• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr.Ir.Domu Simbolon, M.Si dan Dr.Ir.M.Fedi A.Sondita, M.Sc sebagai Komisi Pembimbing yang telah memberikan ide dan arahan selama Penulis menyusun penelitian

2. Prof.Dr.Ir.John Haluan, M.Sc yang memberikan arahan untuk memilih SPs Sub Program Studi Perencanaan Pembangunan Kelautan dan Perikanan (PPKP)

3. Dr.Eko Sriwiyono, S.Pi, M.Si dan Indra, S.Pi yang telah menyediakan waktu konsultasi untuk pengolahan data penelitian

4. Dr.Irawan Muripto, M.Sc dan Ir.H.Suyitno, MM yang mengizinkan penulis untuk mengikuti program pendidikan Pascasarjana selama menjadi PNS di Dinas Kelautan dan Perikanan Banten

5. Muhadi, Dudi Ruspandi, H.Sarjaya (Alm) dan Yanto yang membantu penulis dalam melakukan pengumpulan data di Kabupaten Pandeglang

6. Teman-teman SPs angkatan tahun 2006 Suhendro cs. yang telah menyediakan dukungan moril

7. Istri dan anak-anakku tercinta yang sudi mengorbankan waktu bersama suami dan papahnya selama menyelesaikan studi

PRAKATA

Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains (M.Si) dari Program Studi Teknologi Kelautan Program Pascasarjana IPB. Penelitian ini berjudul : Alokasi Unit Penangkapan Ikan Pelagis Kecil di Perairan Pandeglang Banten : Menuju Perikanan Tangkap yang Terkendali. Kajian ini membahas model manejemen penangkapan ikan pelagis kecil dengan beberapa alat tangkap (gillnet, bagan, pancing, payang dan purse seine) di Kabupaten Pandeglang. Selain itu, penelitian ini juga menjelaskan prioritas unit penangkapan yang tepat untuk dikembangkan yang ditinjau dari segi teknis, biologi, ekonomi dan sosial masyarakat Pandeglang dan alokasi yang tepat untuk kondisi sumberdaya ikan pelagis kecil di Pandeglang.

Penulis mengucapkan puji kepada Allah SWT yang telah rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kapada Bapak Dr. Ir. Domu Simbolon, M.Si. selaku ketua pembimbing dan Dr. Ir. M. Fedi A. Sondita, M.Sc. selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan tesis ini. Penulis menyadari tulisan ini masih banyak kekurangan, kritik dan saran selalu penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan ini.

Terima kasih

Bogor, Oktober 2008

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Karawang pada tanggal 11 Juli 1970 dari ayah Surjadi (almarhum) dan ibu Sriyati (almarhumah). Penulis merupakan putra kedua dari tiga bersaudara.

Tahun 1989 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Karawang Jawa Barat dan pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan strata satu (S1) di Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP) Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor dan selesai pada tahun 1995. Selama menempuh pendidikan S1 penulis berkesempatan menjadi asisten dosen praktikum pada mata kuliah Avertebrata Air, Limnologi, Biologi Laut, Biologi Perikanan dan Ekologi Perairan. Tahun 2002 penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten. Tahun 2005 penulis mendapat kesempatan melanjutkan program magister sains pada Program Studi Teknologi Kelautan Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor melalui biaya sendiri.

DAFTAR ISI

Halaman Daftar Tabel ... xiii Daftar Gambar ... xv Daftar Lampiran... xvi 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan ... 4 1.4 Manfaat ... 4 1.5 Kerangka Pemikiran ... 5 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Letak Geografi dan Topografi ... 7 2.2 Kependudukan ... 7 2.3 Kondisi Perikanan Kabupaten Pandeglang ... 8 2.4 Kondisi Daerah Penangkapan Ikan dan Musim Penangkapan... 9 2.5 Sumberdaya Ikan Pelagis ... 13 2.6 AlatTangkap ... 15

2.6.1Jaring insang (Gillnet) ... 15 2.6.2Bagan (Lift net) ... 16 2.6.3Pancing (Hook and line) ... 18 2.6.4Payang (Boat seine) ... 18 2.6.5Pukat cincin (Purse seine)... 19 2.7 Optimisasi ... 22 2.8 Analisis Kelayakan Usaha ... 22 2.9 Linear Goal Programming ... 24 2.10 Simulasi Sistem ... 29 2.11 Penelitian Terdahulu tentang Alokasi Unit Penangkapan Ikan ... 30 2.12 Penelitian Terdahulu tentang Potensi Lestari ... 33 3. METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35 3.2 Jenis dan Sumber Data ... 35 3.3 Metode Pengambilan Contoh ... 36 3.4 Analisis Data ... 38 3.4.1Seleksi unit penangkapan ikan ... 38 3.4.2Membandingkan keunggulan antar unit penangkapan ikan ... 48 3.4.3Alokasi unit penangkapan ikan pelagis kecil ... 50 3.4.4Simulasi dampak alokasi unit penangkapan ... 54

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

4.1.1Seleksi unit penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan aspek

biologi ... 55 4.1.2Seleksi unit penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan aspek

Teknis ... 61 4.1.3Seleksi unit penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan aspek

sosial ... 69 4.1.4Seleksi unit penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan aspek

Ekonomi... 71 4.1.5Seleksi unit penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan penilaian

gabungan aspek teknis, biologi, ekonomi dan sosial ... 79 4.1.6Alokasi unit penangkapan ikan pelagis kecil ... 82 4.1.7Prakiraan dampak alokasi unit penangkapan ikan pelagis kecil ... 85 4.2 Pembahasan ... 87 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 92 5.2 Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Sepuluh jenis ikan ekonomis penting di Kabupaten Pandeglang ... 2 2 Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di Kabupaten Pandeglang ... 3 3 Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang periode 1961-2005 ... 8 4 Potensi lestari sumberdaya ikan di Samudera Hindia (Wilayah Pengelolaan

Perikanan – WPP 9) ... 9 5 Sebaran panjang garis pantai Kabupaten Pandeglang ... 9 6 Kondisi fisik lingkungan di sekitar perairan Selat Sunda ... 11 7 Perkiraan pola musim penangkapan beberapa jenis ikan di perairan Selat

Sunda ... 12 8 Komposisi sampel unit penangkapan ikan (UPI) dan responden ... 37 9 Ringkasan analisis data ... 39 10 Skor kriteria ukuran hasil tangkapan ... 40 11 Skor kriteria metode pengoperasian alat tangkap ... 41 12 Skor kriteria pengaruh lingkungan fisik terhadap pengoperasian alat tangkap ... 42 13 Skor kriteria selektivitas teknologi penangkapan ikan ... 42 14 Skor kriteria tingkat penggunaan teknologi ... 42 15 Rata-rata produksi hasil tangkapan dominan Kabupaten Pandeglang pada

tahun 2000 hingga 2006 ... 55 16 Produksi perikanan Kabupaten Pandeglang tahun 1999 – 2004 (ribuan ton) ... 59 17 Penilaian dan standarisasi aspek biologi unit penangkapan ikan pelagis kecil di

Kabupaten Pandeglang ... 62 18 Perkembangan alat penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang .... 63 19 Perkembangan perahu penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang. ... 65 20 Daerah penangkapan ikan dan musim penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan

21 Penilaian dan standarisasi aspek teknis unit penangkapan ikan pelagis kecil di

Kabupaten Pandeglang ... 68 22 Penilaian dan standarisasi aspek sosial unit penangkapan ikan pelagiskecil di

Kabupaten Pandeglang ... 71 23 Nilai investasi usaha penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang ... 72 24 Perbandingan biaya unit penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang ... 73 25 Penerimaan usaha masing-masing unit penangkapan ikan pelagis kecil. ... 74 26 Perbandingan nilai-nilai finansial unit penangkapan ikan pelagis kecil di

Kabupaten Pandeglang ... 75 27 Perbandingan kriteria investasi unit penangkapn ikan pelagis kecil di

Pandeglang ... 75 28 Penilaian dan standarisasi aspek ekonomi unit penangkapan ikan pelagis kecil

di Kabupaten Pandeglang ... 80 29 Penilaian gabungan dan standarisasi aspek biologi, teknis, ekonomi dan sosial

unit penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang ... 81 30 Alokasi unit penangkapan ikan menurut luas wilayah kewenangan pengelolaan

laut Kabupaten Pandeglang ... 83 31 Simulasi pengelolaan operasi penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang ... 86 32 Simulasi perubahan BBM terhadap skenario kondisi aktual tahun 2006 ... 86 33 Simulasi perubahan BBM terhadap skenario optimum ... 87

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Diagram alir kerangka pemikiran penelitian Alokasi Unit Penangkapan Ikan

Pelagis Kecil di Perairan Pandeglang, Banten: Menuju Perikanan Tangkap yang Terkendali. ... 6 2 Jumlah trip dan hasil tangkapan per trip dari alat tangkap purse seine yang

dioperasikan di Perairan Selat Sunda pada kurun waktu (2000-2003). ... 34 3 Peta lokasi pengambilan sampel di Kabupaten Pandeglang. ... 35 4 Diagram alir identifikasi dan analisis unit penangkapan ikan unggulan. ... 50 5 Produksi ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang (1991- 2006) ... 56 6 Pola perubahan produksi perikanan pelagis kecil di Kabupaten

Pandeglang selama kurun waktu 1991-2006 ... 57 7 Perkembangan alat penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang ... 63 8 Jumlah nelayan Kabupaten Pandeglang tahun 2006 ... 64

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Data hasil tangkapan per alat tangkap tahun 2005 . ... 98 2 Analisis finansial usaha penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten

Pandeglang ... 99 3 Cash flow usaha penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang. ... 104 4 Pengolahan data Linear Goal Programming menggunakan program AB: QM. ... 113

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum perikanan Indonesia bersifat terbuka (open access), dimana nelayan dapat dengan bebas melakukan usaha penangkapan ikan di laut. Kondisi yang demikian telah mendorong nelayan utuk menangkap ikan sebanyak mungkin sebelum didahului nelayan atau perusahaan yang lain. Bila tidak dilakukan campur tangan pengelolaan sumberdaya ikan maka dikhawatirkan akan mengakibatkan terjadinya penangkapan yang secara biologis berlebihan dan keuntungan usaha tidak diperoleh lagi. Sumberdaya perikanan termasuk dalam sumberdaya yang memiliki kemampuan untuk dapat memperbaharui dirinya (renewable), namun apabila dimanfaatkan sampai tingkat eksploitasi berlebihan, sumberdaya tersebut akan terganggu kelestariannya dan akhirnya dapat mengakibatkan kepunahan (Ratnasari 2002).

Masalah berlebihnya alat penangkapan ikan khususnya di perairan pesisir pantai adalah masalah yang rumit dan penting untuk segera dicarikan pemecahannya. Pemanfaatan sumberdaya ikan yang tak terkendali di beberapa wilayah perairan telah menyebabkan degradasi yang sangat tajam akan stok sumberdaya ikan dan ekologi perairan. Banyaknya alat tangkap (baik dalam jenis maupun jumlah) yang terkonsentrasi di pantai, diyakini telah mendorong tingginya tekanan penangkapan dan kompetisi antar nelayan. Disisi lainnya, nasib nelayan sebagai pelaku utama dalam perikanan, belum juga terentaskan. Bertambahnya nelayan yang tidak terkontrol di beberapa wilayah perairan ditengarai telah melampaui batas maksimum, sehingga keberadaannya perlu dievaluasi lebih lanjut.

Analisis optimasi manajemen sistem perikanan merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk mengetahui tingkat optimalisasi operasi penangkapan. Untuk dapat mengetahui pengaruh kebijakan terhadap sistem perikanan dapat digunakan model simulasi dan teknik optimasi untuk alokasi sumberdaya terbatas

terhadap banyaknya tujuan yang harus dicapai dapat digunakan linear goal programming.

Kabupaten Pandeglang memiliki garis pantai 230 km mulai dari Pasauran di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang sampai Muara Binuangeun di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lebak. Dengan kewenangan pengelolaan laut sejauh 4 mil laut maka luas perairan Kabupaten Pandeglang kurang lebih 1.700 km2. Panjang garis pantai yang dimiliki Kabupaten Pandeglang ini merupakan sumber kekayaan keanekaragaman hayati (biodiversity) yang sangat tinggi di Provinsi Banten.

Laporan statistik perikanan tahun 2006 Kabupaten Pandeglang menunjukkan bahwa produksi utama perikanan laut didominasi oleh kelompok ikan pelagis , seperti tenggiri (Scomberomorus spp), kembung (Rastrellinger spp), tongkol (Auxis`thazard), selar (Selaroides spp), layang (Decapterus spp) dan lemuru (Sardinella longiceps). Tabel 1 menunjukkan persentase produksi sepuluh jenis ikan utama yang dominan di Kabupaten Pandeglang dari total produksi 23.606 ton .

Tabel 1 Sepuluh jenis ikan ekonomis penting di Kabupaten Pandeglang

No Jenis ikan Nama Latin Produksi Persentase

(Ton) (%)

1 Tenggiri Scomberomorus 2.122 9,0

2 Kembung Rastrellinger spp 1.903 8,1

3 Tongkol Auxis thazard 1.826 7,7

4 Peperek Leiognathidae 1.381 5,8

5 Biji nangka/Kuniran Upeneus spp 1.312 5,6

6 Selar Selaroides spp 1.202 5,1

7 Kurisi Nemipterus spp 1.066 4,5

8 Tembang Sardinella fimbriata 1.030 4,4

9 Ikan layang Decapterus spp 1.006 4,3

10 Lemuru Sardinella longiceps 977 4,1

Ikan lainnya Others 9.782 41,4

Jumlah 23.607 100,0

Jumlah alat tangkap di Kabupaten Pandeglang sebanyak 1.220 unit dengan kecenderungan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan sangat beragam, tapi pada umumnya didominasi oleh pukat pantai, dogol, pukat cincin, jaring insang, pancing, payang, bagan dan yang lainnya. Tabel 2 menunjukkan persentase jumlah alat tangkap yang digunakan nelayan Kabupaten Pandeglang.

Tabel 2 Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di Kabupaten Pandeglang

No Jenis alat penangkap ikan Nama Inggris Jumlah Persentase

(Unit) (%)

1 Pancing yang lain Hook & lines 215 17,6

2 Bagan perahu rakit Boat/raft nets 196 16,1

3 Bagan tancap (termasuk kelong) Lift net 174 14,3

4 Pukat pantai Beach seine 139 11,4

5 Jaring insang tetap Set gillnet 126 10,3

6 Jaring insang hanyut Drift gill net 116 9,5

7 Dogol Danish seine 85 7,0

8 Payang (termasuk lampara) Boat seine 77 6,3

9 Alat pengumpul kerang Shell collecting 42 3,4

10 Pukat cincin Purse seine 32 2,6

11 Jaring klitik Shrimp gillnet 18 1,5

Jumlah 1.220 100,0

Sumber : Laporan Statistik Perikanan Kabupaten Pandeglang 2006

Menurut SEAFDEC (1999) diacu dalam FAO (2001) selektivitas alat tangkap merupakan kemampuan alat tangkap untuk meloloskan/mengurangi ukuran dan jenis ikan hasil tangkapan yang tidak diinginkan dan tidak sengaja tertangkap, dan melepaskan ikan dengan tingkat keselamatan yang tinggi. Ada beberapa pertimbangan studi selektivitas alat tangkap diperlukan antara lain : (1) meningkatkan tingkat keramahan lingkungan dalam hal pengurangan by-catch dan discards (2) memastikan kelangsungan populasi ikan yang dieksplotasi (3) untuk meningkatkan efisiensi operasi penangkapan ikan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang memiliki karakteristik tertentu (4) untuk mendapatkan hasil tangkapan dengan karakteristik yang diinginkan.

Dengan menentukan alokasi unit penangkapan ikan berdasarkan inputan yang digunakan dalam menjalankan usaha penangkapan diharapkan akan mengoptimumkan hasil tangkap serta menjamin kelestarian sumberdaya ikan dan peningkatan kesejahteraan nelayan khususnya di Kabupaten Pandeglang.

1.2 Perumusan Masalah

Ada kecenderungan terjadi pemanfaatan ikan pelagis kecil berlebihan (overfishing) di Selat Sunda berdasarkan hasil kajian Rencana Pengelolaan Perikanan Banten (Aziz dan Boer 2006). Kondisi ini akan menyebabkan penurunan stok ikan di wilayah tersebut dan tingkat pendapatan nelayan khususnya di Kabupaten Pandeglang. Sehingga perlu adanya pengaturan jenis dan jumlah alat tangkap yang digunakan. Hal ini sejalan dengan UU Perikanan Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan Bab IV pasal 7 ayat (1) huruf b, c dan f bahwa dalam rangka mendukung kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan, Pemerintah selain menetapkan potensi dan jumlah sumberdaya ikan juga menetapkan jenis, jumlah dan ukuran alat penangkapan ikan. Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pengelolaan perikanan wajib mematuhi ketentuan sebagaimana dimaksud (ayat (2) huruf a).

1.3 Tujuan

(1) Seleksi unit penangkapan ikan bedasarkan aspek teknis, biologi, ekonomi dan sosial.

(2) Alokasi unit penangkapan ikan pelagis kecil di perairan Pandeglang, Banten. (3) Prakiraan dampak alokasi unit penangkapan ikan pelagis kecil terhadap

perubahan faktor kendala. 1.4 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang dalam pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap yang terkendali.

1.5 Kerangka Pemikiran

Perairan Selat Sunda merupakan percampuran massa air laut dari Laut Jawa dan Samudera Hindia. Pertemuan massa air ini memberikan pengaruh terhadap keberadaan sumberdaya ikan di Selat Sunda. Sumberdaya perikanan termasuk dalam sumberdaya yang memiliki kemampuan untuk dapat memperbaharui dirinya (renewable), namun apabila dimanfaatkan sampai tingkat eksploitasi berlebihan, sumberdaya tersebut akan melampaui batas kelestariannya dan akhirnya dapat mengakibatkan kepunahan.

Kelompok ikan pelagis menjadi kelompok dominan dan penting dalam produksi perikanan Kabupaten Pandeglang. Hampir 60% produksi perikanan berasal dari kelompok ini, terutama ikan pelagis kecil sehingga kelompok ikan pelagis kecil menjadi penting dan mendapat perhatian khusus untuk dapat dijaga kelestariannya.

Disisi lain pemanfaatan kelompok ikan pelagis kecil ini menggunakan beragam jenis alat tangkap sehingga perlu adanya identifikasi dan analisis teknologi penangkapan ikan unggulan menurut aspek teknis, biologi, ekonomi, dan sosial.

Agar jumlah alat tangkap tersebut tidak melebihi kapasitas maksimumnya maka perlu dilakukan penetapan alokasi jumlah unit penangkapan yang diizinkan beroperasi untuk menangkap ikan. Sehingga perlu dicarikan alternatif model yang mampu menjawab nilai optimum dari masing-masing faktor produksi termasuk unit penangkapan ikan. Sehubungan dengan itu, maka aspek perencanaan dan alokasi sumberdaya harus mempertimbangkan pencapaian beberapa tujuan pengelolaan perikanan yang optimal. Pendekatan yang digunakan untuk pemecahan masalah tersebut yakni dengan program tujuan ganda (Linear Goal Programming).

Untuk mendapatkan alternatif pilihan strategi pengelolaan yang tepat, maka perlu dilakukan pengkajian optimasi manajemen perikanan. Optimasi yang dimaksud adalah membuat mekanisme pengelolaan sumberdaya dengan masukan faktor-faktor biologi dan ekonomi dengan membuat beberapa skenario strategi pengelolaan yang disimulasikan. Hasil simulasi akan memberikan gambaran hasil dan dampak serta konsekuensi yang ditimbulkan jika suatu strategi pengelolaan diterapkan. Kerangka pemikiran penelitian ini secara singkat disajikan pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1 Diagram alir kerangka pemikiran penelitian Alokasi Unit Penangkapan SUMBERDAYA IKAN TERBATAS

DI SELAT SUNDA

KELOMPOK IKAN PELAGIS KECIL EVALUASI SDI UNGGULAN

IDENTIFIKASI UNIT PENANGKAPAN IKAN

JENIS SPECIES UNGGULAN

ANALISIS UNIT PENANGKAPAN IKAN (UPI) UNGGULAN

JENIS UPI UNGGULAN

ALOKASI UNIT PENANGKAPAN LINEAR GOAL PROGRAMING

JUMLAH UNIT PENANGKAPAN OPTIMUM SIMULASI MODEL TINGKAT PEMANFAATAN TARGET YANG AKAN

DIMANFAATKAN

BIOLOGI, TEKNIS EKONOMI DAN SOSIAL

PEMILIHAN SKENARIO

STRATEGI ALOKASI UNIT PENANGKAPAN IKAN MENUJU PERIKANAN YANG

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Letak Geografi danTopografi

Pandeglang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Banten yang terletak di ujung barat Pulau Jawa. Selain itu, Pandeglang merupakan sebuah kabupaten yang memiliki topograpi beragam, dari dataran tinggi yang berkisar 417 di atas permukaan laut hingga daerah pesisir yang kaya akan sumber daya alam. Sedangkan secara geografis Kabupaten Pandeglang terletak di 6o21’ hingga 7o10’ LS dan 104o48’ hingga 106o11’ BT dengan luas wilayah secara keseluruhan adalah 27.468.991 km2

Secara administratif Kabupaten Pandeglang dibatasi oleh laut dan daratan. Laut yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Pandeglang adalah Samudera Hindia dan Selat Sunda masing-masing di sebelah selatan dan barat, sedang daratan yang membatasi Pandeglang adalah Kabupaten Serang di sebelah utara dan Kabupaten Lebak di sebelah timur.

Sebagai suatu sistem kepemerintahan Kabupaten Pandeglang terbagi menjadi 22 kecamatan, 13 kelurahan, 322 desa dengan potensi sumberdaya alam yang melimpah. Perikanan merupakan salah satu sektor yang memiliki potensi besar di Kabupaten Pandeglang, karena sebagian besar wilayah di Kabupaten Pandeglang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan Selat Sunda. Daerah yang memiliki potensi besar di sektor perikanan tersebut berada di 10 kecamatan yaitu Sumur, Cimanggu, Cibitung, Cikeusik, Cigeulis, Panimbang, Pagelaran, Patia, Labuan dan Carita.

2.2 Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang pada tahun 2005 adalah 1.106.788 jiwa, dengan tingkat kepadatan mencapai 400 hingga 405 orang per km2 (BPS 2006). Besarnya jumlah penduduk di Kabupaten Pandeglang tidak terlepas dari tingkat rata- rata perkembangan penduduk yang mencapai 2,27% per tahun, dengan kecenderungan mengalami penurunan. Rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi antara tahun 1961 hingga 1971 sebesar 3,00% dan terendah terjadi

antara tahun 1990 hingga tahun 2000 sebesar 1,78%. Data pertumbuhan penduduk Kabupaten Pandengalang disajikan pada Tabel 3 Penduduk Kabupaten Pandeglang memiliki mata pencaharian sebagai petani, buruh tani, nelayan, pengusaha, pengrajin, buruh industri, buruh bangunan, perkebunan, pedagang, angkutan, PNS, TNI-POLRI dan Pensiunan.

Tabel 3 Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang periode 1961-2005

Tahun Jumlah Laju pertumbuhan %

1961 440.213 1971 572.628 3,00 1980 694.759 2,36 1990 858.435 2,35 2000 1.011.788 1,78 2005 1.106.788 1,87

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, 2006 2.3 Kondisi Perikanan Kabupaten Pandeglang

Sebagai suatu daerah yang memiliki potensi yang besar di bidang kelautan dan perikanan Kabupaten Pandeglang seharusnya sudah sepatutnya untuk di kembangkan. Potensi besar tersebut berada di sebelah barat dan selatan Pandeglang dimana daerah- daerah tersebut berbatasan langsung dengan Selat Sunda dan Samudera Hindia. Menurut Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut (1998) menyatakan bahwa potensi perikanan Samudera Hindia yang termasuk kedalam WPP 9 adalah sebesar 1.076,89 ribu ton/tahun yang dikelompokkan kedalam jenis ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan demersal, ikan karang konsumsi, udang panaeid, lobster dan cumi-cumi. Secara rinci data potensi lestari dari setiap kelompok ikan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Selain Samudera Hindia perairan lain yang memiliki potensi besar di Kabupaten Pandeglang adalah Selat Sunda. Menurut Naamin dan Linting (1983), Perairan Selat Sunda mempunyai sediaan cadangan atau standing stock ikan pelagis sebesar 9.155 sampai 14.648 ton per tahun. Untuk potensi lestari atau penangkapan tanpa merusak kelestariannya sebesar 5.469 sampai 8.789 ton per tahun. Untuk perikanan demersal

mempunyai sediaan cadangan sebesar 1.264 sampai 2.012 ton per tahun dengan potensi lestari 758 sampai 1.207 ton per tahun.

Tabel 4 Potensi lestari sumberdaya ikan di Samudera Hindia (Wilayah Pengelolaan Perikanan – WPP 9)

No. Kelompok sumberdaya ikan Potensi lestari (ribu ton/tahun)

1. Ikan pelagis kecil 525,57

2. Ikan pelagis besar 386,26

3. Ikan demersal 136,13

4. Ikan karang konsumsi 12,88

5. Lobster 10,70

6. Cumi-cumi 3,75

7. Udang penaeid 1,60

Jumlah 1.076,89 Selain potensi stok ikan yang melimpah, Kabupaten Pandeglang juga memiliki

panjang garis pantai kurang lebih 230 km. Data panjang garis pantai Kabupaten Pandeglang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Sebaran panjang garis pantai Kabupaten Pandeglang Perairan Panjang garis pantai (km) Pandeglang 230,00

Selat Sunda 182,80

Samudera Hindia 47,20

2.4 Kondisi Daerah Penangkapan Ikan dan Musim Penangkapan

Suatu daerah penangkapan ikan (fishing ground) dinilai memiliki prospek yang baik apabila sumberdaya hayati yang menjadi tujuan penangkapan tersedia cukup tinggi, stoknya mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui musim dan daerah penyebarannya.

Daerah penangkapan nelayan Pandeglang pada umumnya terletak di sekitar Selat Sunda yang berada di sebelah Selatan pada titik koordinat 105o15' E/6o54' S sampai dengan 104o 35'E/ 5o59' S, sebelah Timur berbatasan dengan pantai Pulau Jawa, sebelah Utara dengan titik koordinat 106o03' E/ 5o46' S sampai dengan 105o48' E/5o49' S dan sebelah Barat berbatasan dengan pantai Pulau Sumatera.

Selat Sunda terletak di antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa sehingga perairan ini merupakan pertemuan antara perairan Samudera Hindia dan Laut Jawa. Luas perairannya lebih kurang 8.138 km2. Berbentuk seperti corong, pada bagian Utara lebih sempit (± 24 km) dan lebih dangkal (≤ 80 m), sedangkan bagian Selatan memiliki lebar sekitar 100 km dan kedalaman mencapai 1.575 m (Birowo 1983 diacu dalam Sabri 1999). Pada Selat Sunda bagian Selatan perairannya sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan Samudera Hindia.

Perairan Selat Sunda merupakan perairan yang unik, karena hampir setiap saat kondisinya dipengaruhi oleh karakteristik oseanik Samudera Hindia dan sifat perairan dangkal Laut Jawa. Menurut Kurnio dan Hardjawidjaksana (1995) diacu dalam Yusfiandayani (2004), keberadaan Gunung Krakatau yang terdiri dari beberapa gugusan pulau yaitu Sertung, Rakata, Rakata Kecil (Panjang) dan Anak Krakatau yang aktif, selalu memuntahkan material piroklastik selang antara 1 menit hingga 4 menit dan cenderung menghasilkan tsunami dengan gelombang kecil dan sedang. Topografi dasar laut Selat Sunda beragam bentuknya, yaitu berbentuk paparan, berbagai kedalaman (slope), berupa mangkuk (deep sea basins), gunung di bawah laut (sea mount) dan pemunculan dasar perairan (throughs).

Selat Sunda termasuk perairan dangkal, letaknya antara Pulau Jawa dan Sumatera. Dasar perairan ini pada kedalaman hingga 30 m umumnya adalah lumpur berpasir dan bahan organik yang belum terurai sempurna. Sedangkan dasar perairan pada kedalaman antara 30 hingga 100 meter umumnya adalah campuran pasir dan karang. Musim kemarau terjadi pada bulan April hingga Agustus/September sedangkan musim hujan terjadi pada bulan Oktober hingga Maret. Angin kencang dan gelombang besar umumnya terjadi pada saat musim angin barat (Nopember- Maret). Saat musim angin timur (April - September), angin bertiup dari arah timur -