B. Kegunaan Tumbuhan
2. Tumbuhan Hias
Menurut Nurhayati (1983) dalam Ramadhani (1994), tanamam hias yaitu tanaman
apapun yang mempunyai nilai hias, baik hias bunga dan tajuk, cabang, batang, buah
maupun hias aroma.
Tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang telah dikembangkan sebagai tanaman hias
baru sedikit, padahal jumlah kekayaan jenis yang ada cukuplah besar (Sastrapradja et al.,
1977).
3. Tumbuhan Aromatik (Minyak Atsiri)
Anonimous (1991) dalam Kartikawati (2004) memberikan pengertian minyak
atsiri merupakan minyak yang diperoleh dengan cara ekstraksi atau penyulingan dari daun,
akar, batang, kulit, getah dan bunga tumbuhan.
Tumbuhan pe nghasil minyak atsiri mempunyai ciri bau dan aroma, karena fungsi
minyak atsiri yang paling luas dan paling umum diminati adalah sebagai pengharum, baik
itu parfum, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada
makanan, maupun produk rumah tangga lainnya. Setiap jenis tumbuhan yang memiliki sel
glandula saja yang bisa menghasilkan minyak atsiri dan sifatnya yang mudah menguap
(Agusta, 2000 dalam Kartikawati, 2004).
Menurut Heyne (1987), tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri diantaranya
adalah dari famili Poaceae, misalnya akar wangi (Andropogon zizinoides Urban.);
lauraceae, misalnya kulit kayu manis (Cinnamomum burmanii Ness. ex. Bl.);
zingiberaceae, misalnya jahe (Zingiber officinale Rosc.); piperaceae, misalnya sirih (Piper
betle L.); santalaceae, misalnya cendana (Santalum album L.); annonaceae, misalnya
kenanga (Canangium odoratum Aill.) dan sebagainya.
4. Tumbuhan Penghasil Pangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Idonesia (1989), tumbuhan pangan adalah sesuatu
yang tumbuh dan menghasilkan pangan. Sastrapradja et al. (1977) membagi tumbuhan
pangan berdasarkan kandungannya : (1) tumbuhan mengandung karbohidrat, (2) tumbuhan
mengandung protein, (3) tumbuhan mengandung vitamin, dan (4) tumbuhan mengandung
lemak.
5. Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak
Umumnya pakan yang diberikan kepada ternak berkaki empat terdiri atas
macam-macam jenis rumput dan daun-daunan yang lain (Sastrapradja, Afriastini dan Sutarno,
1983). Lebih lanjut Sastrapradja et al. (1983) mengemukakan bahwa dari berbagai
tumbuhan semak dan perdu yang banyak digunakan untuk pakan adalah yang tergolong
suku kacang-kacangan. Ada beberapa jenis tumbuhan yang tidak termasuk rumput maupun
kacang-kacangan, tetapi dapat digunakan untuk pakan ternak walaupun jumlah jenis yang
termasuk golongan ini tidak banyak.
6. Tumbuhan Penghasil Bahan Pewarna
Menurut Lemmens, Soetjipto, Van der Zwan dan Parren (1999), pewarna nabati
adalah bahan pewarna yang berasal dari tumbuhan. Bahan ini diekstrak dengan jalan
fermentasi, direbus, atau secara kimiawi, dari sejumlah kecil zat kimia tertentu yang
terkandung di dalam jaringan tumbuhan. Pewarna dapat diperoleh dari berbagai tumbuhan,
antara lain : akar (misalnya pewarna merah dari Rubia cordifolia L.), rimpang (pewarna
kuning-jingga dari Curcuma longa L.), pepagan (bahan pewarna hitam dari Terminalia
catappa L.), resin- gom pada pepagan (pewarna kuning dari Garcinia hanburyi Hook.F.),
kayu (kayu secang, kayu gelondongan), daun (tarum), buah (pewarna hitam- lembayung
dari Terminalia bellirica (Gaertner.) Roxb.), biji (kesumba), bunga (‘saftflower’), dan
kepala putik (sapran).
Di Indonesia orang telah banyak menggunakan tumbuhan sebagai bahan pewarna
nabati dan sudah lama mengenal pewarna alami tetumbuhan untuk makanan, seperti daun
suji (Pleomele angustifolia N.E.Brown.) untuk warna hijau, rimpang kunir atau kunyit
(Curcuma domestica Valeton.) untuk warna kuning, daun Iresine herbstii Hook. untuk
mewarnai merah pada agar-agar, kulit kayu soga (Peltophorum pterocarpum Backer.)
sebagai bahan pewarna coklat yang penting untuk pewarna batik (Heyne, 1987).
7. Tumbuhan Penghasil Tanin
Tanin nabati merupakan bahan dari tumbuhan, rasanya pahit dan kelat, seringkali
berupa ekstrak dari pepagan atau bagian lain (terutama daun, buah dan puru). Tanin dapat
dimanfaatkan secara luas untuk keperluan pengobatan. Dapat dimanfaatkan untuk obat
penyakit gula, untuk pengaturan keseimbangan hormon yang dikeluarkan pankreas,
sebagai obat cacing dan obat antibiotik (Lemmens et al., 1999).
Lebih lanjut Lemmens et al. (1999) menguraikan bahwa umumnya tanin dijumpai
pada dikotil dan keberadaannya tersebar pada berbagai suku, antara lain suku
rhizophoraceae, combretaceae. Pada skala dunia, jenis - jenis terpenting untuk produksi
tannin termasuk suku Fabaceae (akasia hitam (Acacia mearnsii de Wild.)), anacardiaceae
(‘quebracho’ (Schinopsis spp.)), rhizophoraceae (jenis-jenis dari berbagai marga),
combretaceae (‘myrobalans’ dari Terminalia spp.).
8. Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati
Kardinan (2002) mengartikan pestisida nabati sebagai suatu pestisida yang bahan
dasarnya berasal dari tumbuhan. Tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai
alat pertahanan dari serangan organisme pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya akan
bahan bioaktif. Lebih dari 2.400 jenis tumbuhan yang termasuk dalam 235 famili
dilaporkan mengandung bahan pestisida.
Menurut Syahputra (2005), bahwa salah satu pengusahaan hutan non-kayu yang
dapat dikembangkan selain sebagai sumber bahan bangunan dan bahan obat-obatan
tradisional juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber insektisida. Insektisida botani
memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh insektisida sintetik. Lebih lanjut
Syahputra (2005) menjelaskan bahwa beberapa spesies tanaman famili annonaceae
ternyata cukup berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai insektisida nabati.
9. Tumbuhan Penghasil Serat
Menurut Haygreen dan Bowyer (1989), produk-produk serat kayu, meliputi :
kertas, papan isolasi dan papan serat kerapatan sedang. Semua produk-produk ini dibuat
dari kayu yang telah dipecah menjadi serat-serat individual, berkas-berkas serat kecil atau
bagian-bagian serat.
Menurut Heyne (1987), bahan serat meliputi ; bahan pembungkus, penutup atap,
bagian-bagian tanaman serat kulit batang dan serat daun, bulu buah dan bulu biji serta
kertas.
10. Tumbuhan Penghasil Bahan Tali, Kerajinan, Anyaman
Widjaya, Mahyar dan Utama (1989) mengemukakan bahwa diantara jenis-jenis
tumbuhan kerajinan, rotan merupakan bahan baku utama kerajinan anyaman di Indonesia.
Hasil kerajinan tangan yang terbuat dari rotan banyak dijumpai di daerah Sumatera,
Kalimantan dan Sulawesi, karena memang di sanalah pusat tempat rotan tumbuh.
Tumbuhan kedua yang berpotensi tinggi adalah bambu. Hasil kerajinan bambu umumnya
berasal dari Bali, Jawa dan Sulawesi, sedangkan dari Sumatera dan Kalimantan lebih
sedikit. Selanjutnya pandan merupakan bahan baku yang berpotensi juga. Hanya saja hasil
kerajinannya tidak begitu banyak karena biasanya dibuat di dataran-dataran rendah dimana
banyak tumbuhan pandan yang cocok untuk bahan baku anyaman. Lontar merupakan
bahan baku yang cukup mendapat perhatian, walaupun terdapat hanya di bagian timur
Indonesia. Teki, sagu, gebang, genjer, batang anggrek dan aren juga mempunyai potensi
sebagai bahan baku kerajinan walaupun dalam jumlah sedikit.
11. Tumbuhan Penghasil Kayu Bangunan
Menurut Haygreen dan Bowyer (1989), bahan bangunan kayu adalah salah satu
produk yang paling sederhana, paling mudah digunakan, kayu dapat dipotong dan dibentuk
dengan mudah, digunakan dan mudah dipasang. Pada saat yang sama kayu adalah salah
satu bahan yang paling kompleks. Kayu tersusun atas sel-sel yang mungil, masing-masing
memilki struktur lubang-lubang kecil, selaput dan dinding- dinding yang berlapis-lapis
rumit. Unsur-unsur penyusunan kayu tergabung dalam sejumlah senyawa organik :
selulosa, hemiselulosa dan lignin.
12. Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar
Kepentingan internasional kayu sebagai pemanas rumah dan bahan bakar untuk
memasak harus diakui. Secara menyeluruh di dunia, penggunaan kayu untuk bahan bakar
telah selalu merupakan penggunaan tunggal terbesar dari kayu dan masih tetap demikian
sekarang. Diperkirakan bahwa kira-kira 45% kayu yang dikonsumsi di dunia digunakan
untuk pemanasan rumah dan memasak (Haygreen dan Bowyer, 1989).
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Kawasan
Hutan Hujan Pegunungan Gunung Gede Pangrango telah dikukuhkan sebagai
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) sejak tahun 1982 berdasarkan SK
Menteri No. 736/36/Menteri/X/82, yang memiliki luas kawasan sekitar 15.196 ha. Saat ini
sesua i SK Menhut No 174/Kpts-II/tanggal 10 Juni 2003 diperluas menjadi 21.975 ha.
Hutan Gunung Gede Pangrango ini menjadi salah satu wakil dari ekosistem hutan hujan
pegunungan yang ada di Indonesia yang memiliki struktur dan komposisi yang spesifik
bagi ekosistem tersebut. Taman nasional ini termasuk salah satu Cagar Biosfer yang
ditetapkan UNESCO sejak tahun 1977 dengan nama Cagar Biosfer Taman Nasional
Gunung Gunung Gede Pangrango (Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gede
Pangrango, Balai Taman Naional Gede P angrango, 1995).
Pada tanggal 6 Maret 1980, Menteri Pertanian menetapkan kawasan, meliputi
Cagar Alam Cibodas, Cagar Alam Cimungkat, Cagar Alam Gunung Gede Pangrango,
Taman Wisata Situgunung dan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
B. Letak dan Luas
TNGP yang luasnya 21.975 ha, secara geografis terletak antara 106
o50´-106°56´
BT dan 6°32´-6°34´LS, termasuk dalam wilayah administrasi pemerintah Kabupaten
Bogor, Cianjur dan Sukabumi (Jawa Barat). Kawasan ini dibatasi oleh hutan lindung atau
hutan produksi, perkebunan dan tanah milik dan permukiman.
Secara administratif kawasan TNGP berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Wilayah Kabupaten DATI II Cianjur dan Wilayah Kabupaten
DATI II Bogor.
Sebelah Selatan : Wilayah Kabupaten DATI II Sukabumi.
Sebelah Barat : Wilayah Kabupaten DATI II Sukabumi dan Wilayah Kabupaten
DATI II Bogor.
Sebelah Timur : Wilayah Kabupaten DATI II Cianjur.
C. Topografi
Gunung Gede dan Pangrango dihubungkan oleh bukit yang bertemu di daerah
kandang badak pada ketinggian tempat sekitar 2.400 m dpl. Wilayahnya sangat curam dan
banyak terdapat punggung bukit yang dibentuk oleh celah-celah aliran sungai yang
mengalir ke arah Bogor, Sukabumi dan Cianjur (Direktorat Aneka Usaha Kehutanan dan
Fakultas Kehutanan IPB, 2000)
TNGP merupakan dataran tinggi yang terdiri dari rangkaian gunung berapi
terutama yaitu Gunung Gede (±2.958 m dpl) dan gunung Pangrango ( ±3.019 m dpl), serta
beberapa gunung lainnya. Gunung Gede dan Gunung Pangrango ini dihubungkan oleh
punggung bukit sepanjang ± 2.500 m dengan sisinya membentuk lereng curam berlembah
kearah bawah menuju ke dataran Bogor, Cianjur dan Sukabumi. Bentuk lapangan
berbukit-bukit dan bergunung-gunung dengan kelerengan lapangan antara 25 - 45%, serta variasi
ketinggian tempat antara 1.000 - 3.019 m dpl.
D. Iklim
TNGP merupakan salah satu daerah terbasah di Pulau Jawa dengan curah hujan
rata-rata antara 3.000-4.200 mm/tahun. Musim hujan berlangsung dari Oktober -Mei dan
antara Desember-Maret curah hujannya melebihi 400 mm/bulan. Seringkali puncak dan
punggung gunung diselimuti awan dan kabut tebal.
Suhu kawasan ini berkisar antara 10-18°C, semakin keatas suhu makin menurun
hingga mencapai kurang dari 10°C di puncak Gunung Pangrango dengan kelembaban
udara antara 80- 90%. Kecepatan angin yang cukup tinggi di puncak gunung menyebabkan
suhu bertambah rendah.
Pada musim penghujan berhembus angin muson barat daya. Pada bulan
Februari-Maret, angin berhembus cukup luas dan sering mengakibatkan robohnya pohon-pohon.
Pada musim kemarau berhembus angin muson timur laut dengan kecepatan rendah.
E. Potensi Flora dan Fauna
1. Flora
Di kawasan TNGP terdapat dua buah alun-alun padang rumput. Di sepanjang tepi
alun-alun tersebut didominir oleh tumbuhan bunga Edelweiss (Anaphalis javanica), yang
sering disebut bunga abadi karena tidak pernah layu. Di kawasan air terjun Cibeureum
terdapat anggrek (Liparis muconatus) yaitu anggrek asli dari Gunung Gede dan bersifat
endemik (tidak ditemukan di daerah lain). Terdapat tiga jenis flora yang termasuk
unggulan di TNGP, yaitu edelweis (Anaphalis javanica), kantong semar (Nepenthes
gymnamphora), dan raflesia (Raflesia rochusseni) ( Rencana Pengelolaan Taman Naional
Gede Pangrango, Balai Taman Naional Gede Pangrango, 1995).
Terdapat tiga jenis satwa yang termasuk unggulan di TNGP, yaitu; Spizaetus
bartelsii (elang jawa), Hylobates moloch (owa jawa), Panthera pardus (macan tutul)
(Rencana Pengelolaan Taman Naional Gede Pangrango, Balai Taman Naional Gede
Pangrango, 1995). Jenis lainnya adalah Kera (Macaca fascicularis) dan Lutung (Presbytis
cristata); sedangkan satwa lainnya adalah anjing hutan, babi hutan dan golongan mamalia
kecil serta sejumlah jenis burung.
F. Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar
Berdasarkan data potensi desa tahun 2001 jumlah penduduk dari tiga desa
penyangga yang terdapat di TNGP resort Cibodas (Cimacan, Ciloto dan Sindangjaya)
adalah 33.853 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 16.538 orang, perempuan 17.315
orang yang menempati areal seluas 1.116,693 ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Penyangga Menurut Jenis Kelamin dan Umur
Desa Cimacan (Jiwa) Ciloto (Jiwa) Sindangjaya (Jiwa) Jumlah (Jiwa) % Umur Tahun % % % < 14 6.866 43,35 2.789 35,65 3.438 33,74 13.093 38,68 15-54 6.133 38,72 3.962 50,64 5.868 57,58 15.963 47,15 > 55 2.840 17,93 1.073 13,71 884 8,68 4.797 14,17 Jumlah 15.839 100 7.824 100 10.190 100 33.853 100Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk usia muda (0 sampai dengan 14
tahun) adalah 13.093 orang atau sebesar 38,68%. Jumlah penduduk usia kerja (15 sampai
dengan 54 tahun) cukup tinggi yaitu sebesar 15.963 orang atau 47,15%.
Sebagian besar penduduk Desa Cimacan, Ciloto dan Sindangjaya hidup dengan
matapencaharian pokok usahatani, baik sebagai petani pemilik, penggarap ataupun buruh
tani. Sedangkan sebagian lagi mempunyai mata pencaharian sebagai PNS/ABRI/Polisi,
Pedagang dan usaha lainnya. Daerah di sekitar Resort Cibodas merupakan daerah wisata
sehingga berdagang sangat membantu sebagai sumber mata pencaharian tambahan bagi
masyarakat sekitar Resort Cibodas terutama masyarakat desa Cimacan. Informasi lebih
lengkap mengenai karakteristik penduduk desa penyangga berdasarkan mata pencaharian
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Penyangga Berdasarkan Mata Pencaharian
DesaCimacan Ciloto Sindangjaya Jenis Mata Pencahrian
Jumlah (Jiwa) % Jumlah (Jiwa) % Jumlah (Jiwa) % Jumlah (Jiwa) % Petani Pemilik 4.310 67,64 427 9,01 0 0 4.737 42,07 Petani Penggarap 0 0 214 4,51 0 0 214 1,90
Buruh Tani 0 0 683 14,41 0 0 683 6,07 PNS/ABRI/Polisi 1.012 15,88 3.036 64,05 98 66,67 4.146 36,82 Tukang Kayu/Jahit 708 11,11 262 5,53 49 33,33 1.019 9,05
Pedagang 342 5,37 118 2,49 0 0 460 4,09
Jumlah 6.372 100 4.740 100 147 100 11.259 100
Desa- desa yang letaknya berbatasan dengan kawasan TNGP lainnya adalah Desa
Sukatani dan Sindangjaya. Desa Sukatani dan Sindangjaya merupakan desa-desa yang
secara administratif termasuk dalam kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Desa Sukatani
seluas 419,665 ha, di sebelah selatannya berbatasan dengan TNGP, sedangkan Desa
Sindangjaya seluas 489,618 ha, di sebelah selatannya berbatasan dengan TNGP.
IV. METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
selama 2 (dua) bulan, yaitu bulan April-Mei 2005.
B. Bahan dan Peralatan
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain : publikasi dan
laporan penelitian dan survey vegetasi maupun tumbuhan yang telah dilakukan oleh
berbagai instansi dan lembaga di kawasan TNGP, kompas brunton, pita ukur, kamera dan
film, tambang plastik, kantong plastik, tally sheet, alat tulis- menulis, komputer dan
perlengkapannya.
C. Metode
1. Pengumpulan Data
a. Jenis data yang dikumpulkan
Jenis data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data
sekunder dan data primer. Data sekunder yang dikumpulkan, antara lain: kondisi umum
lokasi TNGP, jenis- jenis tumbuhan yang terdapat di TNGP, dan jenis-jenis tumbuhan
berguna yang terdapat di TNGP. Data primer yang dikumpulkan, antara lain:
pemanfaatan tumbuhan berguna oleh masyarakat sekitar TNGP, dan foto
spesies-spesies tumbuhan berguna. Jenis dan teknik pengumpulan data dan informasi dalam
penelitian ini secara rinci disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data dan Informasi dalam Penelitian Inventarisasi
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Kawasan TNGP,
No. Jenis Data Data dan Informasi yang Dikumpulkan
Metode Pengumpulan
Data Sekunder
1. Kondisi umum lokasi TNGP:
a. Letak geografis
b. Luas areal
c. Batas wilayah
d. Topografi
e. Iklim
f. Keadaan penduduk sekitar kawasan
1
g. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar
kawasan
No. Jenis Data Data dan Informasi yang Dikumpulkan
Metode Pengumpulan Data Sekunder 2.
Jenis-jenis tumbuhan di TNGP:
a. Nama Lokal
b. Nama ilmiah
c. Nama famili
d. Habitus
3.
Jenis-jenis tumbuhan berguna di TNGP:
a. Jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan
b. Habitus
c. Habitat
d. Status
e. Kegunaan
f. Bagian tumbuhan yang digunaka n
g. Cara penggunaan
Studi Literatur
Primer