BAB III METODOLOGI PENELITIAN
D. Metode Analisis Data
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka peneliti melakukan uji multikolonieritas, uji normalitas dan uji heteroskedastisitas.
a. Uji Multikolonieritas
Pengujian multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2005:91). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikoliniearitas (multiko). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat dilakukan dengan
42
melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) serta
besaran korelasi antar variabel independen.
Suatu model regresi dapat dikatakan bebas multiko jika
mempunyai nilai VIF kurang dari 10, dan nilai tolerance tidak kurang
dari 0,1. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi ini (Ghozali, 2005:93).
b. Uji Normalitas
Pengujian normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005:110). Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Cara mendeteksinya yaitu dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari garfik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2005:110)
c. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heterokedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,
43
maka disebut homoskedastisitas. Jika varians berbeda, disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas. Cara mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik, dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang
telah di studentized. Jika pola tertentu, seperti titik-titik (poin-poin)
yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005:105)
4. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi berganda. Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya. Model regresi berganda umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linier (Indriantoro dan Supomo, 2002:211).
Variabel independen terdiri dari locus of control, pengalaman auditor,
komitmen profesional dan etika profesional sedangkan variabel
44
Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui:
a. Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005: 83).
b. Uji Statistik t
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2005:84). Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau
Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau
bebas tidak mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat.
45
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau
Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen
atau bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat.
c. Uji Statistik F
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 (Ghozali, 2005:84).
Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau
Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel
independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau
Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel
independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
46 E. Operasional Variabel
1. Locus of Control
Locus of control adalah sesuatu yang ada pada diri manusia yang dapat dikendalikan oleh manusia untuk menentukan segala keputusan dan
pemikiran. Jadi locus of control merupakan bagian psikologis dari manusia
yang tumbuh dan berkembang menumbuhkan pemikiran sejauh apa yang mereka kerjakan dan mereka peroleh hasilnya. Variabel ini dioperasionalkan sebagai konstruk internal-eksternal yang mengukur keyakinan seseorang atas kejadian yang menimpa kehidupannya. Variabel ini diukur dengan
instrumen The Work Locus of Control (WLCS) yang dikembangkan oleh
Spector (1988) dan digunakan oleh Intiyas (2007) Muawanah dan Indriantoro (2001) dan Wati (2009). Instrumen ini menggunakan 16 pertanyaan. Pertanyaan tersebut mengukur apakah seorang auditor memiliki
internal atau external locus of control. Variabel ini diukur dengan skala likert 5 poin mulai dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), kurang setuju (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).
2. Pengalaman Auditor
Variabel ini didefinisikan dengan pengalaman akuntan publik dalam melakukan audit laporan keuangan, baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani (Intiyas, dkk 2007). Pengalaman merupakan suatu kejadian masa lalu yang dialami oleh seorang auditor. Pengalaman yang lebih banyak akan cenderung bahwa seorang auditr akan mengambil keputusan yang lebih baik dan dapat dengan tepat
47
menyelesaikan masalahnya. Informasi mengenai instrument ini yang diperoleh dari data responden dan pengalaman audit ini dilihat dari banyaknya penugasan yang dilakukan. Variabel ini diukur dengan skala likert 5 poin mulai dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), kurang setuju (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).
3. Komitmen Profesional
Komitmen merupakan suatu ikatan, baik secara implicit maupun eksplisit. Komitmen berarti keinginan untuk mengembangkan hubungan yang baik dan akan memberikan pengorbanan dan kepercayaan pada suatu hubungan. Komitmen profesional merupakan keterlibatan individu dengan profesi tertentu. Berarti dalam hal akuntan publik komitmen adalah tingkat loyalitas individu pada profesinya. Seorang yang mempunyai komitmen yang kuat tidak akan melakukan sesuatu yang melanggar nilai-nilai etika dan tidak akan merusak profesionalismenya Faisal (2007). Pengukuran variabel ini didasarkan pada tingkat keterlibatan individu dalam profesi akuntan publik. Tingkat loyalitas terhadap pekerjaan dan profesi akuntan publik. Skala pengukurannya menggunakan skala likert 5 poin dengan meminta responden menunjukkan pilihan antata sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), kurang setuju (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5)
4. Etika Profesional
Etika secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nila-nilai moral (Arens, 2003:110). Kode etik akuntan dapat diartikan sebagai suatu sistem prinsip moral dan pelaksanaan aturan yang
48
memberikan pedoman kepada akuntan dalam berhubungan dengan klien, masyarakat dan rekan seprofesi dan sebagai alat untuk memberikan keyakinan pada para pengguna jasa akuntan tentang kualitas jasa yang diberikan. Etika adalah nilai-nilai tingkah laku atau aturan-aturan tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh individual atau suatu golongan tertentu. Terlepas dari itu keberadaan etika dimaksudkan terutama untuk menjaga keselarasan hubungan antar manusia (Ludigdo 2006). Sebagai seorang auditor kita harus tetap taat pada etika dan peraturan yang berlaku. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral (3), setuju (4) sangat setuju (5).
5. Perilaku Auditor Dalam Situasi Konflik Audit
Perilaku auditor dalam situasi konflik audit diukur dari sejauh mana seorang auditor memenuhi permintaan klien dalam situasi konflik dan menjaga peraturan yang seharusnya dijalankan. Seorang auditor mengahdapi situasi konflik audit ketika mendapatkan tekanan dari pihak manajemen untuk mengikuti keinginannya. Penelitian yang dilakukan oleh Anwar (2005) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kesadaran etis auditor memahami etika profesionalnya maka semakin rendah pula respon auditor dalam menerima tekanan klien sehingga auditor menjadi lebih independen, begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat kesadaran etis auditor memahami etika profesionalnya maka semakin tinggi respon auditor dalam menerima tekanan klien sehingga auditor cenderung tidak independen. Skala yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah
49
skala likert 5 poin mulai dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2),netral (3),setuju (4) sangatsetuju (5).
Tabel 3.1
Tabel Operasionalisasi Variabel
Variabel Sub Variabel Indikator Skala
Pengukuran Locus of Control (X1) Sumber :The Work Locus of Control Spector (1988) 1. Internal Locus of Control 2. Eksternal Locus of Control 1. Keputusan Pimpinan 2.Jabatan/Kedudukan 3.Kesempatan 4. Penghargaan Dalam Bekerja 5.Kemampuan Melaksanakan Pekerjaan 6.Keberuntungan 7.Nasib
8.Koneksi yang kuat dalam
mendapatkan pekerjaan Skala Interval Pengalaman Auditor Sumber: Jeffrey dan Weatherholt (1996) dalam Intiyas,dkk (2007) 1. Penyelesaian Tugas-tugas 2. Jam kerja 3. Pengetahuan sistematik 4. Tugas-tugas terdahulu
5. Jumlah klien yang diaudit
Komitmen Profesional Sumber: Aranya et al. (1981) dalam Intiyas, dkk (2007)
1. Tanggung jawab profesi. 2. Keaktifan dalam bekerja 3. Pengorbanan Waktu 4. Sikap Loyal
Skala Interval
50
Variabel Sub Variabel Indikator Skala
Pengukuran
Etika Profesional
(Arens, Alvin,
2003)
1. Ketaatan terhadap kode
etik profesi
2. Independen terhadap
klien.
3. Tanggung jawab moral
4. Perilaku sesuai dengan
peraturan yang ada
5. Kepercayaan pihak lain
Skala Interval
Perilaku Auditor
Pada situasi
konflik audit (Y)
1. Tekanan dari klien
2. Kepatuhan terhadap etika yang berlaku
3. Lingkungan sekitar tempat bekerja
4. Perintah dari pimpinan
Skala Interval
51 BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan objek penelitian adalah akuntan
publik (auditor) yang bekerja di kantor akuntan publik di wilayah Jakarta Selatan. Auditor yang terlibat dalam penelitian ini adalah auditor junior, partner, manajer, supervisior dan auditor senior. Pengumpulan data tersebut dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner penelitian secara langsung kepada responden dengan mendatangi kantor akuntan publik yang berada di wilayah Jakarta Selatan. Penyebaran kuesioner dilakukan pada tanggal 23 Agustus 2010 sampai dengan 25 September 2010 dan dilakukan ke tujuh kantor akuntan publik dengan distribusi sebagai berikut:
Tabel 4.1
Data Distribusi Penyebaran Kuesioner
Nama Kantor Akuntan Publik Alamat Kantor
Abdul Hamid Dan Khairunnas Perkantoran Ciputat Indah
Permai Blok C No. 30
Junaidi, Chairul, Labib, Subakto Jalan Raya Kebayoran
Lama No.194 Blok B3 Jakarta Selatan
Hananta Budianto dan Rekan Jalan Wijaya II No. 79
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
52 Tabel 4.1 (lanjutan)
Dari ke 7 kantor akuntan publik diatas telah tersebar kuesioner yang berjumlah 65 buah. Jumlah kuesioner yang dikembalikan berjumlah 55 buah, dan yang tidak kembali berjumlah 10 buah. Dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 4.2
Tabel Jumlah Kuesiner
Nama Kantor Akuntan Publik Kuesioner
dikirim
Kuesioner dikembalikan
Abdul Hamid Dan Khairunnas 5 5
Junaidi, Chairul, Labib, Subakto 10 7
Hananta Budianto dan Rekan 10 10
Hasnil, M. Yasin dan Rekan 10 10
Herman Dodi Tanumiharja dan Rekan 10 3
Nugroho dan Rekan 10 10
Usman dan Rekan 10 10
Jumlah 65 55
Sumber: data primer
Dari kuesioner yang disebarkan berjumlah 65 buah, tercatat kuesioner yang kembali berjumlah 55 buah. Dengan kata lain tingkat pengembalian kuesioner berjumlah 84,6%. Dan tingkat persentase jumlah
Nama Kantor Akuntan Publik Alamat Kantor
Hasnil, M. Yasin dan Rekan Wijaya Grand Puri Blok
H-12A, Jl. Wijaya II,
Kebayoran Baru
Herman Dodi Tanumiharja dan Rekan Kebayoran Center Blok A
No.3, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan
Nugroho dan Rekan Jl. RS. Fatmawati Raya No.
43B Cilandak, Jakarta
Selatan
Usman dan Rekan Jl. Cipulir V No. 5 Cipulir,
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
53
kuesioner yang tidak kembali berjumlah 100%-84,6%=15,4%. Dapat dilihat melalui tabel pengembalian kuesioner.
Tabel 4.3
Hasil Pengembalian Kuesioner
No. Keterangan Auditor Persentase
1. Jumlah kusesioner yang disebar 65 100%
2. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 10 15,4%
3. Jumlah kuesioner yang dikembalikan 55 84,6%
Sumber: data primer
2. Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan identitas auditor
eksternal pada kantor akuntan publik di wilayah Jakarta Selatan.
a. Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.4
Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Pria Wanita 32 23 58,2% 41,8% Total 100%
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 32 responden atau 58,2% responden adalah laki-laki. Sedangkan sebanyak 23 atau 41,8% responden adalah perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa responden ini mayoritas adalah laki-laki.
54
b. Berdasarkan Jabatan Auditor
Tabel 4.5
Data Responden Berdasarkan Jabatan Auditor
Jabatan Jumlah Persentase
Auditor Senior Partner Manajer Supervisior Auditor Junior 8 1 0 2 44 14,5% 1,8% 0,0% 3,6% 80,1% Total 55 100%
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden dengan jumlah 80,1% adalah merupakan auditor junior, kemudian auditor senior berjumlah 14,5%. Auditor yang menjadi supervisior dengan jumlah 3,6% dan yang menjadi partner berjumlah 1,8%.
c. Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 4.6
Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Jumlah Persentase
D3 S1 S2 13 40 2 23,6% 72,8% 3,6% Total 55 100%
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabek di atas terlihat bahwa mayoritas dari
responden adalah berpendidikan Strata 1(S1) dengan persentase berjumlah 72,8%. Kemudian auditor dengan pendidikan Diploma III (D3) berjumlah 23,6%, dan auditor yang berpendidikan Strata 2 (S2) berjumlah 3,6%.
55
d. Berdasarkan Pengalaman Bekerja
Tabel 4.7
Data Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Pengalaman Jumlah Persentase
<1 tahun 1-3 tahun >3 tahun 28 18 9 50,9% 32,7% 16,4% Total 55 100%
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil bahwa mayoritas auditor memiliki pengalaman kerja kurang dari 1 tahun berjumlah 50,9%. Kemudian auditor yang bekerja antara 1-3 tahun berjumlah 32,7%, dan auditor yang memiliki pengalaman kerja lebih dari 3 tahun berjumlah 16,4%.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Kualitas Data a. Hasil Uji Validitas
Hasil uji validitas data digunakan untuk mengukur valid atau
tidaknya sebuah kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan valid apabila mapu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson Corelation,
pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid. Tabel-tabel
56
dibawah ini menunjukkan hasil uji validitas dari lima variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Locus of Control
Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
Pertanyaan 1 0,471** 0,000 Valid
Pertanyaan 2 0,160 0,243 Tidak Valid
Pertanyaan 3 0,416** 0,002 Valid Pertanyaan 4 0,329* 0,014 Valid Pertanyaan 5 0,334* 0,013 Valid Pertanyaan 6 0,617** 0,000 Valid Pertanyaan 7 0,492** 0,000 Valid Pertanyaan 8 0,391** 0,003 Valid
Pertanyaan 9 0,185 0,177 Tidak Valid
Pertanyaan 10 0,669** 0,000 Valid
Pertanyaan 11 0,468** 0,000 Valid
Pertanyaan 12 0,611** 0,000 Valid
Pertanyaan 13 0,654** 0,000 Valid
Pertanyaan 14 0,661** 0,000 Valid
Pertanyaan 15 0,214 0,117 Tidak Valid
Pertanyaan 16 0,811** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel di atas menjelaskan bahwa
variabel locus of control terdiri atas 16 butir pertanyaan dan terdapat tiga
pertanyaan yang tidak valid. Hal ini dilihat dari nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,050, sehingga pertanyaan tersebut tidak dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya. Sedangkan pertanyaan yang lainnya dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
Pada tabel berikut ini disajikan hasil uji validitas dari variabel pengalaman auditor.
57 Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Pengalaman Auditor
Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
Pertanyaan 1 0,637** 0,000 Valid Pertanyaan 2 0,737** 0,000 Valid Pertanyaan 3 0,713** 0,000 Valid Pertanyaan 4 0,546** 0,000 Valid Pertanyaan 5 0,804** 0,000 Valid Pertanyaan 6 0,632** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan hasil uji validitas variabel pengalaman auditor yang berjumlah 6 pertanyaan dinyataan valid untuk semua jenis pertanyaan pada variabel pengalaman auditor. Hal ini dikarenakan nilai signifikan lebih kecil daro 0,05.
Kemudian pada tabel berikut ini disajikan hasil uji validitas untuk variabel komitmen profesional.
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Komitmen Profesional
Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
Pertanyaan 1 0,774** 0,000 Valid
Pertanyaan 2 0,505** 0,000 Valid
Pertanyaan 3 0,519** 0,000 Valid
Pertanyaan 4 0,604** 0,000 Valid
Pertanyaan 5 0,734** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Pada tabel di atas diketahui bahwa hasil uji validitas untuk semua jenis pernyataan dinyatakan valid. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 pada semua pertanyaan di atas.
Pada tabel selanjutnya disajikan hasil uji validitas untuk variabel etika profesional.
58 Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas Etika Profesional
Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
Pertanyaan 1 0,667** 0,000 Valid Pertanyaan 2 0,713** 0,000 Valid Pertanyaan 3 0,691** 0,000 Valid Pertanyaan 4 0,604** 0,000 Valid Pertanyaan 5 0.740** 0,000 Valid Pertanyaan 6 0,767** 0,000 Valid Pertanyaan 7 0,639** 0,000 Valid Pertanyaan 8 0,588** 0,000 Valid Pertanyaan 9 0,603** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Pada tabel di atas telah diketahui bahwa semua pertanyaan pada variabel etika profesinal dinyatakan valid. Karena nilai signifikansi dari semua pertanyaan di atas lebih kecil dari 0,50. Jadi semua pertanyaan dapat dipakai untuk penelitian selanjutnya.
Pada tabel berikutnya disajikan hasil uji validitas variabel perilaku auditor pada situasi konflik audit.
Tabel 4.12
Hasil Uji Validitas Perilaku Auditor Dalam Situasi Konflik Audit
Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
Pertanyaan 1 0,835** 0,000 Valid Pertanyaan 2 0,891** 0,000 Valid Pertanyaan 3 0,756** 0,000 Valid Pertanyaan 4 0,778** 0,000 Valid Pertanyaan 5 0,730** 0,000 Valid Pertanyaan 6 0,616** 0,000 Valid Pertanyaan 7 0,548** 0,000 Valid Pertanyaan 8 0,731** 0,000 Valid Pertanyaan 9 0,682** 0,000 Valid Pertanyaan 10 0,795** 0,000 Valid
59
Pada tabel di atas diperoleh hasil bahwa semua jenis pertanyaan untuk variabel perilaku auditor pada situasi konflik audit dinyatakan valid untuk semua jenis pertanyaan. Hal ini dikarenakan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,50.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menilai konsistensinya dari
instrument penelitian, instrument dikatakan reliabel jika nilai Cronbach
Alpha diatas 0,6. (Ghozali, 2005:41-42)
Tabel 4.13
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Locus of Control
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items .792 .801 13
Sumber: Data Primer yang diolah
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha atas
variabel lcus of control sebesar 0,792. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pertanyaan dalam kuesioner tersebut reliable, karena mempunyai nilai
cronbach’s alpha lebih besar dari 0,60.(Ghozali, 2005:41-42)
Tabel 4.14
Hasil Uji Reliabilitas Pengalaman Auditor
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items .748 .767 6
60
Pada tabel di atas, diperoleh kesimpulan bahwa nilai cronbach’s
alpha sebesar 0,748 hal ini menunjukkan bahwa pertanyaan dari variabel
pengalaman auditor reliable, karena nilai cronbach’s alpha lebih besar dari
0,60.(Ghozali, 2005:41-42)
Tabel 4.15
Hasil Uji Reliabitas Variabel Komitmen Profesional
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items .622 .616 6
Sumber: data primer yang diolah
Pada tabel diatas, diperoleh kesimpulan bahwa nilai cronbach’s
alpha sebesar 0,622. Hal ini menunjukkan bahwa pertanyaan pada variabel komitmen profesional adalah reliable. (Ghozali,2005:41-42)
Tabel 4.16
Hasil Uji Reliabitas Variabel Etika Profesional
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items .843 .847 9
Sumber: data primer yang diolah
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai cronbach’s alpha
sebesar 0,843 hal ini dapat disimpulkan bahwa pertanyaan pada variabel
etika profesional adalah reliable karena memiliki nilai cronbach’s alpha
61 Tabel 4.17
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Perilaku Auditor Dalam Situasi Konflik Audit Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items .905 .906 10
Sumber: data primer yang diolah
Pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan pada variabel perilaku auditor pada situasi konflik audit adalah reliable. Karena
memiliki nilai cronbach’s alpha 0,905 lebih besar dari 0,60. (Ghozali,
2005:41-42) 2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Pengujian multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat dilakukan
dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).
Nilai dari tolerance mengukur variabilitas variabel independen
yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi
niali tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi. Nilai
cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance <0,10 atau nilai VIF > 10
62 Tabel 4.18
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 39.470 6.267 6.298 .000
loc -.623 .125 -.553 -4.997 .000 .977 1.023
peng .060 .222 .031 .271 .787 .947 1.056
kom .661 .302 .248 2.189 .033 .936 1.069
eti .237 .117 .222 2.021 .049 .988 1.012
a Dependent Variable: pask
Sumber : data primer yang diolah
Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai tolerance tidak kurang dari 0,1. Yaitu 0,977, 0,947, 0,936, 0,988. Sedangkan nilai VIF di bawah 10, yaitu bernilai 1,023, 1,056, 1,069, 1,012. Hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat hubungan yang multikolinieritas antar variabel.
b. Uji Normalitas
Pengujian normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Cara mendeteksinya yaitu dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari garfik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
63 Sumber: data primer yang diolah
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
Sumber: data primer yang diolah
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
Observed Cum Prob
1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 E xp e ct ed C u m P ro b 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: pask
Regression Standardized Residual
3 2 1 0 -1 -2 -3 F re q u e n c y 12.5 10.0 7.5 5.0 2.5 0.0 Histogram
Dependent Variable: pask
Mean =-2.01E-16 Std. Dev. =0.962
64
Dari kedua gambar di atas dapat kita lihat bahwa persebaran mengikuti arah garis diagonal, serta menyebar disekitar garis diagonal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua grafik tersebut membuktikan bahwa model regresi mendekati asumsi normalitas.
c. Uji Heterokedastistas
Pengujian heterokedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians