2 | D A S A R I L M U T A N A H
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... 2 DAFTAR GAMBAR ... 3 DAFTAR TABEL ... 4 FISIKA TANAH Materi I Pengambilan Sampel ... 6Materi II Tekstur ... 14
Materi III Konsistensi ... 24
Materi IV Struktur ... 31
Materi V Berat Isi dan Berat Jenis ... 40
Materi VI Pergerakan Air... 50
KIMIA TANAH Materi VII pH dan C-Organik ... 58
BIOLOGI TANAH Materi VIII Mikoriza... 65
Materi IX Cacing Tanah... 74
3 | D A S A R I L M U T A N A H
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Contoh Terduga ... 7
Gambar 2 Contoh Acak (Random Sample) ... 7
Gambar 3 Contoh Acak Bertingkat (Stratified Random Sample) ... 7
Gambar 4 Contoh Sistematik (Systematic Sample) ... 8
Gambar 5 Metode Pengambilan Secara Diagonal ... 8
Gambar 6 Metode Zigzag... 9
Gambar 7 Contoh Singkapan ... 9
Gambar 8 Contoh Minipid ... 9
Gambar 9 Contoh Profil Tanah ... 10
Gambar 10 Segitiga Tekstur... 15
Gambar 11 Sampel Tanah di Dalam Gelas Ukur ... 19
Gambar 12 Segitiga Tekstur (USDA) untuk penetapan kelas tekstur ... 23
Gambar 13 Gambar Penentuan Kisaran Konsistensi ... 28
Gambar 14 Contoh Macam Struktur Tanah ... 33
Gambar 15 Contoh Tanah Tidak Berstruktur... 33
Gambar 16 Pergerakan Air... 54
Gambar 17 Struktur endomikoriza dan ektomikoriza ... 70
Gambar 18 Ciri-ciri Mikoriza Genus Glomus ... 72
Gambar 19 Ciri-ciri Mikoriza Genus Scutellospora ... 73
Gambar 20 Ciri-ciri Mikoriza Genus Entrohospora... 73
Gambar 21 Ciri-ciri Mikoriza Genus Sclerocystis ... 74
Gambar 22 Ciri-ciri Mikoriza Genus Acaulospora ... 75
Gambar 23 Ciri-ciri Mikoriza Genus Gigaspora ... 75
Gambar 24 Cacing Tanah... 76
Gambar 25 Bagian-bagian Cacing Tanah ... 80
4 | D A S A R I L M U T A N A H
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Alat dan Bahan Pengambilan Sampel ... 11
Tabel 2 Kadar Air... 21
Tabel 3 Hasil Pengamatan Hydrometer ... 21
Tabel 4 Hasil Perhitungan Presentase Tekstur dengan Hidrometer ... 22
Tabel 5 Konsistensi tanah dalam keadaan kering ... 25
Tabel 6. Konsistensi tanah dalam keadaan lembab ... 26
Tabel 7. Konsistensi tanah dalam keadaan basah (kelekatan) ... 27
Tabel 8. Konsistensi dalam keadaan basah (plastisitas)... 27
Tabel 9. Macam-macam Struktur Tanah ... 32
Tabel 10. Ukuran Struktur Tanah... 34
Tabel 11. Klasifikasi Berat Isi ... 42
Tabel 12. Klasifikasi Berat Jenis ... 43
Tabel 13. Berat Isi ... 47
Tabel 14. Perhitungan Berat Isi ... 48
Tabel 15. Klasifikasi Berat Isi ... 48
Tabel 16. Tabel Pengukuran Berat Jenis ... 50
Tabel 17. Klasifikasi Berat Jenis ... 51
Tabel 18. Klasifikasi Porositas ... 51
5 | D A S A R I L M U T A N A H
FISIKA TANAH
MATERI
I
PENGAMBILAN
SAMPEL
MATERI II
TEKSTUR
MATERI III
KONSISTENSI
MATERI IV
STRUKTUR
MATERI V
BERAT ISI DAN BERAT JENIS
MATERI VI
PERGERAKAN AIR
6 | D A S A R I L M U T A N A H
MATERI I
PENGAMBILAN SAMPEL TANAH 1. Tujuan
Pengambilan sampel tanah merupakan tahap awal yang sangat penting dalam uji tanah, karena dengan pengambilan contoh tanah yang benar akan menjamin bahwa tanah yang akan dianalisis dilabolatorium benar-benar area yang akan diamati. Sebaliknya, jika pengambilan sampel tanah salam maka hasil analisis dan rekomendasi yang diberikan akan menyimpang (BPTP, 2001). Pengambilan sampel bertujuan untuk memperoleh data karakteristik tanah yang tidak dapat diperoleh secara langsung dari pengamatan lapangan.
2. Macam sampel tanah
Sampel tanah digolongkan menjadi dua, sampel tanah utuh dan sampel tanah tidak utuh.
a. Contoh tanah utuh (Undisturbed Soil Sample)
Pengambilan sampel tanah utuh bertujuan untuk mengambil tanah pada kondisi yang terjada dan sesuai dengan kondisi di lapangan. Metode pengambilan sampel tanah utuh bisa berupa sampel tanah agregat utuh atau menggunakan ring sampel atau blok besi. Sampel tanah utuh untuk penetapan bobot isi (bulk density), susunan pori tanah, pF, dan permeabilitas tanah. b. Contoh tanah tidak utuh/hancuran (Disturbed Soil Sample)
Sampel tanah tidak utuh atau sampel hancuran yang dilangsung diambil di lapangan untuk penetapan kandungan air, tekstur angka Atterberg, dan sifat-sifat kimia. Sampel tanah tidak utuh biasanya dilakukan pengkompositan (pencampuran) dengan sampel hancuran lainnya.
3. Metode
1) Pemilihan lokasi pengambilan
Tim Dosen Jurusan Tanah (2012), berdasarkan cara pemilihan lokasi pengambilan contoh tanah, dihasilkan beberapa macam contoh tanah, antara lain:
a. Contoh terduga (Judgement Sample)
Satu atau lebih contoh tanah yang diambil dipilih berdasarkan satuan pemetaan yang ditemui pada areal survei. Lokasi pengambilan contoh tanah ditentukan secara subyektif sehingga agak bias. Tingkat kepercayaan data yang diperoleh bisa tinggi bisa rendah tergantung dari tingkat pengalaman (keahlian) si pengambil contoh.
7 | D A S A R I L M U T A N A H Gambar 1 Contoh Terduga
b. Contoh acak (Random Sample)
Contoh tanah diambil sedemikian rupa sehingga setiap tanah di dalam daerah survei mempunyai kesempatan yang sama. Pemilihan lokasi dilakukan dengan menggunakan tabel bilangan random. Satu pasangan angka random yang diperlukan untuk pemilihan lokasi contoh berdasarkan atas sistem koordinat.
Gambar 2 Contoh Acak (Random Sample)
c. Contoh acak bertingkat (Stratified Random Sample)
Pengelompokkan populasi dari yang heterogen ke strata homogen adalah suatu cara yang paling efektif untuk dapat meningkatkan akurasi pengambilan contoh. Hal ini berarti dapat meningkatkan akurasi atau mengurangi jumlah contoh tanah yang diperlukan apabila kita dapat mengelompokkan areal survei ke dalam areal yang seragam. Pemilihan lokasi pada masing-masing satuan pemetaan ditentukan dengan bilangan random.
8 | D A S A R I L M U T A N A H d. Contoh sistematik (Systematic Sample)
Lokasi pengambilan contoh tanah dengan cara ini ditentukan dengan sistim Grid yaitu berjarak sama pada kedua arah. Cara ini merupakan cara yang paling mudah dan praktis terutama bagi tenaga yang kurang terampil.
Gambar 4 Contoh Sistematik (Systematic Sample) 2) Penentuan titik pengambilan sampel
Berikut merupakan macam-macam metode pengambilan sampel tanah menurut BPTP (2001):
a. Metode Diagonal Cara kerja:
a) Tempatkan satu titik sebagai titik pusat pada lahan yang akan diambil sampel tanahnyacdan tentukan titik-titik disekelilingnya.
b) Jumlah titik yang dibuat sebanyak 5 (1 titik pusat dan 4 titik diagonal) c) Jarak antar titik ± 50 m diukur dari titik pusat.
Contoh tanah yang diambil merupakan contoh tanah individu. Jumlah diagonal tergantung luas lahan, untuk lahan ≤ 2,5 ha cukup satu diagonal (5 titik). Apabila luas lahan 10-15 ha maka terdapat 4-6 diagonal, contoh-contoh tanah individu tersebut diambil dengan cangkul atau bor pada lapisan olah tanah dan dicampur hingga homogen kemudian diambil sampel seberat 1 kg.
Gambar 5 Metode Pengambilan Secara Diagonal b. Metode Zig zag
Cara pengambilan sampel pada sistem ini dilakukan dengan menentukan titik-titik yang akan digunakan sabagai tempat pengambilan sampel tanah secara zigzag. Persyaratan dan cara pengambilan sampel sama seperti pada sistem diagonal.
9 | D A S A R I L M U T A N A H Gambar 6 Metode Zigzag
c. Metode Acak
Pengambilan contoh acak dilakukan dengan menentukan titik-titik pengambilan contoh tanah secara acak , tetapi menyebar diseluruh bidang tanah yang diwakili. Contoh tanah yang akan diambil harus mewakili seluruh daerah disekitarnya. Persyaratan dan cara pengambilan contoh tanah seperti pada sistem diagonal dan zigzag.
II. Metode Pengamatan Tanah 1. Pengamatan Singkapan Tanah
Singkapan merupakan bagian dari tubuh batuan yang tersingkap atau muncul pada permukaan akibat adanya erosi atau pengikisan tanah penutup. Metode pengamatan ini digunakan ketika kondisi lahan pada keadaan berlereng.
Gambar 7 Contoh Singkapan
2. Pengamatan Minipid
`Minipit yaitu lubang (liang) pengamatan tanah yang dibuat dengan menggunakan skop dengan ukuran minimal 40x40 cm dan kedalaman 80 cm. Berbeda dengan profil tanah, dimana pengamatan atau deskripsi tanah dilakukan pada lubang yang sengaja digali pada tanah dengan ukuran panjang kurang lebih 2 m, lebar 1 m dan dalam 2 m. Metode ini digunakan pada permukaan tanah yang datar.
10 | D A S A R I L M U T A N A H 3. Pengamatan Profil Tanah
Profil tanah adalah penampang vertikal tanah yang menunjukan batasan-batasan horizon tanah, profil tanh dibuat untuk mengatahui proses pembentukan tanah Ada 6 horison utama yang menyusun profil tanah berturut-turut dari atas ke bawah yaitu horizon (O), A, E, B, C, dan R. Sedang horizon penyusun solum tanah adalah horizon A, E, dan B. (Syamsuddin, 2012). Penggunaan profil tanah digunakan untuk mempelajari perkembangan tanah.
11 | D A S A R I L M U T A N A H METODOLOGI
Alat :
Tabel 1 Alat dan Bahan Pengambilan Sampel
Ring Sampel Ring Master Balok penekan/kayu Palu Sekop Pisau Lapang Kantong Plastik Karet gelang Spidol Permanen Label
12 | D A S A R I L M U T A N A H Bahan : Tanah
Alur Kerja (Sampel Tanah Ring Utuh) :
Menyiapkan alat dan bahan
Menekan ring sampel dengan balok penekan hingga tanah memenuhi ring sampel
Meletakkan ring master diatas ring sampel
Menakan ring dengan balok penekan dan palu hingga tanah terisi hingga setengah ring master
Mengambil ring dengan menggunakan pisau lapang
Memisahkan ring sampel dengan ring master
Memasukkan ring sampel beserta tanah ke dalam plastik, mengikat plastik dengan karet dan memberi label
Alur Kerja ( Sampel Tanah Tidak Utuh Komposit) : Menyiapkan alat dan bahan
Mengambil tanah di beberapa titik (minimal 3 titik) dengan sekop
Menyimpan sampel ke dalam plastik yang diikat dan memberi label
Alur Kerja ( Sampel Tanah Utuh Agregat) :
Menyiapkan alat dan bahan
Mengambil beberapa agregat tanah yang terbentuk secara alami
13 | D A S A R I L M U T A N A H FORMAT LAPORAN
BAB 1 METODOLOGI
Buatlah prakata singkat tentang tujuan dan pentingnya pengambilan sampel tanah macam-macam sampel tanah, serta metode pengamatan tanah + sumber (paragraf) 1.1 Alat dan Bahan + Fungsi
1.2 Cara Kerja
1.3 Analisa Perlakuan BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Perbedaan penggunaan sampel tanah utuh, agregat, komposit 2.2 Perbedaan antara minipit, profil, singkapan
2.3 Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel BAB 3 KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan 3.2 Kritik dan Saran DAFTAR PUSTAKA NB:
Menggunakan cover sesuai format
Sumber tidak anonymous, Sumber berasal dari buku atau situs resmi(bukan dari blog “blogspot” dan “Wordpress”
Menggunakan kertas A4 margin 4,3,3,3 Menggunakan Bolpoin warna biru Laporan di steples bukan di paperclip
14 | D A S A R I L M U T A N A H
MATERI II
TEKSTUR TANAH
1. Pengertian Tekstur tanah
Tekstur tanah menunjukkkan kasar dan halusnya tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan antara butir–butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dikelompokkkan kedalam 12 kelas tekstur dibedakan berdasarkan presentase kandungan pasir, debu dan liat. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus. Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat maka tanah dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas tekstur. Kelas kasar terdiri dari pasir dan pasir berlempung. Kelas agak kasar terdiri dari lempung berpasir dan lempung berpasir halus. Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butiran - butirannya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah-tanah bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia dari pada tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno, 2003).
2. Metode Kualitatif dan Kuantitatif dalam Penentuan Kelas Tekstur a. Metode Kualitatif
Metode Feeling merupakan metode penentuan tekstur tanah dengan perasaan atau alat indra dalam menggolongkan tanah menjadi pasir, debu, atau liat. Sehingga kita dapat menentukan kelas tekstur.
b. Metode Kuantitatif
Metode Pipet Merupakan metode langsung pengambilan contoh partikel tanah dari dalam suspense dengan menggunakan pipet pada kedalaman dan waktu tertentu (LPT, 1979). Metode pipet menggunakan natrium yang bersifat mampu mendispersikan atau memecahkan partikel suatu zat (tanah) (Hakim dkk, 1986)
Metode Hydrometer Merupakan untuk menghitung distribusi ukuran butir tanah berdasarkan sedimentasi tanah dalam air. Metode Hidrometer ini bertujuan untuk mengetahui pembagian ukuran butir tanah yang berbutir halus. Untuk melakukan metode ini sampel tanah harus dihancurkan dengan cara dipanaskan atu di oven. (Hakim dkk, 1986).
15 | D A S A R I L M U T A N A H 3. Kelas Tekstur
Gambar 10 Segitiga Tekstur
Pembagian tekstur berdasarkan kelas tekstur ada 12. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh, ( Hanafiah, 2005).
1. Pasir (sandy) => Pasir mempunyai ukuran >2mm dan bersifat kasar dan tidak
lekat. lekat. Pasir mengikat sedikit air karena pori-porinya besar sehingga banyak air yang keluar dari tanah akibat gaya gravitasi.
2. Pasir berlempung (loam sandy) => Tanah pasir berlempung ini memiliki tekstur yang kasar. Akan membentuk bola yang mudah hancur karena daya ikat pada partikel-partikel pasir berlempung tidak kuat. Dan juga akan
sedikit sekali lengket karena memang kandungan lempungnya sedikit. terkstur yang kasar. Pasir berlempung ini akan membentuk bola yang mudah hancur karena daya ikat pada
partikel-parti kandungan
3. Lempung berpasir (Sandy loam) => Rasa kasar pada tanah lempung berpasir akan terasa agak jelas dan juga akan membentuk bola yang agak keras tetapi akan mudah hancur.
4. Lempung (Loam) => Lempung tidak terasa kasar dan juga tidak terasa licin. Dapat membentuk bola yang agak teguh dan dapat sedikit digulung dengan permukaan yang mengkilat. Selain itu, lempung juga dapat melekat.
5 Lempung liat berpasir (Sandy-clay-loam) => Lempung liat berpasir terasa agak jelas. Dapat membentuk bola agak teguh bila kering dan juga dapat membentuk gulungan jika dipilin dan gulungan akan mudah hancur serta dapat melekat.
16 | D A S A R I L M U T A N A H 6. Lempung liat berdebu (sandy-silt-loam) => Lempung liat berdebu memiliki
rasa licin yang jelas. Dapat membentuk bola teguh dan gulungan yang mengkilat serta dapat melekat.
7. Lempung berliat (clay loam) => Lempung berliat akan terasa agak kasar. Dapat membentuk bola agak teguh bila kering dan membentuk gumpalan bila dipilin tetapi pilinan mudah hancur. Daya lekatnya sedang
8. Lempung berdebu (Silty Loam) => Lempung berdebu akan terasa agak licin. Dapat membentuk bola yang agak teguh dan dapat melekat
9. Debu (Silt) => Debu akan terasa licin sekali. Dapt membentuk bola yang teguh dan dapat sedikit digulung dengan permukaan yang mengkilap serta terasa agak lekat.
10. Liat berpasir (Sandy-clay) => Liat berpasir akan terasa licin tetapi agak kasar. Dapat membentuk bola dalam keadaan kering. Akan sukar untuk dipijit tetapi mudah digulung serta memilliki daya lekat yang tinggi (melekat sekali).
11. Liat berdebu (Silty-clay) => Liat berdebu akan terasa agak licin. Dapat membentuk bola dalam keadaan kering. Akan sukar dipijit tetapi mudah digulung serta memiliki daya lekat yang tinggi (melekat sekali).
12. Liat (clay) => Liat akan terasa berat, dapat membentuk bola yang baik. Serta memiliki daya lekat yang tinggi (melekat sekali).
4. Faktor- Faktor yang mempengaruhi Tekstur tanah (Hanafiah,2002) a. Organisme Hidup
Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik bagi tanah. Hewan penggali seperti semut, cacing dan tikus membawa partikel tanah ke permukaan dan mencampur bahan organik dengan mineral. Lubang-lubang yang dibuat akan membantu sirkulasi air dan udara, meningkatkan pelapukan kimiawi dan mempercepat pembentukan tanah. Mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan protozoa membantu proses pembusukan lahan organik menjadi humus.
b. Iklim
1. Curah Hujan
Pengaruh curah hujan ialah sebagai pelarut dan pengangkut maka air hujan akan memperngaruhi komposisi kimiawi mineral penyusun tanah, kedalaman dan diferensiasi profil tanah dan sifat fisik tanah.
17 | D A S A R I L M U T A N A H 2. Temperatur
Setiap kenaikan temperatur akan meningkatkan peningkatan laju reaksi kimiawi menjadi lebih cepat. Meningkatnya pelapukan dan pembentukan liat terjadi seiring dengan peningkatan temperatur.
3. Topografi/Relief
Kemiringan pada lereng berpengaruh pada genesis tanah. Semakin tanah curam, maka runoff dan erosi tanah semakin besar. Hal ini menyebabkan terhambatnya genesis tanah, pelapukan menjadi terhambat begitu juga dengan pembentukan liat. Dengan kata lain, tanah lebih tipis dan kurang berkembang di daerah lereng
4. Waktu
Pembentukan tanah alami membutuhkan proses yang memakan waktu yang lama dari tanah muda, tanah dewasa dan tanah tua.
5. Bahan Induk
Jenis bahan induk akan menentukan sifat fisik maupun kimiawi tanah. Dalam pembentukannya terdapat 2 proses yaitu :
a) Bahan induk terangkut (Prinsip erosi dan Pengendapan)
Berdasarkan pada aliran air dan partikel tanah serta fragmen bahan sedimen. Jika air mengalir cepat, maka membawa partikel besar dan sedimen lebih banyak.
b) Bahan diendapkan air
Seperti endapan aluvial yang terbentuk akibat aliran air terhenti sehingga sedimen terjadi cepat dan umumnya banyak terjadi di daerah pegunungan, begitu juga dengan delta yang terbentuk jika sedimen halus yang dibawa sungai diendapkan.
METODOLOGI
Penentuan Tekstur Tanah dengan Metode Hidrometer Alat dan Bahan
Alat :
a. Hidrometer ASTM (E100) b. Thermometer ,suhu kamar c. Erlenmeyer 250 ml,
d. Gelas Ukur 50 ml dan 1.000 ml e. Pengaduk listrik dan pengaduk kayu f. Ayakan 2.00 mm
g. Timbangan (dengan ketelitian sampai 0.1 g) h. Oven, cawan dan Stop watch
Bahan :
a. Hidrogen peroksida, 30 % (H2O2)
Hidrogen peroksida berfungsi membakar bahan organic sehingga ikatan antara partikel tanah yang satu dengan lainnya bisa terpisah
b. Aquades
Satu liter aquades berfungsi sebagi pengencer setiap sampel c. Kalgon 5 %
Larutkan 40 g NaPO3 (Natrium Metafosfat) dalam kira - kira 750 ml aquadest ke dalam labu ukur 1000 ml dengan cara menaburkan bubuk tersebut secara perlahan-lahan sambil dikocok. Kemudian tambahkan 10 g Na2CO3 (natrium karbonat) dan isi aquadest sampai tanda batas.
d. Asam khlorida (HCl), 2M
Masukan 90 ml HCl pekat ke dalam labu ukur 1000 ml dan dengan perlahan-lahan masukkan air suling (aquadest) sampai tanda batas.
19 | D A S A R I L M U T A N A H Cara kerja
21 | D A S A R I L M U T A N A H untuk praktikum, dan setelah 6 jam 52 menit untuk pemnelitian Bacaan hydrometer blangko B 2 :---
Bacaan hydrometer sampel R2 :--- Bacaan suhu T 2 : ---
Contoh : Menghitung kadar air kering udara Tabel 2 Kadar Air
Berat tanah basah Berat tanah kering Kadar air %
41.59 36.21 14,86
Kadar air = (Berat tanah basah - barat tanah kering)/ Berat tanah kering = ((41.59 - 36.21) / 36.21) x 100
= 14.86 %
Form hasil pengamatan dan perhitungan Tabel 3 Hasil Pengamatan Hydrometer
Bacaan Hydrometer I Bacaan Hydrometer II Hasil
Sampel R 1 Blangko B1 Suhu oC T1 Sampel R2 Blangko B 2 Suhu oC T2 Kadar air % M % Pasir % Debu % Liat 23 1 27 16 1 27 14.86 44 16 40 % Pasir = ((23 – 1) + 0.36 (27 – 20)) x ((100 + 14.86) / 50) = 44 % % Debu = 100 – (44% - 40%) = 16 % % liat = ((16 – 1) + 0,36 (27 – 20)) x ((100 + 14.86) / 50)= 40%
Tabel 4 Hasil Perhitungan Presentase Tekstur dengan Hidrometer
Kode %
Pasir
% Debu
%
Liat Klas tekstur
22 | D A S A R I L M U T A N A H Keterangan :
R = pembacaan hydrometer
B = pembacaan blangko (konsentrasi Na4P2O7)
T = pembacaan suhu
M = % kadar air
W = Berat tanah yang di analisa 0,36 = Faktor koreksi suhu
20 = suhu kalibrasi hidometer Penentuan Kelas Tekstur Tanah
Setelah masing-masing fraksi partikel diketahui prosentasenya maka kelas tekstur tanah dapat diketahui dengan menggunakan bantuan gambar segitiga tekstur (Gambar 2.4). Nama-nama kelas tekstur didasarkan pada istilah-istilah pasir, debu atau lempung liat.
Gambar 12 Segitiga Tekstur (USDA) untuk penetapan kelas tekstur Istilah-istilah tersebut bisa digunakan sebagai nama kelas atau sebagai pernyataan sifat kelas tersebut atau keduanya. Sebagai contoh dapat dikemukakan disini, apabila suatu tanah mengandung banyak sekali liat maka tanah itu disebut berkelas tekstur liat, tetapi apabila tanah tersebut juga mengandung fraksi pasir yang cukup banyak maka namanya menjadi liat berpasir.Apabila perbandingan antara liat, debu, dan pasir diketahui maka kelas tekstur dapat ditentukan dengan menggunakan diagram segitiga tekstur.
23 | D A S A R I L M U T A N A H FORMAT LAPORAN
BAB I PENDAHULUAN
(dalam bentuk paragraf yang mencakup pengertian dan pentingnya melakukan penelitian tentang tekstur)
BAB II METODOLOGI 2.1 Alat, Bahan, dan Fungsi 2.2 Cara Kerja (Diagram Alur) 2.3Analisa Perlakuan (Dokumentasi)
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Data dan Hasil Pengamatan
3.1.1 Tabel Soal Proporsi Tekstur dan Penentuan Kelas Tekstur
Sampel Tanah Proporsi (%) Fraksi Tanah
Pasir (%) Debu (%) Liat (%)
A 50 35 15
B 25 20 55
C 35 30 35
3.1.2 Proporsi Soal Tekstur Dalam Gambar Segitiga Tekstur Setiap Sampel Tanah
3.1.3 Tabel kelas tekstur sampel tanah
Sampel Tanah Kelas tekstur
Cangar Wajak
FP
3.2 Pembahasan Kelas Tekstur Setiap Sampel Tanah (bandingkan dengan literatur)
3.3 Pemilihan Jenis Tanaman yang Sesuai dengan Kelas Tekstur Setiap Sampel (bandingkan dengan literatur)
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran
24 | D A S A R I L M U T A N A H
MATERI III
KONSISTENSI TANAH 1. Pengertian Konsistensi Tanah
Konsistensi merupakan ketahanan tanah terhadap tekanan gaya-gaya dari luar yang merupakan indikator derajat manifestasi kekuatan dan corak gaya-gaya fisik (kohesi dan adhesi) yang bekerja pada tanah selaras dengan tingkat kejenuhan airnya. Penurunan kadar air akan menyebabkan tanah kehilangan sifat kelekatan (stickness) dan kelenturan (plasticity), menjadi gembur(friable), dan lunak (soft), serta menjadi keras dan kaku (coherent) pada saat kering (Hanafiah, 2012). Konsistensi tanah menunjukan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda yang lain (Hardjowigeno, 1993).
2. Penetapan Konsistensi Tanah
Penetapan konsistensi tanah dilakukan dengan dua cara, yaitu secara kualitatif dan secara kuantitatif. Prinsip penetapan secara kualitatif adalah penentuan ketahanan massa tanah terhadap remasan, tekanan atau pijitan tangan pada berbagai kadar air tanah. Penetapan konsistensi tanah secara kuantitatif sering diistilahkan dengan angka Atterberg, pada metode kuantitatif ini terdapat penetapan batas-batas konsistensi tanah yang dinyatakan dengan angka kandungan air pada batas-batas cair dan batas plastis (lekat) suatu tanah (Tim Dosen Jurusan Tanah, 2012).
a. Penetapan Konsistensi Secara Kualitatif
Penetapan konsistensi ini dilakukan pada beberapa kadar air tanah, yaitu pada saat basah, lembab, dan kering (Tim Dosen Jurusan Tanah, 2012).
1) Konsistensi tanah dalam keadaan kering
Tabel 5 Konsistensi tanah dalam keadaan kering
KODE KONSISTENSI URAIAN
0 Lepas
(loose)
Tidak melekat satu dengan yang lain
1 Lunak
(soft)
Agregat dapat pecah dengan mudah dan lepas seperti bubuk dengan pijatan yang ringan
2 Agak Keras
(slightly hard)
Dapat dipecahkan dengan menekan agregat diantara ibu jari dan telunjuk
3 Keras
(hard)
Dapat dipecahkan tanpa kesulitan dengan tangan: memerlukan tenaga cukup untuk memecahkan dengan ibu jari dan telunjuk
25 | D A S A R I L M U T A N A H
4 Sangat Keras
(very hard)
Hanya bisa dipecahkan dengan tangan dengan tekanan yang sangat besar; tidak bisa pecah dengan tekanan antar ibu jari dan telunjuk
5 Ekstrem Keras
(extreemely hard)
Tidak dapat dipecahkan dengan
tekanan oleh tangan
2) Konsistensi tanah dalam keadaan lembab
Tabel 6. Konsistensi tanah dalam keadaan lembab
KODE KONSISTENSI URAIAN
0 Lepas
dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau antar butir tanah mudah terpisah
1 Sangat Gembur dicirikan gumpalan tanah mudah sekali
hancur bila diremas.
2 Gembur
dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas dapat menghancurkan gumpalan tanah.
3 Teguh / Kokoh
dicirikan dengan diperlukan tekanan agak kuat saat meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah.
4
Sangat Teguh / Sangat Kokoh
dicirikan dengan diperlukannya
tekanan berkali-kali saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
5 Sangat Teguh Sekali
dicirikan dengan tidak hancurnya
gumpalan tanah meskipun sudah
ditekan berkali-kali saat meremas tanah dan bahkan diperlukan alat bantu agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
26 | D A S A R I L M U T A N A H 3) Konsistensi dalam keadaan basah
a) Kelekatan (Stickiness)
Kelekatan adalah kualitas adhesi antara material tanah dengan bahan lainnya yang ditunjukkan dengan kekuatan adhesi (kelekatan) bila material tanah ditekan antara ibu jari dan telunjuk (Tim Dosen Jurusan Tanah, 2012).
Tabel 7. Konsistensi tanah dalam keadaan basah (kelekatan)
KODE KONSISTENSI URAIAN
0 Tidak Lekat
(non sticky)
Setelah dilepaskan dari tekanan, tidak ada material tanah yang melekat pada ibu jari dan telunjuk
1 Agak Lekat
(slightly sticky)
Setelah ditekan, material tanah masih terlihat pada ibu jari dan telunjuk, tetapi kemudian mudah lepas sehingga menjadi bersih
2 Lekat
(sticky)
Setelah ditekan, material tanah masih melekat pada ibu jari dan telunjuk, dan
sulit untuk dilepaskan ada
kecenderungan untuk merekatkan
3 Sangat Lekat
(very sticky)
Setelah ditekan, material tanah melekat sangat kuat pada ibu jari dan telunjuk serta cenderung untuk merekatkan keduanya
b) Plastisitas (Plasticity)
Plastisitas adalah kemampuan material tanah untuk berubah bentuk secara kontinyu (tidak pecah atau putus) akibat pengaruh desakan dan kembali tetap bertahan pada bentuk itu bila desakan dihilangkan. Ditetapkan dengan cara menggulung material tanah basah pada telapak tangan dengan garis tengah gulungan sekitar 3 mm (Tim Dosen Jurusan Tanah, 2012).
Tabel 8. Konsistensi dalam keadaan basah (plastisitas)
KODE KONSISTENSI URAIAN
0 Tidak Plastik
(non plastic) Tidak bisa dibuat gulungan
1 Agak Plastik
(slightly plastic)
Bisa digulung tetapi segera akan putus bilamana dibengkokkan menjadi cincin, bentuk tanah berubah dengan sedikit tekanan
2 Plastik
(plastic)
Bisa dibentuk gulungan tetapi putus bilamana dibengkokkan menjadi bentuk cincin, perubahan bentuk terjadi dengan tekanan sedikit kuat
27 | D A S A R I L M U T A N A H
3 Sangat Plastik
(very plastic)
Bisa dibentuk gulungan dan bisa
dibengkokkan menjadi cincin,
perubahan bentuk massa tanah bisa terjadi dengan tekanan yang kuat
b. Penetapan Konsistensi Secara Kuantitatif
Konsistensi ditetapkan secara langsung di laboratorium berdasarkan angka-angka Atterberg. Angka Atterberg adalah persentase berat lengas tanah yang diukur pada saat tanah mengalami perubahan konsistensi. Angka Atterberg banyak digunakan untuk kepentingan teknik sipil daripada untuk pertanian. Berikut ini batas konsistesi berdasarkan perubahan tanah dari kondisi kering ke kondisi basah.
Batas Cair (BC) :
Kandungan lengas tanah pada saat tanah dapat mengalir bebas tanpa tekanan di bawah standar getaran. Penentuan dilakukan dengan cara mengetuk-ngetukkan tanah basah dalam cawan Cassagrande.
Batas Lekat (BL) :
Kandungan lengas pada saat masih kering yang dibasahi secara perlahan dan mulai melekat pada logam.
Batas Gulung (BG) :
Kandungan lengas pada saat keliatan mulai terasa dan tanah dapat dibentuk sesuai dengan yang dikehendaki. Tanah mulai berada pada kondisi semi-padat.
Batas Berubah Warna (BBW) :
Kandungan lengas tanah pada saat pasta mulai kering karena masih ada air kapiler, tetapi udara mulai masuk ke dalam pori yang ditandai oleh perubahan warna secara tegas menjadi berwarna lebih muda. Tanah memasuki kondisi padat.
28 | D A S A R I L M U T A N A H 3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Konsistensi Tanah
a. Tekstur tanah
Tanah pasir biasanya tak lekat dan lepas. Sebaliknya tanah lempung berkonsistensi sangat liat, sangat teguh, dan keras. (Darmawijaya, 1997). b. Porositas
Tanah yang baik dengan komponen sekitar 50% merupakan ruang pori, semakin besar pori tanah maka konsistensi semakin rendah (Darmawijaya, 1997).
c. Struktur tanah
Bila konsistensi tanah tinggi, maka struktur tanahnya mantab (Sarief, 1985).
d. Kadar air tanah
Apabila kadar air tinggi maka tanah akan kehilangan sifat melekatnya dan liatnya, berubah menjadi gembur, retak-retak, lunak. Bila kadar air rendah, keadaan tanah menjadi kering, sukar dibelah, keras dan kasar bila diraba, sehingga konsistensinya dinyatakan paling tinggi (Agus dkk, 2008).
29 | D A S A R I L M U T A N A H METODOLOGI
I. Alat dan Bahan
Sampel Tanah Dominan Pasir: Sebagai sampel yang dianalisis Sampel Tanah Dominan Liat : Sebagai sampel yang dianalisis Sampel Tanah Dominan Debu: sebagai sampel yang diabalisis Air : Untuk menghomogenkan sampel tanah
Baki : Sebagai tempat sampel tanah Botol Penyemprot : sebagai tempat air II. Langkah Kerja
a. Konsistensi Kering
1. Meyiapkan alat dan bahan
2. Mengambil agregat tanah dalam keadaan kering
3. Memijat agregat tanah dan merasakan konsistensi keringnya b. Konsistensi Lembab
1. Menyiapkan alat dan bahan 2. Mengambil agregat tanah
3. Menambahkan air pada agregat tanah sampai lembab
4. Memijat agregat tanah dan merasakan konsistensi lembabnya c. Konsistensi Basah
1. Menyiapkan alat dan bahan 2. Mengambil sampel tanah
3. Menambahkan air pada sampel tanah sampai basah
4. Memijat-mijat tanah dengan ibu jari dan telunjuk, merasakan kelekatannya dengan menempel dan melepas ibu jari dan telunjuk 5. Membuat gulungan pita tanah dengan diameter sekitar 0,5 cm dan
panjang 5 cm
6. Membengkokkan gulungan pita tanah sehingga membentuk cincin dan mengamati plastisitasnya (gulungan tersebut patah atau tidak)
30 | D A S A R I L M U T A N A H FORMAT LAPORAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Konsistensi (3 bahasa Indonesia)
2.2 Macam-macam konsistensi tanah (beserta penjelasannya)
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi (beserta penjelasannya) BAB III METODOLOGI
3.1 Alat dan bahan (beserta fungsinya) 3.1 Cara kerja (Diagram alir)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tabel data pengamatan
4.2 Pembahasan (dibandingkan dengan literatur) a. Hubungan konsistensi dengan struktur tanah
b. Hubungan konsistensi tanah dengan kondisi pengolahan lahan BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran (untuk praktikum dan asisten)
31 | D A S A R I L M U T A N A H
MATERI IV
Struktur Tanah 1. Definisi
Struktur Tanah merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-partikel tanah primer (pasir,liat, debu individual) menjadi partikel-partikel-partikel-partikel sekunder, akan tetapi ada beberapa tanah yang kurang berstruktur dan disebut tanah tak berstruktur pada lapisan / horison yang berstruktur tidak ada satuan yang dapat diamati di lapangan / setelah tanah terusik. Jika tidak berstruktur hancur menghasilkan fragmen-fragmen tanah atau butir tunggal. Bahan-bahan tanah tidak berstruktur disebut butir tunggal atau massive ( pejal). Bahan tanah berbutir tunggal kurang berstruktur dan lepas. Dengan kita mempelajari struktur tanah maka kita juga akan mengetahui sifat-sifat yang lain seperti bulk density, partikel density, dan porositas tanah.
2. Macam-macam tipe Struktur :
32 | D A S A R I L M U T A N A H Gambar 14 Contoh Macam Struktur Tanah
33 | D A S A R I L M U T A N A H 3. Ukuran struktur tanah
Tabel 10. Ukuran Struktur Tanah
Ukuran Granular Gumpal Lempeng Prisma
Sangat halus < 1 mm < 5 mm < 1 mm < 10 mm Halus 1 - 2 mm 5 – 10 mm 1 – 2 mm 10 – 20 mm Sedang 2 - 5 mm 10 – 20 mm 2 – 5 mm 20 – 50 mm Kasar 5 - 10 mm 20 – 50 mm 5 – 10 mm 50 – 100 mm Sangat kasar > 10 mm > 50 mm > 10 mm > 100 mm 4. Kemantapan agregat
Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan tergantung pada ketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan sementasi atau pengikatan, Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kemantapan agregat antara lain bahan-bahan penyemen agregat tanah, bentuk dan ukuran agregat, serta tingkat agregasi Stabilitas agregat yang terbentuk tergantung pada keutuhan tanag permukaan agregat pada saat rehidrasi dan kekuatan ikatan antarkoloid-partikel di dalam agregat pada saat basah. Pentingnya peran lendir (gum) microbial sebagai agen pengikat adalah menjamin kelangsungan aktivitas mikroba dalam proses pembentukan ped dan agregasi.
5. Faktor yang Mempengaruhi Struktur Tanah : a) Tekstur
Tekstur menunjukan perbandingan relatif pasir, debu dan liat dalam tanah. Tekstur juga menunjukan keadaan kasar atau halusnya suatu tanah itu,dari penjelasan diatas dilihat. hubungan antara struktur dengan tekstur tanah yaitu tekstur tanah sangat butuh peran dalam menentukan struktur tingkat kesulitan dan kemudahan daya oleh tanah dan drainase tanah. Tanah yang kemantapan rendah makin mudah diolah karena kandungan liatnya sedikit dan sebaliknya. Tekstur tanah dengan struktur tanah erat sekali hubungannya. Sebagai contohnya, bila tekstur tanahnya pasir maka struktur tanahnya granuler.
b) Kadar Air
Air berperan dalam pembentukan struktur tanah dengan cara: a. Pembengkakan dan pengerutan
b. Tegangan muka
c. Pendinginan dan pembekuan secara cepat
d. Air merupakan persyaratan hidup bagi mikrobia dan tumbuhan e. Air sebagai faktor iklim
34 | D A S A R I L M U T A N A H c) Aktifitas Biologi
Bila didalam tanah banyak aktifitas makhluk hidupnya,maka tanah akan menjadi gembur dan akibatnya struktur tanah menjadi lemah.
d) Bahan organik
Yang mana dalam pembentukan struktur tanah ini bahan organic berfungsi sebagai perekat atau lem.Bahan organik mempunyai sifat mengikat, memperbesar kemungkinan penggumpalan yang mencirikan pada agregat individual. Bahan organik berperan sebagai perekat partikel-partikel tanah sehingga jika bahan tersedia dalam jumlah banyak partikel tanah sehingga mudah menyatu dan dapat dibentuk srtuktur egregat yang kuat kemantapannya.
6. Metode pengamatan : a) Struktur Tanah
Kualitatif (menentukan tipe struktur) Kuantitatif(menghitung ukuran) b) Kemantaban Agregat
Kuantitatif : Metode Vilensky yaitu pengukuran kemantapan agregat tanah berdiameter 2 - 3 mm dengan jalan menghitung volume teteasan air yang dibutuhkan untuk menghancurkan agregat tersebut. Oleh Vilensky tinggi tetesan air ditetapkan 20 cm, suatu ukuran konversi dari keadaan di lapangan yaitu dibandingkan dengan jarak tetesan air hujan pada areal yang luas di permukaan tanah.
35 | D A S A R I L M U T A N A H METODOLOGI
Vilensky
Alat dan bahan : Buret
Penyangga buret Cawan
Tisu
Tanah agregat kering udara Botol semprot
Air Cara kerja:
Metode untuk menghitung jari-jari tetesan : Buret diisi air Teteskan 10 tetes
Hitung jumlah tetesan dan volume air Ulangi 3 kali
Jari-jari tetesan :
Ulangan Jumlah tetesan Volume air
(cm3) Volume per tetes (mm3) Jari-jari tetesan (mm) 1 2 3 ∑ rata-rata
36 | D A S A R I L M U T A N A H Metode untuk mengukur kemantapan agregat :
Buret diisi air
Letakkan cawan 20 cm di bawah buret
Letakkan tisu di atas cawan tersebut
Letakkan sampel tanah di cawan
Buka buret, dan teteskan air hingga mengenai bagian tengah sampel
Hitung (A) jumlah tetesan hingga sampel mulai pecah Hitung (B) jumlah tetesan hingga sampel mulai hancur
37 | D A S A R I L M U T A N A H Kemantapan Agregat:
Ulangan ke-
Jumlah tetesan untuk
A () B ()
Memecahkan Menghancurkan Memecahkan Menghancurkan
Agregat (Cm3) 1. 2. 3. Jumlah (∑) rata-rata Sd
38 | D A S A R I L M U T A N A H FORMAT LAPORAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Struktur Tanah (3 pengertian)
2.2 Bentuk-bentuk Struktur Tanah dan Sifat Pencirinya
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Struktur Tanah 2.4 Gambar-gambar Struktur Tanah (Literatur+gambar tangan) BAB III METODOLOGI
3.1 Alat, Bahan, dan Fungsi 3.2 Cara Kerja (Diagram Alur) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data dan Hasil Pengamatan 4.1.1 Data hasil uji kualitatif
Sampel Panjang (p) Lebar (l) Tinggi (t) Kelas Struktur
4.1.2 Data hasl uji kuantitatif a. Jari-jari tetesan :
Ulangan Jumlah tetesan
Volume air Volume per tetes Jari-jari tetesan 1
2 3
39 | D A S A R I L M U T A N A H b. Kemantapan Agregat:
Ulangan ke- Jumlah tetesan (A) Jumlah tetesan (B) Catatan 1
2 3
Rata-rata
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan hasil uji kualitatif
4.2.2 Pembahasan pengaruh jari-jari tetesan terhadap kemantapan agregat (bandingkan dengan literatur jurnal)
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA Note:
Sumber tidak boleh dari blog, wordpress, wikipedia Margin 4,3,3,3
Ditulis dengan pulpen biru
Cover sama seperti materi sebelumnya, hanya berbeda nama materi Dikumpulkan 1 minggu setelah praktikum
40 | D A S A R I L M U T A N A H
MATERI V
BERAT ISI DAN BERAT JENIS 1. Berat Isi (Bulk Density)
a) Pengertian
Berat isi adalah perbandingan antara massa tanah dengan volume partikel ditambah dengan ruang pori diantaranya. Massa tanah ditentukan setelah kering oven 1050C dan volumenya merupakan volume dari contoh tanah yang diambil di lapangan, sehingga dinyatakan dalam g.cm-3 (Tim Dosen Jurusan Tanah, 2012).
Berat isi merupakan suatu sifat tanah yang menggambarkan taraf kemampatan tanah. Tanah dengan kemampatan tinggi dapat mempersulit perkembangan perakaran tanaman, pori makro terbatas dan penetrasi air terhambat (Darmawijaya, 1997).
b) Faktor-faktor yag Mempengaruhi Berat Isi a. Struktur Tanah
Tanah yang mempunyai struktur yang mantap maka berat isinya lebih tinggi daripada tanah yang mempunyai struktur kurang mantap (Sutedjo, 1987).
b. Pengolahan Tanah
Jika suatu tanah sering diolah maka pada lapisan tanah atas (lapisan olah) akan memiliki berat isi yang rendah karena memiliki porositas yang banyak. Sedangkan pada lapisan tanah bawah memiliki berat isi yang tinggi karena terdapat pemadatan tanah. Misalnya pada tanah sawah memiliki lapisan tapak bajak yang sulit untuk diolah. Semakin tinggi berat isinya maka tanah tersebut semakin mampat sehingga semakin sulit untuk diolah.
c. Bahan Organik
Bahan organik lebih ringan daripada bahan mineral. Disamping itu bahan organik akan memperbesar pori tanah. Nilai Bulk density akan lebih rendah bahan organik penyusun tanah tinggi karena bahan organik dapat memperkecil berat tanah dan dapat memperbesar porositas tanah serta memiliki berat yang kecil dibanding dengan bahan mineral.
Tanah dengan nilai bulk density yang kecil baik untuk lahan pertanian sebab Bulk density yang kecil bahan organik yang dikandungnya akan semakin besar sehingga akan menyebabkan aerasi dalam tanah tersebut menjadi lebih baik. Tanah yang memiliki Bulk density tinggi atau besar mempunyai kandungan bahan mineral yang
41 | D A S A R I L M U T A N A H banyak, namun porositasnya rendah karena semakin tinggi nilai Bulk densitynya maka porositasnya akan berkurang (Pairunan, 1985).
c) Klasifikasi Berat Isi
Tabel 11. Klasifikasi Berat Isi Berat Isi
(g.cm-3) Kelas
< 0,9 Rendah / ringan
0,9 – 1,2 Sedang / sedang
1,2 – 1,4 Tinggi / berat / mampat
> 1,4 Sangat tinggi / sangat berat/ sangat mampat Sumber: Lab. Fisika jur. Tanah FP UB, 2006
2. Berat Jenis (Particle density) a) Pengertian
Berat jenis adalah berat tanah kering per satuan volume partikel-partikel padat (tidak termasuk volume pori-pori tanah). Berat jenis dari suatu tanah menunjukkan kerapatan dari partikel secara keseluruhan. Hal ini ditunjukkan sebagai perbandingan massa total dari partikel padatan dengan total volume tidak termasuk ruang pori diantara partikel. Berat jenis ini penting dalam penentuan laju sedimentasi, pergerakan partikel oleh air dan angin, serta perhitungan ruang pori dalam tanah apabila bobot isinya telah diketahui. Berat jenis partikel tanah mineral berkisar antara 2,60 - 2,70 g/cm3, sedangkan bberat jenis partikel bahan organik berkisar 1,30 – 1,50 /cm3 (Tim Dosen Jurusan Tanah, 2012).
b) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berat Jenis a. Tekstur Tanah
Partikel-partikel tanah yang ukuran partikelnya kasar,memiliki nilai berat jenis tinggi misalnya pasir. Ukuran partikel pasir lebih besar daripada ukuran partikel liat sehingga berat jenis pasir lebih tinggi daripada berat jenis liat.
b. Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Semakin banyak kandungan bahan organik tanah, maka semakin rendah berat jenisnya.
c) Klasifikasi Berat Jenis
Tabel 12. Klasifikasi Berat Jenis BJ
Tanah mineral pada umumnya
BJ Tanah organik
42 | D A S A R I L M U T A N A H Sumber: Pengantar Fisika Tanah, Lab. Fisika Jurusan Tanah FP.UB.2007
3. Hubungan Berat Isi (BI), Berat Jenis (BJ) dan Porositas
Hubungan berat isi dan berat jenis berbanding lurus. Jika BI tinggi maka Bjnya tinggi. Salah satu manfaat nilai berat isi tanah, yaitu untuk menghitung porositas. Untuk menghitung porositas kita harus mengetaui berat jenis partikelnya terlebih dahulu. Sedangkan salah satu manfaat berat jenis, yaitu untuk menentukan perhitungan ruang pori dalam tanah. Untuk menghitung ruang pori dalam tanah, kita harus mengetahui berat isi tanah terlebih dahulu (Tim Dosen FPUB, 2012).
Tanah yang renggang pori-pori mempunyai bobot yang kecil persatuan volume dan tanah padat memiliki bobot tinggi persatuan volume. Berat isi ditentukan oleh padatan tanah dan porositas. Padatan tanah sangat berpengaruh, dimana tanah yang lebih padat mempunyai nilai bulk density yang lebih besar daripada tanah yang kurang padat. Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan (1985) yang menyatakan bahwa porositas berpengaruh dalam menentukan nilai bulk density tanah, apabila pori-pori tanah besar atau tinggi maka nilai bulk density kecil.
4. Pengaruh Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah sangat diperlukan untuk menjaga kesuburan tanah. Tanah yang berstruktur mantap berat isinya juga akan tinggi. Itu dikarenakan tanah tersebut memiliki kerapatan yang tinggi, sehingga akar dari tumbuhan atau tanaman tersebut akan sulit menembus atau memecah tanah dan air akan sulit untuk meresap kedalam tanah sehingga air akan mudah tergenang diatas permukaan tanah. Untuk mengatasi hal itu, maka diperlukan pengolahan tanah yang baik, diantaranya dengan cara membajak tanah dan menggemburkan tanah.
Dengan membajak tanah akan membuat rongga atau pori-pori dalam tanah menjadi lebih banyak, sehingga penyerapan air, udara, dan berbagai mineral yang dibutuhkan tanaman dapat lebih mudah. Dalam mempelajari berat isi dan berat jenis tanah dapat ditentukan berapa pupuk yang dibutuhkan untuk pemupukan lahan tersebut sehingga kita dapat meminimalisir pemakaian pupuk. Dengan kata lain, pengolahan lahan dapat mengurangi berat isi dan berat jenis suatu lahan. Sehingga akar tanaman bisa menembus tanah dengan baik dan tanaman bisa tumbuh dengan subur, baik pada lahan semusim, lahan produksi, dan lahan kampus (Hanafiah, 2005).
Namun perlu diketahui bahwa jika suatu tanah sering diolah maka pada lapisan tanah atas (lapisan olah) akan memiliki berat isi yang rendah karena memiliki porositas yang banyak. Sedangkan pada lapisan tanah
43 | D A S A R I L M U T A N A H bawah memiliki berat isi yang tinggi karena terdapat pemadatan tanah. Misalnya pada tanah sawah memiliki lapisan tapak bajak yang sangat sulit untuk diolah.
METODOLOGI I. BERAT ISI TANAH
Alat
Cawan : Untuk tempat meletakkan tanah ke dalam oven Timbangan : Untuk menimbang tanah
Pisau : Untuk merapikan sampel tanah Oven : Untuk mengoven sampel tanah
Jangka sorong : Untuk mengukur tinggi dan diameter ring Ring : Sebagai tempat sampel tanah
Buku dan alat tulis : Untuk menyatat hasil pengamatan
Bahan
Sampel Tanah Utuh : Sebagai bahan percobaan
45 | D A S A R I L M U T A N A H Tabel 13. Berat Isi
Silinder Massa Total Kotor (Mt + Mr Massa Ring (Mr) Massa Total (Mt)
Kadar Air Sub Sampel (W) Diameter (d) Tinggi (p) Tanah Basah + Kaleng (Tb+K) Tanah oven + Kaleng (To+K) Kaleng (K) Cm Cm G G G g G g 4,7 5,6 203,06 50 153,06 280,16 250,36 127,8 Ket : d = Diameter ring p = Tinggi ring
Tb = Massa tanah basah sebelum dioven To = Massa tanah oven
K = Massa Kaleng
W = Kadar air massa Ma = Massa air
Mp1 = Massa padatan sub sample Mp2 = Massa padatan dari berat total
46 | D A S A R I L M U T A N A H 1. Contoh menghitung volume tanah (Vt)
Dari tabel hasil pengamatan
Volume tanah (Vt)= 1/4 x π x d2 x p
= 0,25 x 3,14 x 4,72 x 5,6 = 97,10 cm3
2. Cara menghitung kadar air sub sampel (W) Kadar air sub sampel (W) = Ma/Mp
= (Tb+K) – (To+K) / (To+K) - K = (280,16 - 250,36) / (250,36 - 127,8) = 0,243 g
3. Cara menghitung massa padatan (Mp)
Massa padatan (Mp) = Berat total / (1 + ka. Sub) = 153,06 / (1 + 0,243) = 123,20 g
4. Cara menghitung berat isi (BI) Berat Isi (BI) = Mp / Vt
=123,2035 / 97,10 = 1,26 g cm-3
Tabel 14. Perhitungan Berat Isi Kadar Air Sub
(W)
Vol. Tanah Silinder (Vt) Massa Padatan (Mp) Berat Isi (bρ) g g-1 cm3 g g cm-3 0,243 97,10 123,2035 1,26
Klasifikasi Berat Isi Tanah Tabel 15. Klasifikasi Berat Isi
Berat Isi
(g.cm-3) Kelas
< 0,9 Rendah / ringan
0,9 – 1,2 Sedang / sedang
1,2 – 1,4 Tinggi / berat / mampat
> 1,4 Sangat tinggi / sangat
berat/ sangat mampat Sumber: Lab. Fisika jur. Tanah FP UB, 2006
47 | D A S A R I L M U T A N A H II. BERAT JENIS TANAH
Alat:
Piknometer : untuk tempat tanah yang telah dihaluskan Mortal : untuk menghaluskan tanah
Pistil : untuk menghaluskan tanah
Timbangan : untuk menimbang tanah
Oven : sebagai pengering tanah
Corong : sebagai alat bantu untuk menuangkan air ke dalam piknometer Botol semprot : untuk mengisi air
Baki : sebagai tempat sampel tanah
Bahan:
Tanah : Sebagai bahan percobaan
Air bebas udara :sebagai pengganti hotplate
48 | D A S A R I L M U T A N A H Tabel 16. Tabel Pengukuran Berat Jenis
Massa (g) Massa Padatan Volume Padatan BJ
L L + To L + To + A Mp Vp pρ
G G G G cm3 g.cm-3
55,90 75,91 167,94 20,01 7,97 2,51
Keterangan:
L = massa labu To = massa tanah oven A = massa air
Mp = massa padatan Vp = volume padatan
Mp = ((L + To) – L) g = To
100 cm3 = volume labu yang digunakan
*BJ air = 1 g/cm3, jadi 100 g air volumenya adalah 100 cm3 Vp = 100 – ((L + To + A) – (L + To)) cm3
BJ = Mp / Vp
Contoh Perhitungan Berat Jenis (Melihat data tabel pengamatan BJ_ Massa labu= 55,90 g
Massa labu + tanah kering= 75,91 g Massa labu + tanah kering + air= 167,94 g Maka akan diperoleh:
Mp= (75,91 – 55,90)= 20,01 g
Vp= (100 – (167,94 – 75,91)= 7,91 cm3 BJ= (20,01 / 7,91)= 2,51 g cm-3
49 | D A S A R I L M U T A N A H Klasifikasi Berat Jenis
Tabel 17. Klasifikasi Berat Jenis BJ
Tanah mineral pada umumnya
BJ Tanah organik
2,5 – 2,7 > 2,00
Sumber: Pengantar Fisika Tanah, Lab. Fisika Jurusan Tanah FP.UB.2007
Cara Menghitung Porositas (% Volume)
Porositas= (1 – (BI / BJ)) x 100%
Klasifikasi Porositas
Tabel 18. Klasifikasi Porositas
Porositas (%) Kelas
<31 Rendah
31 – 63 Sedang
>63 Tinggi
50 | D A S A R I L M U T A N A H FORMAT LAPORAN
BAB I PENDAHULUAN
(dalam bentuk paragraf yang mencakup pengertian dan pentingnya melakukan penelitian tentang berat isi dan berat jenis tanah)
BAB II METODOLOGI 2.1 Alat, Bahan, dan Fungsi 2.2 Cara Kerja (Diagram Alur) 2.3 Analisa Perlakuan
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Data Hasil Praktikum dan Perhitungan
Silinder Massa Total Kotor (Mt + Mr Massa Ring (Mr) Massa Total (Mt)
Kadar Air Sub Sampel (W)
Diameter (d)
Tinggi (p) Tanah Basah
+ Kaleng (Tb+K) Tanah oven + Kaleng (To+K) Kaleng (K) Cm Cm G g g G g G Kadar Air (W)
Vol. Tanah Silinder (Vt) Massa Padatan (Mp) Berat Isi (bρ) g g-1 cm3 G g cm-3
Massa (g) Massa Padatan Volume Padatan BJ
L L + To L + To + A Mp Vp pρ
G G G g cm3 g.cm3
3.2 Pembahasan Data BI dan BJ pada sampel tanah yang diamati
3.3 Hubungan BI dan BJ dengan sifat fisik tanah (perbandingan literature) 3.3.1 Hubungan BI dengan sifat fisik tanah
3.3.2 Hubungan BJ dengan sifat fisik tanah 3.3.3 Hubungan BI dan BJ dengan porositas 3.4 Hubungan BI dan BJ dengan pengolahan tanah
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.2 Kritik dan saran
51 | D A S A R I L M U T A N A H Note:
* Margin 4,3,3,3
* Ditulis dengan tinta biru
* Sumber tidak boleh anonymouse
* Tidak di perbolehkan mengambil literatur dari blog
* Literatur jurnal dilampirkan dan bagian yang dikutip diberi stabilo * Cover sama seperti materi sebelumnya, hanya berbeda nama materi * Laporan dikumpulkan 1 minggu setelah praktikum
MATERI VI
PERGERAKAN AIR 1. Tujuan
Mahasiswa mampu memahami tentang pergerakan air dalam tanah dan mempraktikannya dengan dua sampel tanah yang memiliki fraksi penyusun tanah yang berbeda.
2. Pengertian
Pergerakan air tanah merupakan sebuah proses mengalirnya air yang berada dalam tanah baik itu karena adanya gaya tarik antara partikel air dengan tanah atau antar partikel air dengan sesamanya.
3. Macam pergerakan air dalam tanah
Macam pergerakan air dalam tanah dibagi menjadi dua, yaitu pergerakan aliran air jenuh dan aliran air tidak jenuh. Pergerakan aliran air jenuh merupakan pergerakan aliran air yang terjadi ketika seluruh pori tanah telah terisi oleh air. Sehingga air tidak terikat oleh tanah. Oleh sebab itu air akan terpengaruh gaya gravitasi sehingga air akan bergerak ke bawah. Gerakan air ini akan terjadi terus menerus selama tanah dalam kondisi jenuh. Namun, air yang ada dalam tanah saat pergerakan air jenuh tidak akan bertahan lama karena air dapat menguap. Sementara air yang tersisa akan terpengaruh gaya-gaya lain dalam tanah seperti gaya kapiler, osmotik, dan gaya matriks tanah. Oleh sebab itu air akan bergerak melalui pori-pori mikro tanah. Sehingga terjadilah aliran air tidak jenuh
.
53 | D A S A R I L M U T A N A H 4. Macam Gaya Yang Mempengaruhi Pergerakan Air Dalam Tanah
a. Gaya Osmotik
Gaya osmotik dalam tanah merupakan gaya yang mempengaruhi tingkat kelarutan unsur-unsur yang ada dalam tanah, Sehingga mempengaruhi tingkat kepekatan molekul air.
b. Kapiler tanah
Merupakan gaya yang mempengaruhi pergerakan air dalam tanah menuju ke permukaan tanah yang disebut kapilaritas. Kapiler ini akan timbul akibat tegangan permukaan sehingga air masuk ke dalam celah-celah sempit yang disebut pipa kapiler. Pada proses kapilaritas tersebut air dapat mengalir ke atas melalui ruang pori tanah secara kapilar disebabkan oleh gaya-gaya kohesi dan adhesi.
c. Gaya matrik tanah
Di dalam tanah, tanah mengeluarkan gaya adhesi dan kohesi. Gaya inilah yang akan menahan dan mempertahankan air untuk tetap berada di dalam tanah. Gaya ini sering disebut gaya matriks tanah. Apabila gaya yang dikeluarkan oleh tanah di suatu tempat besar, maka kecepatan pergerakan air akan lambat. hal ini bisa terjadi karena gaya yang dikeluarkan tanah lebih besar dibandingkan dengan gaya grafitasi. Sehingga air di dalam tanah cenderung mempertahankan keberadaanya.
d. Gaya gravitasi
Setiap tempat memiliki besar gravitasi yang berbeda-beda. Apabila suatu tempat memiliki haya grafitasi yang besar, maka pergerakan air dalam tanah semakin cepat. Hal tersebut dikarenakan gaya matriks tanah lebih kecil dari gaya grafitasi, dan begitu pula sebaliknya.
5. Faktor Yang Mempengaruhi Pergerakan Air Dalam Tanah a. Tekstur
Tekstur tanah terdiri dari tekstur pasir, liat, dan debu. Setiap tekstur tanah memiliki karakteristik yang berbeda. Misalnya pada tanah bertekstur liat air akan bergerak horizontal. Hal tersebut dikarenakan tekstur liat akan memiliki luas permukaan yang lebih besar. Sehingga berpengaruh terhadap gaya matrik tanah. Gaya matrik tanah yang besar mengakibatkan air ditahan ke samping, sehingga air sulit bergerak ke bawah.
b. Pori
Apabila tanah disuatu tempat banyak terdapat pori makro, maka pergerakan air di dalam tanah kan mudah mengalir dikarenakan adanya celah yang lebar memungkinkan air dapat bergerak bebas dan cepat, seperti pada tanah berpasir.
54 | D A S A R I L M U T A N A H c. Struktur dan kemantapan agregat
Tanah yang memilki kemantapan lemah memungkinkan air dengan mudah menghancurkan agregat tanah sehingga air dapat dengan mudah mencari jalannya untuk terus bergerak ke bawah dan sebaliknya apabila tanah memilki kemantapan yang kuat, pergerakan air ke pusat bumi akan semakin lambat karena gaya yang dikeluarkan tidak cukup untk menghancurkan agregat tanah.
Apabila terdapat banayak ruang pori, maka air yang bergerak menuju pusat bumi akan semakin lambat. Hal ini disebabkan partikel-partikel air tersebut akan lebih banayk mengisi ruang pori daripada bergerak ke bawah.
55 | D A S A R I L M U T A N A H METODOLOGI
A. Alat dan bahan 1. Alat: a) Arkilimeter b) Spons c) Buret d) Statis e) Corong
f) Kotak/wadah sampel tanah g) Mika
h) Spidol permanen i) Stopwatch 2. Bahan:
Tanah kering oven (berdebu dan berpasir)
B. Alur kerja
Siapkan alat dan bahan
Rangkai arkilimeter dan pasang spons pada dasar aqilimeter
Isi arkilimeter dengan tanah hingga ketinggian 20 cm
(stabilkan tetesan buret ± 2-3 tetes/detik terlebih dahulu, kemudian tutup ujung buret) Isi buret dengan air sampai penuh (50 ml)
Letakkan aqilimeter + tanah di bawah buret dengan jarak 3-5 cm
Tunggu hingga 3 menit dengan 2 rentang waktu
Setiap 3 menit tutup buret dengan tangan dan gambar pergerakan air pada mika
Hitung panjang dan lebar (cm) pergerakan air. Tabel hasil pengamatan
Sampel tanah
Rentang waktu/3 menit
3 menit pertama 3 menit kedua
Panjang (cm) Lebar (cm) Panjang (cm) Lebar (cm)
Berdebu Berpasir
56 | D A S A R I L M U T A N A H FORMAT LAPORAN
BAB 1 PENDAHULUAN
(dalam bentuk paragraf, berisi latar belakang, tujuan, dan pentingnya melakukan praktikum ini)
BAB 2 METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan (beserta fungsinya) 2.2 Cara Kerja (Diagram Alir)
2.3 Analisa Perlakuan
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambar Pergerakan Air
a. Tanah berdebu b. Tanah berpasir
3.2 Hasil (Gambar Rembesan Air dan Tabel Pengamatan)
Sampel tanah
Rentang waktu
3 menit pertama 3 menit kedua
Panjang (cm) Lebar (cm) Panjang (cm) Lebar (cm)
Berdebu Berpasir
3.3 Analisis Perbandingan Pergerakan pada Tanah Berdebu dan Berpasir
3.4 Analisis Hubungan Sifat Fisik Tanah dengan Pergerakan Air (dukung hasil
praktikum dengan hasil penelitian berupa jurnal atau artikel ilmiah yang sudah
ada)
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan (kesimpulan hasil praktikum) 4.2 Saran (untuk asisten dan praktikum selanjutnya)
DAFTAR PUSTAKA (diambil dari Jurnal atau Buku, tidak diambil dari Blog,
Wikipedia, Wordpress)
NB :
- Ditulis menggunakan tinta biru
- Margin 4 :3 : 3 :3 (kiri : atas : kanan : bawah)
- Hasil penelitian (jurnal atau artikel ilmiah) yang dipakai sebagai perbandingan dilampirkan dan kalimat yang dikutip ditandai dengan highlighter. (yang dilampirkan hanya halaman dimana bagian yang dikutip berada)
- Cover sama seperti sebelumnya, hanya materinya diganti
57 | D A S A R I L M U T A N A H
KIMIA TANAH
58 | D A S A R I L M U T A N A H
MATERI VII
pH (PENGAPURAN) DAN C-ORGANIK
1. Pengertian C- Organik
Karbon Organik adalah salah satu senyawa atau komponen yang mencerminkan jumlah bahan organik yang terdapat di dalam tanah yang bersumber dari sisa tanaman atau binatang yang terdapat di dalam tanah. Bila jumlah C-organik dalam tanah dapat diketahui maka kandungan bahan organik tanah juga dapat dihitung.
Bahan organik merupakan semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah yang bersumber dari sisa tanaman atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh factor biologi, fisika, dan kimia.
2. Pengertian pH dan Pengapuran
pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai pH< 7 menunjukkan keasaman.
Istilah pH berasal dari "p", lambang matematika dari negative logaritma, dan "H", lambang kimia untuk unsur Hidrogen. Defenisi yang formal tentang pH adalah negative logaritma dari aktivitas ion Hydrogen. pH adalah singkatan dari power of Hydrogen.
Pengapuran adalah pemberian kapur kedalam tanah pada umumnya bukan karena tanah kekurangan unsure Ca tetapi karena tanah terlalu masam. Oleh karena itu pH tanah perlu di naikan agar unsur-unsur hara seperti P mudah di serap tanaman dan keracunan Al dapat di hindari (Suwonohardjowigeno, 1992) 3. Manfaat Bahan Organik Tanah
a) Sebagai sumber hara bagi tanaman. b) Memperbaiki karakteristik lingkungan.
c) Produktivitas tanah tinggi secara berkelanjutan
d) Memperbaiki struktur tanah, sekaligus memperbaiki konsistensi dan kemantapan agregat tanah.
e) Meningkatkan kualitas tanah
f) Sumber energy dan sumber C bagi jasad mikro (jasad prokaryot).
g) Dapat mengurangi keracunan unsur hara mikro (misalnya Al pada tanah masam).
59 | D A S A R I L M U T A N A H i) Memperbaiki tata kehidupan jasad tanah, khususnya bakteri sehingga
seluruh proses mikrobiologis dalam tanah berjalan lebih sempurna 3. Manfaat Pengapuran
a) Menaikkan pH tanah. b) Penetralan keasaman tanah
c) Penambah unsur-unsur Ca dan Mg.
d) Memperbaiki kehidupan mikroorganisme dan memperbaiki pembentukan bintil-bintil akar.
e) Menambah ketersediaan unsur-unsur P danMo. f) Mengurangi keracunan Fe, Mn, dan Al.
5. Kriteria Sifat Kimia Tanah
Tabel 19. Kriteria Sifat Kimia Tanah
60 | D A S A R I L M U T A N A H METODE PENGUKURAN :
1. pH (Derajat Kemasamamn) Alat :
1. pH meter : Untuk mengukur pH
2. Fial film : Untuk tempat pencampuran tanah + larutan 3. Timbangan analitik : Untuk menimbang sampel tanah 4. Mortar & pistil : Untuk menghaluskan sampel tanah 5. Ayakan 2 mm : Untuk mengayak sampel tanah 6. Gelas ukur : Untuk mengukur H2O
Bahan :
1. H2O 10 ml : Untuk menentukan pH aktual
2. Sampel tanah Wajak dan Cangar : Sebagai sampel tanah Langkah Kerja : Perbandingan yang digunakan 1:1
Siapkan alat dan bahan
Masukkan 10 gr sampel tanah yang lolos ayakan 2 mm dalam fialfilm Masukkan H2O 10 ml dalam fialfilm
Kocok selama ± 10 menit Diamkan selama 15 menit
Ukur pH sampel menggunakan alat pHnmeter Catat hasilnya
2. C-ORGANIK Alat :
1. Gelas beker : Untuk mengukur volume aquades 2. Gelas ukur : Untuk mengukur volume larutan
3. Pipet : Untuk memindahkan larutan dari satu wadah ke wadah yang lain 4. Buret & statis : Untuk titrasi
5. Pengaduk magnetis : Untuk mengaduk larutan 6. Timbangan : Untuk menimbang sampel tanah
7. Labu Erlenmeyer 500 ml : Sebagai tempat mencampur tanah + larutan 8. Ayakan 0.5 mm : Untuk mengayak sampel tanah
9. Mortar & pistil : Untuk menghaluskan tanah Bahan :
1. K2Cr2O7 10 ml: untuk mengikat rantai C
61 | D A S A R I L M U T A N A H 3. Aquades 200 ml: untuk menghentikan reaksi H2SO4
4. H3PO4 85% 10 ml: untuk menghilangkan pengaruh Fe 5. Difenilamina 30 tetes : Sebagai indikator warna
6. Fe SO4 : Sebagai bahan untuk titrasi
7. Sampel tanah dari wajak dan cangar : Sebagai bahan penelitian
NB: Jika menggunakan sampel tanah wajak, gunakan sebanyak 0,5 gram. Jika menggunakan sampel tanah cangar, gunakan 0,25 gram. Hal ini dikarenakan bahan organik tanah cangar lebih tinggi, sehingga dikhawatirkan nanti akan berwarna hijau lebih dahulu. Selain itu agar mempermudah melihat perubahan warna pada saat dititrasi dengan FeSO4
Langkah Kerja
Siapkan alat dan bahan
Timbang sampel tanah dan masukkan sampel tanah yang lolos ayakan 0.5 mm dalam labu erlenmeyer 500 ml
Masukkan K2Cr2O7 10 ml dan H2SO4 20 ml
Digoyang-goyangkan agar tanah dapat bereaksi sepenuhnya Diamkan dalam ruang asam selama 15 menit
Tambahkan aquades 200 ml
Masukkan H3PO4 85% 10 ml dan 30 tetes penunjuk difenilamina
Titrasi dengan FeSO4 sampai warna berubah menjadi hijau seperti warna hijau botol spr*te
Catat volume ml sampel dan lakukan perhitungan
PERHITUNGAN :
% C-Organik = x 3 x
% Bahan Organik =
62 | D A S A R I L M U T A N A H FORMAT LAPORAN
BAB 1 PENDAHULUAN
(dalam bentuk paragraf, berisi latar belakang, tujuan, dan pentingnya melakukan praktikum ini)
BAB 2 METODOLOGI 2.1. Alat, Bahan dan Fungsi a. Penetapan C-Organik b. Pengukuran pH
2.2. Alur Kerja (Diagram Alir ) a. Penetapan C-Organik b. Pengukuran pH
2.3. Analisa Perlakuan (Deskripsi cara penetapan C-Organik & pengukuran pH)
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Data C-Organik dan Pengukuran pH
C-Organik
No. Sampel Tanah Blanko % KA C-Organik BO
1. Wajak
2. Cangar
Pengukuran pH
No. Sampel Tanah pH
1. Wajak
2. Cangar
3.2. Perhitungan C-Organik
Wajak
Cangar
3.3. Interpretasi data dan bandingkan dengan literature hasil C-Organik & pH kedua sampel
3.4. Hubungkan hasil kondisi C-Organik dan pH dengan pengolahan dan pengelolaan pertanian
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan
4.2 Kritik dan Saran (untuk asisten dan praktikum selanjutnya)
Daftar Pustaka (tidak diambil dari Blog, Wikipedia, Wordpress, dan harus dapat
63 | D A S A R I L M U T A N A H NB :
- Ditulis menggunakan tinta biru
- Margin 4 :3 : 3 :3 (kiri : atas : kanan : bawah)
- Hasil penelitian (jurnal atau artikel ilmiah) yang dipakai sebagai perbandingan dilampirkan dan kalimat yang dikutip ditandai dengan highlighter. (yang dilampirkan hanya halaman dimana bagian yang dikutip berada)
- Cover sama seperti sebelumnya, hanya materinya diganti