• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Tunjangan Profesi

Pengakuan kedudukan guru sebagai pendidik profesional seyogyanya dapat dibuktikan secara objektif. Tuntutan profesionalitas guru harus disertai dengan pemenuhan kebutuhan hak guru atas kesejahteraan atau penghasilan yag layak. Salah satu hak guru yang dimaksud adalah hak atas tunjangan profesi guru.

Salah satu bentuk peningkatan kesejahteraan guru adalah berupa tunjangan profesi yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok bagi guru yang memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya.

I. Tunjangan Profesi Bagi Guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) a. Pengertian Tunjangan Profesi Guru

Adapun Pengertian Tunjangan Profesi adalah tunjangan yang diberikan kepada guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas yang telah memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya. Guru dimaksud adalah guru PNS dan guru bukan PNS yang diangkat oleh pemerintah, pemerintah daerah atau yayasan / masyarakat penyelenggara pendidikan baik yang mengajar di sekolah negeri maupun sekolah swasta. Tunjangan Profesi dibayarkan paling banyak 12 bulan dalam satu tahun berdasarkan prinsip prestasi.

Tunjangan Profesi bagi guru PNS Daerah adalah tunjangan yang diberikan kepada guru PNS yang mengajar di Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan guru PNS yang diangkat dalam jabatan pengawas.

Tujangan Profesi bagi guru meliputi kegiatan sebagai berikut : 1. Ruang Lingkup

commit to user

Ruang lingkup petunjuk pembayaran tunjangan profesi bagi guru PNS Daerah melalui mekanisme transfer ke daerah meliputi : a) Mekanisme pengusulan dan pembayaran tunjangan profesi. b) Persyaratan guru penerima tunjangan profesi.

c) Mutasi pembayaran tunjangan profesi. d) Penghentian pembayaran tunjangan profesi. e) Pembatalan pembayaran tunjangan profesi. f) Pengendalian pembayaran tunjangan profesi. g) Mekanisme pengawasan dan pelaporan. h) Sanksi atas pelanggaran ketentuan 2. Sasaran

Adapun sasaran ataupun tujuan petunjuk teknis pengurusan tunjangan profesi guru ini disusun sebagai acuan bagi pihak yang berkepentingan terutama :

a) Kementerian Pendidikan Nasional. b) Kementerian Keuangan.

c) Badan Kepegawaian Daerah.

d) Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten atau Kota.

e) Dinas Pendapatan dan Aset Daerah pada Provinsi, Kabupaten atau Kota.

f) Badan Pengawas Keuangan.

g) Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. h) Badan Pengawas Daerah atau Inspektorat Daerah. i) Satuan Pendidikan.

j) Guru b. Besaran

Tunjangan Profesi bagi guru PNS Daerah adalah setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok per bulan dipotong pajak penghasilan Pasal 21 dengan tarif 15 % bersifat final sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang - Undangan di bidang perpajakan.

commit to user

Anggaran Tunjangan Profesi bagi guru PNS Daerah

bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang ditransfer ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) melalui mekanisme Transfer ke Daerah.

Pada tahun 2007 tunjangan profesi telah disalurkan dari pusat langsung ke rekening masing-masing guru penerima. Sedangkan pada tahun 2008 dan 2009, tunjangan profesi disalurkan melalui dana dekonsentrasi di masing-masing Dinas Pendidikan Provinsi.

Mulai tahun 2010 tunjangan profesi bagi sebagian guru Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) dibayarkan melalui mekanisme transfer ke daerah di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten atau Kota masing-masing.

Sedangkan tunjangan profesi guru bukan PNS dan sebagian guru PNS masih tetap disalurkan melalui dana dekonsentrasi di Dinas Pendidikan Provinsi masing-masing.

d. Latar belakang diadakannya progran Tunjangan Profesi Guru adalah : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 2 mengamanatkan bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal. Sebagai pendidik profesional diwajibkan memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

e. Landasan Hukum Tunjangan Profesi Bagi Guru PNS Daerah :

Adapun landasan hukum tunjangan profesi bagi guru PNS Daerah adalah sebagai berikut :

1. Undang-undang No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian.

2. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

commit to user

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah.

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. 5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Kewenangan Pusat dan Daerah.

7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan.

8. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan.

9. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.

10.Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Profesi Guru dan Dosen serta Tunjangan kehormatan Guru Besar. 11.Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2009 tentang Kenaikan Gaji

Pokok Pegawai Negeri Sipil.

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi pendidik bagi guru, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.

Dalam Undang-Undang yang sama Pasal 16 ayat (2) disebutkan bahwa guru yang telah memiliki sertikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya berhak mendapatkan tunjangan profesi yang besarnya setara satu kali gaji pokok, dan dalam ayat (3) menyatakan tunjangan profesi sebagaimana dimaksud dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

commit to user

Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan Pasal 17 menjelaskan bahwa tanggung jawab pemerintah terhadap pendanaan biaya personalia Pegawai Negeri Sipil (PNS) di sektor pendidikan di antaranya adalah biaya personalia satuan pendidikan, baik formal maupun nonformal. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut disebutkan bahwa salah satu biaya personalia satuan pendidikan adalah tunjangan profesi.

Pelaksanaan pembayaran tunjangan profesi bagi guru PNS harus memperhatikan data kepegawaian guru yang bersangkutan, karena terkait dengan perubahan besaran gaji pokok dan status kepegawaiannya.

Pemerintah mengambil kebijakan mulai tahun 2010, bahwa anggaran tunjangan profesi bagi guru PNS dibebankan pada dana APBD Kabupaten atau Kota yang bersumber dari dana transfer pusat ke daerah. Untuk kelancaran pembayaran tunjangan profesi bagi guru Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) sesuai dengan Ketentuan Perundangan perlu disusun Petunjuk Teknis Pembayaran Tunjangan Profesi Bagi Guru PNS Daerah Melalui Mekanisme Transfer ke Daerah.

II. Tunjangan Profesi Bagi Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil (GBPNS) Mengingat kebijakan sertifikat pendidik berlaku bagi semua guru, maka untuk memberikan tunjangan profesi kepada Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil (GBPNS) yang telah memenuhi kualifikasi akademik dan memiliki sertifikat pendidik, perlu dilakukan inpassing (proses penyetoran kepangkatan GBPNS dengan kepangkatan Giri PNS) penetapan jabatan fungsional dan angka kreditnya bagi guru yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan / atau satuian pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat atau GBPNS. Atas dasar itu ditetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permen Diknas) Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2007 tentang Penetapan Inpassing Jabatan Fungsional GBPNS dan Angka Kreditnya yang dijadikan acuan untuk menetapkan Jabatan Fungsional GBPNS dan Angka Kreditnya.

commit to user

a. Dasar dan Tatacara Penetapan

1. Inpassing Jabatan Fungsional GBPNS dan Angka Kreditnya ditetapkan berdasarkan dua hal, yaitu :

a) Kualifikasi akademik. b) Masa kerja.

2. Inpassing Jabatan Fungsional GBPNS dan Angka Kreditnya dilakukan menggunakan tata cara sebagai berikut :

a) Meneliti kelengkapan persyaratan penetapan Inpassing GBPNS dan Angka Kreditnya.

b) Menghitung masa kerja GBPNS yang bersangkutan, terhitung sejak diangkat sejak menjadi guru tetap pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan yayasan atau masyarakat penyelenggara pendidikan.

c) Masa Kerja GBPNS diperhitungkan dengan satuan tahun

penuh. Misalnya GBPNS dengan masa kerja 10 tahun 11 bulan dihitung 10 tahun.

d) Kelebihan masa kerja 11 bulan diperhitungkan untuk

kesetaraan kenaikan gaji berlaku berikutnya.

e) Berdasarkan kualifikasi akademik dan masa kerja guru yang bersangkutan.ditetapkan jenjang jabatan fungsional guru tersebut dengan menggunakan tabel konversi.

b. Pejabat yang Berwenang Menetapkan

1. Pejabat yang berwewenang menetapkan Inpassing Jabatan Fungsional GBPNS DAN Angka Kreditnya disesuaikan dengan jenjang kepangkatan guru yang bersangkutan. Yaitu sebagai berikut :

a) Menteri Pendidikan Nasional berwenang menetapkan

Jabatan Fungsional GBPNS dan Angka Kreditnya pada jenjang Guru Pembina.

commit to user

b) Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Pendidikan Nasional berwenang menetapkan Jabatan Fungsional GBPNS dan Angka Kreditnya pada jenjang Guru Dewasa Tk. I.

c) Kepala Biro Kepegawaian atas nama Menteri Pendidikan Nasional berwenang menetapkan Jabatan Fungsional GBPNS dan Angka Kreditnya pada jenjang Guru Dewasa.

d) Kepala Bagian atau Kepala Sub Bagian pada Biro

Kepegawaian Departemen Pendidikan Nasional atas nama Menteri Pendidikan Nasional berwenang menetapkan Jabatan Fungsional GBPNS pada jenjang Guru Pratama sampai dengan Guru Madya.

2. Keputusan Inpassing Jabatan Fungsional GBPNS dan Angka Kreditnya dibuat dengan menggunakan format pada lampiran. c. Lain-lain

1. Penetapan Inpassing Jabatan Fungsional GBPNS dan Angka Kreditnya mulai berlaku terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2007 sampai dengan 1 Oktober 2010.

2. GBPNS yang telah ditetapkan Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya, bilaman yang bersangkutan diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, maka Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya yang telah dimiliki tidak dapat diguakan dalam pengangkatan pertama sebagai Guru Pegawai Negeri Sipil.

Dokumen terkait