• Tidak ada hasil yang ditemukan

UCOK DURIAN DI MEDAN

Dalam dokumen Pelabuhan. No. 07 Juli 2016 Gema 3. Majalah (Halaman 68-72)

Teks | Foto : Puji Santoso

SANDAR

Iskandar Muda, dan lainnya.

Dari sejumlah orang yang berjualan durian, namun hanya Zainal lah yang dinilai agak berbeda. Zainal boleh dibilang sangat kreatif dan inovatif dalam memasarkan durian kepada para pelanggannya. Zainal mengklaim dirinyalah yang mula-mula mempelopori durian dalam kemasan sejak era awal tahun 2000-an di Medan.

Setelah itu banyak pedagang durian yang mulai meniru ide Zainal untuk melakukan hal yang sama. Tidak hanya untuk mengemas durian. Zainal pun ternyata memiliki ide untuk membuat gerai durian menjadi layaknya sebuah restoran khas durian.

Sebuah bangunan besar terletak di Jalan Sei Wampu Medan dibeli Zainal dengan meminjam uang Rp800 juta dari Bank Mandiri dan Bank BNI. Di rumah itulah Zainal mendesainnya menjadi tempat yang lumayan mewah.

Cat bangunan bernuansa kuning hijau khas Melayu mulai menjadi ciri usaha duriannya.

“Saya sadar kalau mau sukses apa yang gak dibuat orang ya kita buat. Misalnya, makan durian pakai meja, cuci tangan. Lalu saya bikin konsep yang aneh dan berani, yakni makan durian kalau gak enak silahkan diganti,”

ujarnya.

Konsep lainnya adalah membeli durian dengan sistem packing.

Sebelumnya sistem packing dikenal, langganan Zainal kerap membeli durian lengkap dengan kulitnya. Sistem packing dinilai menjadi pilihan tepat bagi pembeli yang tidak mau repot membawa buah durian dengan kulitnya.

Entah siapa dari pedagang durian di Medan yang memulai, sistem packing ini ternyata malah makin membawa kesuksesan tersendiri bagi Zainal. Banyak langganannya yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia yang mulai memesan durian secara paket dengan menggunakan sistem packing.

Durian yang dipacking dibanderol Zainal dengan berbagai tarif.

Yang termahal Rp500 ribu per packing berukuran sekitar 30 x 20 centimeter persegi, dan yang termurah dengan harga Rp100 ribu berukuran 10x10 centimeter per segi.

Jika musim durian sedang banyak-banyaknya, Zainal merasa kewalahan melayani berbagai permintaan durian packing dari langganannya yang datang langsung ke warungnya, maupun yang tidak langsung melalui telefon. Sehari, Zainal bisa menjual paling sedikit sekitar 3000 buah durian.

Untungnya Zainal banyak dibantu oleh anak buahnya yang berjumlah sedikitnya 20 orang selama 24 jam. Jadi memang, Zainal memberanikan dirinya untuk berjualan durian selama 24

jam non stop. “Yang saya jual ini adalah rajanya buah. Kapan saja orang selalu butuh buah ini. Jadi saya pantang tutup walaupun sehari,” ujar Zainal.

Zainal berujar, bahwa untuk menjaga agar warung Ucok Durian selalu tersedia buah durian, dirinya tidak pernah berhenti berkomunikasi dengan para pemilik kebun durian dari seluruh pelosok Pulau Sumatera, yang memang sejak lama menjadi rekannya untuk mendukung usaha berjualan durian.

“Kalau di Sumatera Utara durian sedang kosong, biasanya saya cari di Riau, Sumatera Barat, bahkan sampai Lampung. Sehingga kami tidak pernah kehabisan buah durian,” ungkapnya.

Dari jualan durian selama 24 jam ini, Zainal pun tidak sungkan memberitahukan jumlah keuntungan yang diraihnya.

“Sebulan penghasilan bersih saya rata-rata Rp50 juta,” ungkap Zainal.

Ke depan, dia sudah berencana berbisnis durian dengan model lain. Dia merencanakan akan membeli sebidang tanah yang kemudian dia bangun untuk kemudian dijadikan semacam convention hall dimana terdapat di dalamnya cafe yang semua produknya diusahakannya menjual aneka produk dari durian.

“Ini baru rencana saja. Tapi konsepnya sudah di kepala saya. Saya tidak mau membuka konsepnya. Nanti malah ditiru orang lain,” katanya seraya tertawa.

Zainal pun tidak sendiri. Dia akan melibatkan orang-orang yang profesional yang memiliki pendidikan tinggi, sekalipun dirinya hanya bersekolah tamat SMP saja. Selain itu, Zainal tidak lupa melibatkan anak kandungnya.

Dari tiga anak kandungnya yang semua laki-laki, dia menumpu harapan kepada anak laki-laki yang nomor dua dan nomor tiga.

“Saya sedang meyakinkan kepada anak-anak kandung saya untuk meneruskan bisnis jualan durian ini. Sebab, prospek bisnis durian ke depan besar sekali,” kata Zainal.

SANDAR

Dibahas di Arena Kongres Bagi siapa saja yang sering berpergian ke Kota Medan pasti tidak asing jika mendengar nama Ucok Durian. Ucok Durian kini telah menjadi tujuan wisata yang paling digemari bagi turis-turis atau siapa saja yang berkunjung ke Kota Medan.

Tapi bagi yang alergi dengan aroma durian, tentu Ucok Durian tidak akan masuk dalam agenda perjalanan penting di kota ini.

Otomatis tidak semua orang suka dengan tempat makanan ini. Sari, misalnya. Perempuan paruh baya asal Kota Salatiga, Jawa Tengah, ini mengaku sering berkunjung ke Medan. Dia memiliki rekan bisnis di Medan.

Warung Ucok Durian tidaklah menjadi tujuan utama di sela-sela urusan bisnisnya di sini. Jika berada di Medan, Sari lebih suka menyinggahi warung makanan mie Aceh yang berada di kawasan Medan Sunggal. Dia tidak memilih

Ucok Durian lantaran alergi dengan aroma durian. Orang semua boleh menyukai durian, tapi tidak bagi Sari.

“Kalau suami saya suka, tapi saya tidak. Saya mau muntah jika sudah mencium aroma durian,”

kata Sari suatu ketika. Tapi boleh jadi, orang yang seperti Sari tentu lebih sedikit dibandingkan dengan orang-orang yang menyukai durian. Apalagi jika sudah sampai tingkat fanatik durian.

Jika sudah fanatik durian, tidak ada yang bisa menghalang-halangi langkah orang untuk bertandang ke warung Ucok Durian. Orang-orang yang sudah fanatik dengan Ucok Durian sangat kecewa jika hasratnya mencicipi durian di warung Ucok Durian tidak kesampaian.

Hal ini pernah terjadi di dalam arena Kongres ke 4 Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikazzvvsi (Aspikom) di Medan tanggal 10 hingga 13 Mei 2016 lalu di Medan. Tidak kurang 200-an peserta kongres yang berasal dari 25 Propinsi di Indonesia harus kecewa berat lantaran diberitahukan bahwa di Medan tidak sedang berada di musim buah durian. Ini juga berimbas kepada usaha Ucok Durian milik Zainal.

Sampai-sampai di sela kata sambutannya di hadapan sekitar 250 peserta kongres, Ketua Aspikom Sumatera Utara yang juga Ketua Panitia Kongres ke 4 Aspikom, Rudianto, mengumumkan bahwa para peserta kongres hari itu harus memendam rasa kecewa karena tidak lagi bisa mampir ke warung Ucok Durian lantaran mereka sedang kehabisan stok buah durian dalam beberapa hari.

“Kalaulah seandainya buah durian bisa tumbuh dari Panitia Kongres Aspikom, pasti akan kita sediakan gratis untuk Anda semua. Namun karena durian hanya berbuah dari pohonnya, maka maafkan kami hari ini Medan tidak sedang musim buah durian. Ucok Durian sejak beberapa hari belakangan ini tidak menjual sebiji durian pun,”

kata Rudianto, disambut tawa hadirin peserta kongres.

1. THE VICTORIA PEAK Traveling lover, sebagai titik tertinggi di Hong Kong, lokasi ini adalah lingkungan elit sejak zaman kolonial.

Disiang hari, pemandangan Anda tertuju pada kilauan gedung pencakar langit dan Pelabuhan Victoria. Dimalam hari, panorama ini meleleh menjadi merah jambu dan oranye hingga akhirnya berubah menjadi deretan lampu gemerlap.

H

i traveling lover, Hong Kong memang patut Anda masukan ke daftar place have to visit.

Kenapa? Karena negara ini masuk ke berbagai destinasi perjalanan diseluruh dunia yang ditawarkan banyak sekali biro perjalanan, maupun diulas dalam buku dan media internet.

Secara demografi sekitar 93.6%

penduduk Hong Kong merupakan keturunan Tionghoa yang datang dari Provinsi Guangdong.

Sejarah juga mencatat bahwa pada Perang Opium di abad ke-19 wilayah Hong Kong diserahkan oleh Tiongkok kepada Britania Raya/Inggris akibat kekalahannya. Barulah pada tahun 1997, setelah 99 tahun Inggris berkuasa atas Hong Kong, Inggris memberikan kemerdekaan.

Dengan catatan demografi dan historis yang unik, pantas memang Hong Kong dijadikan destinasi perjalanan Anda berikutnya, sentuhan Inggris yang aristrokrat dan sophisticated terlihat dimana-mana dengan tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur budaya masyarakat Tionghoanya.

Traveling lover, berikut beberapa tempat yang bisa Anda kunjungi dan nikmati di Hong Kong rekomendasi penulis dari berbagai sumber:

2. LADIES MARKET Traveling lover, ada lebih dari 100 penjual pakaian, aksesoris, dan suvenir (dan dapat ditawar). Pasar Wanita ini menawarkan lokasi ideal untuk latihan tawar-menawar harga. Namanya diperoleh dari jumlah pertokoan yang menjual pakaian dan aksesoris untuk wanita segala usia. Tidak hanya itu, jam tangan, kosmetik, tas, serta oleh-oleh untuk dibawa ke tanah air juga dapat diperoleh di sini.

3. STREET FOOD

Traveling lover, jalan-jalan ke luar negeri tak lengkap rasanya tanpa mencicipi kuliner lokal. Jika Anda berkunjung ke Hong Kong jangan lewatkan street food untuk menikmati cita rasa otentik.

Dalam dokumen Pelabuhan. No. 07 Juli 2016 Gema 3. Majalah (Halaman 68-72)

Dokumen terkait