• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

2. Tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi) Guru Pendidikan Agama

a. Tugas Pokok Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

Tugas guru agama tidak hanya melaksanakan pendidikan agama dengan baik, akan tetapi guru agama juga harus bisa memperbaiki pendidikan agama yang terlanjur salah diterima oleh anak didik, baik dalam keluarga, maupun masyarakat.7

Guru adalah figur seorang pemimpin yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik, ia juga mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Guru bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan Negara.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, tugas guru antara lain adalah sebagai berikut:

1) Tugas guru sebagai suatu profesi yaitu menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2) Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. 3) Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik.

4) Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan keterampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik.

5) Tugas guru sebagai kemanusiaan berarti guru harus menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik.8 Menurut Daoed Yoesoef, bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas professional, manusiawi dan kemasyarakatan (civic mission). Berikut penjelasannya:

1) Tugas profesional seorang guru yaitu meneruskan atau mentranmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui anak.

2) Tugas manusiawi adalah tugas membantu anak didik agar dapat mememuhi tugas-tugas utama agar kelak bermanfaat sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri dan pengertian tentang diri sendiri.

3) Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga Negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa yang telah digariskan bangsa dan Negara lewat UUD 1945 dan GBHN.9

Roestiyah N.K, sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah menjelaskan bahwa tugas seorang guru adalah:

1) Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman. 2) Membentuk keperibadian anak yang harmonis, sesuai

cita-cita dan dasra Negara kita yaitu Pancasila.

3) Menyiapkan anak menjadi warga Negara yang baik sesuai undang-undang pendidikan yang merupkan keputusan MPR No. II Tahun 1983.

8Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., h. 37.

9Iif Khoiru Ahmadi, dkk., Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), cet. 1, h. 126.

4) Sebagai perantara dalam belajar.

5) Guru sebagai pembimbing untuk membawa anak didik kearah kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak menurut sekehendaknya.

6) Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. 7) Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam

segala hal, tata tertib dapat berjalan bila guru dapat menjalaninya lebih dahulu.

8) Guru sebagai administrator dan manajer. 9) Guru sebagai suatu profesi.

10)Guru sebagai perencana kurikulum. 11)Guru sebagai pemimpin.

12)Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.10

Menurut Zakiyah Darajat, Dkk, tugas guru antara lain sebagai berikut:

1) Guru sebagai Pengajar

Sebagai pengajar, guru bertugas membina perkembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan. 2) Guru sebagai pembimbing

Sebagai pembimbing, guru dapat memberikan dorongan dan menyalurkan semangat menggiring mereka, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari ketergantungannya kepada orang lain dengan tenaganya sendiri.

3) Guru sebagai Administrator

Guru bertugas sebagai administrator, bukan berarti sebagai pegawai kantor, melainkan pengelola kelas atau pengelola interaksi belajar mengajar.11

Menurut Zuhairini, dkk, tugas guru agama adalah: 1) Mengajarkan ilmu pengetahuan agama Islam. 2) Menanamkan keimanan dalam jiwa anak.

10 Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., h. 38-39.

11Zakiyah Darajat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. 1, h. 265-267.

3) Mendidik anak agar taat menjalankan agama dan mendidik anak agar berbudi pekerti mulia.12

Menurut Abu Ahmadi, tugas professional guru agama adalah : 1) Guru agama harus dapat menetapkan dan merumuskan

tujuan-tujuan instruksional dan target yang hendak dicapai. 2) Guru agama harus memiliki pengetahuan agama yang

cukup mengenai berbagai metode mengajar dan dapat mempergunakan setiap metode dalam situasi yang sesuai. 3) Guru agama harus dapat memilih bahan dan

mempergunakan alat-alat pembantu dan menciptakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak didik dalam pengalaman kaiiyah pelajaran agama tersebut.

4) Guru agama harus dapat menetapkan cara-cara penilaian setiap hasil pekerjaan, sesuai dengan target dan situasi khusus.13

Menurut Tim Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, dengan bukunya yang berjudul Pengantar Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam bahwa guru memiliki tugas sebagai berikut:

1) Tugas pengajaran atau guru sebagai pengajar

Sebagai pengajar guru bertugas membina perkembangan pengetahuan sikap dan keterampilan. Kemungkinan besar selama proses belajar mengajar hanya tercapai perkembangan di bagian minat.

2) Tugas bimbingan atau guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan

Keduanya sering dilakukan oleh guru yang ingin mendidik dan yang bersikap mengasihi dan mencintai murid. Sebagai pembimbing guru harus memberikan dorongan dan menyalurkan semangat, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari ketergantungannya kepada orang lain dengan tenaganya sendiri. Bagi guru agama pemberian bimbingan itu meliputi bimbingan belajar

12Zuhairi dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama dilengkapi Dengan Sistem Modul dan Permainan Simulasi, (Surabaya: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1981), h. 35. 13Abu Ahmadi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Bandung: CV. Amrico, 1986), h.100.

dan bimbingan perkembangan sikap keagamaan dan kedisiplinan.14

3) Tugas administrasi

Maksudnya bukan berarti sebagai pegawai kantor, melainkan sebagai pengelola kelas atau pengelola interaksi belajar mengajar. Sekurang-kurangnya yang harus dipelihara oleh gru secara terus menerus dalam tugas administrasi ialah: suasana keagamaan, kerja sama, rasa persatuan,dan perasaan puas pada murid terhadap pelajaran dan kelasnya. Dengan terjadinya pengelolaan yang baik, maka guru akan lebih mudah mepengaruhi murid di kelasnya dalam rangka pendidikan dan pengajaran Agama Islam khususnya.15 Dari beberapa penjelasan para tokoh diatas, dapat disimpulkan bahwa tugas guru agama sangatlah kompleks dan beraneka ragam, tidak terbatas hanya sekedar menyampaikan pelajaran saja tetapi lebih dari itu tugas guru agama juga sebagai pembimbing, pengawas, orangtua kedua bagi peserta didiknya, dan sebagai administrator. Maka dari itu guru agama dituntut untuk berkompeten dalam melaksanakan tugas-tugasnya dalam hal membina peserta didik kearah budi pekerti yang lebih baik lagi.

b. Fungsi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

Menurut Tim Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, dalam bukunya yang berjudul Pengantar Metodik Khusus

Pengajaran Agama Islam bahwa :

Pekerjaan guru agama adalah luas, yaitu untuk membina seluruh kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari murid-murid sesuia dengan ajaran Islam. Hal ini berarti sikap dan kepribadian tidak terbatas pelaksanaannya melalui pembinaan di dalam kelas saja. Dengan kata lain tugas dan fungsi guru dalam membina murid tidak terbatas pada interaksi belajar mengajar saja. Fungsi sentral guru adalah mendidik (fungsi educational). Fungsi sentral ini berjalan sejajar dengan atau dalam melakukan kegiatan mengajar

14Tim Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Pengantar Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: DIP Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN), Cet. 2, h. 209.

(fungsi instruksional) dan kegiatan bimbingan, bahkan dalam setiap tingkah polanya dalam berhadapan dengan murid (interaksi edukatif) senantiasa terkandung fungsi mendidik.Dalam pada itupun guru harus mencatat dan melaporkan pekerjaannya itu kepada berbagai pihak yang berkepentingan atau sebagai bahan yang dapat digunakannya sendiri untuk meningkatkan efektifitas pekerjaannya (sebagai umpan balik).Yang terakhir dikenal sebagai fungsi administrasi (fungsi managerial).16

Pada proses pelaksanaan pendidikan di sekolah guru mempunyai beberapa peranan atau fungsi yang utama dalam membimbing anak didik agar mencapai tujuan yang diharapkan. Diantara fungsi utama seorang guru adalah sebagai berikut:

1) Guru sebagai Demonstrator

Guru hendaknya menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menetukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

2) Guru sebagai pengelola kelas

Guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisir. Lingkungan diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belaar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan.

3) Guru sebagai mediator dan fasilitator

Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.

4) Guru sebagai evaluator

Guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik, kegiatan ini bermaksud untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belim, dan apaka materi yang dijarkan sudah cukup tepat.17

Menurut Sardiman, fungsi guru adalah sebagai berikut: 1) Guru sebagai informatory

Guru sebagai pelaksana caramengajar informative, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.

2) Guru sebagai organisator

Pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain.Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektifitas dan efesiensi dalam belajar pada diri siswa. 3) Guru sebagai motivator

Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siwa, menumbuhkan swadaya (aktivitas), dan dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.

4) Guru sebagai pengarah

Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuia dengan tujuan yang dicita-citakan. 5) Guru sebagai Inisiator

Sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. 6) Guru sebagai transmitter

17Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesinal, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009), Cet. 23, h. 4.

Guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.

7) Guru sebagai fasilitator 8) Guru sebagai mediator 9) Guru sebagai evaluator.18

Gagne menjelaskan bahwa setiap guru memiliki fungsi sebagai berikut:

1) Guru sebagai Designer of Instruction (perancang pengajaran). Fungsi ini menghendaki guru untuk senantiasa mampu dan siap merancang kegiatan belajar-mengajar yang berhasil.

2) Guru sebagai Manager of Intruction (pengelola pengajaran). Fungsi ini menghendaki kemampuan guru dalam mengelola (menyelenggarakan dan mengendalikan) seluruh tahapan proses mengajar-belajar. Di antara kegiatan-kegiatan pengelolaan proses mengajar-belajar yang terpenting ialah menciptakan kondisi dan situasi sebaik-baiknya, sehingga memungkinkan para siswa belajar secara berdayaguna dan berhasilguna.

3) Guru sebagai Evaluator of Student Learning (penilai hasil bejara siswa). Fungsi ini mengehendaki guru untuk senantiasa mengikuti perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar atau kinerja akademik siswa dalam setiap kurun waktu pemebelajaran.19

Jadi dari beberapa pernyataan para tokoh diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa guru tidak hanya memiliki tugas yang sangat kompleks tetapi juga memiliki fungsi yang

18 Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 125.

19 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 250.

cukup banyak.tugas dan fungsi guru dalam membina murid tidak terbatas pada interaksi belajar mengajar saja.Fungsi sentral guru adalah mendidik.Demonstrator, pengelola kelas, evaluator.

3. Pengertian Dasar Kedisiplinan Guru PAI

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disiplin diartikan sebagai berikut:

a. Tata tertib (di sekolah, di kantor, kemiliteran, dan sebagainya).

b. Ketaatan (kepatuhan) pada peraturan tata tertib.

c. Bidang studi yang memiliki objek dan system tertentu.20 Disiplin adalah ketaatan seseorang secara sadar dan ikhlas terhadap setiap perintah, peraturan, dan keharusan-keharusan yang berlaku.21

Menurut Masykur Arif Rahman dalam bukunya yang berjudul Kesalahan-kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajardijelaskan bahwa, “Istilah disiplin berasal dari bahasa Inggris yaitu Discipline yang mengandung beberapa arti diantaranya adalah “pengendalian diri, membentuk karakter yang bermoral, memperbaiki dengan sanksi serta kumpulan beberapa tata tertib untuk mengatur tingkah laku”.22

Istilah “disiplin” mengandung banyak arti. Yaitu sebagai berikut : a. Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan,

dorongan, atau kepentingan demi suatu cita-cita atau untuk mencapai tindakan yang lebih efeltif dan dapat diandalkan.

20 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), edisi 4, Cet. 1, h. 333.

21 Komando Nasional Resimen Mahasiswa Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Disiplin Resimen Mahasiswa Indonesia, (Jakarta: Konas Menwa 2007), h. 9.

22 Masykur Arif Rahman, Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru Dalam Kegiatan Belajar Mengajar, (Jogjakarta: Diva Press, 2011), h. 65.

b. Pencarian cara-cara bertindak yang terpilih dengan gigih, aktif, dan diarahkan sendiri, sekalipun menghadapi rintangan atau gangguan.23

Disiplin merupakan berisi moral yang mengatur tata kehidupan, Pengembangan ego dengan segala masalah intrinsik yang mengharuskan orang untuk menentukan pilihan, Pertumbuhan kekuatan untuk memberi jawaban terhadap setiap aturan yang disampaikan. Penerimaan otoritas ekternal yang membantu seseorang untuk membentuk kemampuan dan keterbatasan hidup.24

Kemampuan atau kekuatan yang ada pada setiap individu sangat diperlukan sebagai suatu cara untuk memahami ciri utama dari disiplin.Disiplin diri yang baik dalam tingkatan lingkup seperti ini terletak pada kemampuan diri untuk mengontrol prilaku seseorang melalui pemahaman orang lain. Belajar memahami diri sendiri dalam diri orang lain.

Definisi-definisi diatas menyarankan adanya dua pengertian pokok tentang disiplin. Pengertian pertama adalah proses atau hasil pengembangan karakter, pengendalian diri, keadaan teratur dan efisiensi. Ini adalah jenis disiplin yang sering disebut “disiplin positif” atau “disiplin konstruktif”. Pengertian yang kedua meliputi

penggunaan hukuman atau ancaman hukuman untuk membuat orang-orang mematuhi perintah dan mengikuti peraturan dan hukum. Jenis disiplin ini telah diberi macam-macam nama : “disiplin negatif”, “disiplin otoriter”, “disiplin menghukum” atau “menguasai melalui rasa takut”.

Dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku

23 Oteng Sutisna. Ibid., h. 110.

24 Piet A. Sahertian. Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah, Surabaya: (Usaha Nsional, 1994), Cet. 1, h. 123-124.

yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. “Kedisiplinan hakikatnya adalah sekumpulan tingkah laku individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan“.25

4. Tujuan Kedisiplinan Guru PAI

a. Untuk pengendalian diri

Orang yang disiplin adalah orang yang mampu mengendalikan diri, menguasai diri, ataupun membentuk tingkah laku yang sesuai dengan sesuatu yang sudah ditetapkan, baik ditetapkan oleh diri sendiri manapun orang lain. Pengendalian diri dilakukan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik. Orang yang butuh pengendalian dirinya tidak mampu mengendalikan diri sendiri tanpa ada kendali dari luar sehingga pengandalian diri dari luar dibutuhkan agar menjadi orang yang disiplin.

b. Untuk membentuk karakter yang bermoral

Pembentukan tingkah laku atau karakter yang sesuai dengan yang diharapkan dapat menggunakan kedisiplinan. Dalam artian, orang akan terbiasa melakukan sesuatu yang baik jika ia mendisiplinkan diri untuk berbuat sesuatu yang baik. Sebaliknya, orang akan sering kali melanggar apabila ia terbiasa melanggar sesuatu.

c. Memperbaiki dengan sanksi

Pada umumnya, orang yang berusaha untuk menjadi diri yang disiplin akan menerapkan sangsi jika melanggar sesuatu yagn sudah menjadi komitmen. Adanya sangsi akan membuat seorang berusaha untuk tetap berada digaris komando kedisplinan

d. Kumpulan tata tertib untuk mengatur tingkah laku

Orang yang disipin dapat dipastikan memiliki sekumpulan tata tertib sebagai pedoman dalam bertindak. Tata tertib ini juga menjadi dasar dari segala sesuatu yang akan dilakukan, baik dari segi ucapan, tingkah laku, tempat, dan waktu. Orang yang melakukan sesuatu sesuai dengan tata tertib yang sudah ditetapkan, berarti ia dikatakan sebagai orang yang disiplin.26

5. Ruang Lingkup Kedisiplinan Guru PAI

Menurut Nuraida dan Rahlah Nuraulia dalam bukunya

Character Building untuk Guru menjelaskan bahwa :

Disiplin diri mencakup sikap konsisten berjuang mencapai target yang sudah ditetapkan, mendahulukan yang utama dan mendesak tanpa mengabaikan kebutuhan-kebutuhan lain yang juga penting, dan tidak menghalalkan segala cara untuk memenuhi keinginan. Artinya dalam memenuhi kebutuhan dan harapan-harapan, tetap dituntut menghormati aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku.27

Berkaitan dengan kedisiplinan, seorang guru yang menjadi panutan bagi para muridnya, maka hal ini mencakup pada disiplin waktu, disiplin mengajar, disiplin mengarahkan, disiplin dalam berbusana dan bertutur kata, mendidik dan membina siswa.Serta patuh dan taat pada lembaga dan pemerintah.

Hubungan dua arah antara guru dan anak didik dengan sejumlah norma sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan pendidikan merupakan kegiatan interaksi edukatif. Disiplin merupakan salah satu norma yang sangat penting yang harus diperhatikan oleh setiap guru untuk mencapai tujuan pendidikan. Disiplin dalam interaksi edukatif diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur menurtu ketentuan yang sudah ditaati dengan sadar oleh pihak guru maupun

26 Masykur Arif Rahman,op.,cit., h. 64-65.

27 Nuraida dan Rahlah Nuraulia, Character Building untuk Guru, (Jakarta: Aulia Publishing House 2007), Cet. 1, h. 120.

pihak anak didik. Mekanisme konkrit dari ketaatan pada ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi, langkah-langkah yang sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan.Penyimpangan prosedur berarti suatu indikator pelanggaran disiplin.28

Dalam penelitian ini penulis membatasi disiplin pada disiplin diri/pribadi dan disiplin administrasi.

a. Disiplin diri

Disiplin diri yang dimaksud adalah disiplin yang sesuia dengan kode etik guru Indonesia yaitu seorang guru yang berjiwa Pancasila serta taan dan patuh kepda Undang-undang Dasar 1945 dan melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan pendidikan. Prinsip profesionalitas yaitu guru melaksanakan tugasnya secara professional yang juga diatur dalam peraturan pendidikan.Dan karakteristik guru Agama Islam yaitu guru yang taat kepada Allah dan Rasul serta bertingkah laku dengan budi pekerti dan akhlak yang baik.

b. Disiplin Administrasi Pendidikan

Guru sebagai partisipan administrasi pendidikan, yang dimaksud disiplin guru dalam administrasi pendidikan adalah ikut sertanya guru dalam keaktifan menyiapakan situasi lingkungan pendidikan.29 Sebagai pembuat system dan termasuk pelaksana system pendidikan dan pengajaran guru harus memperhatikan beberapa komponen yang meliputi: Tujuan pembelajaran yaitu menanamkan sujumlah norma kepada peserta didik. Bahan pelajaran yaitu guru mempersiapkan bahan pelajaran. Kegiatan belajar mengajar yaitu proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Metode yaitu cara yang

28 Syaiful Bahri Djamarah, op.,cit., h.16

29 Yusak Burhanudin, Administrasi Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), Cet. 1, h. 131.

digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Alat yaitu segala sesuatu yang digunakan untuk menunjang proses belajar mengajar. Sumber pelajaran yaitu segala sesuatu yang digunakan sebagai bahan ajar. Dan evaluasi yaitu kegiatan yang digunakan untuk mendapatkan data tentang keberhasilan proses belajara mengajar.

Kedisiplinan diri seorang guru dan professional dalam menjalankan administrasi pendididkan diharapkan menjadi contoh prilaku bagi peserta didik. Serta dengan memegang teguh prinsip professionalitas akan tercapainya tujuan pendidikan.

Dokumen terkait