• Tidak ada hasil yang ditemukan

URAIAN TEORITIS

II.I. 3. Tujuan Public Relations

Di dalam menguraikan tujuan dari public relations ini, terlebih dahulu haruslah dibagi pengertian tujuan public relations tersebut berdasarkan kegiatannya.

Diketahui secara teoritisi, pembagian kegiatan public relations dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Tujuan berdasarkan kegiatan internal public relations b. Tujuan berdasarkan kegiatan external public relations

Tujuan public relations berdasarkan kegiatan internal relations dalam hal ini mencakup kepada beberapa hal yaitu :

1. Mengadakan suatu penelitian terhadap sikap, tingkah laku dan opini publik terhadap perusahaan, terutama sekali ditujukan kepada kebijaksanaan perusahaan yang sedang dijalankan.

2. Mengadakan suatu analisa dan perbaikan terhadap kebijaksanaan yang sedang dijalankan, guna mencapai tujuan yang diterapkan perusahaan dengan tidak melupakan kepentingan publik.

3. Memberikan penerangan kepada publik kartawan mengenai suatu kebijaksanaan perusahaan yang bersifat objektif serta menyangkut kepada berbagai aktivitas rutin perusahaan, juga menjelaskan mengenai perkembangan perusahaan tersebut. Dimana pada tahap selanjutnya diharapkan publik karyawan akan tetap well inform.

4. Merencanakan bagi penyusunan suatu staff yang efektif bagi penugasan kegiatan yang bersifat internal public relations dalam perusahaan tersebut. Berdasarkan uraian tersebut diatas, dalam prakteknya untuk mencapai target yang diinginkan, seorang top manager/ pucuk pimpinan harus selalu berorientasi kepada kepentingan publik (public interest). Seperti pendapat Philip Lesly dalam bukunya ”Public relations Handbook” menjelaskan mengenai masalah hubungan dengan karyawan (employee relations), maka tujuan dari internal public relations akan efektif bila seorang top manager dapat menciptakan kegiatan dari tujuan tersebut sebagai berikut :

a. Dapat langsung menjelaskan mengenai tujuan baik dan perhatian pimpinan terhadap pribadi karyawan baik dalam arti perorangan maupun juga dalam arti luas yaitu publik karyawan.

b. Meringankan atau menghilangkan perasaan yang tertekan serta memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengeluarkan isi hati dan perasaan nya.

c. Menghilangkan hal yang menggangu pikiran dan mengembalikan kepercayaan karyawan terhadap dirinya, sehingga di dalam

menghadapi situasi pekerjaan, karyawan tersebut dapat secara maksimal diharapkan bekerja efektif kembali.

d. Menolong karyawan agar ia dapat lebih mengenal akan pribadinya. (Effendy, 1986 :47)

Dengan demikian berdasarkan uraian yang diberikan oleh Lesly tersebut dapat diambil pengertian, bahwasannya bila seorang pimpinan dalam menjalankan tujuan dari kegiatan internal public relations sebaiknya memperlakukan tiap publik karyawan dengan sikap yang sama dengan tidak membedakan tingkat di tempat dia bertugas termasuk juga pendidikannya. Dengan kata lain perkataan seorang top manager harus dapat mencerminkan di dalam berbagai tindakannya bertindak adil, tidak berat sebelah, jujur, dan bijaksana.

Berdasarkan uraian yang ada, dapatlah ditambahkan peranan public

relations itu dalam perusahaan bila ditujukan kepada kegiatan yang bersifat

internal public relations, maka hubungan dengan karyawan (employee relations) tersebut dapat diselenggarakan dalam dua bentuk kegiatan pada suatu perusahaan.

1. Hubungan secara formal 2. Hubungan secara informal.

Hubungan secara formal menyangkut kepada hubungan rasional dalam situasi kerja dalam perusahaan. Dalam hal ini dapat diwujudkan kepada tata hubungan berupa kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap publik karyawan berdasarkan garis organisasi yang sudah ditetapkan oleh pimpinan.

Salah satu usaha untuk mengatasi kesukaran atau hambatan bila terjadi dalam situasi kerja yang menyangkut kepada hubungan dari bawah ke atas

(upward communication), maka sebaiknya seorang top manajer melalui departemen hubungan masyarakatnya (public relations department) memberikan kesempatan kepada publik karyawan untuk menyatakan pendapatnya secara bebas melalui ”Kotak Saran atau ”Suggestion Box” yang ditempatkan pada masing-masing divisi dalam suatu perusahaan.

Hubungan secara informal pada masalah yang sama, yaitu hubungan yang diselenggarakan dalam suatu perusahaan antara seorang pimpinan dengan bawahan yang menyangkut situasi kerja dengan ditandai adanya bentuk hubungan yang erat atau pribadi melalui pernyataan mengenai perasaan, keinginan serta hasrat dari masing-masing karyawan. Dengan singkat dapat ditegaskan bahwa, hubungan yang bersifat informal ini dapat diwujudkan melalui pengamatan dari sikap, pendapat dan tingkah laku pribadi.

Oleh karenanya untuk menghindari kesalahpahaman antara pimpinan dengan publik karyawan melalui tujuan dari kegiatan internal public relations ini, maka sebaiknya pihak perusahaan menyelenggarakan kegiatan darma wisata, olahraga, temu-muka, aksi-sosial, dimana seluruh kegiatan ini bertujuan untuk memupuk hubungan yang erat antara pimpinan dengan publik karyawan, sehingga pada tahap selanjutnya dapat diharapkan karyawan itu dapat menjadi seorang partisipan yang baik dalam menghadapi tugas yang dibebankan oleh perusahaan kepadanya dalam situasi kerja.

Kemudian terhadap tujuan dari public relations berdasarkan bentuk kegiatan external relation, dimaksudkan adalah untuk mendapatkan dukungan dari publik. Pengertian dukungan publik di sini dibatasi kepada pengertian :

a. Memperluas langganan atau pemasaran

b. Memperkenalkan sesuatu jenis hasil produksi atau gagasan yang berguna bagi publik dalam arti luas

c. Mencari dan mengembangkan modal

d. Memperbaiki citra perusahaan terhadap pendapat masyarakat luas, guna mendapatkan opini publik yang positif.

Oleh Karenanya seorang pemimpin perusahaan perlu lebih memperhatikan melalui departemen hubungan masyarakat (public relations departemen) untuk memikirkan sesuatu langkah dalam mendayagunakan tujuan dari kegiatan external public relations itu.

Seperti diketahui, bahwa secara praktisi tujuan external public relations itu harus dapat menyelenggarakan komunikasi yang efektif dimana mempunyai sifat informatif dan persuasif, guna memperoleh dukungan dari publik ataupun juga merubah pendapat publik sesuai dengan yang diinginkan oleh komunikator.

Berdasarkan uraian yang ada, adapun langkah-langkah yang perlu diperhitungkan oleh badan kehumasan itu (public relations departemetn) dalam menyampaikan informasi mengenai sesuatu gagasan, ide-ide, ataupun bersifat memperkenalkan sesuatu barang industri, maka pesan komunikasinya mempertimbangkan hal sebagai berikut :

1. Pesan komunikasi harus disampaikan secara jujur, objektif dan harus direncanakan sehingga mencakup unsur ketelitian, juga untuk memudahkan operasionalnya secara praktek.

2. Penyelenggaraan kegiatan dari external public relations itu harus melalui teknik komunikasi yang bersifat timbal balik (two ways communication). Maksudnya seorang petugas kehumasan (public relations officer) itu tidak saja terbatas hanya cakap dan terlatih terhadap penerimaan informasi yang datang dari publik sebagai efek komunikasi, tetapi juga cakap dan terlatih terhadap penerimaan informasi yang datang dari publik sebagai efek komunikasi.

3. Isi dari penyampaian informasi harus didasarkan kepada kepentingan publik, sehingga ketika pesan komunikasi itu disampaikan, akan menimbulkan tingkat kepercayaan dan rasa simpati di hati publik. Dimana pada tahap selanjutnya diharapkan publik mendukung pesan komunikasi yang disampaikan kepada mereka.

Mengingat pelaksanaan kegiatan tersebut sedemikian pentingnya, maka untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari tujuan berdasarkan kegiatan external

public relations itu, maka diperlukan suatu strategi komunikasi yang antara lain

mencakap kepada beberapa hal ;

1. Seorang petugas kehumasan harus menyusun staff yang terlatih bagi penugasan kegiatan external public relations.

2. Seorang petugas kehumasan harus mampu mengadakan analisa dan penilaian terhadap sikap, pendapat maupun juga tingkah laku publik melalui efek komunikasi yang diterimanya.

3. Seorang petugas kehumasan harus dapat mengadakan kegiatan riset terhadap keadaan komunikan (publik yang menjadi sasaran komunikasi).

Apalagi bila kegiatan public relations itu diarahkan kepada usaha untuk memperkenalkan sesuatu barang industri mencari lokal bagi membuka cabang atau perwakilan sesuatu perusahaan tertentu melalui kegiatan

public relations research yang mencakup kepada dua hal :

a. Mengadakan studi kelayakan (feasibility study) b. Mengadakan survey pemasaran (market survey)

II.2. Komunikasi Pemasaran

Komunikasi pemasaran merupakan informasi dua arah antara pihak-pihak atau lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran.

Komunikasi pemasaran dapat menginformasikan dan membuat konsumen potensial menyadari atas keberadaan produk yang ditawarkan. Komunikasi pemasaran dapat berusaha membujuk potensial agar berhasrat masuk ke dalam hubungan pertukaran.

Atau secara luas komunikasi pemasaran dapat diidentifikasikan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pembeli dan penjual, dan merupakan kegiatan yang membantu dalam pengambilan keputusan dibidang pemasaran serta mengarahkan pertukaran agar lebih memuaskan dengan cara menyadarkan semua pihak untuk berbuat lebih baik (Swastha, 1990:23).

Semua pihak terlibat dalam proses komunikasi pemasaran melakukan cara yang sama yaitu mendengarkan, bereaksi dan berbicara sampai tercipta hubungan pertukaran yang memuaskan. Pertukaran informasi, penjelasan–penjelasan yang bersifat membujuk dan negosiasi merupakan seluruh bagian dari proses tersebut.

Komunikasi pemasaran dapat membantu mempertemukan pembeli dan penjual bersama-sama dalam suatu hubungan pertukaran, menciptakan arus informasi antara pembeli dan penjual yang membuat kegiatan pertukaran lebih efisien dan memungkinkan semua pihak untuk mencapai persetujuan pertukaran yang memuaskan.

Komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atau perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan (Tjiptono, 1997:219).

Ada tiga unsur pokok dalam struktur komunikasi pemasaran yaitu (Tjiptono, 1997:219-220):

1. Perilaku Komunikasi, yang terdiri dari pengirim (sender) atau komunikator yang menyampaikan pesan dan penerima (receiver) atau komunikasi pesan. Dalam konteks ini, komunikatornya yaitu produsen/perusahaannya, sedangkan komunikasinya adalah khalayak, seperti pasar pribadi, pasar organisasi, maupun masyarakat umum (yang berperan sebagai initiator,

influencer, decider, purchaser, dan user).

2. Material Komunikasi, seperti:

A. Gagasan, yaitu materi pokok yang hendak disampaikan pengirim B. Pesan (message), yakni himpunan berbagai simbol (oral, verbal, atau

non verbal) dari suatu gagasan. Pesan hanya dapat dikomunikasikan melalui suatu media.

C. Media, yaitu pembawa (transporter) pesan komunikasi. Pilihan media komunikasi pemasaran bisa bersifat personal maupun non-personal. Media personal dapat dipilih dari tenaga penganjur (misalnya konsultan), tenaga ahli profesional, atau dari masyarakat umum. Media non-personal meliputi media massa (radio, TV, internet, koran, majalah, tabloid), kondisi lingkungan (ruangan, gedung) ataupun peristiwa tertentu (hari-hari besar atau special).

D. Response, yaitu reaksi pemahaman atas pesan yang diterima oleh

penerima.

E. Feed-back, yaitu pesan umpan balik dari sebagian atau keseluruhan

respon yang dikirim kembali oleh penerima.

F. Gangguan (noise), yaitu segala sesuatu yang dapat menghambat kelancaran proses komunikasi. Paling tidak ada lima macam gangguan yang biasanya menghambat proses komunikasi pemasaran yakni, gangguan fisik, masalah semantik/bahasa, perbedaan budaya, efek status, dan ketiadaan umpan balik.

3. Proses Komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan (dari pengirim kepada penerima) maupun pengiriman kembali respon (dari penerima kepada pengirim) yang akan memerlukan dua kegiatan yakni encoding (fungsi pengirim) yaitu proses merancang atau mengubah gagasan secara simbolik menjadi suatu pesan untuk disampaikan kepada penerima dan decoding (fungsi penerima) adalah proses menguraikan atau mengartikan simbol sehingga pesan yang diterima dapat dipahami.

Komunikasi pemasaran meliputi tiga tujuan utama, yaitu untuk menyebarkan informasi (komunikasi informatif), mempengaruhi untuk melakukan pembelian atau menarik konsumen (komunikasi persuasif), dan mengingatkan khalayak untuk melakukan pembelian ulang (komunikasi mengingatkan kembali).

Respon atau tanggapan konsumen sebagai komunikan meliputi (Tjiptono, 1997:220):

4. Efek kognitif, yaitu membentuk kesadaran informasi tertentu.

5. Efek afeksi, yakni memberikan pengaruh untuk melakukan sesuatu. Yang diharapkan adalah realisasi pembelian.

6. Efek konatif atau perilaku, yaitu membentuk pola khalayak menjadi pelaku selanjutnya. Yang diharapkan adalah pembelian ulang.

Tujuan komunikasi dan respon khalayak berkaitan dengan tahap-tahap dalam proses pembelian yang terdiri atas (Tjiptono, 1997:220-221):

1. Menyadari (awareness) produk yang ditawarkan.

2. Menyukai (interest) dan berusaha mengetahui lebih lanjut. 3. Mencoba (trial) untuk membandingkan dengan harapannya. 4. Mengambil tindakan (act) membeli atau tidak membeli.

5. Tindak lanjut (follow-up) membeli kembali atau pindah merek.

Formula AIDDA merupakan singkatan dari tahap-tahap komunikasi persuasi. Penjelasannya adalah sebagai berikut :

a. Attention, hal memperhatikan, apa yang diperhatikan. Komunikator harus

menimbulkan daya tarik sehingga dapat membangkitkan perhatian komunikan terhadap pesan yang disampaikan, motif-motif pada diri

komunikan untuk mengunjungi suatu objek wisata, suatu proses dimana objek dan kondisi yang melingkupi seseorang, berfungsi sebagai perangsang-perangsang stimuli yang menjelmakan sesuatu intensitas tanggapan.

b. Interest, kecendrungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, adanya

kebutuhan komunikan terhadap hiburan dan hal-hal yang dapat membuat rileks, sehingga berusaha mencari informasi sebanyak-banyaknya.

c. Desire, keinginan (harapan) yang kuat. Disini komunikan sudah memiliki

keinginan untuk mengunjungi objek wisata yang ditawarkan kepadanya. d. Decision, perihal yang berkaitan dengan keputusan, segala putusan yang

telah ditetapkan (telah difikirkan, dipertimbangkan dan sebagainya), komunikan memutuskan untuk mengunjungi objek wisata tersebut dengan berbagai persiapan yang sudah di rencanakan sebelumnya.

e. Action, kegiatan, usaha, pekerjaan. Komunikan melakukan kegiatan atau

tindakan wisata dan pada akhirnya ia dapat merasakan kepuasan setelah melakukan perjalanan wisata.

II.3. Promosi Pariwisata

Promosi adalah suatu fenomena yang ditimbulkan oleh salah satu bentuk kegiatan manusia, yaitu kegiatan yang disebut perjalanan (travel), maka perjalanan yang dikategorikan sebagai kegiatan wisata dapat dirumuskan sebagai berikut ” Perjalanan dan persinggahan yang dilakukan oleh manusia diluar tempat tinggalnya untuk berbagai maksud dan tujuan, tetapi bukan untuk tinggal menetap

di tempat yang dikunjungi atau disinggahi, atau untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan dengan mendapatkan upah.

Rumusan tersebut didasarkan atas defenisi tentang pengertian pariwisata yang dirumuskan oleh dua pakar pariwisata yang berkebangsaan Swiss, Prof Hunziker dan Prof Krapf ( H.Kodhayat, 1996). Kedua pakar tersebut memberikan rumusan yaitu :

Tourism is the sum of the phenomena and relationships arising from the travel and stay of non-residents, in so far they do not lead to permanent residence and are not connected with any earning activity.

Dalam bahasa Indonesia adalah :

Pariwisata adalah keseluruhan (gejala) dan hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya dengan maksud bukan untuk tinggal menetap( di tempat yang disinggahinya) dan tidak berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah.

Dari pengertian pariwisata diatas, dapat diketahui bahwa pariwisata bukan merupakan kegiatan yang menghasilkan upah, sebaliknya dengan mengadakan perjalanan pariwisata, maka seseorang akan mengeluarkan biaya. Biaya-biaya yang dimaksud antara lain biaya konsumsi, biaya menginap, biaya transportasi dan lainnya. Biaya ini dikeluarkan sesuai dengan sarana yang digunakan oleh wisatawan ketika melakukan kunjungan wisata.

Berkaitan dengan itulah, maka kunjungan wisatawan mempunyai dampak ekonomi kepada daerah kunjungan wisata yang didatangi, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Dampak langsung adalah dengan adanya kunjungan wisatawan, maka akan menciptakan permintaan terhadap fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan jasa industri pariwisata seperti hotel, losmen, rumah makan, dan jenis hiburan lainnya. Dengan adanya kegiatan pemenuhan kebutuhan wisatawan ini, akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Dampak tidak langsung adalah perkembangan di bidang pariwisata akan meningkatkan juga bidang lainnya.

Kepariwisataan memiliki arti yang sangat luas, bukan hanya sekedar berpergian dan berwisata saja, tetapi berkaitan pula dengan objek dan daya tarik wisata yang dikunjungi, sarana transportasi yang digunakan, pelayanan, akomodasi, rumah makan, interaksi sosial antara wisatawan dengan penduduk setempat serta usaha pariwisata. Karena itu pariwisata dapat dilihat sebagai suatu lembaga dengan banyak sekali interaksi, kebudayaan dengan sejarahnya, kumpulan pengetahuan, dan jutaan orang yang merasa dirinya sebagai bagian dari kelembagaan ini ( Purwowibowo, 1998 : 4) sehingga pariwisata sebagai konsep dapat dipandang dari berbagai perspektif yang berbeda.

Sejalan dengan semangat Otonomi Daerah dan Peraturan Pemerintah RI No.25 tahun 2000 tentang kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, salah satu pasal dalam Peraturan Pemerintah tersebut mengatur kewenangan daerah otonom dalam bidang budaya dan pariwisata. Didalam pasal tersebut ditentukan bahwa daerah otonom dapat melakukan promosi dalam rangka meningkatkan jumlah arus kunjungan wisatawan ke daerahnya masing-masing. Untuk melakukan promosi diperlukan adanya upaya pemahaman mendalam mengenai

pasar yang kemudian menjadi dasar dalam penyusunan strategi dan program promosi.

Promosi yang dikaitkan dengan industri dan objek wisata, dalam bahasa inggris disebut dengan berbagai istilah, tergantung pada jenis kegiatan promosi dan pameran yang diselenggarakan sperti : exhibition, expo atau exposition,

industrial show, trade fair, trade show, profesional/ scientific exhibition.

II.4. Wisatawan

Kalau mendengar atau memikirkan tentang kata pariwisata, seringkali yang di bayangkan hanyalah orang – orang yang mengunjungi suatu tempat dengan tujuan untuk melihat – lihat, mengunjungi teman atau saudara, dan berlibur untuk bersenang – senang yang mungkin menghabiskan waktunya untuk berbagai kegiatan seperti : olah raga, berjemur, jalan-jalan, tour, membaca, atau kegiatan yang paling sederhana untuk menikmati alam atau lingkungan sekitar. Atau jika berpikir lebih jauh lagi tentang pariwisata, yang terlintas dalam pikiran adalah orang – orang yang berpartisipasi dalam kegiatan – kegiatan tertentu seperti ; konvensi, konfrensi bisnis, atau kegiatan bisnis lain, study tour dengan seorang guide atau melakukan kegiatan penelitian.

Ada berbagai pendapat dalam mendefinisikan kata pariwisata tersebut, namun hal yang paling penting adalah kita harus memandang pariwisata secara menyeluruh berdasarkan skup (cakupan) atau komponen yang terlibat dan mempengaruhi pariwisata antara lain :

1. Wisatawan

Setiap wisatawan ingin mencari dan menemukan pengalaman fisik dan psikologis yang berbeda – beda antara satu wisatawan dengan wisatawan lainnya. Hal inilah yang membedakan wisatawan dalam memilih tujuan dan jenis kegiatan di daerah yang dikunjungi.

2. Industri Penyedia Barang dan Jasa

Orang – orang bisnis atau investor melihat pariwisata sebagai suatu kesempatan untuk mendatangkan keuntungan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan wisatawan.

3.PemerintahLokal. 4. Masyarakat setempat

Masyarakat lokal biasanya melihat pariwisata dari faktor budaya dan pekerjaan karena hal yang tidak kalah pentingnya bagi masyarakat lokal adalah bagaimana pengaruh interaksi wisatawan dengan masyarakat lokal baik pengaruh yang menguntungkan maupun yang merugikan.

Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa pariwisata merupakan gabungan dari sejumlah fenomena yang muncul dari interaksi antara wisatawan, industri penyedia barang dan jasa, pemerintah lokal, dan masyarakat setempat dalam sebuah proses untuk menarik dan melayani wisatawan.(Mc Intosh & Shashikant Gupta)

Berdasarkan definisi yang dikeluarkan oleh The Committee of Statistical

1. Wisatawan : orang yang mengunjungi suatu negara selain negara dimana dia tinggal Yang berikut ini adalah orang yang biasa dianggap sebagai wisatawan :

a. Orang – orang yang bepergian untuk tujuan bersenang – senang, alasan keluarga, untuk tujuan kesehatan, dan lain – lain.

b. Orang – orang yang bepergian untuk mengadakan pertemuan atau mewakili kedudukan sebagai diplomat, misi keagamaan, orang – orang yang bepergian dengan alasan dagang.

c. Orang – orang yang singgah dalam pelayaran lautnya, sekalipun tinggal kurang dari 24 jam.

Berdasarkan pendapat F.W. Ogilvie tentang pariwisata, wisatawan adalah “semua orang yang memenuhi syarat yaitu pertama bahwa mereka meninggalkan rumah kediaman mereka untuk jangka waktu kurang dari satu tahun, kedua bahwa sementara mereka bepergian mereka mngeluarkan uang di tempat yang mereka kunjungi tanpa dengan maksud mencari nafkah di tempat tersebut.”

Batasan ini diberi variasi oleh A.J. Norwal yang mengatakan bahwa wisatwan adalah seseorang yang memasuki wilayah negeri asing dengan maksud tujuan apapun asal bukan untuk tinggal permanen atau untuk usaha – usaha yang teratur melintasi perbatasan, dan yang mengeluarkan uangnya di negri yang dikunjungi, uang mana diperolehnya bukan di negri tersebut melainkan di negri lain.

II.5. Teori AIDDA

Apabila kita hendak mengadakan kegiatan persuasi dalam usaha memperkuat, mempengaruhi serta mengubah pendapat, sikap dan tingkah laku, maka seyogyanya kita memperhatikan dengan seksama faktor-faktor determinan internal, faktor-faktor hambatan persuasi, faktor-faktor evasi terhadap persuasi dan faktor-faktor norma kelompok.

Banyak yang memberikan pikirannya tentang pendekatan dalam kegiatan persuasi, yang umumnya mempunyai tendensi yang sama, yaitu disebut A-A Procedure atau From Attention to Action Procedure. A-A Procedure ini adalah proses pentahapan persuasi yang dimulai dengan usaha menumbuhkan perhatian (attention) untuk kemudian akhirnya berusaha menggerakkan seseorang atau orang banyak agar berbuat (action) seperti yang kita harapkan (dalam Effendi, 2000 :304).

Adapun formula atau pendekatan yang disebut sebagai A-A Procedure dalam AIDDA ini, dapat dijadikan sebagai landasan pelaksanaan. Formula AIDDA merupakan singkatan dari tahap-tahap komunikasi persuasi.

Penjelasannya adalah sebagai berikut : A Attention :Perhatian

I Interest :Minat D Desire :Hasrat D Decision :Keputusan

Dalam hal ini, komunikasi persuasi didahului dengan upaya membangkitkan perhatian. Upaya ini tidak hanya dilakukan dalam gaya bicara dengan kata-kata yang merangsang, tetapi juga dalam penampilan (appearance) ketika menghadapi khalayak, senyum yang tersungging pada wajah yang cerah sudah menimbulkan perhatian pada khalayak.

Apabila perhatian sudah terbangkitkan, kini menyusul upaya menimbulkan minat. Upaya ini bisa berhasil dengan mengutarakan hal-hal yang menyangkut kepentingan komunikan. Karena itu, komunikator harus mengenal siapa komunikan yang dihadapinya, ”know your audience”, kenalilah khayalakmu, demikian nasihat ahli komunikasi.

Tahap berikutnya adalah memunculkan hasrat pada komunikasi untuk melakukan ajakan, bujukan atau rayuan komunikator. Disini imbauan emosional perlu ditampilkan oleh komunikator, sehingga pada tahap berikutnya komunikan dapat mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu kegiatan yang diharapkan.

Dalam penelitian ini, dapat digambarkan bahwa museum Rahmatshah sebagai komunikator yang menyampaikan pesan kepada komunikan (khalayak sasaran) yaitu wisatawan dengan tujuan untuk menarik perhatian yang diharapkan dapat memunculkan minat, hasrat atau keinginan, keputusan serta tindakan langsung untuk mengunjungi objek wisata yang ada di wilayah Indonesia.

Penerimaan pesan-pesan yang ditawarkan oleh museum Rahmatshah kepada wisatawan adalah melalui beberapa tahapan yaitu :

1. Perhatian (attention) : yaitu museum Rahmatshah memberikan suguhan dalam berbagai media ( cetak maupun elektronik) yang menarik perhatian

dengan menampilkan gambar serta visual berbagai objek wisata di Indonesia beserta kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya. Dengan

Dokumen terkait