• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Uji Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Beluntas Dan Daun

1. Uji daya antibakteri ekstrak etanol daun beluntas dan daun

Uji daya antibakteri secara sumuran bertujuan untuk mengetahui besarnya diameter zona hambat ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi terhadap pertumbuhan bakteri uji. Difusi sumuran dipilih karena senyawa yang akan diujikan adalah ekstrak. Ekstrak terdiri dari beberapa komponen aktif dengan sifat kepolaran yang berbeda sehingga dengan difusi sumuran diharapkan semua komponen tersebut dapat terdifusi keseluruhan.

Seri konsentrasi awal kedua ekstrak yang digunakan yaitu 10, 15, 20, 25%. Pada ekstrak etanol daun beluntas, konsentrasi 10, 15, 20, 25%

sudah ditemukan adanya zona hambat yang kecil (Gambar 1). Namun pada ekstrak daun kemangi ada beberapa replikasi yang tidak menghasilkan zona hambat (Gambar 2). Ini diduga karena komponen senyawa aktif ekstrak etanol daun kemangi yang memiliki daya antibakteri, lebih sedikit jika dibandingkan komponen senyawa aktif ekstrak etanol daun beluntas yang memiliki daya antibakteri.

Gambar 1. Hasil uji difusi sumuran ekstrak etanol daun beluntas konsentrasi 10, 15, 20, 25% terhadap Staphylococcus epidermidis

Gambar 2. Hasil uji difusi sumuran ekstrak etanol daun kemangi konsentrasi 10, 15, 20, 25% terhadap Staphylococcus epidermidis

Selanjutnya konsentrasi kedua ekstrak ditingkatkan menjadi 30, 35, 40, 45, 50% (Gambar 3 dan 4) dengan zona hambat seperti tabel II. Tabel II. Data diameter zona hambat kontrol pelarut (etanol 70%), kontrol positif

(Mediklin®), ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi

Konsentrasi ekstrak (%) Diameter zona hambat (mm)

̅± SD

I II III

Kontrol pelarut (etanol 70%) 0,00 0,00 0,00 0,00 ± 0,00 Kontrol positif (Mediklin®) 29,0 29,0 29,0 29,0 ± 0,00

Ekstrak etanol daun beluntas 10 3,00 3,00 0,00 2,00 ± 1,73 15 4,00 2,00 3,00 3,00 ± 1,00 20 4,00 4,00 4,00 4,00 ± 0,00 25 5,00 4,00 5,00 4,70 ± 0,58 30 16,0 12,0 14,0 14,0 ± 2,00 35 16,0 11,0 14,0 13,7 ± 2,52 40 16,0 12,0 14,0 14,0 ± 2,00 45 16,0 13,0 14,0 14,3 ± 1,53 50 16,0 12,0 15,0 14,3 ± 2,08 Ekstrak etanol daun kemangi 10 0,00 0,00 0,00 0,00 ± 0,00 15 0,00 1,00 0,00 0,30 ± 0,58 20 0,00 1,00 3,00 1,30 ± 1,53 25 0,00 2,00 3,00 1,70 ± 1,53 30 12,0 12,0 15,0 13,0 ± 1,73 35 13,0 13,0 17,0 14,3 ± 2,31 40 16,0 14,0 17,0 15,7 ± 1,53 45 15,0 14,0 19,0 16,0 ± 2,65 50 19,0 17,0 20,0 18,7 ± 1,53

Gambar 3. Hasil uji difusi sumuran ekstrak etanol daun beluntas konsentrasi 30, 35, 40, 45, 50% terhadap Staphylococcus epidermidis

Gambar 4. Hasil uji difusi sumuran ekstrak etanol daun kemangi konsentrasi 30, 35, 40, 45, 50% terhadap Staphylococcus epidermidis

Ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi dikatakan memiliki daya antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis karena menghasilkan zona hambat, seperti yang terlihat pada histogram berikut (Gambar 5).

Gambar 5. Histogram mean data diameter zona hambat ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi terhadap Staphylococcus epidermidis

2 2,8 3,8 4,3 13,7 13,5 13,7 14,2 14 0 0,3 1,2 1,3 13,7 13,7 15,5 15,7 15,7 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 10 15 20 25 30 35 40 45 50 D iam e te r Zo n a H am b at Konsentrasi Ekstrak

Data Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol

terhadap Staphylococus epidermidis

Daun beluntas Daun kemangi

Kontrol yang digunakan ada 4, yaitu kontrol media, kontrol pertumbuhan bakteri uji, kontrol pelarut dan kontrol positif. Kontrol media bertujuan untuk mengetahui bahwa media yang digunakan tidak terkontaminasi oleh apapun yang nantinya dapat mengacaukan hasil penelitian. Hasil pengamatan setelah inkubasi menunjukkan, media tampak jernih yang artinya media dan pelubang sumuran yang digunakan bebas dari kontaminasi (Gambar 6).

Gambar 6. Hasil uji difusi sumuran kontrol media

Kontrol pertumbuhan bakteri uji bertujuan untuk mengetahui bahwa bakteri uji yang digunakan dapat tumbuh subur pada media, ditandai dengan penampakan media yang keruh. Hasil yang ditunjukkan adalah adanya pertumbuhan bakteri yang subur ditandai dengan media yang tampak keruh jika dibandingkan dengan kontrol media (Gambar 7).

Gambar 7. Hasil uji difusi sumuran kontrol pertumbuhan bakteri uji

Kontrol pelarut bertujuan untuk mengetahui pelarut yang digunakan (etanol 70%) memiliki kemampuan dalam menghambat bakteri uji atau tidak. Etanol digunakan sebagai pelarut karena kedua ekstrak kurang larut sempurna jika dilarutkan dalam aquadest steril panas. Komponen aktif dalam ekstrak dengan sifat yang berbeda diduga merupakan penyebab ekstrak tidak larut sempurna dalam aquadest steril. Hasil setelah inkubasi tidak ditemukan adanya zona hambat. Ini diduga karena etanol tersebut cepat mengalami penguapan sesaat setelah diinokulasikan ke dalam sumuran sehingga belum cukup dalam menghambat bakteri uji (Gambar 8, sumuran bagian tengah).

Gambar 8. Hasil uji difusi sumuran kontrol pelarut (etanol 70%)

Kontrol positif yang digunakan, yaitu Mediklin® (Klindamisin fosfat 1,2%) dengan konsentrasi 2%, bertujuan sebagai pembanding besarnya daya hambat terhadap ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi. Selain itu kontrol positif bertujuan untuk mengetahui validitas metode. Jika hasil kontrol positif sama dengan kontrol pelarut (kontrol negatif) maka metode yang digunakan tidak valid.

Jika zona hambat kedua ekstrak dapat melampaui zona hambat kontrol positif maka dapat disimpulkan bahwa daya antibakteri ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi lebih besar dibandingkan kontrol positif (Mediklin®) yang sudah ada di pasaran. Alasan digunakannya konsentrasi 2% (0,5 ml dalam 25 ml aquadest) adalah diasumsikan satu kali penggunaan dari Mediklin® saat dioleskan ke kulit sebesar 0,5 ml dan jika tidak diencerkan, diameter zona hambat yang dihasilkan sangat besar yaitu 43 mm (Gambar 9). Maka dari itu kontrol positif yang digunakan

tetap 0,5 ml tetapi diencerkan menjadi 25 ml dan diameter zona hambatnya sebesar 29 mm (Gambar 10).

Gambar 9. Hasil uji difusi sumuran kontrol positif (Mediklin®) tanpa diencerkan

Gambar 10. Hasil uji difusi sumuran kontrol positif (Mediklin®) konsentrasi 2%

Hasil diameter zona hambat kontrol positif setelah diencerkan (konsentrasi 2%) tetap lebih besar dibandingkan diameter zona hambat kedua ekstrak, disebabkan karena kedua ekstrak masih mengandung

banyak campuran komponen senyawa aktif serta konsentrasi yang digunakan kecil (hanya sampai konsentrasi 50%). Dari hal ini ditunjukkan bahwa ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi sampai konsentrasi 50% mempunyai daya antibakteri yang lebih kecil dibandingkan kontrol positif (Mediklin®).

Hasil pengukuran diameter zona hambat kedua ekstrak diuji distribusinya menggunakan Shapiro-Wilk untuk mengetahui normalitas distribusi data.

Tabel III. Normalitas distribusi data diameter zona hambat ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi

Konsentrasi (%) Normalitas Konsentrasi (%) Normalitas

Ekstrak etanol daun beluntas 10 TN Ekstrak etanol daun Kemangi 10 TN 15 N 15 TN 20 TN 20 N 25 TN 25 N 30 TN 30 N 35 N 35 N 40 N 40 N 45 N 45 N 50 N 50 N

Ket : N = data terdistribusi normal nilai p > 0,05, TN = data tidak terdistribusi normal nilai p < 0,05

Hasilnya dari uji normalitas untuk diameter zona hambat disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal karena terdapat zona hambat yang bernilai nol. Pengujian dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis

untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan masing-masing ekstrak terhadap kontrol pelarut dan kontrol positif.

Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 (Lampiran 12 dan 13) untuk ekstrak etanol daun beluntas dan daun

kemangi yang artinya terdapat minimal dua kelompok data (dari masing-masing kelompok data ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi) yang mempunyai perbedaan. Untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai perbedaan, harus dilakukan analisis Post-Hoc, yaitu dengan uji Wilcoxon. Hasilnya dapat dilihat pada tabel IV.

Tabel IV. Hasil analisis Wilcoxon ekstrak etanol daun beluntas dengan kontrol pelarut (etanol 70%) dan kontrol positif (Mediklin®)

Kontrol pelarut Kontrol positif 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Kontrol pelarut - B TB B B B B B B B B Kontrol positif B - B B B B B B B B B 10 TB B - TB B B B B B B B 15 B B TB - TB B B B B B B 20 B B B TB - TB B B B B B 25 B B B B TB - B B B B B 30 B B B B B B - TB TB TB TB 35 B B B B B B TB - TB TB TB 40 B B B B B B TB TB - TB TB 45 B B B B B B TB TB TB - TB 50 B B B B B B TB TB TB TB -

Ket : B = berbeda (nilai p < 0,05), TB = tidak berbeda (nilai p > 0,05)

Dari tabel IV terlihat bahwa kelompok ekstrak daun beluntas yang mempunyai perbedaan dengan kontrol pelarut (etanol 70%) adalah konsentrasi 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50%. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun beluntas mempunyai daya antibakteri terhadap

Tabel V. Hasil analisis Wilcoxon ekstrak etanol daun kemangi dengan kontrol pelarut (etanol 70%) dan kontrol positif (Mediklin®) Kontrol pelarut Kontrol positif 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Kontrol pelarut - B TB TB TB TB B B B B B Kontrol positif B - B B B B B B B B B 10 TB B - TB TB TB B B B B B 15 TB B TB - TB TB B B B B B 20 TB B TB TB - TB B B B B B 25 TB B TB TB TB - B B B B B 30 B B B B B B - TB TB TB B 35 B B B B B B TB - TB TB TB 40 B B B B B B TB TB - TB TB 45 B B B B B B TB TB TB - TB 50 B B B B B B B TB TB TB -

Ket : B = berbeda (nilai p < 0,05), TB = tidak berbeda (nilai p > 0,05)

Dari tabel V, kelompok ekstrak etanol daun kemangi yang mempunyai perbedaan dengan kontrol pelarut (etanol 70%) adalah konsentrasi 30, 35, 40, 45, 50%. Ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kemangi memiliki daya antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis.

Dari kedua tabel juga terlihat adanya perbedaan dari kontrol positif dengan keseluruhan konsentrasi ekstrak (ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi) yang menunjukkan bahwa kemampuan kontrol positif dalam menghambat bakteri uji lebih besar dibandingkan konsentrasi 50% dari masing-masing ekstrak. Untuk dapat menyamakan kemampuan dengan kontrol positif dalam menghambat bakteri uji, dapat dilakukan peningkatan konsentrasi dari masing-masing ekstrak.

Perbedaan hasil yang didapat dari perbandingan kontrol pelarut dengan ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi diduga disebabkan

karena kemampuan ekstrak etanol daun kemangi dalam menghambat bakteri uji membutuhkan konsentrasi yang besar jika dibandingkan dengan ekstrak etanol daun beluntas.

Mekanisme penghambatan terhadap bakteri uji dari ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi belum diketahui secara pasti dikarenakan masih kompleksnya komponen senyawa aktif yang terdapat pada masing-masing ekstrak.

2. Penentuan KHM dan KBM ekstrak etanol daun beluntas dan daun

Dokumen terkait