• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Pemanfaatan Tumbuhan .1Tumbuhan pangan

2.3.6 Tumbuhan penghasil warna

Zat pewarna alam adalah zat pewarna yang diperoleh dari alam seperti binatang, mineral-mineral dan tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Zat pewarna alam ini diperoleh dengan ekstraksi atau perebusan secara tradisional. Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dipergunakan untuk

zat pewarna alam adalah kulit kayu, batang, daun, akar, bunga, biji dan getah. Setiap tumbuhan dapat merupakan sumber zat warna alam karena mengandung pigmen alam (Sutara 2009).

Tumbuhan pewarna adalah tumbuhan yang dapat menghasilkan warna secara alami, serta dapat digunakan sebagai pewarna bahan makanan, pewarna peralatan/perlengkapan tradisional dan magis (Harbelubun et al. 2005). Terdapat kurang lebih 150 jenis pewarna alami di Indonesia yang telah diidentifikasi dan digunakan secara luas dalam berbagai industri seperti pada komoditas kerajinan (kayu, bambu, pandan) dan batik (katun, sutra, wol). Jenis pewarna alami menghasilkan warna-warna dasar, misalnya: warna merah dari Caesalpinia sp., warna biru dari Indigofera, warna jingga dari Bixa

orellana dan warna kuning dari Mimmosa pudica (Husodo 1999 diacu dalam

Harbelubun et al. 2005).

2.3.7 Tumbuhan penghasil pakan ternak

Menurut Rinduwati (2008), tumbuhan pakan ternak adalah tumbuhan yang sengaja ditanam dan dibudidayakan (sehingga meningkat daya gunanya) ataupun masih hidup secara liar, yang biasa diberikan kepada ternak, baik berupa daun, batang, buah/biji, atau umbinya, seluruh atau sebagian, serta tidak menimbulkan pengaruh buruk pada ternak yang memakannya. Tumbuhan pakan ternak terdiri dari 2 golongan (famili besar), yaitu Graminae dan Leguminosa.

Jenis-jenis rumput famili Graminae yang sering digunakan sebagai pakan ternak diantaranya, rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput raja

(Pennisetum purputhypoides), rumput benggala (Panicum maximum), rumput

Australia (Paspalum dilatatum), rumput jaragua (Hyparrhenia rufa), rumput bede (Brachiaria decumbens), rumput para (Brachiaria mutica), rumput koronivia (Brachiaria humidicola), rumput ruzi (Brachiaria ruziziensis), rumput buffel (Cenchrus ciliaris), rumput bermuda (Cynodon dactylon), rumput “giant star” (Cynodon plectostachyus), rumput pangola (Digitaria decumbens), rumput molasses (Melinis minutiflora), rumput bahia (Paspalum

splendida), rumput rhodes (Chloris gayana). Sedangkan jenis tumbuhan famili Leguminosae yang sering digunakan sebagai pakan ternak diantaranya,

Cajanus cajan, Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens, Leucaena leucocephala, Clitoria cajanifolia, Desmodium intortum, Desmodium uncinatum, Macroptilium atropurpureum, Pueraria phaseoloides, Sesbania

grandiflora, Styloshantes guyanensis, Stylosanthes humilis, Gliricidia

maculata.

2.3.8 Tumbuhan penghasil kayu bakar

Rahayu et al. (2006) menyatakan bahwa tumbuhan penghasil kayu bakar pada dasarnya semua jenis tumbuhan berkayu atau yang berbentuk pohon dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Namun demikian, pada umumnya tumbuhan atau pohon yang dimanfaatkan sebagai kayu bakar memiliki kriteria tertentu, antara lain kayunya ”kering”, awet atau tidak cepat habis dan energi panas yang dihasilkan cukup tinggi. Beberapa jenis kayu bakar utama antara lain kranji (Dialium indum), arang-arang (Diospyros sp.), kempas (Koompassia malaccensis), mempening (Lithocarpus lucidus), ridan (Nephelium sp.), sungkai (Peronema canescens), dll.

2.3.9 Tumbuhan penghasil pestisida nabati

Pestisida alami adalah pestisida yang berbahan dasar alam, seperti tumbuhan, jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak, karena residunya akan terurai dan mudah hilang. Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal (Hendayana 2006). Sedangkan menurut Meilin (2009), pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan (daun, buah, biji atau akar) berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya dapat untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT).

Menurut Lestari (2009) Pada dasarnya tumbuhan-tumbuhan yang berpotensi sebagai pestisida nabati adalah tumbuhan yang memiliki kandungan senyawa kimia yang sifatnya sebagai attractant atau penolak bagi serangga hama maupun patogen. Beberapa persyaratan yang perlu diketahui bagi tumbuhan yang berperan sebagai pestisida nabati, diantaranya :

1. Tidak mempunyai nilai ekonomi, karena itu bagian tumbuhan yang merupakan limbah atau bagian yang tidak digunakan.

2. Tumbuhan bahan pestisida nabati harus mudah diperoleh dan terdapat dalam jumlah yang banyak atau berlimpah, tumbuh dimana-mana, serta memiliki pertumbuhan kosmopolit.

3. Tumbuhan mudah diperbanyak.

4. Tumbuhan tidak memerlukan perawatan khusus.

5. Tumbuhan dapat berfungsi mengendalikan banyak jenis organisme pengganggu tumbuhan.

6. Bagian tumbuhan merupakan limbah pertanian. 7. Bisa merupakan tumbuhan liar.

spesies tumbuhan yang sering digunakan sebagai pestisida nabati diantaranya, bawang putih, biji jarak, umbi gadung, daun mimba, lengkuas, kunyit, jahe, kencur (Meilin 2009). Selain spesies-spesies tersebut terdapat beberapa spesies tumbuhan lain yang juga biasa dimanfaatkan sebagai pestisida nabati yaitu, kapasan (Albemoschus moschatus), kemangi (Ocimum basilicum), widuri (Calotrophis gigantea), babadotan (Ageratum conyzoides), legetan (Synedrella nodiflora), tembelekan (Lantana camara) (Octavia et al. 2008).

2.3.10 Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan

Menurut Widjaja et al. (1989) tumbuhan anyaman yang biasa digunakan dalam kerajinan anyaman di Indonesia yaitu, bambu (Bambusa sp.), aren (Arenga pinnata), gebang (Corypha clata), kelapa (Cocos nucifera), nipa (Nypa fruticans), palas biru (Licuala valida), rotan (Daemonorops sp.), serdang

(Livistona rotundifolia), pandan (Pandanus sp.), purun (Eleocharis

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ranu Pane wilayah enclave Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, dan bertempat di kantor Resort Ranu Pane, SPTN III wilayah Senduro. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2011.

Gambar 1 Denah Lokasi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur.

3.2 Objek dan Alat Penelitian

Adapun objek kajian dalam penelitian ini adalah masyarakat Suku Tengger Desa Ranu Pane dan spesies tumbuhan yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat Suku Tengger Desa Ranu Pane. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya, kuesioner, alat tulis menulis, komputer dan perlengkapan lainnya, kamera, alkohol 70%, trashbag transparan, koran.

3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data yang diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian. Adapun jenis data tersebut ditunjukkan pada tabel di bawah ini :

Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan secara langsung dari lokasi penelitian

No. Jenis Data Metode pengambilan Data

1 2 3 4 5 6 7

Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan Kegunaan tumbuhan

Bagian yang dimanfaatkan Cara pengolahan

Cara penggunaan tumbuhan Cara pembudidayaan

Kondisi masyarakat suku Tengger (sejarah, ekonomi, adat istiadat, kepercayaan, pendidikan).

Wawancara, survei lapang Wawancara

Wawancara

Wawancara,survei lapang Wawancara, survei lapang Wawancara

Wawancara, survei lapang, literatur

Selain itu juga diperlukan data pendukung yang diperoleh dari berbagai literatur secara tidak langsung dari lokasi penelitian. Adapun jenis data tersebut diantaranya kondisi umum lokasi penelitian dan kondisi umum masyarakat Suku Tengger Desa Ranu Pane (kependudukan, sejarah, ekonomi, adat istiadat, kepercayaan, pendidikan).

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Studi literatur

Studi literatur dilakukan sebelum dan setelah penelitian. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data dasar baik mengenai lokasi penelitian, kondisi masyarakat Suku Tengger Desa Ranu Pane maupun mengenai pemanfaatan tumbuhan. Selain untuk memperoleh data dasar tersebut studi literatur ini juga dilakukan untuk melengkapi serta verifikasi hasil wawancara dengan masyarakat.

3.4.2 Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap responden terpilih sebanyak 30 orang untuk mengetahui dan menggali pengetahuan tradisional mengenai spesies-spesies tumbuhan yang dimanfaatkan, kegunaannya, bagian yang diamanfaatkan, cara pemanfaatannya, serta cara pembudidayaannya. Kegiatan wawancara akan dilaksanakan secara keseluruhan dengan menggunakan

kuisioner. Responden yang dipilih berdasarkan teknik Snow Ball, yaitu dengan cara menentukan tokoh kunci (key person), sedangkan responden berikutnya berdasarkan arahan dari responden sebelumnya.

3.4.3 Survey lapangan

Survey lapangan dilakukan untuk verifikasi spesies dan untuk memperoleh sampel spesies tumbuhan yang dimanfaatkan berdasarkan hasil wawancara. Dalam kegiatan survey lapang ini dilakukan pengambilan sampel dan dokumentasi tumbuhan yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat Suku Tengger Desa Ranu Pane untuk dibuat herbarium guna identifikasi lebih lanjut.

3.4.4 Dokumentasi dan pembuatan herbarium

Dokumentasi spesies tumbuhan yang digunakan masyarakakat Suku Tengger Desa Ranu Pane dengan melakukan pengambilan gambar/foto. Pembuatan herbarium bertujuan untuk memperoleh spesimen kering guna identifikasi dan pengembangan pengetahuan mengenai suatu spesies tumbuhan. Untuk itu pembuatan herbarium ini dilakukan hanya untuk spesies yang belum diketahui namanya. Pembuatan herbarium melalui beberapa tahapan, diantaranya :

1. Mengambil contoh herbarium yang terdiri dari ranting lengkap dengan daunnya, serta bunga dan buah jika ada dengan menggunakan gunting daun, dipotong dengan panjang ± 40 cm.

2. Contoh herbarium yang telah diambil tersebut dimasukan ke kertas koran dengan memberikan etiket yang berukuran (3x5) cm. Etiket berisi

keterangan tentang nomor spesies, nama lokal, lokasi pengumpulan, dan nama pengumpul/kolektor.

3. Penyusunan herbarium pada sasak yang terbuat dari bambu dan disemprot dengan alkohol 70%, dan kemudian dijemur pada panas matahari.

4. Herbarium yang sudah kering, disimpan untuk diidentifikasi selanjutnya oleh Bapak Ismail staf Herbarium Bogoriense, LIPI Bogor.

3.5 Analisis Data

3.5.1 Klasifikasi responden

Responden diklasifikasikan berdasarkan kelas umur, jenis kelamin, pendidikan dan mata pencaharian. Klasifikasi kelas umur dikelompokan menjadi empat kelompok yaitu, kelas umur 20-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun dan ˃50 tahun.

3.5.2 Pengklasifikasian kelompok tumbuhan

Tabel 2 Klasifikasi kelompok tumbuhan berdasarkan kegunaanya

No Jenis Kegunaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Tumbuhan penghasil pangan Tumbuhan penghasil obat

Tumbuhan penghasil pakan ternak Tumbuhan penghasil bahan bangunan Tumbuhan penghasil kayu bakar Tumbuhan hias

Tumbuhan untuk upacara adat

Sumber : Purwanto dan Waluyo (1992) diacu dalam Kartikawati (2004).

3.5.3 Persentase bagian dan habitus tumbuhan yang digunakan

Perhitungan persentase bagian yang dimanfaatkan (batang, daun, akar, buah, kulit, kayu, bunga) dilakukan pada tumbuhan yang dimanfaatkan, dan dihitung persentase tingkat habitusnya (pohon, semak, liana, perdu, efipit, herba, dsb.). Penentuan persentase tersebut adalah berikut :

Persentase bagian tertentu yang digunakan =

x100%

Persentase habitus tertentu yang digunakan =

x100%

3.5.4 Persentase tipe habitat

Persentase tipe habitat tumbuhan dihitung berdasarkan jumlah spesies yang dimanfaatkan dari berbagai tipe habitat (hutan, kebun, ladang, pekarangan, dll). Penentuan presentase tersebut sebagai berikut :

Presentase tipe habitat tertentu =

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak, Luas dan Batas Kawasan Resort Ranu Pane

Resort Ranu Pane termasuk ke dalam Seksi Pengelolaan TNBTS (SPTN) wilayah III Senduro yang memilki luas 5.212,050 ha. Resort Ranu Pane merupakan Resort yang terletak di Desa Ranu Pane. Desa Ranu Pane merupakan wilayah enclave TNBTS yang terletak pada ketinggian 2200 m dpl. Desa Ranu Pane diusahakan menjadi desa pada tanggal 19 Desember 2005 oleh pemerintah Kabupaten Lumajang dan termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Senduro. Desa Ranu Pane memilki luas 300 ha yang terbagi menjadi dua dukuh yaitu, Mbedog asu dan Besaran. Batas utara Resort Ranu Pane adalah Resort Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Tengger Laut Pasir, sebelah selatan berbatasan dengan RPTN Darungan, sebelah selatan berbatasan dengan RPTN Patok Picis, RPTN Kunci, RPTN Taman Satriyan dan sebelah timur berbatasan dengan RPTN Seroja, RPTN Candipuro (BBTNBTS 2010).

4.2 Aksesibilitas

Resort Ranu Pane SPTN III Wilayah Senduro dapat dicapai melalui dua jalur yaitu dari arah Lumajang melalui Senduro (±50 Km) dan dari arah Tumpang - Malang (±53 Km). Perjalan dari kedua arah tersebut melalui jalan aspal yang dapat dilalui dengan menggunakan mobil atau motor. Perjalan dari arah Tumpang-Malang dapat ditempuh dalam waktu 1-1,5 jam perjalan dengan menggunakan mobil dengan kondisi jalan aspal-berbatu dan hanya dapat dilalui oleh satu mobil serta terdapat jurang di bagian kiri atau kanan jalan.

4.3 Kondisi Fisik

Dokumen terkait