• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI TANAH (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI TANAH (1)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI TANAH

MENGANALISIS REAKSI TANAH, KANDUNGAN KAPUR, KANDUNGAN MANGAN, DAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK

DOSEN PENGAMPU : ARIF ASHARI, M. Sc

DISUSUN OLEH :

NAMA : AISYAH NURUL LATHIFAH

NIM : 15405241014

KELAS/KELOMPOK : A/01

ASISTEN PRAKTIKUM : DEWI RAHMAWATI

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)

Menganalisis Reaksi Tanah, Kandungan Kapur, Kandungan Mangan, dan Kandungan Bahan Organik.

II. TUJUAN

1. Menganalisis reaksi tanah.

2. Menganalisis kandungan kapur pada tanah. 3. Menganalisis kandungan Mn pada tanah. 4. Meganalisis kandungan bahan organik tanah. III. DASAR TEORI

A. Reaksi Tanah

Pada umumnya tanah yang telah berkembang lanjut dalam daerah iklim basah dalam Darmawijaya (1992.175) mempunyai pH tanah yang rendah. Makin lanjut umurnya makin asam. Sebaliknya tanah di daerah beriklim kering penguapan menyebabkan tertimbunnya unsur-unsur basa di permukaan tanah karena besarnya evaporasi dibandingkan dengan presipitasi sehingga makin lanjut umur tanah makin tinggi pH-nya. Akan tetapi pada umunya di daerah kering (arid) jarang ditemukan tanah yang senantiasa tetap pada tempatnya mengingat angin yang senantiasa bertiup sebagai akibat perubahan iklim yang besar. Selain itu pertumbuhan tanaman banyak dipengaruhi pH tanah. Hal ini berlainan bagi jenis-jenis tanaman tertentu.

Penentuan pH tanah yang lebih terinci sampai satu desimal dapat dilakukan dengan mempergunakan larutan-larutan indikator yang telah dikenal dalam ilmu kimia umum, seperti misalnya (Darmawijaya, 1992:176) :

- Bromkresol untuk pH antara 3,8 – 5,6

- Khlorphenol merah untuk pH antara 5,2 – 6,8 - Bromthinol biru untuk pH antara 6,0 – 6,8 - Phenol merah untuk pH antara 6,8 – 8,4 - Kresol merah untuk pH antara 7,2 – 8,822 - Thimol biru untuk pH antara 8,0 – 9,5

(3)

dapat ditukarkan. Adanya CaCO3 yang bebas dapat ditentukan dengan penetesan HCl 10%. Pemercikan akan berarti adanya kadar Ca. Kadar Mn dapat pula ditentukan dengan pengamatan pemercikan oleh penetesan H2O2 20% (Darmawijaya, 1992:176).

B. Kandungan Kapur

Alam dan manusia telah menyebar luaskan kapur dari sumber batuan kapur ke seluruh bumi. Kapur memiliki sifat basa yang tinggi sehingga banyak digunakan petani untuk menurunkan keasaman tanah. Bumi ini memiliki banyak tanah yang diantaranya adalah tanah alfisol, entisol, vertisol, rendzina, dan ultisol. Diantara macam-macam tanah tersebut ada tanah yang memiliki kadar kapur yang tinggi yaitu tanah mediteran (tanah kaput). Kandungan kapur dari setiap jenis tanah berbeda-beda. Bahkan kandungan kapur dari lapisan atas tentu berbeda dengan lapisan di bawahnya. Hal ini disebabkan oleh adanya proses pelindian kapur pada lapisan atas oleh air yang akan diendapkan pada lapisan bawahnya. Selain itu keberadaan kapur tanah sangat dipengaruhi oleh batuan induk yang ada disuatu lokasi (Izzudin, 2015).

(4)

besarnya sangat bervariasi. Karena terdapat perbedaan kelarutan dan mobilitas tersebut maka yang terendapkan lebih dahulu adalah karbonat. Pada kondisi yang ekstrem kerak garam dan kapur dapat terbentuk di permukaan tanah. Dari sini menunjukan bahwa kadar kapur tanah dapat berbeda-beda (Izzudin, 2015).

Tanah mediteran atau tanah kapur adalah tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan bersifat tidak subur. Jenis tanah ini berasal dari batuan kapur keras (limestone), yang pada umumnya tersebar terdapat didaerah beriklim subhumid, topografi karst, dan lereng vulkan dengan ketinggian dibawah 400 m. Tanah ini berwarna coklat, merah, atau kuning. Sementara itu warna kuning pada tanah mediteran berada di daerah topografi karst yang dikenal dengan sebutan Terra Rossa (Izzudin, 2015). C. Kandungan Mn

Air sumur dalam Setiyono (2014) merupakan sumber air bersih terbesar yang digunakan. Kendala yang paling sering ditemui dalam menggunakan air tanah adalah masalah kandungan zat besi (Fe) dan mangan (Mn) yang terdapat dalam air baku. Besi maupun mangan, dalam air biasanya terlarut dalam bentuk senyawa atau garam bikarbonat, garam sulfat, hidroksida dan juga dalam bentuk koloid atau dalam keadaan bergabung dengan senyawa organik. Cara pengolahannya pun harus disesuaikan dengan bentuk senyawa besi dan mangan dalam air yang akan diolah. Ada beberapa cara untuk menghilangkan zat besi dan mangan dalam air salah satu diantarannya yakni dengan cara oksidasi, dengan cara koagulasi, cara elektrolitik, cara pertukaran ion, cara filtrasi kontak, proses soda lime, pengolahan dengan bakteri besi dan cara lainnya.

(5)

sebagai logam bebas di alam. Mineral yang paling penting adalah pyrolusite, karena merupakan mineral bijih utama untuk mangan. Kehadiran mangan dalam air tanah bersamaan dengan besi yang berasal dari tanah dan bebatuan. Mangan dalam air berbentuk mangan bikarbonat (Mn(HCO3)2), mangan klorida (MnCl2) dan mangan sulfat (MnSO4).

Kehadiran mangan dalam air tanah bersamaan dengan besi yang berasal dari tanah dan bebatuan (Sari, dkk). Mangan dalam air berbentuk mangan bikarbonat (Mn(HCO3)2), mangan klorida (MnCl2) dan mangan sulfat (MnSO4). Dengan cascade aerators dapat meningkatkan waktu kontak dan perbandingan antara volume dan area yang diperoleh, dengan membiarkan air mengalir ke bawah di atas suatu rangkaian antara dinding-dinding. Dengan adanya cascade aerator yang membantu memberi supply udara, maka terjadi reaksi antara Fe dn Mn dengan Oksigen yang nantinya akan membentuk partikulat-partikulat yang akan dipisahkan oleh unit filter. D. Kandungan Bahan Organik

Bahan organik tanah dalam Sartohadi, dkk (2013:66) mempengaruhi sifat fisika, kimia tanah, dan biologi antara lain warna, struktur, kestabilan agrerat, pH, kapasitas pertukaran kation, serta bahan organik merupakan medium bagi aktivitas jasad hidup dalam tanah. Bahan organik tersusun atas sisa-sisa (residues) tanaman dan hewan di dalam tanah. Bahan organik dapat berupa sisa-sisa tanaman muda (crop), pupuk hijau, hasil pembakaran sisa tanaman, sisa akar, batang, dahan ranting tumbuh-tumbuhan yang telah mati, termasuk juga ekskrements (kotoran dan lendir-lendir), serangga, cacing, dan bianatang besar. Bagian lain dari bahan organik tanah yang penting adalah mikroorganisme baik yang masih hidup maupun yang telah mati seperti bakteri, fungsi, dan protozoa.

(6)

oxygen, hydrogen, nitrogen, dan elemen-elemen mineral. Dalam keadaan kering, bahan organik terdiri dari 90 carbon, oxygen, hydrogen, elemen-elemen yang laun memainkan peranan penting dalam unsur hara tanaman. Nitrogen, sulfur, phospor, natrium dan calsium adalah bagian atau kandungan yang penting dari bahan organik.

Kadar bahan organik tanah diukur secara kualitatif di lapangan melalui warna dan reaksinya dengan hidrogen peroksida (10%). Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi akan berwarna lebih kelam (value dan chroma biasanya ≤3) dibandingkan dengan tanah yang mempunyai kandungan organik rendah. Reaksi bahan organik tanah dengan hidrogen peroksida (H2O2) ditunjukkan dengan timbulnya banyak buih pada contoh tanah yang ditetesi hidrogen peroksida.

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :

a. Sampel tanah berjumlah lima untuk dianalisis Reaksi Tanah, kandungan Kapur, kandungan Mn, dan kandungan Bahan Organik.

b. Tabung reaksi (gelas ukur) sebagai tempat mencampurkan air murni dalam aquades dengan tanah.

c. Aquades untuk menetesi sampel tanah yang tersedia sebanyak 2/3 dari tabung reaksi.

d. pH stick untuk mengetahui kandungan asam yang ada pada tanah secara otomatis.

e. Lakmus untuk mengamati tingkat keasaman tanah.

f. H2O2 10 % untuk mengamati bahan organik yang terkandung dalam tanah. g. H2O2 3 % untuk mengamati kandungan Mn pada tanah.

h. HCl 10 % untuk mengetahui kandungan kapur pada tanah. i. Alat tulis untuk mencatat hasil praktikum.

j. Pipet untuk mengambil zat kimia untuk menganalisis kandungan yang ada pada tanah.

V. LANGKAH KERJA

Dalam praktikum pada kesempatan kali ini, langkah kerja yang digunakan adalah antara lain sebagai berikut :

(7)

a. Mengambil sampel tanah pada masing-masing contoh tanah sekitar 10gr.

b. Memasukan sampel tanah pada tabung reaksi.

c. Menetesi sampel tanah pada tabung dengan aquades sampai satu setengah kali volume sampel tanah pada tabung.

d. Mengocok tabung hingga sampel tanah larut dengan aquades.

e. Memasukkan kertas lakmus pada larutan dalam tabung tersebut sekitar 20 detik.

f. Mengeluarkan kertas lakmus kemudian samakan warna pada kertas lakmus dengan warna pada indikator.

g. Mengeluarkan pH stick.

h. Menancapkan ke tanah yang akan diukur. i. Menekan tombol ukur.

j. Menunggu angka tingkat keasaman tanah muncul setelah itu catat tingkat keasaman masing-masing sampel tanah baik yang menggunakan lakmus ataupun pH stick.

2. Kandungan Kapur

a. Mengambil satu per satu sampel tanah.

b. Menetesi sampel tanah menggunakan HCl 10 %.

c. Mengamati sampel tanah tersebut apakah terdapat gelembung-gelembung yang banyak atau sedikit pada saat ditetesi.

d. Mencatat hasil pengamatan. 3. Kandungan Mn

a. Mengambil satu per satu sampel tanah.

b. Menetesi sampel tanah menggunakan H2O2 3 %.

c. Mengamati sampel tanah tersebut apakah terdapat gelembung-gelembung yang banyak atau sedikit pada saat ditetesi.

d. Mencatat hasil pengamatan. 4. Kandungan Bahan Organik

a. Mengambil satu per satu sampel tanah.

b. Menetesi sampel tanah menggunakan H2O2 10 %.

c. Mengamati sampel tanah tersebut apakah terdapat gelembung-gelembung yang banyak atau sedikit pada saat ditetesi.

(8)

VI. HASIL PRAKTIKUM

Tabel 1.1 Hasil pengamatan tingkat keasaman, kandungan kapur, kandungan Mn, dan bahan organik 2. Semoyo 5 (lakmus) Tidak ada Tidak ada Sedikit 3. Sentolo 7 (lakmus) Banyak Tidak ada Sedikit sekali 4. Godean 6 (lakmus) Sedikit Tidak ada Sedikit 5. Kampus FIS 6,7 (pH 6 (lakmus)stick) Sedikit Tidak ada Tidak ada

VII. PEMBAHASAN PRAKTIKUM A. Reaksi Tanah

Praktikum mengenai reaksi tanah ini dilakukan pada tanggal 22 Maret 2016.

Keterangan lampiran : 1. Sampel I

(9)

bagi tumbuhan. Jika dilihat dari warna tanah yaitu cokelat kemerahan dan memiliki bercak-bercak kuning. Hal membuktikan tanah mengandung besi atau Fe yang teroksidasi. Perakaran pada tanah ini pun sedikit dan tidak mengandung banyak humus sehingga dapat memperkuat pernyataan bahwa tanah tersebut kurang subur dan kurang baik untuk tanaman. Tanah ini termasuk ke dalam tanah berhorison B yang biasanya berada pada iklim lembab. Hal ini sesuai dasar teori di atas yang mengatakan bahwa umumnya tanah yang telah berkembang lanjut dalam daerah iklim basah mempunyai pH tanah yang rendah. Makin lanjut umurnya makin asam. Tanah ini berada pada iklim lembab sehingga tanah asam.

2. Sampel II

(10)

asam dan perlu diwaspadai bahwa tanah ini kurang baik untuk tanaman apabila dilihat dari pH tanah dan konkresinya.

3. Sampel III

Sampel ketiga diambil dari Sentolo. Sampel ini memiliki tingkat keasaman ketujuh atau phenol merah apabila pengukurannya menggunakan lakmus. Tanah ini memiliki tingkat keasaman yang normal karena pH sama dengan 7. Melihat kondisi daerah Sentolo yang dominan dengan pertanian dan perkebunan, dapat dipastikan tanah tersebut sangat baik bagi tumbuh-tumbuhan. Tanah ini berwarna kuning kecokelatan. Tanah tersebut mengandung 3 H2O (limonit) sehingga warna menjadi kuning kecokelatan. Tanah ini terhidrasi dalam berbagai komposisi dari oksidasi serta perlapukan kimia. sehingga warna menjadi kuning kecokelatan. Drainase ditunjukkan oleh letak daerah tersebut yang dominan pertanian sehingga irigasi pun dapat tergambar baik.

4. Sampel IV

Sampel keempat diambil dari Godean. Sampel ini memiliki tingkat keasaman keenam atau khlorphenol merah dan bromthinol biru apabila pengukurannya menggunakan lakmus. Tanah ini sedikit asam karena pH kurang dari 7. Namun, angka ini masih bisa tergolong tanah yang cukup baik karena dilihat dari warna tanah yaitu hitam kecokelatan menunjukan bahwa tanah memiliki banyak kandungan organik yang melapuk dan kadar air yang tinggi. Selain itu, perakaran pada tanah ini merupakan tanah yang perakarannya banyak dan tanah memiliki konkresi merah. Hal ini memungkinan bahwa tanah tersebut mengandung Fe dan membuktikan bahwa tanah memiliki sifat sedikit asam walaupun memiliki tingkat kesuburan yang diliat dari warna dan perakarannya,

5. Sampel V

(11)

tingkat keasamannya 6,7 atau khlorphenol merah dan bromthinol biru apabila pengukurannya menggunakan lakmus. Tanah ini sedikit asam karena pH kurang dari 7. Namun, angka ini masih bisa tergolong tanah cukup baik dilihat dari warna tanah cokelat kehitaman yang menunjukan bahwa tanah ini memiliki kandungan bahan organik yang tinggi atau memiliki kandungan asam humus terbentuk dari pelapukan daun dan batang pohon. Dilihat dari perakaran pada tanah ini merupakan tanah yang perakarannya sedikit menyerupai akar rerumputan. Hal ini mendukung bahwa tanah memiliki kadar yang sedikit asam sehingga perakarannya sedikit.

B. Kandungan Kapur

Praktikum mengenai kandungan kapur dalam tanah ini dilakukan pada tanggal 22 Maret 2016.

Keterangan lampiran : 1. Sampel I

Sampel pertama diambil dari Desa Pangkah, Prambanan. Kandungan kapur pada tanah ini sedikit sekali dilihat dari pengamatan banyaknya gelembung saat ditetesi HCl 10%. Semakin banyak kandungan kapur maka basa yang terkandung dalam tanah semakin besar. Sedangkan pada pegukuran pH sendiri, tanah ini asam. Selain itu sudah dijelaskan bahwa tanah ini mengandung Fe atau besi dilihat dari warna tanah dan konkresinya. Tanah ini kurang subur bukan karena tanah mengandung basa dan rendah hara melainkan karena tanah tersebut asam dan mengandung Fe.

2. Sampel II

(12)

mempengaruhi unsur hara pada tanah. Dapat dikatakan, subur tidaknya tanah di daerah ini tidak disebabkan oleh kandungan kapur/basa di dalamnya melainkan sifat asam tanah tersebut.

3. Sampel III

Sampel ketiga diambil dari Sentolo. Tanah di daerah ini mengandung banyak kapur. Hal ini menunjukan kandungan basa di dalamnya tinggi dan unsur haranya rendah. Namun pada pengamatan pH sebelumnya yang bersifat netral atau pH = 7 dijelaskan bahwa tanah ini adalah tanah yang subur. Mungkin lapisan tanah yang diambil berasal dari lapisan yang berbeda atau tanah yang diambil berasal dari bagian daerah yang berbeda. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh struktur tanah tersebut yaitu berstruktur gumpal membulat. Struktur ini biasanya terdapat pada tanah horizon B di daerah iklim lembab dan memiliki sedikit material organik. Bila ditekankan, sedikitnya material organik dapat membuktikan daerah tersebut memiliki kandungan kapur yang tinggi dan rendah hara.

4. Sampel IV

Sampel keempat diambil dari Godean. Tanah ini mengandung sedikit kapur. Semakin banyak kandungan kapur maka basa yang terkandung dalam tanah semakin besar. Sedangkan pada pegukuran pH sendiri, tanah ini sedikit asam. Sampel tanah ini memiliki warna hitam kecokleatan yang menunjukan bahwa tanah memiliki banyak kandungan organik yang melapuk dan kadar air yang tinggi. Selain itu, perakaran pada tanah tersebut merupakan tanah yang perakarannya banyak. Hal ini berlawanan dengan kandungan kapur. Kandungan kapur di tanah ini jumlahnya sedikit sehingga unsur hara yang dimiliki tanah di daerah ini bisa terbilang cukup.

5. Sampel V

(13)

pegukuran pH sendiri, tanah ini sedikit asam. Dari warna tanah tersebut yang berwarna cokelat kehitaman bahwa tanah ini memiliki kandungan bahan organik yang tinggi atau memiliki kandungan asam humus terbentuk dari pelapukan daun dan batang pohon sehingga kandungan kapur di dalamnya jelas sedikit.

C. Kandungan Mn

Praktikum mengenai kandungan Mn dalam tanah ini dilakukan pada tanggal 22 Maret 2016.

Keterangan lampiran : 1. Sampel I

Sampel pertama diambil dari Desa Pangkah, Prambanan. Tanah ini tidak mengandung Mn walaupun tanah di daerah ini mengandung besi karena adanya Mn dipengaruhi oleh kandungan Fe pada tanah. Hal itu membuktikan bahwa tanah tersebut baik untuk tanaman karena tidak mengandung logam berat. Namun kurangnya Mn juga tidak baik karena Mn diperlukan untuk pembentukan vitamin C dan protein, mempertahankan kondisi hijau pada daun tua, berperan sebagai enzim feroksidase dan sebagai aktifator macam-macam enzim tanaman, serta komponen penting dalam proses asimilasi tanaman. Kekurangan Mn dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman yang tidak normal atau adanya defisiensi. Hal ini dapat diatasi dengan pemupukan melalui daun dan tanah. Jika melalui daun dilakukan dengan menyemprot larutan pupuk di bawah permukaan daun namun masih harus diperhatikan konsentrasi Mn dalam larutan bahan, dan lamanya kontak temperatur dengan daun. Pupuk yang dapat digunakan seperti pupuk organik, pupuk majemuk lengkap tablet, pupuk anorganik, dan sebagainya.

2. Sampel II

(14)

mengandung besi karena adanya Mn mungkin dipengaruhi oleh kandungan Fe pada tanah. Hal itu membuktikan bahwa tanah tersebut baik untuk tanaman karena tidak mengandung logam berat. Namun kurangnya Mn juga tidak baik karena Mn diperlukan untuk pembentukan vitamin C dan protein, mempertahankan kondisi hijau pada daun tua, berperan sebagai enzim feroksidase dan sebagai aktifator macam-macam enzim tanaman, serta komponen penting dalam proses asimilasi tanaman. Kekurangan Mn dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman yang tidak normal atau adanya defisiensi. Hal ini dapat diatasi dengan pemupukan melalui daun dan tanah. Jika melalui daun dilakukan dengan menyemprot larutan pupuk di bawah permukaan daun namun masih harus diperhatikan konsentrasi Mn dalam larutan bahan, dan lamanya kontak temperatur dengan daun. Pupuk yang dapat digunakan seperti pupuk organik, pupuk majemuk lengkap tablet, pupuk anorganik, dan sebagainya.

3. Sampel III

(15)

kontak temperatur dengan daun. Pupuk yang dapat digunakan seperti pupuk organik, pupuk majemuk lengkap tablet, pupuk anorganik, dan sebagainya.

4. Sampel IV

Sampel keempat diambil dari Godean. Tanah ini tidak mengandung Mn walaupun tanah di daerah ini mengandung besi karena adanya Mn dipengaruhi oleh kandungan Fe pada tanah melalui reduksi Mn dan oksidasi Fe. Hal itu membuktikan bahwa tanah tersebut baik untuk tanaman karena tidak mengandung logam berat. Namun kurangnya Mn juga tidak baik karena Mn diperlukan untuk pembentukan vitamin C dan protein, mempertahankan kondisi hijau pada daun tua, berperan sebagai enzim feroksidase dan sebagai aktivator macam-macam enzim tanaman, serta komponen penting dalam proses asimilasi tanaman. Kekurangan Mn dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman yang tidak normal atau adanya defisiensi. Hal ini dapat diatasi dengan pemupukan melalui daun dan tanah. Jika melalui daun dilakukan dengan menyemprot larutan pupuk di bawah permukaan daun namun masih harus diperhatikan konsentrasi Mn dalam larutan bahan, dan lamanya kontak temperatur dengan daun. Pupuk yang dapat digunakan seperti pupuk organik, pupuk majemuk lengkap tablet, pupuk anorganik, dan sebagainya.

5. Sampel V

(16)

dalam proses asimilasi tanaman. Kekurangan Mn dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman yang tidak normal atau adanya defisiensi. Hal ini dapat diatasi dengan pemupukan melalui daun dan tanah. Jika melalui daun dilakukan dengan menyemprot larutan pupuk di bawah permukaan daun namun masih harus diperhatikan konsentrasi Mn dalam larutan bahan, dan lamanya kontak temperatur dengan daun. Pupuk yang dapat digunakan seperti pupuk organik, pupuk majemuk lengkap tablet, pupuk anorganik, dan sebagainya.

D. Kandungan Bahan Organik

Praktikum mengenai kandungan bahan organik dalam tanah ini dilakukan pada tanggal 22 Maret 2016.

Keterangan lampiran : 1. Sampel I

(17)

menguraikan tanaman. Organik yang sedikit memungkinkan tanah tersebut memiliki biota yang sedikit pula. Selain itu, mungkin besar pH juga mempengaruhi banyaknya tanaman di sana. Padahal kandungan kapur di daerah ini sedikit sekali dan memberi dorongan bahwa unsur hara di tempat tersebut cukup tinggi.

2. Sampel II

Sampel kedua diambil dari Dusun Semoyo, Berbah, Sleman. Bahan organik yang terkandung pada tanah ini sedikit. Mengingat pengamatan pH menghasilkan bahwa tanah tersebut bersifat asam walaupun tidak mengandung kapur yang menandakan bahwa tanah tersebut cukup unsur hara. Perakaran pada tanah ini merupakan tanah yang perakarannya sedang. Pada sampel ini tanah berwarna cokelat dan terdapat rongga-rongga berwarna cokelat karena mengalami oksidasi dan penetrasi. Hal ini memungkinan bahwa tanah tersebut diambil dari tanah yang mengandung Fe tetapi melalui proses oksidasi (Fe3+). Proses tersebut dibuktikan dengan adanya konkresi berwarna merah yang menandakan adanya Fe. Di samping itu, akar berwarna kecokelatan berasal dari tanaman lapuk. Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa tempat tersebut terdapat banyak tanaman karena mengandung bahan organik. Mungkin bahan organik yang dimaksud hanya sedikit mengingat tanah tersebut bersifat asam dan mengandung besi.

3. Sampel III

(18)

air yang mengikat tanah dapat membentuk gumpalan-gumpalan pada tanah. Struktur ini biasanya terdapat pada tanah horizon B di daerah iklim lembab dan memiliki sedikit material organik. Bila ditekankan, sedikitnya material organik dapat membuktikan daerah tersebut memiliki kandungan kapur yang tinggi dan rendah hara.

4. Sampel IV

Sampel keempat diambil dari Godean. Kandungan bahan organik pada tanah ini sedikit. Pengamatan pH tanah juga termasuk sedikit asam walaupun kandungan kapur juga sedikit yang menandakan bahwa tanah ini lumayan baik unsur haranya dan dapat dibuktikan dengan adanya warna tanah hitam kecokleatan menunjukan bahwa tanah memiliki kandungan organik yang melapuk dan kadar air yang tinggi. Selain itu, sedikitnya kandungan organik juga dapat dilihat dari bentukan khususnya yang memiliki konkresi merah sehingga tanah ini mengandung banyak besi.

5. Sampel V

Sampel kelima diambil dari Kampus FIS, UNY. Di tanah Kampus FIS tidak ada kandungan bahan organik. Walaupun dari warnanya yang gelap, jika diperhatikan dari akarnya, tanaman yang tumbuh di tanah ini hanyalah rerumputan kecil. Bisa juga karena strukturnya yang remah dan kadar air yang mengikat rendah mempengaruhi bahan organik yang ada pada tanah tersebut.

VIII. KESIMPULAN

1. Desa Pangkah memiliki tingkat keasaman 5 (asam) jika diukur dengan lakmus, memiliki kandungan kapur yang sangat sedikit, tidak memiliki kandungan mangan dan banyak kandungan organik.

(19)

3. Tanjakan Sentolo memiliki tingkat keasaman 7 (normal) jika diukur dengan lakmus, memiliki kandungan kapur yang banyak, tidak memiliki kandungan mangan dan sedikit sekali kandungan organik.

4. Godean memiliki tingkat keasaman 6 (sedikit asam) jika diukur dengan lakmus, memiliki kandungan kapur yang sedikit, tidak memiliki kandungan mangan dan mamiliki sedikit kandungan organik.

5. Kampus FIS, UNY memiliki tingkat keasaman 6 (sedikit asam) jika diukur dengan lakmus dan 6,7 (hampir netral) jika diukur menggunakan pH stick, memiliki kandungan kapur yang sedikit, tidak memiliki kandungan mangan dan tidak memiliki kandungan organik.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Darmawijaya, Isa. 1992. Klasifikasi Tanah. Yogyakarta: UGM PRESS.

Izzudin. 2015. Sifat Lahan Mediteran Atau Lahan Kapur. Jember. Diakses pada tanggal 3 April 2016 di www.izzudin.student.unej.ac.id

Sari, Kartika Winda, dkk. (-). Jurnal : Studi Penurunan Besi (Fe) dan Mangan (Mn) dengan Menggunakan Cascade Aerator Dan Rapid SandFilter Pada Air Sumur Gali. Surabaya.

Sartohadi, Junun, dkk. 2013. Pengantar Geografi Tanah. Cetakan kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gambar

Tabel 1.1 Hasil pengamatan tingkat keasaman, kandungan kapur, kandungan

Referensi

Dokumen terkait

berbagai instrumen praktikum geografi tanah geografi tanah 2 Mahasiswa mampu menganalisis ciri-ciri morfologi tanah Morfologi tanah (warna dan tekstur tanah)

Pertukaran kation terjadi pada koloid liat dan koloid humus yang memiliki muatan negatif tersebut, sehingga tekstur tanah (jumlah liat), jenis mineral liat, dan kandungan

Kondisi ini merupakan integrasi dari pengaruh: kandungan bahan organik yang berwarna gelap, makin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah maka tanah tersebut akan berwarna

Indikator asam basa merupakan asam organik lemah dan basa organik lemah yang mempunyai dua warna dalam pH larutan yang berbeda.Pada titrasi asam dengan basa maka indikator

VCO yang dihasilkan dari proses enzimatis memiliki keunggulan antaralain VCO berwarna bening, kandungan asam lemak di dalam VCO tidak banyakberubah sehingga

Hal ini membuktikan bahwa pada tanah basa dengan kandungan bahan organic rendah, menyebabkan derajat kerut yang ditimbulkan besar.. Tanah yang memiliki derajat kerut pada

Merupakan horison di permukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik dan. bahan mineral berwarna lebih gelap daripada horison di bawahnya. C)

Sesuai dengan hasil teoritis bahwa membentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam nitrat tapi larut dalam amonia.. Endapan yang terbentuk berwarna ungu tetapi tidak memberi