• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA

B. Informan Biasa

4.4. Ugasan Torop

Ugasan torop sebagai sebuah lembaga keuangan yang oleh para penganut agama parmalim diyakini sudah ada sejak dari dahulu kala dan pada sampai pada saat ini ternyata pengelolaannya masih dilakukan secara tradisional. Namun hal ini tidak menjadi penghambat lembaga ini untuk berkembang dan memberikan kontribusi kepada para penganut agama Parmalim.

“ ugasan torop sudah ada sejak dari Raja Sisingamangaraja I , beliaulah yang pada jaman itu memerintahkan untuk mendirikan Ugasan Torop. Dan di teruskan sampai sekarang” (wawancara dengan Informan Bpk simanjuntak, oktober 2010)

Lembaga Ugasan Torop milik agama Parmalim memang sangat berbeda dengan lembaga keuangan lainnya, di lihat dari beberapa aspek, misalnya dalam lembaga keuangan konvensional (Bank) ada produk atau apapun yang ditawarkan oleh setiap Bank, atau Lembaga keuangan semi konvensional yang mengedepankan sistem bagi hasil dalam perjalanan kelembagaannya. Ugasan Torop milik agama Malim tidak memiliki produk atau tawaran apapun. Namun sampai saat ini lembaga ini tetap bertahan. Salah satu rahasianya adalah

dikarenakan penanaman nilai-nilai yang kuat kepada para pemeluk agama Malim terhadap pentingnya untuk mendirikan Ugasan torop. Ugasan torop bukan saja bisa digunakan untuk menjadi cadangan dana, namun yang paling krusial adalah, Ugasan torop ditujukan untuk menolong orang lain, hal ini dituturkan oleh Bapak Monang Naipospos.

“Ugasan Torop adalah sebuah lembaga sosial yang fungsinya membantu orang yang tidak mampu untuk menjadi mampu, kemudian setelah mampu dia wajib untuk membantu yang tidak mampu lainnya”. (wawancara pada Oktober 2010)

Pernyataan ini diperkuat oleh penuturan dari Ihutan, bapak Marnangkok Naipospos

“Ugasan Torop adalah lembaga sosial yang yang ditujukan untuk menolong penganut agama Parmalim yang miskin, yatim, janda, dan orang-orang yang samasekali tidak mampu. Untuk menjadi lebih mampu dan bisa menolong yang lainnya. Dengan menggunakan Ugasan Torop sebagai medianya”. (wawancara oktober 2010)

Sebagai sebuah lembaga yang hanya dimiliki khusus oleh agama Parmalim, tidak berarti bahwa lembaga ini hanya menggunakan dana yang ada untuk kemaslahatan umatnya semata. Secara umum lembaga ini juga ada membantu umat agama lain yang sedang kesusahan dikarenakan bencana dan lain sebagainya, temuan ini didapat ketika mewawancarai bapak Sabar Simanjuntak.

“lembaga Ugasan Torop adalah lembaga yang ada di masyarakat Parmalim yang tujuannya secara khusus membantu masyarakat Parmalim yang miskin dan kurang mampu, yatim dan lain sebagainya. Sedangkan secara umum juga dapat dapat digunkan untuk membantu masyrakat di

luar Parmalim yang membutuhkan Karena terkena musibah, contohnya kebakaran dan gempa bumi. Contoh: kebakaran di Porsea”.

Informan lain menuturkan bahwa,

“Ugasan Torop adalah lembaga sosial yang lahir dibentuk karena merupakan perintah para leluhur terdahulu. Sudah menjadi kewajiban bagi penganutnya untuk mendirikannya dan mengembangkannya”.(wawancara pada oktober 2010)

Dalam tataran yang lebih radikal mengatakan jika ia mampu namun tidak ikut mendirikan Ugasan Torop berarti dirinya bukan seorang Parmalim. Karena bagi penganut agama Parmalim ada Patik (aturan/tuntunan) yang harus dilaksanakan. Dan ketentuan untuk mendirikan Ugasan Torop masuk ke dalam patik yang secara langsung dikrarkan setiap mereka beribadah, hal ini sesuai dengan penuturan oleh bapak Sabar Simanjuntak

“Lembaga Ugasan Torop ini dijalankan karena memang sudah tertulis di dalam patik (aturan) dan menjadi wajib hukumnya untuk mendirikan Ugasan Torop. Patik ini setiap saat beribadah selalu dibacakan, artinya kita dituntut selalu mempertahankan Ugasan Torop ini”. (wawancara oktober 2010).

Dari kutipan hasil wawancara diatas dapat kita lihat bahwa perbedaan yang sangat mendasar antara lembaga keuangan konvensional maupun semi konvensional dengan Ugasan Torop terletak di pemahaman paling mendasar mengapa mereka perlu untuk mendirikan Ugasan Torop serta mengembangkan lembaga ini.

Ada aspek simbiosis mutualisme yang sangat jelas bisa disaksikan antara pihak pengelola lembaga keuangan konvensional dan semi konvensional, pihak lembaga keuangan konvensional memerlukan dana simpanan anggota untuk bisa meminjamkan kepada anggota lainnya, namun dengan bunga yang besarnya sudah disepakati sebelumnya. Ataupun konsep bagi hasil antara pihak lembaga keuangan semi konvensional dengan anggotanya. Namun pada prinsipnya sama saja, Mengedepankan laba dan provit.

Dalam Ugasan torop tidak ada tujuan mengumpulkan laba ataupun provit, semuanya dilakukan atas dasar keyakinan kepada Mulajadinabolon (tuhan), hal paling sederhana jika kita membandingkan antara lembaga keuangan konvensional dengan Ugasan Torop adalah kepada para pengelolanya, pengelola Ugasan Torop tidak mendapatkan gaji dalam mengelola Ugasan Torop, malahan mereka mendapatkan tugas ganda yaitu menuntun/memberikan solusi apabila ada salah satu anggotanya yang bermasalah dalam pembayaran pinjaman, tentu saja hal ini memerlukan waktu ekstra, namun tidak ada keluhan dikarenakan keikhlasan mereka menjalankan tugas.

Menurut ketentuan yang berlaku, Ugasan torop baru menjadi wajib didirikan oleh individu yang telah menikah saja, bagi yang belum menikah belum dikenakan kewajiban untuk mendirikan Ugasan Torop. Bahkan tidak diperbolehkan untuk mendirikan Ugasan torop. Dan apabila ada penganut Ugamo Malim yang belum menikah, tapi dirinya merasa sudah memiliki keinginan untuk

mendirikan Ugasan torop, maka hal itu di atas namakan kepada keluarganya. Hal ini diutarakan oleh bapak Mindo Simanjuntak,

“Ugasan Torop tidak wajib didirkan oleh yang belum menikah, menjadi sebuah kewajiban untuk mendirikan Ugasan Torop setelah seorang itu menikah, namun apabila ada keingin dirinya untuk mendirikan Ugasan Torop maka hal itu dapat di berikan dengan menggunakan nama orangtuanya.”(wawancara pada oktober 2010)

Bagi masyarakat parmalim kewajiban mendirikan Ugasan Torop juga bukan merupakan beban berat yang harus mereka pikul, hal ini dikarenakan Ugasan torop hanya diwajibkan kepada mereka yang mampu, jika ada yang belum mampu atau kondisi keuangannya belum mencukupi untuk dirinya mendirikan Ugasan Torop maka tidak menjadi kewajiban bagi yang belum mampu tadi untuk mendirikan Ugasan Torop.

Dokumen terkait