. Tanah Ultisols notasi warna 5 YR 4/6 nama warna Yellowers red, bertekstur liat

berpasir. Tipe struktur tanah gumpal, kelas sangat halus, derajat kuat. Konsistensi basah

kelekatan Ss (agak lekat) keliatan P (plastis), konsistensi lembab f (gembur), konsistensi

kering h (keras).

5. Tanah Vertisols notasi warna 5 YR 3/1 nama warna Very Dark Gray, bertekstur

lempung berliat. Tipe struktur tanah gumpal, kelas sangat halus, derajat 3 (kuat).

Konsistensi basah kelekatan S (lekat), keliatan P (plastis), konsistensi lembab t (teguh),

konsistensi kering Vh (sangat keras).

Tanah Inceptisols memiliki tekstur yang beragam dari kasar hingga halus, tergantung

pada tingkat pelapukan bahan induknya. Kesuburan tanahnya rendah, jeluk efektifnya

beragam dari dangkal hingga dalam, penyebaran liat ke dalam tanah tidak dapat diukur.

Kisaran kadar C-Organik dan Kapasitas Tukar Kation (KTK) dapat terbentuk hampir di

semua tempat, kecuali daerah kering, mulai dari kutub sampai tropika (Munir, 1996)

Tanah Entisols mempunyai ciri solumnya berkisar dari dangkal sampai dalam,

berwarna kelabu hingga kuning, mempunyai horison (A)-C tetapi batasannya sangat tegas,

bertekstur pasir hingga debu ( > 60% ), berstruktur butir tunggal, dan konsistensi gembur

serta lepas. Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat

(55)

kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau baru. Padanan

dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau Regosol. Tanah Entisol

yang diamati mempunyai notasi warna 10 YR 3/3, dengan nama warna Dark brown. Jenis

tanah Entisol, mempunyai tekstur tanah lempung berpasir(CL) karena memiliki rasa dan

sifat tanah agak kasar, bola agak keras tetapi mudah hancur dan melekat (Munir, 1996).

Sifat fisik Ultisols menurut Mohr dan Van Baren (1972) dapat dirinci : solum,

kedalamannya sedang (moderat 1 sampai 2 meter), warna merah sampai kuning,

chromameningkat dengan bertambahnya kedalaman, tekstur halus pada horison Bt (karena

kandungan liat maksimal pada horison ini), struktur pada horison Bt berbentuk Blocky,

konsistensi teguh, cutan liat terjadi pathite banyak ditemukan konkresi (Munir, 1996).

Tanah Vertisols memilki tekstur liat karena cirinya rasa agak licin , membentuk bola

dalam keadaan dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung serta melekat. Karena

tanah ini dikembangkan dari bahan induk liat dimanailkim musim basah dan kering jelas

(Foth,1998). Tanah dikatakan tidak berstruktur bila butir-butir tanah tidak melekat satu

sama lain(disebut lepas, misalnya tanah pasir) atau saling melekat menjadi satu satuan

yang padu(kompak) yang disebut massive atau pejal. Tanah dengan struktur baik(granuler,

remah) mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan

mudah diolah. Struktur tanah yang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak

dapat saling bersinggungan dengan rapat, akibatnya pori-pori tanah banyak terbentuk. Di

samping itu stuktur tanah harus tidak mudah rusak(mantap) sehingga pori-pori tanah tidak

(56)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Jenis tanah Inceptisols notasi warna 5 YR 2,5/2 dengan nama warnanya adalah Black

dan bertekstur lempung berliat. Struktur tanahnya bertipe kersal, dengan kelas sedang,

dan derajatnya adalah (cukupan). Konsistensi basah kelekatan SS (agak lekat) keliatan P

(plastis), konsistensi lembab f (gembur), konsistensi kering sh (agak keras).

2. Tanah Andisols notasi warna tanahnya adalah 10 R 2,5 /2 nama warna Very Dusky

Brown dengan tekstur tanah pasir berdebu. Tipe struktur tanah kersal, kelas sangat

halus, derajat struktur tanah lemah. Konsistensi basah kelekatan So (tak lekat) keliatan

Po (tidak plastis), konsistensi lembab f (gembur), konsistensi kering sh (agak keras).

3. Tanah Entisols notasi warna 10 YR 3/3 nama warna Dark Brown, bertekstur lempung

berliat. Tipe struktur tanah kersall, kelas sedang, derajat cukupan. Konsistensi basah

kelekatan s (lekat) keliatan P (plastis), konsistensi lembab f (gembur), konsistensi

kering Sh (agak keras).

4. Tanah Ultisols notasi warna 5 YR 4/6 nama warna Yellowers red, bertekstur liat

berpasir. Tipe struktur tanah gumpal, kelas sangat halus, derajat kuat. Konsistensi basah

kelekatan Ss (agak lekat) keliatan P (plastis), konsistensi lembab f (gembur), konsistensi

(57)

5. Tanah Vertisols notasi warna 5 YR 3/1 nama warna Very Dark Gray, bertekstur

lempung berliat. Tipe struktur tanah gumpal, kelas sangat halus, derajat 3 (kuat).

Konsistensi basah kelekatan S (lekat), keliatan P (plastis), konsistensi lembab t (teguh),

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Buckman, 1982. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya. Foth, Henry d. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press :

Yogyakarta

(59)

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH

ACARA V

PENGENALAN PROFIL TANAH

Disusun Oleh:

Nama : Apriliane Briantika Louise

Nim : A1L013055

Rombongan : 1

Asisten : Zulfa Ulinnuha

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(60)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah adalah lapisan nisbi tipis pada permukaan kulit. Pembentukan tanah dari

bongkahan bumi mulai dari proses-proses pemecahan atau penghancuran dimana bahan

induk berkeping-keping secara halus.Dengan kata lain, profil tanah merupakan suatu irisan

melintang pada tubuh tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari

permukaan tanah sampai lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut

terbentuk selain dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya,

juga terbentuk karena pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air. Terdapatnya

horizon-horizon pada tanah-tanah yang memiliki perkembangan genetis menyugestikan

bahwa beberapa proses tertentu, umum terdapat dalam perkembangan profil tanah.

Untuk mengenal suatu jenis tanah, dilakukan pengenalan profil tanah di lapang. Profil

tanah yang akan diamati coro-cirinya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu

masih alami, vertical dan bidang pengamatan profil tidak boleh terkena sinar matahari

secara langsung.

B. Tujuan Praktikum

Mengetahui ciri-ciri yang khas pada tanah, di pandang dari sifat fisik maupun kimianya.

Serta mengetahui horizon-horison tanah sebagai akibat berlangsungnya evolusi genetis

(61)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah merupakan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat

tumbuh-berkembangnya perakaran penopang tegak-tumbuhnya tanaman dan penyuplsi

kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau

nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti N, P,

K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl, dan lain-lain); dan secara biologis berfungsi sebagai

habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan

zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu

menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan bomass dan produksi baik tanaman

pangan, obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan (Hanafiah, 2005).

Apabila kita menggali lubang pada tanah, maka kalau kita perhatikan dengan teliti

pada masing-masing sisi lubang tersebut akan terlihat lapisan lapisan tanah yang

mempunyai sifat yang berbeda-beda. Di suatu tempat ditemukan lapisan pasir

berselang-seling dengan lapisan liat, lempung atau debu, sedang di tempat lain ditemukan tanah yang

semuanya terdiri dari liat, tetapi di lapisan bawah berwarna kelabu dengan bercak-bercak

(62)

Lapisan tersebut terbentuk karena dua hal yaitu :

1. Pengendapan yang berulang ulang oleh genangan air

Apabila air genangan tersebut masih mengalir dengan kecepatan tinggi maka hanya

butir-butir kasar seperti pasir, kerikil yang dapat diendapkan. Bila air yang

menggenang tidak mengalir lagi maka butir-butir yang halus seperti liat atau debu

mulai dapat diendapkan. Tanah-tanah dengan endapan yang berlapis-lapis ini

umumnya ditemukan di sekitar sungai di daerah-daerah dataran banjir atau teras.

2. Proses pembentukan tanah

Proses pembentukan tanah dimulai dari proses pelapukan batuan induk menjadi bahan

batuan induk tanah, diikuti oleh proses percampuran bahan organik dengan bahan

mineral di permukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan

tanah dari bagian atas tanah ke bagian bawah dan berbagai proses lain yang dapat

menghasilkan horison-horison tanah. Horison tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang

terbentuk karena hasil dari proses pembentukan tanah. Proses pembentukan

hprison-horison tanah tersebut akan menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah.

Penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan susunan horison tanah disebut profil

tanah (Hardjowigeno, 2007).

Pengenalan profil tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

Pengenalan ini penting dalam hal mempelajari pembentukan dan klasifikasi tanah dengan

pertumbuhan tanaman serta kemungkinan pengolahan tanah dengan lebih tepat. Adapun

(63)

berbeda amat besar (Foth, 1999). Ada 6 horison utama yang menyusun profil tanah

berturut-turut dari atas ke bawah yaitu :

A) Horison O

Horison ini di lahan kering ditemukan terutama pada tanah-tanah hutan yang belum

terganggu. Merupakan horison organik yang terbentuk di atas lapisan tanah mineral.

Di daerah rawa-rawa horison O merupakan horison utama pada tanah gambut

(Histosol). Horison O terdiri dari bahan serasah atau sisa-sisa tanaman (Oi) dan bahan

organik tanah (BOT) hasil dekomposisi tanah serasah (Oa).

B) Horison A

Merupakan horison di permukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik dan

bahan mineral berwarna lebih gelap daripada horison di bawahnya.

C) Horison E

Horison di mana terjadi pencucian (eluviasi) maksimum terhadap liat, Fe, Al, bahan

organik. Berwarna pucat.

D) Horison B

Adalah horison iluviasi yaitu horison akumulasi bahan eluvial dari horison di atasnya.

Telah berkembang jika terjadi dinamika kelembaban tanah.

E) Horison C

Adalah horison yang terdiri dari bahan induk, sedikit terlapuk, sehingga lunak dan

(64)

F) Horison R

Adalah batuan keras yang belum dilapuk. Tidak dapat ditembus akar tanaman

(Hardjowigeno, 2007).

Meskipun tanah terdiri dari beberapa horison, namun bagi tanaman yang sangat

penting adalah horison O – A (lapisan atas) yang biasanya mempunya ketebalan di bawah

30 cm, bahkan bagi tanaman berakar dangkal seperti padi, palawija dan sesayuran yang

paling berperan adalah kedalaman di bawah 20 cm. Oleh karena itu, istilah kesuburan

tanah biasanya mengacu kepada ketersediaan hara pada lapisan setebal ini, yang biasanya

disebut sebagai lapisan olah. Namun bagi tetanaman perkebunan dan kehutanan

(pepohonan) untuk jangka panjang lapisan tanah bawah juga akan menjadi sumber hara

dan air (Hardjowigeno, 2007).

Ciri morfologi suatu tanah berguna mengetahui jenis tanah dan tingkat kesuburan

tanahnya. Profil tanah yang vertical dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan

induk dibawah tanah. Tempat horizon-horison pada tanah-tanah yang memiliki

perkembangan genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu, umumnya terdapat

dalam perkembangan pembentukan profil tanah, tujuannya untuk mengetahui jenis tanah

dengan factor kelilingnya. Pengamatan profil meliputi pengamatan dalam profil itu sendiri

dan pengamatan factor sekeliling yang mempengaruhi proses pembentukan tanah termasuk

factor sekeliling antara lain: vegetasi yang ada, kedalaman air tanah, topografi, usaha tani,

ada tidak factor pengamatan seperti bahaya banjir, erosi, keadaan berbatu dsb (Subagyo,

(65)

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Bor tanah

b. Abney level (clinometer) untuk kemiringan tanah c. Kompas

i. Buku Munsell Soil Color Chat j. Kantong Plastik

k. Spidol

l. Buku pedoman pengamatan tanah di lapangan m. Daftar irisan profil

2. Bahan

a. Larutan H2O2 3% b. Larutan HCL 10%

c. Larutan ∞∞ - dipiridil dalam 1 N NH4Oac netral. d. Aquades

(66)

1. Dipilih tempat pembuatan profil, sebelumnya dilakukan pengeboran di tempat-tempat

sekitar profil yang akan dibuat sedalam 1 meter pada dua atau 3 tempat berjarak 1

meter, yang berguna supaya tercapai keseragaman.

2. Digali lubang sehingga terbentuk profil tanah dengan ukuran panjang 2m, lebar 1,5m,

dan kedalaman 1,5 m. Di depan bidang pengamatan profil dibuat tangga (trap)bke

(67)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Warna tanah 10 YR 2/2Very Dark Brown

7, 5 YR ¾

(68)

Konsistensi ss vf s ss vf s ss vf s ss vf s ss vf s

s f sh s f sh s f sh s f sh s f sh

vs t h vs t h vs t h vs t h vs t h

po vt vh po vt vh po vt vh po vt vh po vt vh ps et eh ps et eh ps et eh ps et eh ps et eh

vp vp vp vp vp

p p p p p

PH tanah 6 6 5 5 5

Reaksi terhadap

HCL Tidak berbuih Tidak berbuih sedikit berbuih Tidak berbuih Tidak berbuih Reaksi terhadap

H2O2 Sangat banyak sedikit Banyak Banyak buih sedang

(69)

B. Pembahasan

Kandungan bahan organik dalam tanah dapat diketahui dengan mengambil sampel

tanah dalam keadaan kering, diremas-remas dengan tangan dan dimasukkan ke dalam

plastik samapi separuh penuh. Lalu ditambah air sampai penuh, kemudian ditiup sampai

melembung dan ujung plastik diikat. Dikocok sampai merata. Plastik digantung selama 1

sampai 2 jam. Setelah mengendap kita akan melihat komposisi / penyusun tanah. Humus

biasanya akan tersusun pada lapisan paling atas setelah air dan berwarna hitam. Setelah

kita mengetahui penyusun tanah, otomatis kita akan mengetahui kandungan atau

persentase bahan organik / humus / C- organik tanah (Hardjowigeno, 1992).

Keasaman tanah dapat diperoleh data dengan menggunakan pH saku. Caranya dengan

tanah dimasukkan ke dalam tabung kecil dengan komposisi 1/3nya, lalu sisanya diisi

dengan akuades. Dibiarkan beberapa saat,lalu dimasukkan pH saku ke dalam tabung.

Kemudian akan terlihat berapa pH tanah atau keasaman tanah (Hardjowigeno, 1993)

Dalam pembentukan profil tanah selanjutnya terjadilah berbagai proses pembentukan

tanah. Proses pembentukan tanah tersebut disebabkan beberapa faktor yaitu :

1. Iklim

Merupakan rerata cuaca pada jangka panjang, minimal per musim atau per periode

atau per tahun, dan seterusnya. Cuacalah yang bertanggung jawab dalam mengubah

energi matahari menjadi energi mekanik atau panas. Di antara komponen iklim, yang

paling berperan adalah curah hujan dan temperatur.

(70)

Sebagai pelarut dan pengangkut, maka air hujan akan mempengaruhi komposisi

kimiawi mineral-mineral penyusun tanah, kedalaman dan diferensiasi profil tanah, dan

sifat fisik tanah.

3. Pengaruh temperatur

Perbedaan temperatur merupakan cerminan energi panas mtahari yang sampai ke suatu

wilayah, sehingga berfungsi sebagai pemicu proses fisik dalam pembentukan liat dari

mineral-mineral bahan induk tanah, keanekaragaman hayati yang aktif, dan

kesempurnaan proses dekomposisi biomass tanah hingga ke mineralisasinya.

4. Jasad hidup

Di antara berbagai jasad hidup, vegetasi atau makroflora merupakan yang paling

berperan dalam mempengaruhi proses genesis dan perkembangan profil tanah, karena

merupakan sumber utama biomass atau bahan organik tanah (BOT).

5. Bahan induk

Jenis bahan induk akan menentukan sifat fisik maupun kimiwi tanah yang terbentuk

secara endodinamomorf, tetapi pengaruhnya menjadi tidak jelas terhadap tanah-tanah

yang terbentuk secara ektodinamomorf.

6. Topografi

Topografi (relief) adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk

Gambar

Tabel 1: Tanah Kering Udara
Tabel 2 :  Kapasitas Lapang
Tabel Hasil Pengamatan Profil Tanah

Referensi

Dokumen terkait

• Proses pembentukan tanah terutama berupa proses pelapukan bahan organik dan bahan mineral, pencampuran bahan organik dan mineral di permukaan tanah, pembentukan struktur

 Horizon A adalah horizon mineral yang terbentuk pada permukaan tanah atau di bawah suatu horizon O. Horizon ini memperlihatkan kehilangan seluruh atau sebagian besar struktur

Kondisi ini merupakan integrasi dari pengaruh : (1) kandungan bahan organik yang berwarna gelap, makin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah maka tanah

Oksisol Tanah dengan pelapukan lanjut dan mempunyai horison oksik (yaitu horison dengan kandungan mineral mudah lapuk rendah, fraksi liat dengan aktivitas rendah, dan KTK kurang

• (1) kandungan BO yang berwarna gelap, makin tinggi kandungan BO suatu tanah maka tanah tersebut akan berwarna makin gelap,.. • (2) intensitas pelindihan (pencucian dari horison

Dari warna tanah tersebut yang berwarna cokelat kehitaman bahwa tanah ini memiliki kandungan bahan organik yang tinggi atau memiliki kandungan asam humus terbentuk dari

Kondisi ini merupakan integrasi dari pengaruh: (1) kandungan bahan organik yang berwarna gelap, makin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah maka tanah tersebut akan berwarna

Fauna tanah merupakan organisme yang hidup di atas maupun di dalam tanah dengan peranan sebagai pengurai bahan organik segar, setengah segar, atau melapuk menjadi bentuk lain yang mampu