• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Uji Daya Hambat Antibakteri Minyak Kayu Manis Terhadap

Tujuan uji daya hambat antibakteri adalah mengetahui besarnya diameter zona hambat pertumbuhan bakteri serta menentukan rentang konsentrasi yang digunakan dalam penentuan nilai KHM dan KBM. Pengujian difusi sumuran dibuat dalam beberapa konsentrasi yaitu 1-10% dengan menggunakan pelarut paraffin cair sebagai kontrol negatif. Hasil zona hambat yang terbentuk

pada difusi sumuran konsentrasi 1-10% terhadap bakteri Streptococcus mutans pada gambar 10 .

Gambar 10. Zona hambat pada difusi sumuran minyak kayu manis konsentrasi 1-5% (kiri) dan konsentrasi 6-10% (kanan) terhadap bakteriStreptococcus mutans

Keterangan: Kontrol Negatif (paraffin cair) (A); Konsentrasi 1% (B); Konsentrasi 2% (C); Konsentrasi 3% (D), Konsentrasi 4% (E); Konsentrasi 5% (F); Kontrol Negatif (paraffin cair) (G); Konsentrasi 6% (H); Konsentrasi 7% (I); Konsentrasi 8% (J); Konsentrasi 9% (K); Konsentrasi 10% (L)

Berdasarkan pada tabel V, konsentrasi 1-4% tidak menunjukkan adanya zona hambat sedangkan pada konsentrasi 5-10% menunjukkan adanya zona hambat maka konsentrasi ini digunakan sebagai acuan untuk penentuan nilai KHM dan KBM. Semakin tinggi konsentrasi minyak kayu maka semakin besar diameter zona hambatnya. Menurut Davis StoutcitMoerfiah dan Supomo (2011), zona hambat minyak kayu manis konsentrasi 5% dan 6% berada dalam kategori lemah (<5 mm), konsentrasi 7% dan 8% berada dalam kategori sedang (5-10 mm) dan konsentrasi 9%-10% berada dalam kategori kuat (10-20 mm).

B A C D E F G H I J K L

pada difusi sumuran konsentrasi 1-10% terhadap bakteri Streptococcus mutans pada gambar 10 .

Gambar 10. Zona hambat pada difusi sumuran minyak kayu manis konsentrasi 1-5% (kiri) dan konsentrasi 6-10% (kanan) terhadap bakteriStreptococcus mutans

Keterangan: Kontrol Negatif (paraffin cair) (A); Konsentrasi 1% (B); Konsentrasi 2% (C); Konsentrasi 3% (D), Konsentrasi 4% (E); Konsentrasi 5% (F); Kontrol Negatif (paraffin cair) (G); Konsentrasi 6% (H); Konsentrasi 7% (I); Konsentrasi 8% (J); Konsentrasi 9% (K); Konsentrasi 10% (L)

Berdasarkan pada tabel V, konsentrasi 1-4% tidak menunjukkan adanya zona hambat sedangkan pada konsentrasi 5-10% menunjukkan adanya zona hambat maka konsentrasi ini digunakan sebagai acuan untuk penentuan nilai KHM dan KBM. Semakin tinggi konsentrasi minyak kayu maka semakin besar diameter zona hambatnya. Menurut Davis StoutcitMoerfiah dan Supomo (2011), zona hambat minyak kayu manis konsentrasi 5% dan 6% berada dalam kategori lemah (<5 mm), konsentrasi 7% dan 8% berada dalam kategori sedang (5-10 mm) dan konsentrasi 9%-10% berada dalam kategori kuat (10-20 mm).

B A C D E F G H I J K L

pada difusi sumuran konsentrasi 1-10% terhadap bakteri Streptococcus mutans pada gambar 10 .

Gambar 10. Zona hambat pada difusi sumuran minyak kayu manis konsentrasi 1-5% (kiri) dan konsentrasi 6-10% (kanan) terhadap bakteriStreptococcus mutans

Keterangan: Kontrol Negatif (paraffin cair) (A); Konsentrasi 1% (B); Konsentrasi 2% (C); Konsentrasi 3% (D), Konsentrasi 4% (E); Konsentrasi 5% (F); Kontrol Negatif (paraffin cair) (G); Konsentrasi 6% (H); Konsentrasi 7% (I); Konsentrasi 8% (J); Konsentrasi 9% (K); Konsentrasi 10% (L)

Berdasarkan pada tabel V, konsentrasi 1-4% tidak menunjukkan adanya zona hambat sedangkan pada konsentrasi 5-10% menunjukkan adanya zona hambat maka konsentrasi ini digunakan sebagai acuan untuk penentuan nilai KHM dan KBM. Semakin tinggi konsentrasi minyak kayu maka semakin besar diameter zona hambatnya. Menurut Davis StoutcitMoerfiah dan Supomo (2011), zona hambat minyak kayu manis konsentrasi 5% dan 6% berada dalam kategori lemah (<5 mm), konsentrasi 7% dan 8% berada dalam kategori sedang (5-10 mm) dan konsentrasi 9%-10% berada dalam kategori kuat (10-20 mm).

B A C D E F G H I J K L

Tabel V. Diameter zona hambat pertumbuhanStreptococcus mutansyang terbentuk oleh minyak kayu manis

Konsentrasi Minyak Kayu Manis (%) Rata-rata (mm) ± SD Kontrol negative 0 1 0 2 0 3 0 4 0 5 3,51±1,83 6 4,83±0,98 7 5,80±1,04 8 9,16±1,88 9 10,95±1,15 10 11,64±2,65

Hasil metode dilusi padat menunjukkan masih tampak kekeruhan pada konsentrasi 5%, sedangkan pada konsentrasi 6-10% menunjukkan kejernihan, namun pada uji dilusi padat minyak kayu manis yang digunakan mengalami penurunan konsentrasi yang disebabkan minyak kayu manis dicampur dengan media TSA cair, sehingga konsentrasinya menjadi 0,06-0,13%. Penilaian terhadap media diberikan dalam bentuk notasi (+) untuk media yang masih menunjukkan kekeruhan dan notasi (-) untuk menunjukkan kejernihan.

Tabel VI. Uji daya antibakteri minyak kayu manis terhadapStreptococcus mutans

secara dilusi padat

Kelompok Kekeruhan

Kontrol media

-Kontrol pelarut

-Kontrol pertumbuhan bakteri +++

Minyak kayu manis 0,06% +

Minyak kayu manis 0,08%

-Minyak kayu manis 0,09%

-Minyak kayu manis 0,10%

-Minyak kayu manis 0,12%

-Minyak kayu manis 0,13%

Kekeruhan berarti menunjukkan pertumbuhan bakteri sedangkan kejernihan berarti tidak menunjukkan pertumbuhan bakteri. Semakin tinggi kekeruhan maka semakin banyak pertumbuhan bakteri sedangkan semakin tinggi kejernihan maka semakin tidak ada pertumbuhan bakteri. Perbandingan kontrol kontaminasi media, kontrol pertumbuhan bakteri, kontrol pelarut dengan kejernihan media uji pada gambar 11.

(A) (B)

(D) (C)

Gambar 11. Perbandingan kontrol kontaminasi media (A), kontrol pertumbuhan bakteri (B), kontrol pelarut (C) dengan kejernihan media uji (D)

Uji penegasan dilakukan untuk menentukan konsentrasi Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian. Pada konsentrasi 0,08% masih menunjukkan pertumbuhan bakteri uji (KHM) dan pada konsentrasi 0,09-0,12% tidak menujukkan pertumbuhan bakteri uji (KBM). Uji penegasan dilakukan sebanyak dua kali yaitu untuk memastikan pada konsentrasi tersebut masih menghasilkan nilai KHM dan KBM yang sama dengan hasil uji penegasan 1. Hasil uji penegasan kedua menunjukkan hasil yang sama seperti pada uji penegasan Kekeruhan berarti menunjukkan pertumbuhan bakteri sedangkan kejernihan berarti tidak menunjukkan pertumbuhan bakteri. Semakin tinggi kekeruhan maka semakin banyak pertumbuhan bakteri sedangkan semakin tinggi kejernihan maka semakin tidak ada pertumbuhan bakteri. Perbandingan kontrol kontaminasi media, kontrol pertumbuhan bakteri, kontrol pelarut dengan kejernihan media uji pada gambar 11.

(A) (B)

(D) (C)

Gambar 11. Perbandingan kontrol kontaminasi media (A), kontrol pertumbuhan bakteri (B), kontrol pelarut (C) dengan kejernihan media uji (D)

Uji penegasan dilakukan untuk menentukan konsentrasi Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian. Pada konsentrasi 0,08% masih menunjukkan pertumbuhan bakteri uji (KHM) dan pada konsentrasi 0,09-0,12% tidak menujukkan pertumbuhan bakteri uji (KBM). Uji penegasan dilakukan sebanyak dua kali yaitu untuk memastikan pada konsentrasi tersebut masih menghasilkan nilai KHM dan KBM yang sama dengan hasil uji penegasan 1. Hasil uji penegasan kedua menunjukkan hasil yang sama seperti pada uji penegasan Kekeruhan berarti menunjukkan pertumbuhan bakteri sedangkan kejernihan berarti tidak menunjukkan pertumbuhan bakteri. Semakin tinggi kekeruhan maka semakin banyak pertumbuhan bakteri sedangkan semakin tinggi kejernihan maka semakin tidak ada pertumbuhan bakteri. Perbandingan kontrol kontaminasi media, kontrol pertumbuhan bakteri, kontrol pelarut dengan kejernihan media uji pada gambar 11.

(A) (B)

(D) (C)

Gambar 11. Perbandingan kontrol kontaminasi media (A), kontrol pertumbuhan bakteri (B), kontrol pelarut (C) dengan kejernihan media uji (D)

Uji penegasan dilakukan untuk menentukan konsentrasi Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian. Pada konsentrasi 0,08% masih menunjukkan pertumbuhan bakteri uji (KHM) dan pada konsentrasi 0,09-0,12% tidak menujukkan pertumbuhan bakteri uji (KBM). Uji penegasan dilakukan sebanyak dua kali yaitu untuk memastikan pada konsentrasi tersebut masih menghasilkan nilai KHM dan KBM yang sama dengan hasil uji penegasan 1. Hasil uji penegasan kedua menunjukkan hasil yang sama seperti pada uji penegasan

pertama yaitu pada konsentrasi 0,08% masih menunjukkan pertumbuhan bakteri uji (KHM) dan pada konsentrasi 0,09-0,12% tidak menujukkan pertumbuhan bakteri uji (KBM).

Dokumen terkait