• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

G. Instrumen Penelitian/Alat Ukur

2. Uji Coba Instrumen Penelitian

24*), 25*), 32, 36, 37*) 3 5 8

8 bertindak secara inovatif dan kreatif 26*), 27*), 43*), 46*) 28*), 29, 30 4 3 7 Total item 32 28 60

Sebaran item motivasi belajar setelah uji coba dapat dilihat dalam lampiran 9. *) item yang tidak valid.

b. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Hasan (2002:87) adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui dokumen. Dokumen yang dapat digunakan berupa nilai siswa dalam lima mata pelajaran yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan PKn yang tertera di rapor. Lima mata pelajaran tersebut digunakan karena sudah mewakili mata pelajaran inti SD yang menandakan prestasi belajar siswa (lihat lampiran 11).

2. Uji Coba Instrumen Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba kuesioner. Hal ini dilakukan untuk menguji taraf validitas dan taraf reliabilitas dari butir-butir pernyataan dalam kuesioner. Peneliti melakukan uji coba di SD Kanisius Notoyudan yang beralamat di Jl. Letjend. Suprapto

95, Pringgokusuman, Gedongtengen, Yogyakarta dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 3.5 Siswa yang Mengikuti Uji Coba

Kelas Jumlah Jumlah Putra Putri V 17 20 37

Uji coba dilakukan pada tanggal 16 Mei 2011 pada pukul 09.30 WIB. Jumlah siswa yang mengikuti uji coba ada 30 siswa. Hal ini dikarenakan 7 siswa tidak masuk sekolah.

Peneliti memilih SD Notoyudan karena memiliki karakteristik yang hampir sama dengan SD yang akan dijadikan penelitian yaitu SD Bopkri Gondolayu. Pelaksanaan uji coba dimaksudkan supaya alat ukur yang digunakan benar-benar valid (tepat) dan reliabel (tetap) untuk penelitian.

Setelah diuji coba, butir-butir pernyataan dalam kuesioner dianalisis. Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk menganalisis butir-butir kuesioner tersebut adalah sebagai berikut.

a. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2009:5). Menurut Furchan (2007:293) validitas menunjuk kepada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan menurut Masidjo (2010:242) validitas

suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.

Suatu alat ukur dikatakan memiliki tingkat validitas yang tinggi apabila alat tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya dan memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan dilakukannya pengukuran tersebut. Sebagai contoh, suatu ulangan IPA dikatakan valid apabila ulangan tersebut mengungkapkan hal-hal tentang IPA.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis validitas, yaitu validitas konstruk dan validitas butir. Validitas konstruk adalah validitas yang dapat menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat pengukur sesuai dengan suatu konsep yang seharusnya menjadi isi tes atau alat pengukur tersebut yang mendasari disusunnya tes atau alat pengukur tersebut (Masidjo, 2010:244). Validitas konstruk disebut juga validitas bangunan pengertian. Menurut Furchan (2007:302) istilah bangunan pengertian dipakai untuk menunjukkan sesuatu yang tidak dapat diukur secara langsung tetapi dapat menerangkan akibat-akibat yang dapat diamati. Dalam penyusunan butir-butir pernyataan dalam kuesioner, peneliti berpedoman pada bangunan pengertian yang tampak pada indikator-indikator dari konsep motivasi belajar.

Di bawah ini merupakan indikator-indikator dari motivasi belajar siswa yang diuraikan dalam kisi-kisi motivasi belajar siswa yang akan dicari validitas itemnya.

Tabel 3.6 Kisi-kisi Soal untuk Mencari Validitas Item Indikator Soal Jumlah Item Keterangan (+) (-) Item Valid Item Tidak Valid Dorongan dan

kebutuhan dalam belajar (usaha yang dilakukan dalam mencapai tujuan belajar)

4 4 8 6 2

Kebutuhan siswa dalam belajar (motivasi intrinsik dan ekstrinsik)

5 5 10 6 4

Keinginan berhasil (mencapai prestasi yang baik)

5 3 8 4 4

Harapan dan cita-cita masa depan.

3 2 5 2 3

Tanggungjawab pribadi yang besar

4 3 7 2 5

Menyukai tugas dan latihan-latihan soal

4 3 7 1 6

Pantang menyerah 3 5 8 2 6

Bertindak secara inovatif dan kreatif

4 3 7 2 5

Ada dua macam validitas sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu validitas eksternal dan validitas internal (Arikunto, 2006:169). Validitas butir termasuk dalam validitas internal. Validitas internal dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan (Arikunto, 2006:172). Jadi setiap bagian instrumen harus mendukung instrumen secara keseluruhan dengan mengungkap data dari variabel yang dimaksud. Bagian instrumen dapat berupa butir-butir pernyataan dari kuesioner. Oleh karena itu dikenal adanya validitas butir.

Untuk menguji validitas butir, skor-skor yang diperoleh dari setiap butir dikorelasikan dengan skor total semua siswa. Korelasi pada validitas butir dihitung dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson dengan rumus angka kasar. Berikut rumus dari Product Moment angka kasar dari Pearson.

Keterangan:

rxy : koefisien korelasi

∑X : jumlah skor dalam sebaran x (skor item per butir) ∑Y : jumlah skor dalam sebaran y (skor item total)

∑XY : jumlah hasil kali skor x dan skor y yang berpasangan ∑X2 : jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran x

∑Y2 : jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y N : Jumlah responden

Setelah diperoleh indeks validitas setiap butir, maka dapat diketahui dengan pasti butir-butir manakah yang tidak memenuhi syarat ditinjau dari validitasnya (Arikunto, 2006:178). Namun untuk mencapai hal tersebut, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Pemberian skor pada setiap butir soal kemudian memasukkannya ke dalam data uji coba (lihat lampiran 2). Skor yang diperoleh siswa merupakan skor berjenjang dengan nilai 4, 3, 2, 1.

2) Skor tersebut kemudian diubah menjadi skor diskrit (skor nominal) adalah skor yang hanya memiliki dua tipe jawaban yaitu ya dan tidak. Skor diskrit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor dengan nilai 1 dan 0 (lihat lampiran 3).

Setelah memberi skor, langkah selanjutnya adalah menghitung validitas menggunakan program SPSS Statistics 17.0 for Windows. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah dalam penghitungan validitas daripada menggunakan penghitungan manual menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson dengan rumus angka kasar. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam penghitungan taraf validitas butir/item menggunakan Program SPSS 17 adalah sebagai berikut:

1) Memasukkan data skor yang diperoleh siswa ke dalam data uji coba dengan bantuan program Microsoft Office Excel 2007.

2) Menghitung skor total yang diperoleh oleh setiap siswa dengan bantuan program Microsoft Office Excel 2007.

3) Menggunakan Program SPSS 17 untuk menghitung validitas dengan mengisi variabel view item1 – item60 terlebih dahulu. 4) Memindah data dari program Microsoft Excel 2007 ke data view. 5) Menguji validitas dengan tahap : Analyze Correlate

Bivariate  memindahkan semua item ke dalam kolom variables  memberi tanda √ pada kotak dengan pilihan Pearson dan Two Tailed pada kolom Test of Significance  mengklik OK.

Berdasarkan konsultasi dengan dosen pembimbing bahwa harga koefisien korelasi minimal 0,30. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Azwar (2009:65) bahwa kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total dengan menggunakan batasan rxy ≥ 0,30, sehingga sebuah item/butir tes disebut valid jika 0,30. Jika nilai korelasinya < 0,30 maka butir tersebut gugur atau tidak valid (lihat lampiran 4). Item tersebut dapat digunakan lagi apabila sudah direvisi. Dengan menggunakan panduan tersebut diperoleh hasil 25 item yang valid dan 35 item tidak valid. Peneliti melakukan revisi pada 15 item yang memiliki taraf signifikansi mendekati 0,30 (lihat lampiran 6) sehingga jumlah item pada kuesioner terbaru menjadi 40 item (lihat lampiran 10).

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang berasal dari kata rely dan ability (Azwar, 2009:4). Menurut Masidjo (2010:209) reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketetapan dan ketelitian hasil. Sedangkan menurut Furchan (2007:310) reliabilitas suatu alat ukur adalah derajat keajegan alat tersebut adalam mengukur apa saja yang diukurnya.

Suatu pengukuran dikatakan memiliki reliabilitas tinggi jika hasil dari pengukuran tersebut ajeg dan dapat dipercaya. Oleh karena itu dalam merencanakan suatu tes harus mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi taraf reliabilitas. Faktor-faktor-faktor tersebut adalah (1) homogenitas mutu prestasi kelompok; (2) homogenitas bahan yang dipakai dalam tes; (3) jumlah item dalam suatu tes; (4) taraf kesukaran tes.

Koefisien reliabilitas atau rtt yang dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien antara -1,00 sampai dengan 1,00 dengan pengelompokkan dari sangat rendah sampai sangat tinggi. Berikut ini tabel klasifikasi koefisien reliabilitas suatu tes seperti yang disampaikan oleh Masidjo (2010:209):

Tabel 3.7 Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Klasifikasi

±0,91 – ±1,00 Sangat tinggi

±0,71 – ±0,90 Tinggi

±0,41 – ± 0,70 Cukup

±0,21 – ± 0,40 Rendah

0 – ± 0,20 Sangat rendah

Untuk menentukan taraf reliabilitas suatu tes, peneliti menggunakan metode belah dua (split- half method). Metode ini dirasa lebih efisien karena hanya mempergunakan satu tes untuk satu kali pengukuran pada sekelompok siswa. Hasil dari satu tes tersebut dibagi menjadi dua secara simbang dengan bagian pertama berupa skor yang berasal dari item-item nomor gasal dan bagian kedua berupa skor yang berasal dari item-item yang bernomor genap (Masidjo, 2010:218). Sedangkan besar koefisien reliabilitas menggunakan taraf signifikansi 1%. Skor-skor uji coba yang diperoleh siswa dapat dilihat dalam lampiran 2. Skor tersebut diubah menjadi skor berjenjang dengan nilai 4, 3, 2, dan 1. Setelah itu skor tersebut diubah menjadi skor diskrit (nominal) dengan nilai 1 dan 0 (lihat lampiran 3). Langkah-langkah tersebut sama dengan langkah saat akan menguji validitas. Jadi lampiran 2 dan 3 dapat digunakan untuk persiapan menguji dua hal yaitu uji validitas dan uji reliabilitas.

Hasil dari dua bagian yaitu gasal dan genap dikorelasikan dengan menggunakan teknik korelasi Product-Moment dari Pearson dengan rumus angka kasar:

Keterangan:

rxy : koefisien gasal–genap

∑X : jumlah skor dalam sebaran x (item skor gasal) ∑Y : jumlah skor dalam sebaran y (item skor genap) ∑XY : jumlah hasil kali skor x dan skor y yang berpasangan ∑X2 : jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran x ∑Y2 : jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y N : Jumlah sampel

Namun koefisien gasal-genap dari dua bagian tersebut baru mencerminkan taraf reliabilitas setengah tes. Taraf reliabilitas satu tes diperoleh dengan mempergunakan formula koreksi dari Spearman-Brown dengan rumus (Masidjo, 2010:219):

Keterangan:

rgg = koefisien gasal-genap rbb = koefisien belahan I dan II

Hasil reliabilitas dalam uji coba dapat dilihat dalam tabel berikut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran 7.

Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Koefisien Reliabilitas Uji Coba

Kuesioner Koefisien Reliabilitas Klasifikasi

Motivasi Belajar 0,864 Tinggi

Setelah penelitian dilakukan, koefisien reliabilitas dari kuesioner dihitung kembali untuk mendukung kereliabelan kuesioner yang digunakan. Langkah pertama dalam penghitungan reliabilitas adalah mengubah skor kuesioner yang diperoleh siswa (lihat lampiran 12) menjadi skor diskrit (lihat lampiran 13). Proses penghitungan koefisien reliabilitas penelitian dapat dilihat pada lampiran 14. Berikut ini hasil penghitungan koefisien reliabilitas penelitian kuesioner motivasi belajar:

Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Koefisien Reliabilitas Penelitian Kuesioner Koefisien Reliabilitas Klasifikasi

Motivasi Belajar 0,956 Sangat Tinggi

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa alat ukur kuesioner motivasi belajar memiliki reliabilitas sangat tinggi.

Dokumen terkait