• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Tutupan Lahan

Berdasarkan hasil peta rawan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Toba Samosir, dapat dihitung nilai rawan kebakaran hutan dan lahan berdasarkan tutupan lahannya. Luasan masing-masing kelas rawannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 16. Nilai Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan Berdasarkan Jenis Tutupan Lahan Menurut Luasan

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa luas daerah potensi rawan kebakaran hutan dan lahan yang paling besar terjadi pada tutupan lahan semak belukar yaitu seluas 17.853,11Ha (kelas rawan tinggi). Hal ini berarti menyatakan bahwa sumber bahan bakar terbesar yang menjadi penyebab kebakaran hutan dan lahan berasal dari semak belukar. Serasah dedaunan yang jatuh ke tanah, kemudian mengering merupakan sumber bahan bakar yang potensial untuk dapat menyebabkan kebakaran hutan dan lahan di kabupaten ini. Selain itu dapat juga kita lihat luas daerah potensi rawan kebakaran hutan dan lahan yang berikutnya

Tutupan Lahan

Luas Kebakaran Hutan dan Lahan

Berdasarkan Kelas Rawan Kebakaran (Ha) Luas

Total (Ha) Luas Total (%) Sangat Rendah Rendah Sedang/ Menengah Tinggi Hutan Lahan Kering Sekunder − 34.729,74 20.236,32 9.178,18 64.144,24 27,37 Hutan Tanaman − 6.525,00 3.434,81 69,77 10.029,58 4,28 Lahan Terbuka 4.433,75 − 9,72 − 4.443,47 1,90 Pemukiman − − 497,59 − 497,59 0,21 Perkebunan − 193,70 88,15 − 281,84 0,12 Pertanian Lahan Kering − 2.723,19 76.167,72 480,78 79.371,69 33,86 Sawah 12.861,16 − 133,80 − 12.994,96 5,54 Semak Belukar − 449,61 30.735,07 17.853,11 49.037,80 20,92 Tubuh Air − 13.593,87 − − 13.593,87 5,80

terjadi pada tutupan lahan hutan lahan kering sekunder yaitu seluas 9.178,18Ha (kelas rawan tinggi). Hutan lahan kering sekunder juga merupakan sumber bahan bakar yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran. Selain hutan lahan kering sekunder, pertanian lahan kering juga merupakan sumber bahan bakar yang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan sehinggga luas kebakarannya juga besar. Pertanian lahan kering juga berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas 480,78 Ha (kelas rawan tinggi). Pertanian lahan kering banyak ditemukan di Kecamatan Ajibata, Lumban Julu, Habinsaran, Borbor, Nassau, Uluan dan Pintu Pohan Meranti. Oleh karena itu, daerah potensi rawan kebakaran hutan dan lahan banyak ditemukan di kecamatan tersebut.

Berdasarkan kondisi di lapangan, tutupan vegetasi di hutan lahan kering sekunder didominasi oleh pinus (Pinus merkusii). Daun pinus yang berguguran jatuh ke tanah hingga mengering. Pada saat serasah tersebut kering, ia akan menjadi bahan bakar yang sangat berpotensi untuk memicu terjadinya kebakaran karena serasah pinus tersebut mengandung resin yang tinggi dan serasah pinus yang telah mengering memiliki kadar air yang rendah sehingga akan mudah terbakar.

Selain pinus, tutupan vegetasi di daerah ini juga tutupi oleh semak belukar yang cukup luas. Semak belukar ini banyak di jumpai di kecamatan Pintu Pohan Meranti, Borbor, Habinsaran, dan Nassau. Semak belukar juga dapat menjadi bahan bakar yang cukup berpotensi untuk menyebabkan terjadinya kebakaran apalagi bila semak belukar tersebut terdiri dari pohon atau anakan yang telah mati dan mengering. Hal ini sesuai dengan literatur Saharjo (2003) yang menyatakan

bahwa serasah dan lapisan humus yang belum hancur merupakan lapisan bahan organik yang sudah mati terdiri dari daun-daun, cabang-cabang pohon yang mati. Serasah mudah dikeringkan oleh udara sehingga mudah terbakar.

2. Topografi

Berdasarkan hasil overlay (tumpang susun) semua peta yang menjadi parameter dalam penentuan peta rawan kebakaran hutan dan lahan ini, maka dapat diketahui nilai rawan kebakaran hutan dan lahan di kabupaten Toba Samosir berdasarkan ketinggian tempat (elevasi). Luas masing-masing daerah rawan dapat dilihat pada tabel 17 di bawah ini.

Tabel 17. Nilai Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan Berdasarkan Elevasi Menurut Luasan

Elevasi (mdpl)

Luas Kebakaran Hutan dan Lahan

Berdasarkan Kelas Rawan Kebakaran (Ha) Luas

Total (Ha) Luas Total (%) Sangat Rendah Rendah Sedang/ Menengah Tinggi > 40 – 90 − − 53,93 − 53,93 0,02 > 90 - 130 − − 537,36 − 537,36 0,23 > 130 - 220 3,21 990,52 3.021,08 − 4.014,80 1,71 > 220 - 500 85,68 5.988,16 14.291,03 14.388,24 34.753,11 14,83 > 500 30.799,88 37.642,56 113.399,78 13.193,61 195.035,83 83,21

Luas Total (Ha) 30.888,77 44.621,23 131.303,18 27.581,85 234.395,03 100,00

Berdasarkan tabel 17 di atas dapat dilihat bahwa daerah rawan kebakaran hutan dan lahan yang paling luas terjadi pada ketinggian tempat >220-500 mdpl yaitu seluas 14.388,24Ha (kelas rawan tinggi) yang terjadi di beberapa kecamatan di Kabupaten Toba Samosir yaitu Pintu Pohan Meranti, Habinsaran dan Nassau. Kemudian luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan yang terluas kedua yaitu berada pada ketinggian >500 mdpl dengan luas 13.193,61Ha (kelas rawan tinggi) yang terjadi hampir diseluruh kecamatan di Toba Samosir. Sementara itu, pada ketinggian >40-90 mdpl luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi seluas 53,93 Ha (kelas rawan sedang) yaitu pada sebahagian kecil daerah

di Kecamatan Pintu Pohan Meranti dan Nassau. Hal ini dikarenakan pada ketinggian tempat >500 mdpl dan >220-500 mdpl memiliki faktor kebakaran hutan dan lahan yang lebih berpotensi dibandingkan faktor kebakaran hutan dan lahan (tutupan lahannya semak belukar, hutan lahan kering sekunder, perkebunan dan curah hujannya rendah) yang terdapat pada ketinggian >40-90 mdpl dan >90- 130 mdpl. Hal itu terjadi karena tidak hanya satu faktor yang dapat menyebabkan kebakaran hutan dan lahan.

Pada ketinggian tempat >500 mdpl dan >220-500 mdpl, faktor kebakaran yang berpotensi yaitu tutupan lahan (semak belukar, pertanian lahan kering, hutan lahan kering sekunder), curah hujan rendah, kecepatan angin dan suhu udara pada sebahagian kecamatan tinggi, dan sebahagian daerah tersebut dekat dengan pemukiman, sedangkan pada ketinggian tempat >40-90 mdpl dan >90-130 mdpl, faktor kebakaran yang berpotensi hanya tutupan lahan (semak belukar, pertanian lahan kering, hutan lahan kering sekunder, dan perkebunan), dan curah hujan saja. Sementara faktor lain (jarak pemukiman jauh, kecepatan angin dan suhu udara rendah) tidak berpotensi menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

Jika dilihat hanya berdasarkan faktor elevasi saja maka daerah yang memiliki elevasi >40-90 mdpl dan >90-130 mdpl seharusnya memiliki kerawanan kebakaran hutan dan lahan yang lebih tinggi dibandingkan daerah yang memiliki elevasi >220-500 mdpl dan >500 mdpl. Hal ini sesuai dengan literatur Sumaryono, dkk (2005) yang menyatakan bahwa pada tempat-tempat yang rendah mempunyai potensi yang tinggi untuk mudah terbakar dan tempat yang lebih tinggi akan lebih sulit terbakar. Akan tetapi harus diingat bahwa tidak hanya satu faktor yang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

3. Iklim

Curah Hujan

Berdasarkan hasil pemetaaan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan di kabupaten Toba Samosir dapat diketahui nilai rawan kebakaran hutan dan lahan berdasarkan kondisi curah hujan di Kabupaten Toba Samosir. Hasil masing- masing luasan kelas rawan dapat dilihat pada tabel 18 di bawah ini.

Tabel 18. Nilai Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan Berdasarkan Rata-Rata Curah Hujan Bulanan Tahun 2010 Menurut Luasan

Curah Hujan (mm)

Luas Kebakaran Hutan dan Lahan

Berdasarkan Kelas Rawan Kebakaran (Ha) Luas

Total (Ha) Luas Total (%) Sangat Rendah Rendah Sedang/ Menengah Tinggi 97 – 162 10.011,51 17.009,62 76.541,76 − 103.562,89 44,18 163 – 228 20.877,26 27.611,61 54.761,42 27.581,85 130.832,14 55,82

Luas Total (Ha) 30.888,77 44.621,23 131.303,18 27.581,85 234.395,03 100,00

Berdasarkan data pada tabel 18 di atas maka dapat dilihat bahwa pada rata- rata curah hujan bulanan yang paling rendah di kabupaten Toba Samosir yaitu berkisar antara 97-162 mm, daerah rawan kebakaran kebakaran hutan dan lahan seluas 76.541,76 Ha (kelas rawan sedang). Kebakaran tersebut terjadi di Kecamatan Lumban Julu, Bonatua Lunasi, Porsea, Uluan, Parmaksian, Siantar Narumonda, Silaen, Sigumpar, Laguboti, Habinsaran, Pintu Pohan Meranti dan sebagian kecil di Nassau. Pada rata-rata curah hujan bulanan antara 163-228 mm luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan seluas 27.581,85Ha (kelas rawan tinggi). Kebakaran tersebut terjadi di Kecamatan Ajibata, Lumban Julu, Uluan, Laguboti, Balige, Tampahan, Habinsaran, Borbor dan Nassau.

Berdasarkan literatur, semakin rendah curah hujan maka resiko terjadinya kebakaran akan semakin tinggi, akan tetapi berdasarkan pada tabel diatas, pada rata-rata curah hujan bulanan yang paling tinggi luas daerah rawan kebakaran

hutan dan lahan merupakan luas daerah rawan yang paling besar. Hal itu berarti berbanding terbalik dengan pernyataan diatas. Hal ini diasumsikan bahwa kemungkinan faktor terbesar penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan pada daerah tersebut bukan berdasarkan curah hujan melainkan kondisi tutupan lahan, ketinggian tempat, suhu udara, ataupun kecepatan angin. Karena banyak faktor yang dapat meyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Hal ini juga sesuai dengan keadaan di lapangan bahwa pada stasiun curah hujan di Kecamatan Borbor dengan rata-rata curah hujan bulanan 172 mm termasuk daerah rawan kebakaran hutan dan lahan, karena pada kecamatan tersebut terdapat lokasi bekas kebakaran dan juga titik panas (hotspot). Kondisi tutupan lahan, suhu udara dan kecepatan angin yang tinggi yang menjadi penyebab Kecamatan Borbor ini merupakan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan.

Suhu Udara

Berdasarkan pemetaan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Toba Samosir, dapat dihitung nilai rawan kebakaran hutan dan lahan berdasarkan rata-rata suhu udara bulanan di kabupaten ini. Hasil perhitungan luasnya dapat dilihat pada tabel 19 dibawah ini.

Tabel 19. Nilai Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan Berdasarkan Rata-Rata Suhu Udara Tahun 2010 Menurut Luasan

Suhu Udara (oC)

Luas Kebakaran Hutan dan Lahan

Berdasarkan Kelas Rawan Kebakaran (Ha) Luas

Total (Ha) Luas Total (%) Sangat Rendah Rendah Sedang/ Menengah Tinggi ≥ 21 – 22 30.888,77 44.621,23 131.159,66 − 206.669,67 88,17 > 26 – 27 − − 143,52 27.581,85 27.725,36 11,83

Luas Total (Ha) 30.888,77 44.621,23 131.303,18 27.581,85 234.395,03 100,00

Berdasarkan tabel 19 di atas, luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan pada suhu udara ≥ 21-22 oC yaitu 131.159,66 Ha (kelas rawan sedang) yang

terjadi di seluruh kecamatan di Kabupaten Toba Samosir, akan tetapi pada Kecamatan Nassau dan Borbor hanya sebahagian daerah saja yang memiliki suhu

≥ 21-22oC. Sedangkan pada suhu udara > 26-27oC luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan sebesar 27.581,85 Ha (kelas rawan tinggi). Daerah rawan kebakaran hutan dan lahan pada suhu udara > 26-27oC terdapat di sebahagian daerah di Kecamatan Nassau dan Borbor.

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa daerah yang berpotensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan yaitu daerah yang memiliki suhu udara yang tinggi karena suhu yang tinggi merupakan faktor penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Hal ini sesuai dengan literatur Dirjen PHPA (1994) yang menyatakan bahwa daerah-daerah dengan temperatur tinggi akan menyebabkan percepatan pengeringan bahan bakar dan memudahkan terjadinya kebakaran.

Pada daerah tersebut, faktor yang berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan yaitu tutupan lahan, curah hujan, suhu udara dan kecepatan angin sehingga menyebabkan luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan besar, sedangkan faktor elevasi dan jarak dari pemukiman sangat kecil untuk menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan pada daerah tersebut.

Kecepatan Angin

Berdasarkan pemetaan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Toba Samosir dapat dihitung nilai rawan kebakaran hutan dan lahan berdasarkan faktor kecepatan angin. Nilai masing-masing kelas rawan dapat dilihat pada tabel 20 dibawah ini.

Tabel 20. Nilai Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan Berdasarkan Rata-Rata Kecepatan Angin Tahun 2010 Menurut Luasan

Kecepatan Angin (Knot)

Luas Kebakaran Hutan dan Lahan

Berdasarkan Kelas Rawan Kebakaran (Ha) Luas

Total (Ha) Luas Total (%) Sangat Rendah Rendah Sedang/ Menengah Tinggi > 0 -1 30.888,77 44.621,23 131.159,66 − 206.669,67 88,17 > 4 – 5 − − 143,52 27.581,85 27.725,36 11,83

Luas Total (Ha) 30.888,77 44.621,23 131.303,18 27.581,85 234.395,03 100,00

Berdasarkan tabel 20 di atas, luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan pada kecepatan angin > 0-1 knot yaitu 131.159,66 Ha (kelas rawan sedang) yang terjadi di seluruh kecamatan di Kabupaten Toba Samosir, akan tetapi pada Kecamatan Nassau dan Borbor hanya sebahagian daerah saja yang memiliki kecepatan angin > 0-1 knot. Sedangkan pada kecepatan angin > 4-5 knot luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan sebesar 27.581,85 Ha (kelas rawan tinggi). Daerah rawan kebakaran hutan dan lahan pada kecepatan angin > 4-5 knot terdapat di sebahagian daerah di Kecamatan Nassau dan Borbor.

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa daerah yang berpotensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan yaitu daerah yang memiliki kecepatan angin yang tinggi karena kecepatan angin yang tinggi merupakan faktor penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Hal ini sesuai dengan literatur Suratmo (1994) dalam Darwo yang menyatakan bahwa angin menentukan arah menjalarnya api. Angin juga mempengaruhi kecepatan dan percepatan terjadinya kebakaran. Clar dan Chatten (1954) dalam Darwo (2009) menyatakan bahwa dengan adanya angin maka persediaan oksigen tercukupi dan memberikan tekanan untuk memindahkan panas dan api serta mengeringkan bahan bakar melalui penguapan.

Pada daerah tersebut, faktor yang berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan yaitu tutupan lahan, curah hujan, suhu udara dan kecepatan angin sehingga menyebabkan luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan besar, sedangkan faktor elevasi dan jarak dari pemukiman sangat kecil untuk menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan pada daerah tersebut.

Jarak Pemukiman

Kepadatan penduduk yang semakin tahun semakin meningkat menyebabkan terjadinya pengurangan luas lahan ataupun hutan. Penduduk membutuhkan banyak lahan untuk dijadikan mata pencaharian. Oleh karena itu, jarak dari pemukiman ke hutan maupun lahan mempengaruhi kebakaran hutan dan lahan. Diasumsikan bahwa semakin dekat jarak dari pemukiman ke hutan maupun lahan maka akan semakin tinggi resiko terjadinya kebakaran hutan dan lahan dan sebaliknya semakin jauh jarak dari pemukiman ke hutan maupun lahan maka akan semakin rendah resiko terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

Dalam pembukaan lahan biasanya masyarakat membuka lahan dengan cara membakar. Ketika mereka membakar lahan untuk pembukaan lahan baru, tanpa sengaja api menyulut begitu besar sehingga menyebabkan kebakaran menjalar semakin besar ke tempat lain karena didukung oleh cuaca yang kering dan topografi yang curam.

Berdasarkan pemetaan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan di kabupaten Toba Samosir dapat diketahui nilai masing-masing daerah kelas rawan kebakaran hutan dan lahan berdasarkan peta lokasi pemukiman. Nilai masing- masing daerah tersebut dapat dilihat pada tabel 21 di bawah ini.

Tabel 21. Nilai Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan Berdasarkan Jarak Lokasi Pemukiman Menurut Luasan

Jarak Pemukiman (m)

Luas Kebakaran Hutan dan Lahan

Berdasarkan Kelas Rawan Kebakaran (Ha) Luas

Total (Ha) Luas Total (%) Sangat Rendah Rendah Sedang/ Menengah Tinggi 0 – 1000 13.979,36 1.970,72 43.510,04 1.797,68 61.257,80 26,13 > 1000 – 2000 15.130,82 5.276,28 37.004,23 3.747,03 61.158,36 26,09 > 2000 – 3000 928,12 5.921,12 22.643,18 3.190,09 32.682,51 13,94 > 3000 – 4000 439,21 9.184,05 10.107,18 1.367,48 21.097,93 9,00 > 4000 411,26 22.269,06 18.038,56 17.479,56 58.198,44 24,83

Luas Total (Ha) 308.88,77 44.621,23 131.303,18 27.581,85 234.395,03 100,00

Berdasarkan tabel 21 di atas dapat diketahui bahwa luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan yang berpotensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan yaitu pada jarak lokasi pemukiman > 4000 m seluas 17.479,56Ha dan luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan yang terbesar kedua yaitu 3.747,03 Ha pada jarak lokasi pemukiman > 1000-2000 m. Pada jarak lokasi pemukiman > 3000- 4000 m luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan merupakan luas daerah rawan kebakaran yang paling kecil yaitu seluas 1.367,48 Ha.

Berdasarkan data tersebut daerah yang paling berpotensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan yaitu pada jarak lokasi pemukiman > 4000 m. Padahal jarak tersebut merupakan jarak yang paling jauh dari lokasi pemukiman. Hal ini dikarenakan pada daerah tersebut, bukan jarak lokasi pemukiman yang merupakan faktor utama penyebab kebakaran hutan dan lahan melainkan faktor tutupan lahan, elevasi dan curah hujan sehingga pada daerah tersebut rawan kebakaran hutan dan lahan.

Jika dilihat berdasarkan kelas rawan sedang/menengah, daerah yang paling berpotensi yaitu daerah yang lokasi pemukimannya berjarak 0-1000 m yaitu seluas 43.510,04 Ha. Daerah tersebut merupakan daerah yang paling rawan

karena lokasinya sangat dekat dengan pemukiman. Sesuai dengan literatur Arianti (2006) yang menyatakan bahwa jarak dari jaringan jalan, pemukiman penduduk memiliki kategori sangat penting sehingga peubah jalan dan pemukiman penduduk digunakan sebagai peubah penyebab kebakaran untuk menentukan pengaruh aktivitas manusia. Semakin jauh lokasi hutan terhadap pemukiman penduduk, jalan, dan sungai maka hutan semakin terhindar dari kebakaran.

Evaluasi/verifikasi

Titik sampel merupakan titik yang diambil dilapangan dengan menggunakan GPS. Titik tersebut digunakan untuk membandingkan keadaan sebenarnya di lapangan dengan keadaan yang terdapat pada peta. Titik yang diperoleh dari lapangan dibandingkan dengan peta sebaran hotspot yang digunakan. Titik yang diambil di lapangan secara acak sebanyak 58 titik, titik yang sesuai sebanyak 52 titik. Berdasarkan data tersebut, nilai akurasi yang diperoleh yaitu 89,65%. Hal itu menunjukkan bahwa peta rawan kebakaran hutan dan lahan yang dibuat sudah cukup baik, sesuai dengan literatur Nugroho (2010) menyatakan bahwa nilai akurasi yang mempunyai tingkat ketelitian ≥ 80% sudah dianggap baik/mewakili.

Dokumen terkait