• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Uji Daya Anthelmintika Infusa Daun M. tanarius, L

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu cacing Ascaridia galli. Cacing A. galli dipilih sebagai penggati Ascaris lumbricoides dikarenakan untuk mendapatkan cacing A. lumbricoides dalam keadaan hidup tanpa pengaruh obat cacing dan dalam jumlah yang cukup sangatlah sulit. Selain itu, A. galli dan A. lumbricoides merupakan cacing dari famili yang sama, yaitu Ascaridiae sehingga dikatakan memiliki kemiripan sifat. Oleh karena itu, A. lumbricoides kemudian dapat

digantikan dengan A. galli. Cacing A. galli yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan jenis kelamin dan ukurannya. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalkan variasi pada respon cacing terhadap perlakuan yang diberikan. Jenis kelamin cacing dipilih cacing betina karena secara anatomi dan morfologi, cacing betina berukuran lebih besar dari jantan dan memiliki daya tahan terhadap lingkungan yang lebih besar pula. Identifikasi cacing A. galli dilakukan di Laboratorium Parasitologi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Identifikasi cacing dilakukan dengan melakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis terhadap bagian anterior dan posterior cacing yang merupakan ciri atau penanda khusus pada golongan Nematoda. Bagian yang diamati meliputi spikulum dan kloaka pada bagian posterior serta mulut dan esophagus pada bagian anterior (Lampiran 5), kemudian dicocokkan dengan buku identifikasi cacing (Yamaguti, 1961), sehingga dapat diketahui jenis cacing yang diamati. Identifikasi dimaksudkan agar hewan uji yang digunakan benar-benar merupakan cacing A. galli. Surat keterangan determinasi cacing A. galli dilampirkan pada Lampiran 2.

Uji daya anthelmintika dilakukan dengan menggunakan metode perendaman. Metode perendaman ini merupakan metode yang sesuai digunakan dalam pengujian daya anthelmintika terhadap cacing dewasa. Metode lain yang dapat digunakan, yaitu metode uji daya hambat larva (Jackson & Gordon, 2008), namun metode tersebut memiliki perbedaan pada siklus hidup yang berbeda dari cacing, yaitu pada stage larva. Metode daya hambat larva tidak dipilih dikarenakan untuk mendapatkan cacing

dalam stage larva diperlukan pembiakan dan penetasan sendiri terhadap telur cacing, sehingga memerlukan waktu yang lama dan biaya yang cukup tinggi.

Pada pengujian dengan metode perendaman dalam penelitian ini, pengamatan dilakukan setiap satu jam sampai semua cacing mati. Pengamatan cacing dilakukan setiap satu jam karena menurut Sukarban dan Santoso (1995), waktu 1 jam adalah waktu yang optimal dalam pengamatan untuk mendapatkan data yang lebih banyak dan diharapkan hasil penelitian yang didapatkan lebih valid, karena semakin sering pengamatan maka linearitas respon cacing akan semakin terlihat. Perlakuan pertama yang dilakukan, yaitu menentukan lama hidup cacing di dalam cairan NaCl fisiologis (NaCl 0,9%). Penentuan lama hidup cacing di luar hospes atau uji lama hidup cacing dilakukan untuk mengetahui seberapa lama cacing dapat hidup di luar tubuh hospes dan kemudian digunakan untuk menentukan lama waktu pengamatan yang diperlukan dalam penelitian (Tabel III).

Tabel. III Waktu kematian cacing Ascaridia galli pada larutan NaCl 0,9% (Uji lama waktu hidup cacing)

Replikasi Rata-rata waktu kematian cacing (jam)

1. 28,2

2. 29,2

3. 28,5

Hasil yang diperoleh dari tiga kali replikasi menunjukkan bahwa rata-rata kematian cacing adalah 28,6 jam. Dengan mengacu hasil tersebut, dapat ditentukan waktu pengamatan yang dipakai dalam penelitian. Lama waktu pengamatan pada uji daya anthelmintik tidak boleh terlalu mendekati atau melebihi lama hidup cacing di luar tubuh hospes, dikarenakan pada waktu mendekati batas lama waktu hidup di luar hospes kondisi cacing yang diberi perlakuan sudah terpengaruh faktor eksternal seperti kerusakan sel akibat ketidaktersediaan nutrisi, cemaran mikroorganisme dan lain sebagainya. Oleh karena itu lama waktu pengamatan yang digunakan kemudian ditetapkan selama 20 jam untuk memudahkan perhitungan data.

Pengujian daya anthelmintika pada penelitian ini merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui aktifitas infusa daun M. tanarius terhadap cacing A. galli dengan menggunakanrancangan uji acak lengkap pola searah. Hasil pengujian yang berupa data kematian cacing kemudian dianalisis menggunakan uji statistik analisis varian satu arah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antar kelompok perlakuan, yang kemudian dilanjutkan dengan uji post hoc LSD untuk menentukan konsentrasi infusa daun M. tanarius yang menunjukkan waktu kematian yang berbeda tidak bermakna dengan kontrol positif, yaitu piperazin sitrat. Selanjutnya dilakukan analisis probit untuk mendapatkan nilai LC50, yaitu konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian cacing sebesar 50% dari populasi dan juga nilai LT50, yaitu waktu yang menunjukkan kematian cacing sebesar 50% pada konsentrasi tertentu. Data pengamatan waktu kematian cacing A.galli tersaji pada Lampiran 8.

Hasil analisis varian satu arah (Oneway ANOVA) pada data pengamatan waktu kematian cacing (lampiran 9) menunjukkan perbedaan antar kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (NaCl 0,9%) fisiologis dengan mempertimbangkan nilai rata-rata (mean) ± SE. SE merupakan standar error yang menunjukkan ketepatan perhitungan. Semakin kecil nilai SE, maka perhitungan dikatakan makin tepat. Jika digambarkan dalam grafik batang, maka rata-rata waktu kematian cacing tiap kelompok ditampilkan dalan Gambar 2. sebagai berikut.

Gambar 2. Grafik konsentrasi kelompok perlakuan vs rata-rata waktu kematian cacing (jam)

Dari gambar 2 tersebut dapat dilihat bahwa kelompok perlakuan memiliki perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (NaCl 0,9%). Hal tersebut dikarenakan pada grafik tampak tidak ada nilai pada kelompok perlakuan yang melampaui nilai pada kelompok kontrol negatif ± SE. Dari grafik tersebut juga dapat diartikan bahwa kelompok perlakuan infusa daun M. tanarius memiliki perbedaan bermakna dengan kontrol negatif atau dikatakan bahwa infusa daun M. tanarius memiliki efek anthelmintika dibandingkan dengan kontrol negatif. Namun data yang disajikan dengan grafik dengan nilai mean ± SE tersebut tidak dapat menunjukkan letak perbedaan antar kelompol perlakuan. Oleh karena itu dilakukan uji post hoc dengan metode LSD (Least Significant Different) untuk melihat perbedaan antar kelompok perlakuan. Hasil post hoc disajikan dalam tabel IV berikut.

Tabel IV. Hasil analisa signifikansi dengan post hoc LSD

Perlakuan NaCl 0,9% Pipr. 0,2% Pipr. 0,4% Pipr. 0,6% Pipr. 0,8% Pipr. 1%

NaCl 0,9% - BB BB BB BB BB Inf DM 10% BB BB BB BB BB BB Inf DM 20% BB BB BB BB BB BB Inf DM 40% BB BB BB BB BB BB Inf DM 60% BB BB BB BB BB BB Inf DM 80% BB BTB BTB BB BB BB Keterangan :

NaCl 0,9% : NaCl fisiologis 0,9% sebagai kontrol negatif Inf DM : Infusa daun M. tanarius

Pipr. : Piperazin sitrat

BB : Berbeda bermakna

Hasil analisa post hoc menunjukkan bahwa ada perbedaan tidak signifikan antara perlakuan infusa daun M. tanarius pada konsentrasi 80% dengan kontrol positif piperazin sitrat pada konsentrasi 0,2% dan 0,4%. Hal tersebut dapat berarti bahwa daya anthelmintika atau kemampuan infusa daun M. tanarius dalam membunuh cacing atau pada konsentrasi 80% berbeda tidak bermakna dengan daya anthelmintika piperazin sitrat pada konsentrasi 0,2% dan 0,4%

Pengujian daya anthelmintika infusa daun M. tanarius kemudian dilanjutkan dengan penentuan nilai LC50 dan LT50 infusa daun M. tanarius dan piperazin sitrat. Pada penentuan LC50 infusa daun M. tanarius, pengamatan waktu kematian cacing pada tiap konsentrasi dilakukan tiap 1 jam selama 20 jam. Pengamatan kematian cacing dinilai dengan melihat tubuh cacing yang tidak bergerak atau tidak memberikan respon pada waktu disentuh dengan pinset baik dalam cairan garam fisiologis maupun ketika dimasukkan dalam air bersuhu 40-500 C (Kendyartanto, 2008). Pencelupan cacing ke dalam air hangat bertujuan untuk memastikan bahwa cacing benar-benar mati. Jika belum mati, cacing masih akan menunjukkan gerakan karena panasnya air. Penelitian dilakukan dengan 3 kali replikasi dan menggunakan 6 ekor cacing pada tiap perlakuannya. Digunakan 3 kali replikasi supaya mendapatkan hasil yang lebih valid. Hasil pengamatan kematian cacing untuk penentuan LC50

Tabel.V Jumlah kematian cacing A. galli pada perlakuan infusa daun M. tanarius

Pengamatan (jam)

Infusa 10% Infusa 20% Infusa 40% Infusa 60% Infusa 80%

Jml Mati % mati Jml Mati % mati Jml Mati % mati Jml Mati % mati Jml Mati % mati 0 - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - 2 - - - - - - - - - - 3 - - - - - - - - - - 4 - - - - - - - - 1 5.56 5 - - - - - - 2 11.11 3 16.67 6 - - - - 2 11.11 3 16.67 3 16.67 7 - - - - 3 16.67 3 16.67 3 16.67 8 - - 1 5.56 3 16.67 3 16.67 3 16.67 9 - - 2 11.11 3 16.67 4 22.22 5 27.78 10 1 5.56 3 16.67 5 27.78 6 33.33 5 27.78 11 2 11.11 3 16.67 6 33.33 6 33.33 9 50.00 12 3 16.67 5 27.78 7 38.89 8 44.44 11 61.11 13 4 22.22 6 33.33 9 50.00 9 50.00 12 66.67 14 5 27.78 7 38.89 9 50.00 10 55.56 15 83.33 15 6 33.33 8 44.44 9 50.00 12 66.67 17 94.44 16 7 38.89 10 55.56 11 61.11 13 72.22 18 100.0 17 8 44.44 10 55.56 12 66.67 14 77.78 - - 18 9 50.00 11 61.11 13 72.22 16 88.89 - - 19 10 55.56 12 66.67 14 77.78 17 94.44 - - 20 11 61.11 13 72.22 16 88.89 18 100.0 - -

Berdasarkan data pada tabel V, maka dilakukan perhitungan dengan analisis probit. Syarat analisa probit, yaitu prosentase kematian cacing minimal 5-95% dan ada 5 data valid untuk dapat dihitung (Umniyati, 1990). Oleh karena itu, perhitungan data menggunakan data pada jam ke-16 dikarenakan pada jam tersebut didapatkan kematian cacing sebesar 100%, yaitu pada konsentrasi 80% dan juga memenuhi syarat perhitungan probit. Perhitungan analisa probit tersaji pada lampiran 10. Pada kelompok kontrol negatif tidak ditemukan adanya kematian cacing sehingga tidak perlu dikoreksi dengan formula Abbot, yaitu formula yang digunakan untuk faktor kalibrasi jika terjadi kematian pada kelompok kontrol negatif. Selanjutnya untuk penentuan LC50 dengan analisa probit, dapat dibuat tabel data seperti dalam Tabel VI. Tabel VI. Data jumlah kematian cacing A. galli pada jam ke-16 perlakuan infusa

daun M. tanarius untuk mencari nilai LC50 menggunakan analisa probit

Konsentrasi infusa daun M. tanarius (%) Jumlah total cacing (ekor) Jumlah total kematian cacing (ekor) Prosentase kematian (%) 10 18 7 38,9 20 18 10 55,5 40 18 11 61,1 60 18 13 72,2 80 18 18 100,0

Hasil pengolahan data pada tabel VI. dengan menggunakan analisis probit seperti terlampir pada lampiran 10 mendapatkan nilai LC50 dari infusa daun M. tanarius sebesar 17,3%. Dari nilai tersebut diartikan bahwa infusa daun M. tanarius dapat membunuh 50% populasi cacing pada konsentrasi 17,3%. Persamaan regresi

probit yang didapatkan, yaitu y = 1,645x - 2,039, dengan chi square (x2) hitung sebesar 5,142. Nilai x2 menunjukkan homogenitas dari respon cacing terhadap perlakuan. Jika x2 hitung lebih kecil dari x2 tabel berarti data tersebut bersifat homogen atau dapat dikatakan respon cacing terhadap perlakuan sifatnya homogen. Nilai x2 tabel dengan taraf kepercayaan 95% dan derajad kebebasan (df) 3, yaitu 7,80. Karena nilai x2 hitung lebih kecil daripada x2 tabel maka data respon cacing terhadap perlakuan dikatakan homogen.

Pada penentuan LC50 piperazin sitrat digunakan data pengamatan yang diperoleh seperti yang terlihat pada tabel VII.

Tabel. VII Jumlah kematian cacing A. galli pada larutanpiperazin sitrat (kontrol positif)

Perlakuan (jam) Piperazine 0,2% Piperazine 0,4% Piperazine 0,6% Piperazine 0,8% Piperazine 1% Jml Mati % mati Jml Mati % mati Jml Mati % mati Jml Mati % mati Jml Mati % mati 0 - - - - - - - - - - 1 - - - - - - 2 11.11 3 16.67 2 - - - - - - 3 16.67 3 16.67 3 - - - - 1 5.56 3 16.67 5 27.78 4 - - 1 5.56 3 16.67 4 22.22 6 33.33 5 - - 2 11.11 4 22.22 5 27.78 7 38.89 6 1 5.56 3 16.67 4 22.22 5 27.78 9 50.00 7 1 5.56 3 16.67 5 27.78 7 38.89 9 50.00 8 5 27.78 6 33.33 8 44.44 11 61.11 15 83.33

Penentuan nilai LC50 piperazin sitrat menggunakan data pada jam ke-10 dikarenakan pada jam tersebut terdapat kematian cacing sebesar 100%, yaitu pada konsentrasi 1% dan juga memenuhi syarat perhitungan probit. Selanjutnya untuk penentuan LC50 dengan analisa probit, dapat dibuat tabel data seperti pada Tabel VIII sebagai berikut.

Tabel VIII. Data jumlah kematian cacing A.galli pada jam ke-10 perlakuan larutan piperazin sitrat (kontrol positif) untuk mencari LC50 menggunakan analisa probit Konsentrasi larutan piperazin sitrat (%) Jumlah total cacing (ekor) Jumlah total kematian cacing (ekor) Prosentase kematian (%) 0,2 18 8 44,4 0,4 18 9 50,0 0,6 18 11 61,1 0,8 18 14 77,8 1,0 18 18 100,0 9 7 38.89 7 38.89 9 50.00 13 72.22 17 94.44 10 8 44.44 9 50.00 11 61.11 14 77.78 18 100.00 11 10 55.56 9 50.00 12 66.67 17 94.44 - - 12 10 55.56 10 55.56 14 77.78 18 100.00 - - 13 12 66.67 11 61.11 16 88.89 - - - - 14 13 72.22 14 77.78 18 100.00 - - - - 15 16 88.89 18 100.00 - - - - - - 16 18 100.00 - - - - - - - - 17 - - - - - - - - - -

Perhitungan LC50 piperazin sitrat ini juga tidak perlu dikoreksi menggunakan formula Abbot karena pada kelompok kontrol negatif tidak ditemukan adanya kematian cacing selama waktu pengamatan. Hasil yang diperoleh setelah data pada tabel VII dianalisis menggunakan analisa probit seperti pada lampiran 11, yaitu didapatkan nilai LC50 piperazin sitrat sebesar 0,307 % yang dapat diartikan bahwa piperazin sitrat dapat membunuh 50% populasi cacing A. galli pada konsentrasi 0,307%. Persamaan regresi probit yang diperoleh y = 2,125x + 1,089 dengan nilai chi square (x2) hitung 5,810. Nilai x2 tabel taraf kepercayaan 95% dengan derajad kebebasan (df) 3 adalah sebesar 7,80. Nilai x2 hitung yang lebih kecil daripada nilai x2 tabel menunjukkan bahwa respon cacing terhadap perlakuan adalah homogen. Tabel IX berikut ini adalah tabel perbandingan analisis probit untuk infusa daun M. tanarius dan piperazin sitrat.

Tabel IX. Perbandingan perhitungan LC50 infusa daun M. tanarius dan piperazin sitrat dengan analisa probit

Bahan uji Persamaan regresi probit LC50 Chi square hitung Chi square tabel Infusa daun M. tanarius y= 1,645x - 2,039 17,3% 5,19 7,80 Piperazin sitrat y = 2,125x + 1,089 0,3% 5,81 7,80

Dari perbandingan tersebut di atas, dapat dilihat bahwa nilai LC50 infusa daun M. tanarius jauh lebih besar daripada piperazin sitrat. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa piperazin sitrat membutuhkan konsentrasi yang jauh lebih kecil daripada infusa daun M. tanarius untuk dapat membunuh 50% populasi cacing

A.galli dalam penelitian. Hal tersebut dikarenakan dalam infusa daun M. tanarius terkandung banyak senyawa dan bukan merupakan senyawa tunggal yang hanya berkhasiat anthelmintika saja, sedangkan piperazin sitrat sudah merupakan senyawa tunggal yang memiliki khasiat sebagai anthelmintika.

Setelah mendapatkan nilai LC50 infusa daun M. tanarius dan piperazin sitrat, pengujian daya anthelmintika infusa daun M. tanarius dilanjutkan dengan menghitung nilai LT50 dari data perlakuan infusa daun M. tanarius dan piperazin sitrat. Perhitungan nilai LT50 dilakukan sama halnya dengan mencari nilai LC50, yaitu dengan menggunakan analisa probit. Nilai LT50 infusa daun M. tanarius ditentukan berdasarkan konsentrasi yang mendekati atau dikatakan ekuivalen dengan LC50 infusa daun M. tanarius sebesar 17,3%, yaitu konsentrasi 20%.

Data yang digunakan untuk menghitung LT50 infusa daun M. tanarius dengan analisa probit adalah seperti yang tersaji dalam Tabel X sebagai berikut.

Tabel X. Kematian cacing A. galli pada konsentrasi yang ekuivalen dengan LC50

infusa daun M. tanarius Pengamatan (Jam) Jumlah total

cacing Jumlah kematian cacing Prosentase kematian (%) 8 18 1 5,6 9 18 2 11,1 10 18 3 16,7 11 18 3 16,7 12 18 5 27,8 13 18 6 33,3 14 18 7 38,8 15 18 8 44,4 16 18 10 55,6

Dari data waktu kematian cacing pada konsentrasi yang ekuivalen dengan LC50 infusa daun M. tanarius pada tabel tersebut kemudian dipilih 8 data yang akan digunakan untuk analisis menggunakan analisa probit guna mendapatkan nilai LT50 infusa daun M. tanarius. Diambil sebanyak 8 data dikarenakan pada kelompok kontrol positif hanya terdapat 8 data yang bisa dianalisis, sehingga supaya didapatkan korelasi linear yang baik dan setara, maka diperlukan data yang seimbang. Meskipun syarat dari analisa probit hanya memerlukan minimal 5 data yang valid, namun digunakan 8 data supaya perhitungan lebih valid dan korelasi linear respon perlakuan lebih dapat terlihat.

Dari pengolahan data tabel X menggunakan analisa probit seperti pada lampiran 12, didapatkan nilai LT50 infusa daun M. tanarius pada konsentrasi yang ekuivalen dengan LC50, yaitu pada konsentrasi 20% adalah 15,8 jam. Nilai tersebut berarti bahwa infusa daun M. tanarius pada konsentrasi 20% dapat membunuh populasi cacing A. galli sebanyak 50% pada jam ke-15,8. Dari pengolahan data didapatkan persamaan regresi probit y = 5,156x - 6,194 dengan nilai x2 sebesar 0,256. Jika dibandingkan dengan nilai x2 tabel dengan derajad kebebasan (df) 6, yaitu 12,59 maka nilai x2 hitung jauh lebih kecil dari x2 tabel dan dapat dikatakan bahwa respon cacing terhadap perlakuan infusa daun M. tanarius bersifat homogen.

Penentuan LT50 piperazin sitrat ditentukan berdasarkan nilai konsentrasi yang mendekati atau pada data yang ada dianggap ekuivalen dengan LC50 piperazin sitrat 0,307%, yaitu 0,4%. Penentuan LT50 piperazin sitrat dengan menggunakan data konsentrasi 0,4% seperti pada Tabel XI berikut:

Tabel XI. Kematian cacing A. galli pada konsentrasi yang ekuivalen dengan LC50 piperazin sitrat

Pengamatan (jam) Jumlah total cacing (ekor) Jumlah kematian cacing(ekor) Prosentase kematian (%) 8 18 6 33.3 9 18 7 38.8 10 18 9 50 11 18 9 50 12 18 10 55.6 13 18 11 61.1 14 18 14 77.8 15 18 18 100 16 - - - 17 - - -

Dari data waktu kematian cacing pada konsentrasi yang ekuivalen dengan LC50 piperazin sitrat pada Tabel XI tersebut diambil 8 data yang tesedia untuk dianalisis menggunakan analisa probit guna mendapatkan nilai LT50 piperazin sitrat. Perhitungan analisa probit terlampir pada lampiran 13. Dari hasil analisa data diperoleh LT50 piperazin sitrat pada konsentrasi 0,4% adalah 10,2 jam, yang berarti bahwa piperazin sitrat dengan konsentrasi yang ekuivalen dengan LC50 mampu membunuh cacing A. galli sebanyak 50% populasi pada jam ke-10,2. Persamaan regresi probit yang diperoleh dari pengolahan data adalah y = 5,802x-5,862, dengan nilai x2 hitung 6,471. Nilai x2 tabel dengan derajad kebebasan (df) 6 sebesar 12,59, sehingga diketahui bahwa x2 hitung lebih kecil dari x2 tabel dan dapat diartikan bahwa respon cacing terhadap perlakuan piperazin sitrat sifatnya homogen.

Perbandingan hasil pengolahan data LT50 infusa daun M. tanarius dan piperazin sitrat ditunjukkan dalam Tabel XII sebagai berikut:

Tabel XII. Perbandingan perhitungan LT50 infusa daun M. tanarius dan piperazin sitrat dengan analisa probit

Bahan uji Persamaan regresi probit LT50 (Jam) Chi square hitung Chi square tabel Infusa daun M. tanarius y = 5,156x - 6,194 15,898 0,256 12,59 Piperazin sitrat y = 5,802x - 5,862 10,244 6,471 12,59

Berdasarkan persamaan tersebut kemudian dibuat grafik garis regresi probit untuk menggambarkan hasil percobaan. Pada Gambar 3, grafik dibuat dalam bentuk semi logaritmik dengan dan menunjukkan hubungan antara % kematian cacing A. galli vs waktu, karena dalam penelitian ini diketahui bahwa respon cacing terhadap perlakuan bersifat homogen, maka garis regresi probit yang dihasilkan dikatakan secara bermakna menggambarkan hasil penelitian.

Gambar 3. Grafik hubungan waktu vs mortalitas cacing A.galli berdasarkan persamaan regresi probit LT50 infusa daun M. tanarius dan piperazin sitrat.

Dari grafik pada Gambar 3 tersebut dapat diamati bahwa garis yang mewakili respon dari perlakuan menggunakan piperazin sitrat terletak di atas garis respon perlakuan infusa daun M. tanarius. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada waktu pengamatan yang sama, piperazin sitrat dapat mengakibatkan jumlah kematian cacing yang lebih besar daripada infusa daun M. tanarius. Meskipun nilainya lebih kecil daripada piperazin sitrat, infusa daun M. tanarius tetap dapat dikatakan memiliki kemampuan atau daya anthelmintika. Diduga efektifitas metode penyarian turut berperan menentukan besar daya anthelmintika tanaman M. tanarius. Efektifitas metode tersebut salah satunya terlihat dari kesesuaian pelarut yang digunakan. Sebagai contoh, dalam penelitian ini senyawa yang diduga memiliki daya anthelmintika adalah terpenoid, maka pelarut yang digunakan sebaiknya menggunakan pelarut non polar seperti campuran etanol-air, atau penyari lain yang lebih sesuai untuk senyawa terpenoid yang sifatnya non polar. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan metode penyarian yang lebih spesifik dan lebih kuat menyari senyawa yang memiliki daya anthelmintika sehingga hasil yang didapat lebih optimal, misalnya dengan metode maserasi, perkolasi, atau soxhletasi dengan pelarut non polar seperti etanol-air atau n-heksan.

D. Identifikasi Kualitatif Kandungan Senyawa dalam Infusa Daun M.

Dokumen terkait