• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Kegunaan Tumbuhan

2. Tumbuhan Hias

Menurut Nurhayati (1983) dalam Ramadhani (1994), tanamam hias yaitu tanaman

apapun yang mempunyai nilai hias, baik hias bunga dan tajuk, cabang, batang, buah

maupun hias aroma.

Tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang telah dikembangkan sebagai tanaman hias

baru sedikit, padahal jumlah kekayaan jenis yang ada cukuplah besar (Sastrapradja et al.,

1977).

3. Tumbuhan Aromatik (Minyak Atsiri)

Anonimous (1991) dalam Kartikawati (2004) memberikan pengertian minyak

atsiri merupakan minyak yang diperoleh dengan cara ekstraksi atau penyulingan dari daun,

akar, batang, kulit, getah dan bunga tumbuhan.

Tumbuhan pe nghasil minyak atsiri mempunyai ciri bau dan aroma, karena fungsi

minyak atsiri yang paling luas dan paling umum diminati adalah sebagai pengharum, baik

itu parfum, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada

makanan, maupun produk rumah tangga lainnya. Setiap jenis tumbuhan yang memiliki sel

glandula saja yang bisa menghasilkan minyak atsiri dan sifatnya yang mudah menguap

(Agusta, 2000 dalam Kartikawati, 2004).

Menurut Heyne (1987), tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri diantaranya

adalah dari famili Poaceae, misalnya akar wangi (Andropogon zizinoides Urban.);

lauraceae, misalnya kulit kayu manis (Cinnamomum burmanii Ness. ex. Bl.);

zingiberaceae, misalnya jahe (Zingiber officinale Rosc.); piperaceae, misalnya sirih (Piper

betle L.); santalaceae, misalnya cendana (Santalum album L.); annonaceae, misalnya

kenanga (Canangium odoratum Aill.) dan sebagainya.

4. Tumbuhan Penghasil Pangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Idonesia (1989), tumbuhan pangan adalah sesuatu

yang tumbuh dan menghasilkan pangan. Sastrapradja et al. (1977) membagi tumbuhan

pangan berdasarkan kandungannya : (1) tumbuhan mengandung karbohidrat, (2) tumbuhan

mengandung protein, (3) tumbuhan mengandung vitamin, dan (4) tumbuhan mengandung

lemak.

5. Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak

Umumnya pakan yang diberikan kepada ternak berkaki empat terdiri atas

macam-macam jenis rumput dan daun-daunan yang lain (Sastrapradja, Afriastini dan Sutarno,

1983). Lebih lanjut Sastrapradja et al. (1983) mengemukakan bahwa dari berbagai

tumbuhan semak dan perdu yang banyak digunakan untuk pakan adalah yang tergolong

suku kacang-kacangan. Ada beberapa jenis tumbuhan yang tidak termasuk rumput maupun

kacang-kacangan, tetapi dapat digunakan untuk pakan ternak walaupun jumlah jenis yang

termasuk golongan ini tidak banyak.

6. Tumbuhan Penghasil Bahan Pewarna

Menurut Lemmens, Soetjipto, Van der Zwan dan Parren (1999), pewarna nabati

adalah bahan pewarna yang berasal dari tumbuhan. Bahan ini diekstrak dengan jalan

fermentasi, direbus, atau secara kimiawi, dari sejumlah kecil zat kimia tertentu yang

terkandung di dalam jaringan tumbuhan. Pewarna dapat diperoleh dari berbagai tumbuhan,

antara lain : akar (misalnya pewarna merah dari Rubia cordifolia L.), rimpang (pewarna

kuning-jingga dari Curcuma longa L.), pepagan (bahan pewarna hitam dari Terminalia

catappa L.), resin- gom pada pepagan (pewarna kuning dari Garcinia hanburyi Hook.F.),

kayu (kayu secang, kayu gelondongan), daun (tarum), buah (pewarna hitam- lembayung

dari Terminalia bellirica (Gaertner.) Roxb.), biji (kesumba), bunga (‘saftflower’), dan

kepala putik (sapran).

Di Indonesia orang telah banyak menggunakan tumbuhan sebagai bahan pewarna

nabati dan sudah lama mengenal pewarna alami tetumbuhan untuk makanan, seperti daun

suji (Pleomele angustifolia N.E.Brown.) untuk warna hijau, rimpang kunir atau kunyit

(Curcuma domestica Valeton.) untuk warna kuning, daun Iresine herbstii Hook. untuk

mewarnai merah pada agar-agar, kulit kayu soga (Peltophorum pterocarpum Backer.)

sebagai bahan pewarna coklat yang penting untuk pewarna batik (Heyne, 1987).

7. Tumbuhan Penghasil Tanin

Tanin nabati merupakan bahan dari tumbuhan, rasanya pahit dan kelat, seringkali

berupa ekstrak dari pepagan atau bagian lain (terutama daun, buah dan puru). Tanin dapat

dimanfaatkan secara luas untuk keperluan pengobatan. Dapat dimanfaatkan untuk obat

penyakit gula, untuk pengaturan keseimbangan hormon yang dikeluarkan pankreas,

sebagai obat cacing dan obat antibiotik (Lemmens et al., 1999).

Lebih lanjut Lemmens et al. (1999) menguraikan bahwa umumnya tanin dijumpai

pada dikotil dan keberadaannya tersebar pada berbagai suku, antara lain suku

rhizophoraceae, combretaceae. Pada skala dunia, jenis - jenis terpenting untuk produksi

tannin termasuk suku Fabaceae (akasia hitam (Acacia mearnsii de Wild.)), anacardiaceae

(‘quebracho’ (Schinopsis spp.)), rhizophoraceae (jenis-jenis dari berbagai marga),

combretaceae (‘myrobalans’ dari Terminalia spp.).

8. Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati

Kardinan (2002) mengartikan pestisida nabati sebagai suatu pestisida yang bahan

dasarnya berasal dari tumbuhan. Tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai

alat pertahanan dari serangan organisme pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya akan

bahan bioaktif. Lebih dari 2.400 jenis tumbuhan yang termasuk dalam 235 famili

dilaporkan mengandung bahan pestisida.

Menurut Syahputra (2005), bahwa salah satu pengusahaan hutan non-kayu yang

dapat dikembangkan selain sebagai sumber bahan bangunan dan bahan obat-obatan

tradisional juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber insektisida. Insektisida botani

memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh insektisida sintetik. Lebih lanjut

Syahputra (2005) menjelaskan bahwa beberapa spesies tanaman famili annonaceae

ternyata cukup berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai insektisida nabati.

9. Tumbuhan Penghasil Serat

Menurut Haygreen dan Bowyer (1989), produk-produk serat kayu, meliputi :

kertas, papan isolasi dan papan serat kerapatan sedang. Semua produk-produk ini dibuat

dari kayu yang telah dipecah menjadi serat-serat individual, berkas-berkas serat kecil atau

bagian-bagian serat.

Menurut Heyne (1987), bahan serat meliputi ; bahan pembungkus, penutup atap,

bagian-bagian tanaman serat kulit batang dan serat daun, bulu buah dan bulu biji serta

kertas.

10. Tumbuhan Penghasil Bahan Tali, Kerajinan, Anyaman

Widjaya, Mahyar dan Utama (1989) mengemukakan bahwa diantara jenis-jenis

tumbuhan kerajinan, rotan merupakan bahan baku utama kerajinan anyaman di Indonesia.

Hasil kerajinan tangan yang terbuat dari rotan banyak dijumpai di daerah Sumatera,

Kalimantan dan Sulawesi, karena memang di sanalah pusat tempat rotan tumbuh.

Tumbuhan kedua yang berpotensi tinggi adalah bambu. Hasil kerajinan bambu umumnya

berasal dari Bali, Jawa dan Sulawesi, sedangkan dari Sumatera dan Kalimantan lebih

sedikit. Selanjutnya pandan merupakan bahan baku yang berpotensi juga. Hanya saja hasil

kerajinannya tidak begitu banyak karena biasanya dibuat di dataran-dataran rendah dimana

banyak tumbuhan pandan yang cocok untuk bahan baku anyaman. Lontar merupakan

bahan baku yang cukup mendapat perhatian, walaupun terdapat hanya di bagian timur

Indonesia. Teki, sagu, gebang, genjer, batang anggrek dan aren juga mempunyai potensi

sebagai bahan baku kerajinan walaupun dalam jumlah sedikit.

11. Tumbuhan Penghasil Kayu Bangunan

Menurut Haygreen dan Bowyer (1989), bahan bangunan kayu adalah salah satu

produk yang paling sederhana, paling mudah digunakan, kayu dapat dipotong dan dibentuk

dengan mudah, digunakan dan mudah dipasang. Pada saat yang sama kayu adalah salah

satu bahan yang paling kompleks. Kayu tersusun atas sel-sel yang mungil, masing-masing

memilki struktur lubang-lubang kecil, selaput dan dinding- dinding yang berlapis-lapis

rumit. Unsur-unsur penyusunan kayu tergabung dalam sejumlah senyawa organik :

selulosa, hemiselulosa dan lignin.

12. Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar

Kepentingan internasional kayu sebagai pemanas rumah dan bahan bakar untuk

memasak harus diakui. Secara menyeluruh di dunia, penggunaan kayu untuk bahan bakar

telah selalu merupakan penggunaan tunggal terbesar dari kayu dan masih tetap demikian

sekarang. Diperkirakan bahwa kira-kira 45% kayu yang dikonsumsi di dunia digunakan

untuk pemanasan rumah dan memasak (Haygreen dan Bowyer, 1989).

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Kawasan

Hutan Hujan Pegunungan Gunung Gede Pangrango telah dikukuhkan sebagai

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) sejak tahun 1982 berdasarkan SK

Menteri No. 736/36/Menteri/X/82, yang memiliki luas kawasan sekitar 15.196 ha. Saat ini

sesua i SK Menhut No 174/Kpts-II/tanggal 10 Juni 2003 diperluas menjadi 21.975 ha.

Hutan Gunung Gede Pangrango ini menjadi salah satu wakil dari ekosistem hutan hujan

pegunungan yang ada di Indonesia yang memiliki struktur dan komposisi yang spesifik

bagi ekosistem tersebut. Taman nasional ini termasuk salah satu Cagar Biosfer yang

ditetapkan UNESCO sejak tahun 1977 dengan nama Cagar Biosfer Taman Nasional

Gunung Gunung Gede Pangrango (Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gede

Pangrango, Balai Taman Naional Gede P angrango, 1995).

Pada tanggal 6 Maret 1980, Menteri Pertanian menetapkan kawasan, meliputi

Cagar Alam Cibodas, Cagar Alam Cimungkat, Cagar Alam Gunung Gede Pangrango,

Taman Wisata Situgunung dan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

B. Letak dan Luas

TNGP yang luasnya 21.975 ha, secara geografis terletak antara 106

o

50´-106°56´

BT dan 6°32´-6°34´LS, termasuk dalam wilayah administrasi pemerintah Kabupaten

Bogor, Cianjur dan Sukabumi (Jawa Barat). Kawasan ini dibatasi oleh hutan lindung atau

hutan produksi, perkebunan dan tanah milik dan permukiman.

Secara administratif kawasan TNGP berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Wilayah Kabupaten DATI II Cianjur dan Wilayah Kabupaten

DATI II Bogor.

Sebelah Selatan : Wilayah Kabupaten DATI II Sukabumi.

Sebelah Barat : Wilayah Kabupaten DATI II Sukabumi dan Wilayah Kabupaten

DATI II Bogor.

Sebelah Timur : Wilayah Kabupaten DATI II Cianjur.

C. Topografi

Gunung Gede dan Pangrango dihubungkan oleh bukit yang bertemu di daerah

kandang badak pada ketinggian tempat sekitar 2.400 m dpl. Wilayahnya sangat curam dan

banyak terdapat punggung bukit yang dibentuk oleh celah-celah aliran sungai yang

mengalir ke arah Bogor, Sukabumi dan Cianjur (Direktorat Aneka Usaha Kehutanan dan

Fakultas Kehutanan IPB, 2000)

TNGP merupakan dataran tinggi yang terdiri dari rangkaian gunung berapi

terutama yaitu Gunung Gede (±2.958 m dpl) dan gunung Pangrango ( ±3.019 m dpl), serta

beberapa gunung lainnya. Gunung Gede dan Gunung Pangrango ini dihubungkan oleh

punggung bukit sepanjang ± 2.500 m dengan sisinya membentuk lereng curam berlembah

kearah bawah menuju ke dataran Bogor, Cianjur dan Sukabumi. Bentuk lapangan

berbukit-bukit dan bergunung-gunung dengan kelerengan lapangan antara 25 - 45%, serta variasi

ketinggian tempat antara 1.000 - 3.019 m dpl.

D. Iklim

TNGP merupakan salah satu daerah terbasah di Pulau Jawa dengan curah hujan

rata-rata antara 3.000-4.200 mm/tahun. Musim hujan berlangsung dari Oktober -Mei dan

antara Desember-Maret curah hujannya melebihi 400 mm/bulan. Seringkali puncak dan

punggung gunung diselimuti awan dan kabut tebal.

Suhu kawasan ini berkisar antara 10-18°C, semakin keatas suhu makin menurun

hingga mencapai kurang dari 10°C di puncak Gunung Pangrango dengan kelembaban

udara antara 80- 90%. Kecepatan angin yang cukup tinggi di puncak gunung menyebabkan

suhu bertambah rendah.

Pada musim penghujan berhembus angin muson barat daya. Pada bulan

Februari-Maret, angin berhembus cukup luas dan sering mengakibatkan robohnya pohon-pohon.

Pada musim kemarau berhembus angin muson timur laut dengan kecepatan rendah.

E. Potensi Flora dan Fauna

1. Flora

Di kawasan TNGP terdapat dua buah alun-alun padang rumput. Di sepanjang tepi

alun-alun tersebut didominir oleh tumbuhan bunga Edelweiss (Anaphalis javanica), yang

sering disebut bunga abadi karena tidak pernah layu. Di kawasan air terjun Cibeureum

terdapat anggrek (Liparis muconatus) yaitu anggrek asli dari Gunung Gede dan bersifat

endemik (tidak ditemukan di daerah lain). Terdapat tiga jenis flora yang termasuk

unggulan di TNGP, yaitu edelweis (Anaphalis javanica), kantong semar (Nepenthes

gymnamphora), dan raflesia (Raflesia rochusseni) ( Rencana Pengelolaan Taman Naional

Gede Pangrango, Balai Taman Naional Gede Pangrango, 1995).

Terdapat tiga jenis satwa yang termasuk unggulan di TNGP, yaitu; Spizaetus

bartelsii (elang jawa), Hylobates moloch (owa jawa), Panthera pardus (macan tutul)

(Rencana Pengelolaan Taman Naional Gede Pangrango, Balai Taman Naional Gede

Pangrango, 1995). Jenis lainnya adalah Kera (Macaca fascicularis) dan Lutung (Presbytis

cristata); sedangkan satwa lainnya adalah anjing hutan, babi hutan dan golongan mamalia

kecil serta sejumlah jenis burung.

F. Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar

Berdasarkan data potensi desa tahun 2001 jumlah penduduk dari tiga desa

penyangga yang terdapat di TNGP resort Cibodas (Cimacan, Ciloto dan Sindangjaya)

adalah 33.853 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 16.538 orang, perempuan 17.315

orang yang menempati areal seluas 1.116,693 ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Penyangga Menurut Jenis Kelamin dan Umur

Desa Cimacan (Jiwa) Ciloto (Jiwa) Sindangjaya (Jiwa) Jumlah (Jiwa) % Umur Tahun % % % < 14 6.866 43,35 2.789 35,65 3.438 33,74 13.093 38,68 15-54 6.133 38,72 3.962 50,64 5.868 57,58 15.963 47,15 > 55 2.840 17,93 1.073 13,71 884 8,68 4.797 14,17 Jumlah 15.839 100 7.824 100 10.190 100 33.853 100

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk usia muda (0 sampai dengan 14

tahun) adalah 13.093 orang atau sebesar 38,68%. Jumlah penduduk usia kerja (15 sampai

dengan 54 tahun) cukup tinggi yaitu sebesar 15.963 orang atau 47,15%.

Sebagian besar penduduk Desa Cimacan, Ciloto dan Sindangjaya hidup dengan

matapencaharian pokok usahatani, baik sebagai petani pemilik, penggarap ataupun buruh

tani. Sedangkan sebagian lagi mempunyai mata pencaharian sebagai PNS/ABRI/Polisi,

Pedagang dan usaha lainnya. Daerah di sekitar Resort Cibodas merupakan daerah wisata

sehingga berdagang sangat membantu sebagai sumber mata pencaharian tambahan bagi

masyarakat sekitar Resort Cibodas terutama masyarakat desa Cimacan. Informasi lebih

lengkap mengenai karakteristik penduduk desa penyangga berdasarkan mata pencaharian

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Penyangga Berdasarkan Mata Pencaharian

Desa

Cimacan Ciloto Sindangjaya Jenis Mata Pencahrian

Jumlah (Jiwa) % Jumlah (Jiwa) % Jumlah (Jiwa) % Jumlah (Jiwa) % Petani Pemilik 4.310 67,64 427 9,01 0 0 4.737 42,07 Petani Penggarap 0 0 214 4,51 0 0 214 1,90

Buruh Tani 0 0 683 14,41 0 0 683 6,07 PNS/ABRI/Polisi 1.012 15,88 3.036 64,05 98 66,67 4.146 36,82 Tukang Kayu/Jahit 708 11,11 262 5,53 49 33,33 1.019 9,05

Pedagang 342 5,37 118 2,49 0 0 460 4,09

Jumlah 6.372 100 4.740 100 147 100 11.259 100

Desa- desa yang letaknya berbatasan dengan kawasan TNGP lainnya adalah Desa

Sukatani dan Sindangjaya. Desa Sukatani dan Sindangjaya merupakan desa-desa yang

secara administratif termasuk dalam kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Desa Sukatani

seluas 419,665 ha, di sebelah selatannya berbatasan dengan TNGP, sedangkan Desa

Sindangjaya seluas 489,618 ha, di sebelah selatannya berbatasan dengan TNGP.

IV. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

selama 2 (dua) bulan, yaitu bulan April-Mei 2005.

B. Bahan dan Peralatan

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain : publikasi dan

laporan penelitian dan survey vegetasi maupun tumbuhan yang telah dilakukan oleh

berbagai instansi dan lembaga di kawasan TNGP, kompas brunton, pita ukur, kamera dan

film, tambang plastik, kantong plastik, tally sheet, alat tulis- menulis, komputer dan

perlengkapannya.

C. Metode

1. Pengumpulan Data

a. Jenis data yang dikumpulkan

Jenis data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data

sekunder dan data primer. Data sekunder yang dikumpulkan, antara lain: kondisi umum

lokasi TNGP, jenis- jenis tumbuhan yang terdapat di TNGP, dan jenis-jenis tumbuhan

berguna yang terdapat di TNGP. Data primer yang dikumpulkan, antara lain:

pemanfaatan tumbuhan berguna oleh masyarakat sekitar TNGP, dan foto

spesies-spesies tumbuhan berguna. Jenis dan teknik pengumpulan data dan informasi dalam

penelitian ini secara rinci disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data dan Informasi dalam Penelitian Inventarisasi

Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Kawasan TNGP,

No. Jenis Data Data dan Informasi yang Dikumpulkan

Metode Pengumpulan

Data Sekunder

1. Kondisi umum lokasi TNGP:

a. Letak geografis

b. Luas areal

c. Batas wilayah

d. Topografi

e. Iklim

f. Keadaan penduduk sekitar kawasan

1

g. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar

kawasan

No. Jenis Data Data dan Informasi yang Dikumpulkan

Metode Pengumpulan Data Sekunder 2.

Jenis-jenis tumbuhan di TNGP:

a. Nama Lokal

b. Nama ilmiah

c. Nama famili

d. Habitus

3.

Jenis-jenis tumbuhan berguna di TNGP:

a. Jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan

b. Habitus

c. Habitat

d. Status

e. Kegunaan

f. Bagian tumbuhan yang digunaka n

g. Cara penggunaan

Studi Literatur

Primer

1. Tumbuhan obat oleh masyarakat sekitar

TNGP:

a. Jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan

b. Habitus

c. Habitat

d. Status

e. Kegunaan

f. Bagian tumbuhan yang digunakan

g. Cara penggunaan

2. Pemanfaatan tumbuhan hias; aromatik;

pangan; pakan ternak/satwaliar; pestisida

nabati; pewarna dan tanin; minuman; tolak

bala; kayu bakar; bahan bangunan; tali,

anyaman dan kerajinan oleh masyarakat

sekitar TNGP:

a. Jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan

b. Habitus

c. Habitat

1. Survei lapang 2.Wawancara dengan masyarakat

2

d. Status

e. Kegunaan

f. Bagian tumbuhan yang digunakan

g. Cara penggunaan

3. Foto jenis-jenis tumbuhan berguna TNGP

b. Teknik Pengumpulan Data

1). Pengumpulan data sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan melalui studi literatur, meliputi: kondisi umum

lokasi TNGP, jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di TNGP, dan jenis-jenis tumbuhan

berguna yang terdapat di TNGP dari berbagai laporan survey dan penelitian yang pernah

dilakukan oleh berbagai instansi di kawasan TNGP.

2). Pengumpulan data primer

a). Pemanfaatan tumbuhan berguna oleh masyarakat sekitar TNGP

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan masyarakat, baik

secara perseorangan maupun kelompok. Wawancara dilakukan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan yang ada di kawasan TNGP.

Penentuan responden diambil dari kelompok masyarakat yang mengetahui tentang

pemanfaatan tumbuhan yang ada di TNGP.

Dalam hal ini kajian melalui wawancara langsung diarahkan terhadap kelompok

masyarakat yang mengerti tentang pemanfaatan tumbuhan yang berada di beberapa desa di

kawasan TNGP.

Wawancara dilakukan di 5 desa, meliputi ; Desa Cimacan (14 responden),

Nangerang (5 responden), Ciloto (4 responden), Ciputri (10 responden), dan Karawang (1

responden). Total responden yang berhasil diwawancarai ada 34 responden. Informasi

mengenai data responden disajikan pada Lampiran 4.

Data yang diperlukan untuk pengkajian aspek ini, meliputi : macam penggunaan, jenis

tumbuhan yang digunakan, habitus, bagian yang digunakan, proses pembuatan, dan cara

penggunaannya.

b). Pengambilan foto atau gambar

Pengambilan foto atau gambar dilakukan untuk mendapatkan gambar spesies

tumbuhan yang nantinya akan diidentifikasi lebih lanjut. Data hasil identifikasi ini

dimaksudkan untuk melengkapi data yang ada.

Identifikasi jenis-jenis tumbuhan berguna dilakukan dengan melakukan cek silang

dengan berbagai buku/literatur tentang tumbuhan berguna yang ada, meliputi; nama lokal,

nama botani, nama famili, habitus, kegunaan, dan bagian yang digunakan.

3. Pengolahan dan Analisis Data

Data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan kemudian diolah, baik secara

manual maupun dengan komputerisasi untuk memperoleh data tentang: nama jenis, famili,

habitus, bagian tumbuhan yang digunakan, manfaat/kegunaan, data atau informasi lainnya

tentang tumbuhan serta kemungkinan pengelolaannya untuk dikembangkan lebih lanjut.

a. Pengolahan Data

1). Penyuntingan data

Kegiatan penyuntingan data bertujuan untuk meneliti kembali catatan untuk

mengetahui apakah catatan tersebut sudah cukup baik untuk keperluan proses berikutnya

dalam arti penyuntingan dilakukan terhadap data- dat a yang telah diperoleh.

2). Pengkodean data

Pengkodean data dilakukan untuk mengadakan klasifikasi terhadap data-data yang

diperoleh menurut macamnya dengan memberi kode tertentu pada catatan atau

mempertegas jawaban terhadap informasi tertentu.

b. Analisis Data

Hasil identifikasi jenis tumbuhan disusun berdasarkan famili dan jenis untuk

dianalisa secara deskriptif kualitatif. Setiap jenis tumbuhan dianalisis mengenai potensi,

bentuk hidup dan manfaatnya untuk apa saja serta bagian apa yang digunakan.

1). Pengklasifikasian kelompok kegunaan

Pengklasifikasian dilakukan dengan cara melakukan penyaringan (screening)

terhadap kegunaan masing-masing jenis tumbuhan berguna berdasarkan kelompok

kegunaannya, seperti tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4. Klasifikasi Kelompok Kegunaan Sumberdaya Alam Hayati berupa Tumbuhan

No

.

Kelompok Kegunaan

1. Tumbuhan obat

2. Tumbuhan aromatik/minyak atsiri

3. Tumbuhan pangan

4. Tumbuhan penghasil bahan pewarna

5. Tumbuhan penghasil pestisida nabati

6. Tumbuhan hias

No

.

Kelompok Kegunaan

1. Tumbuhan obat

8. Tumbuhan penghasil tanin

9. Tumbuhan penghasil bahan tali, anyaman, dan kerajinan

10. Tumbuhan penghasil kayu bakar

11. Tumbuhan penghasil serat

12. Tumbuhan penghasil bahan bangunan

13 Tumbuhan sebagai tolak balak

14 Lainnya

2) Pengklasifikasian kelompok penyakit/penggunaan tumbuhan obat

Khusus untuk tumbuhan obat, dilakukan pengklasifikasian lebih lanjut berdasarkan

kelompok penyakit/kegunaannya, seperti tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5. Klasifikasi Kelompok Penyakit/Pengg unaan dan macam Penyakit/

Penggunaannya

No. Kelompok

Penyakit/Penggunaa

n

Macam Penyakit/penggunaan

1 Gangguan Peredaran

Darah

Darah kotor, kanker darah, kurang darah,

pembersih darah, penasak, dan penyakit lainnya

yang berhubungan dengan darah

2 Keluarga Berencana

(KB)

Keluarga berencana (KB), membatasi kelahiran,

menjarangi kehamilan, pencegah kehamilan, dan

penggunaan lainnya yang berhubungan dengan

KB

3 Penawar Racun Digigit lipan, digigit serangga, keracunan jengkol,

keracunan makanan, penawar racun, dan

penggunaan lainnya yang berhubungan dengan

keracunan

4 Pengobatan Luka Luka, luka bakar, luka baru, luka memar, luka

bernanah, infeksi luka, dan penggunaan lainnya

yang berhubungan dengan luka

5 Penyakit Diabetes Kencing manis (diabetes), menurunkan kadar gula

darah, sakit gula, dan penyakit lainnya yang

berhubungan dengan penyakit diabetes

6 Penyakit Gangguan

urat syaraf

Lemah urat syaraf, susah tidur (insomnia), dan

penggunaan lainnya yang berhubungan dengan

gangguan urat syaraf

7 Penyakit Gigi Gigi rusak, penguat gigi, sakit gigi, dan

penggunaan lainnya yang berhubungan dengan

gigi

8 Penyakit Ginjal Ginjal, sakit ginjal, gagal ginjal, batu ginjal,

kencing batu, dan penggunaan lainnya yang

berhubungan dengan ginjal

No. Kelompok

Penyakit/Penggunaa

n

Macam Penyakit/penggunaan

tekanan darah tinggi (hipertensi), tekanan darah

tinggi, dan penggunaan lainnya yang

berhubungan dengan jantung.

10 Penyakit kanker/tumor Kanker rahim, kanker payudara, tumor rahim,

tumor payudara, dan penggunaan lainnya yang

berhubungan dengan tumor dan kanker.

11 Penyakit Kelamin Beser mani (spermatorea), gatal di sekitar alat

kelamin, impoten, infeksi kelamin, kencing

nanah, lemah syahwat (psikoneurosis),

rajasinga/sifilis, sakit kelamin, dan penggunaan

lainnya yang berhubungan dengan kelamin.

12 Penyakit Khusus

Wanita

Keputihan, terlambat haid, haid terlalu banyak,

tidak datang haid, dan penggunaan lainnya yang

berhubungan dengan penyakit khusus wanita.

13 Penyakit Kulit Koreng, bisul, panu, kadas, kurap, eksim, cacar,

campak, borok, gatal, bengkak, luka bernanah,

kudis, kutu air, dan penggunaan lainnya yang

berhubungan dengan kulit.

14 Penyakit Kuning Liver, sakit kuning, heoatitis, penyakit hati, hati

bengkak, dan penggunaan lainnya yang

berhubungan dengan penyakit kuning.

15 Penyakit Malaria Malaria, demam malaria, dan penggunaan lainnya

yang berhubungan dengan penyakit malaria.

16 Penyakit Mata Radang mata, sakit mata, trakoma, rabun senja,

dan penggunaan lainnya yang berhubungan

dengan penyakit mata.

17 Penyakit Mulut Gusi bengkak, gusi berdarah, mulut bau dan

mengelupas, sariawan, dan penggunaan lainnya

yang berhubungan dengan penyakit mulut

18 Penyakit Otot dan

Persendian

Asam urat, bengkak kelenjar, kejang perut,

kejang-kejang, keseleo, nyeri otot, rematik, sakit

otot, sakit persendian, sakit pinggang, terkilir, dan

penggunaan lainnya yang berhubungan dengan

otot dan persendian.

19 Penyakit telinga Congek, radang anak telinga, radang telinga,

radang telinga tengah (otitis media), sakit telinga,

telinga berair, telinga berdenging, telinga merasa

gatal, dan penggunaan lainnya yang berhubungan

dengan telinga.

20 Penyakit Tulang Patah tulang, sakit tulang, dan penggunaan

Dokumen terkait