• Tidak ada hasil yang ditemukan

% sel hidup

5.3. Uji Anti Pertumbuhan Kanker pada Sel Hela

Sel HeLa yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sel kloning yang dikultur ulang dari sel induknya. Sel sel ini merupakan sel identik dan mempunyai perangai homogen, sehingga hanya dilakukan satu kali perlakuan untuk masing masing antibodi.

Hasil dari uji sitotoksik diperoleh kadar EEBS untuk mencapai IC50 sel HeLa cukup tinggi. Ssehingga untuk pemeriksaan uji anti pertumbuhan kanker melalui penilaian ekspresi VEGF, TNF-α dan MMP9 secara immunositokimia diberikan EEBS sebanyak 1X IC50 dan 2X IC50. Sebagai pembanding dilakukan kultur sel tanpa EEBS. Ekspresi antibodi dinilai oleh dua orang spesialis Patologi Anatomi secara terpisah. Kedua spesialis Patologi Anatomi ini memberikan penilaian kekuatan ekspresi masing masing antibodi dengan melihat tampilan kepekatan warna coklat, dan memberi nilai +3 bila ekspresinya kuat, +2 bila ekspresinya sedang, +1 bila ekspresinya lemah. Kedua Spesialis Patologi Anatomi ini memberikan hasil penilaian sama terhadap ekspresi VEGF, TNF-α dan MMP9, sehingga tidak dilakukan uji Kappa.

5.3.1. Ekspresi VEGF.

Ekspresi VEGF untuk sel HeLa, masing masing +3(kuat) untuk sel kontrol, +2(sedang) untuk sel yang mendapat EEBS sebanyak 1X IC50 dan +1(lemah) untuk sel yang mendapat EEBS sebanyak 2X IC50.

Hasil penelitian ini membuktikan EEBS mampu mengurangi ekspresi VEGF pada sel HeLa. Semakin tinggi dosis yang diberikan semakin memberikan efek pengurangan ekspresi VEGF.

Setty et al. (2017) mendapati proliferasi sel HeLa lebih besar dari pada apoptosis pada kultur dengan kondisi hipoksia dibanding normoxia. Hanahan dan Weinberg (2011) menyatakan kanker mempunyai sifat khusus yang dikenal sebagai hallmarks kanker. Salah satu diantaranya adalah kemampuan untuk mencetuskan angiogenesis. Mirossay, Viranska dan Mojzis (2018) menyatakan angiogenesis merupakan faktor penting dalam progesifitas kanker. Untuk tumbuh lebih dari 1-2 mm3 jaringan kanker harus membentuk pembuluh darahnya sendiri agar kebutuhan oksigen dan nutrisinya terpenuhi.

Zetter (1998) mengatakan angiogenesis dikendalikan oleh produksi simulator angiogenesis diantaranya keluarga VEGF. Ekspresi VEGF ini dicetuskan oleh kondisi hipoksia, atau kanker akan bertahan dalam kondisi euksiknya ketika berukuran 1-2 mm3 seperti yang dinyatakan oleh Yoo dan Kwoon (2013).

Khoo et al. (2017) mendapati ekstrak antosianin secara nyata menekan hidrogen peroksida dan TNF-α untuk menginduksi ekspresi VEGF dan mengurangi reseptor VEGF. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Wang dan Stoner. (2008).

Huang et al. (2018) melaporkan ekstrak buah blueberry mengandung senyawa malvidin mampu menghambat ekspresi VEGF melalui penghambatan jalur Akt pada kultur sel HRCECs (Human Retinal Capillary Endothelial Cells).

Hal sama juga dilaporkan oleh Medda et al. (2015), bahwa ekstrak buah raspberi hitam mampu mencegah pembentukan tunas pembuluh darah baru pada percobaan kultur sel HEMEC ( Human Esophageal Microvascular Endothelial Cells) dan kultur sel HIMEC (Human Intestinal Microvascular Endothelial Cells) yang dinduksi oleh VEGF melalui hambatan jalur Akt, MAPK dan fosforilasi JNK.

Penelitian ini membuktikan ekspresi VEGF berkurang dengan pemberian EEBS. Secara teoritis ekspresi VEGF terjadi bila kanker tumbuh makin besar dan mengalami hipoksia. Kemampuan untuk mengekspresikan VEGF ini merupakan salah satu sifat sel kanker dari enam hallmarks kanker. Ketika sel tumbuh konfluen, maka koloni sel akan kekurangan oksigen hingga mencetuskan ekspresi VEGF, dan EEBS terbukti menekan ekspresinya. Semakin besar konsentrasi ekstrak yang diberikan semakin menekan ekspresinya.

5.3.2. Ekspresi TNF-α

Dari penelitian ini didapati kultur sel HeLa tanpa EEBS dan yang mendapat EEBS dengan dosis 1X IC50 masing masingmengekspresikan TNF-α +2(sedang) .Bila konsentrasiya ditingkatkan sebanyak 2X IC50, ekspresinya berkurang menjadi +1(lemah).

Hal ini membuktikan EEBS mampu mengurangi ekspresi TNF-α bila dosis EEBS ditingkatkan.

Costa, Incio dan Soares (2007) menyimpulkan inflamasi kronis dan angiogenesis adalah peristiwa yang tampil secara bersamaan. Hubungan antara inflamasi kronis dan kanker pertama sekali dicetuskan oleh Rudolf Virchow pada tahun 1863. Saat itu dikatakan keadaan di sekitar kanker menyerupai daerah inflamasi. Hipoksia merupakan stimulus untuk kedua proses ini. Kondisi ini memancing kehadiran makrofag dan sel immunitas lainnya serta meningkatkan produksi faktor pertumbuhan. Sebukan sel radang ini akan melepaskan faktor angiogenik seperti VEGF dan TNF-α. Dengan menghambat proses inflamasi kronik dapat mencegah timbulnya kanker.

Inflamasi merupakan proses biologik kompleks sebagai respon adanya kerusakan baik karena trauma atau infeksi mikroba. Juga memegang peranan dalam inisiasi dan perkembangan kanker. (Chung et al., 2017)

Hubungan antara inflamasi dan kanker melalui dua jalur yaitu jalur intrinsik dan jalur ekstrinsik. Kedua jalur ini dihubungkan oleh faktor transkripsi seperti NF-κB dan sitokin seperti TNF-α. (Mantovani, 2011)

TNF-α tidak hanya dihasilkan oleh sel kanker, tetapi juga oleh jaringan mikro disekitarnya hingga menimbulkan dugaan TNF-α berperan meningkatkan pertumbuhan tumor. (Balkwill, 2009)

Wang and Stoner (2008) membuktikan antosianin mempunyai aktifitas anti inflamasi pada berbagai jenis sel kanker secara invitro. Nile dan Park (2014) dan Mojzer et al. (2016) membuktikan antosianin mampu mencegah pertumbuhan kanker dengan menghambat enzim siklooksigenase dan jalur MAPK. Lu et al.

(2013) melaporkan antosianin mampu menghambat pertumbuhan sel kanker yang diinduksi oleh TNF-α.

Karsiogenesis adalah proses yang tidak berdiri sendiri dan terjadi dalam jaringan. Satu proses akan mempengaruhi proses lainnya. Dalam penelitian ini penilaian terhadap ekspresi VEGF dan TNF-α dilakukan pada kultur sel secara terpisah, sehingga tidak dapat dinilai efek sinergis antara kedua faktor pertumbuhan kanker ini. Peranan anti inflamasi dalam pertumbuhan kanker seperti pisau bermata dua. Pada satu sisi menghambat pertumbuhan, sementara pada sisi lain merangsang pertumbuhan.

5.3.3. Ekspresi MMP9

Kultur sel HeLa tanpa EEBS kuat mengekspresikan MMP9, dan ekspresinya berkurang menjadi +2(sedang) bila diberikan konsentrasi EEBS sebesar 1X IC50. Namun ekspresinya kembali meningkat pada peningkatan konsentrasi EEBS. Terbukti EEBS dapat mengurangi ekspresi MMP9, dan kemampuannya tidak tergantung dosis. Manfaat optimal diperoleh dengan pemberian sebanyak 1X IC50.

Matriks metaloproteinase berperan dalam proses angiogenesis bersama dengan kinase lainnya. (Zhong dan Bowen, 2006). Pembentukan tunas angiogenik ini merupakan proses invasif sehingga diperlukan enzim proteolitik. MMP2 dan MMP9 merupakan MMP yang paling berperan. Enzim ini tidak hanya melisiskan membrana basalis pembuluh darah, juga merusak matriks interstitial jaringan yang dilaluinya. (Benazzi, et al., 2014; Mirossay, et al., 2018)

Pemberian praeruptorin-B suatu seselin-coumarin yang mempunyai efek anti inflamasi dan promosi tumor pada kultur sel HeLa, dapat mencegah metastase

dengan menghambat 12-O-tetradecanoylphorbol 13-acetate (TPA) untuk menghasilkan MMP 2/9. (Huang et al., 2018)

Antosianin mampu menghambat invasi sel kanker melalui penurunan ekspresi MMP. (Wang dan Stoner, 2008). Pemberian ekstrak beras hitam yang kaya akan antosinin pada kultur sel kanker payudara ternyata mampu menghambat migrasi dan invasi sel kanker. Ekstrak juga mengurangi ekspresi MMP2 dan MMP9 (Chen, et al., 2015)

Pengurangan ekspresi MMP9 dalam percobaan ini tidak konsisten dengan peningkatan dosis EEBS. Tetapi EEBS mempuyai efek anti inflamasi sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi ekspresi MMP9

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait