• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

C. Uji Asumsi Klasik

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pengamatan yang lain. Jika varians residual dari suatu pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas, jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Model yang paling baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

3. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen dengan variabel dependen. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas, digunakan ketentuan sebagai berikut: jika nilai Varuante Inflation Faktor (VIF) > 5, maka terjadi multikolinieritas. c. Analsis Regresi Linear Berganda

Metode analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel indepeden baik secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap variabel dependen.Dalam penelitian ini, penulis menggunakan alat bantu program SPSS 14 for windows (StatisticProdutc and Solution).

Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+ e Dimana:

Y = Keberhasilan usaha e = Standar error X = Faktor-faktor kewirausahaan a = Konstanta

X1 = Visi b = Koefisien regresi X2= Perencanaan

X3= Peluang

X4= Berani mengambil resiko Pengujian hipotesis sebagai berikut:

1. Koefisien Determinan (R2)

Korelasi determinan digunakan untuk melihat sebarapa besar pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Jika determinan (R2) semakin besar atau mendekati 1 (satu) semakin kuat. Jika Koefisien determinan (R2) semakin kecil atau mendekati 0 (nol), maka variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) semakin kecil.

Hal ini berarti, model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

2. Uji F (uji serentak)

Uji F (uji serentak) adalah melihat apakah variabel bebas (X1, X2, X3, X4) secara bersama–sama (serentak) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat (Y). Melalui uji statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Artinya secara bersama-sama tidak terdapat pangaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat (Y). Ha : b1≠ b≠ 2 b3≠ b4 ≠0

Artinya secara bersama-sama (serentak) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat (Y). Kriteria pengambilan keputusan:

Ho diterima jika Fhitung<Ftabel pada

α

= 5% Ha diterima jika Fhitung>Ftabel pada

α

= 5% 3. Uji t (uji parsial)

Uji t (uji parsial) yaitu menguji setiap variabel bebas (X1, X2, X3, X4) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan variabel terikat (Y) secara parsial.

Kriteria pengambilan kepurtusan : Ho : b1= b2= b3= b4= 0

Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat (Y).

Ha : b1≠ b≠ 2 b3≠ b4 ≠ 0

Artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat (Y).

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho diterima jika thitung<ttabel pada

α

= 5% Ha diterima jika thitung>ttabel pada

α

= 5%

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Peneliti Terdahulu

Hasil penelitian Dalimunthe (2002) berjudul : “ Pengaruh Karakteristik Individu, Kewirauwsahaan, Gaya Kepemimpinan Terhadap Kemampuan Usaha Serta Keberhasilan Usaha Industri Kecil Tenun dan Bordir Di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Dan Riau” menyatakan bahwa hasil pengujian pengaruh kewirausahaan terhadap keberhasilan usaha mempunyai pengaruh langsung, positif dan signifikan.

Abrar (2001) berjudul : “Faktor–Faktor Kewirausahaan Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha pada Warung Internet Binjai Kota” menyebutkan bahwa faktor-faktor kewirausahaan terdiri dari yang terdiri dari visi, perencanaan, motivasi, kreativitas, peluang, percaya diri, berani mengambil resiko, adaptasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha sebesar 72,5%.

Ritonga (2005) melakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Mikro Non Makanan Di Lingkungan Pajak USU” dimana peneliti menggunakan empat indikator untuk mengukur kewirausahaan yaitu, perencanaan, resiko, peluang dan adaptasi. Dan keberhasilan usaha akan diukur dengan tiga indikator yaitu keuntungan usaha, jumlah penjualan, dan pertumbuhan usaha. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa kewirausahaan bukan merupakan faktor yang menentukan keberhasilan

usaha mikro non makanan di pajak USU atau dapat dikatakan tidak terdapat hubungan antara kewirausahaan dan keberhasilan usaha yang signifikan.

Georgia (2008) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor Yang Mendorong Keberhasilan Usaha Baru (Studi Kasus pada Crispo Accessories Grand Palladium dan Q-ta Accessories Sun Plaza Medan) dimana peneliti menggunakan empat indikator untuk mengukur kewirausahaan, yaitu rencana pemasaran, rencana produksi, rencana organisasi, dan manajemen, rencana keuangan merupakan faktor utama yang mendukung keberhasilan usaha Crispo Accessories Grand Palladium dan Q-ta Accessories Sun Plaza.

B. Pengertian Koperasi, Kewirakoperasian

Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 Tetang Perkopreasian Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa “ Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatanya berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.

Koperasi adalah suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian, beranggotakan mereka yang umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara suka rela dan atas dasar pesamaan hak, kewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya (Kartasapoetra, 2001:1)

Kasmir (2008:45) kopersi merupakan badan usaha yang beranggotakan beberapa orang. Artinya koperasi merupkan kumpulan orang yang secara bersama-sama melakukan usaha. Badan hukum koperasi melandaskan

kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi. Koperasi dianggap sebagai gerakan ekonomi rakyat.

Dalam seminar Nasional pada tanggal 17 Oktober di kampus IKOPIN jatinangor, Jawa barat, muncul istilah cooperative entrepreneur. Entrepreneur dalam koperasi tidak hanya menyangkut usaha koperasi tetapi meliputi pula member entrepreneur, manager entrepreneurship, bureaucratti centrepreneur dan catalystic entrepreneur, maka disepakati istilah kewirausahaan koperasi sebagai kewirakoprasian.

Kewirakoprasian adalah adalah suatu sikap mental positif dalam berusaha secara koparatif, untuk mengambil prakarsa inovatif serta keberanian mengabil resiko dan berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi, dalam mewujudkan terpenuhnya kebutuhan nyata serta peningkatan kesejahteraan bersama (Anoraga, 2002:44)

C. Pengertian Wirausaha dan Kewirausahaan

Wirausaha (entrpreneur) adalah orang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan dalam menggunakan semberdaya seperti financial (money), bahan mentah (material), dan tenaga kerja (labour) untuk dapat menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru, proses produksi, dan perkembangan organisasi usaha.

Wirausaha (entrepreneur) adalah orang orang yang menpunyai kombinasi unsur-unsur dan elemen-elemen internal yang memiliki kombinasi motivasi, visi, komunikasi, dan dorongan semangat, serta kamapuan untuk memanfaat peluang usaha. Dalam konteks bisnis wirausaha merupakan seorang pengusaha tapi tidak semua pengusaha sebagai wirausahawan, karena wirausahawan itu merupakan

salah satu pelopor dalam bisnis. Inovator, penangging jawab resiko yang mempunyai visi kedepan dan memiliki keunggulan dalam berprestasi di bidang usaha (Suryana, 2003:11)

Zimmerer (2008:4) menyatakan bahwa seorang wirausaha (entrepreneur) adalah seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang signifikan dan menggabung sumber-sumber daya yang diperlukan sehingga sumber-sumber daya itu bisa dikapitalisasikan.

Wirausahawan adalah orang yang memiliki kemampuan mulai dari menawarkan ide hingga menciptakan suatu produk atau jasa yang dapat di jual. Dengan kemampuannya, wirausahawan harus dapat beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan. Sebagai pelaku bisnis, wirausahawan harus mengetahui dengan baik fungsi manajemen. Untuk memperoleh keberhasilan, seorang wirausahawan harus mampu berkomunikasi dengan menguasai beberapa elemen kecakapan manejerial, serta menguasai teknik menjual yang strategis mulai dari pengetahuan tentang produk, ciri khas produk dan daya saing produk terhadap produk sejenis. http/ agustus 2008.

Dalimunthe (2004) Kewirausahaan adalah semangat, perilaku dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas dan inovasi serta kemampuan manajemen.

manajemen-ritha7.pdf

Suryana (2003:1) kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber untuk mencari peluang menuju sukses. Dalam organisasi perusahaan, kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai tambah dipasar melalui proses pengelolaan sumberdaya dengan cara-cara baru dan berbeda Melalui : (1) Pengembangan teknologi baru, (2) Penemuan pengetahuan ilmiah baru, (3) Perbaikan produk barang dan jasa yang ada, (4) Penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang lebih banyak dengan sumberdaya yang lebih efisien.

Kewirausahaan merupakan semangat prilaku dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri atau pelayanan yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih baik, efisien melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas, inovasi, serta kemampuan manajemen (Sutrisno, 2003 :3)

Kewirausahaan adalah semangat, perilaku dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas dan inovasi serta kemampuan manajemen. Untuk menjadi pengusaha yang sukses seorang dituntut untuk, memenuhi kualifikasi sebagai seorang wirausahawan. Pada kenyataannya tidak semua pengusaha adalah wirausahawan yang memiliki sifat kewirausahaan. Pada umumnya yang dimaksud dengan wirausaha sama dengan wiraswasta atau pengusaha yaitu semua orang yang memiliki usaha atau melakukan kegiatan

usaha untuk memperoleh keuntungan atau komisi. Ciri negatif tapi sangat menonjol pada sebagian pengusaha kita ditahun 80-an dan 90-an adalah Semangat dan perilaku mereka mencari keuntungan pribadi sebanyak-banyaknya dengan menghalalkan segala cara. ritha7.pdf.

D. Ciri-ciri Wirausahawan

Dalimunthe (2002) menyatakan dalam tilisannya bahwa terdapat 8 (delapan) ciri dari wirausaha (entrepreneur) yaitu:

1. Mempunyai Visi (X1)

Visi secara hakekat merupakan gambaran masa depan yang ingin dicapai. Seorang wirausaha harus memiliki visi yang jelas dan dapat dipahami oleh seluruh anggota organisasi yang akan meningkatkan seluruh energi organisasi dalam satu kesatuan yang kuat. Semakin tinggi pemahaman dan penerimaan visi organisasi, semakin tinggi pula komitmen anggota organisasi untuk mewujudkan tujuan organisasi.

2. Perencanaan (X2)

Seorang wirausaha sebelum menjalankan usahanya terlebih dahulu membuat perencanaan yang cukup mengenai usaha yang akan di kelolanya, dimulai dari usaha apa yang akan buat, dimana usaha tersebut didirikan, kapan usaha tersebut akan dimulai dan siapa yang akan mengelolanya. Oleh karena itu agar aktivitas bisnis yang dilakukan sesuai dengan tujuan perusahaan.

3. Motivasi (X3 )

Motivasi diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan–kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi yang ada pada diri seseorang merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku guna mencapai kepuasan dirinya. Tanpa motovasi seseorang baru menggunakan 20% - 30% dari kemampuannya, sedangkan dengan adanya motivasi, diharapkan kinerja individu mencapai sebesar 80% - 90% dari kemapuan yang dimilikinya.

4. Kreativitas (X4)

Seorang wirausaha harus memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan secara kreatif dengan perenungan mendalam agar dapat melakukan penyesuaian berbagai keinginan dan kebutuhan pasar. Kreativitas mengharuskan seseorang mempunyai kemauan menciptakan sesuatu yang baru. Kreativitas merupakan faktor kepribadian yang dapat dikembangkan dan diajarkan.

5. Peluang (X5)

Peluang atau kesempatan biasanya tidak datang berulang-ulang, tapi mungkin hanya sekali saja dan dalam waktu yang sangat singkat, sehingga diperlukan antisipasi dan waktu yang tepat untuk melihat berbagai peluang agar tidak mengalami kegagalan. Seorang wirausaha dituntut dapat melihat, memanfaatkan serta mengimplementasikan peluang, sehingga dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Semua tantangan bisa menjadi peluang apabila ada inovasi. Para wirausaha harus mengukur dan memperkirakan ukuran pertumbuhan dan potensi laba dari setiap peluang yang

ada dan berhati-hati mengevaluasi peluang sebelum memilih pasar dan sasaran.

6. Percaya diri (X6)

Percaya diri merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu, kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualisme, dan keuntungan. Pemimpin perusahaan harus memiliki percaya diri agar dapat meraih prestasi yang tinggi dan megembangkan usaha. Suatu organisasi meraih perstasi yang tinggi bila pemimpinnya memiliki percaya diri untuk mengambil resiko, terus beraktifitas, dan menerima perubahan yang ada tanpa hanya terus-menerus pada tujuan perusahaan.

7. Berani Mengambil Resiko (X7 )

Pengambilan resiko sangat berkaitan dengan kreativitas yang mengubah ide menjadi realistis dan disertai dengan upaya pencapaiannya. Setiap aktivitas manusia selalu mengandung resiko dengan identitas yang berbeda, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Itu merupakan suatu tantangan bagi pengambil resiko. Bahwa suatu resiko terjadi jika seseorang memiliki pilihan antara dua alternatif atau kebih yang hasilnya tidak diketahui dan harus dinilai secara objektif.

8. Adaptasi (X8 )

Seorang wirausaha harus mempu membantu organisasinya dalam menangani situasi yang tidak pasti, memiliki kekuatan dan daya tahan, dan dapat merespon serta beradaptasi terhadap perkembangan lingkunngan dan realita yang kompleks.

Kasmir (2006:27) menyatakan bahwa ciri-ciri wirausahaan yang berhasil adalah sebagai berikut: (1) Memiliki visi dan misi yang jelas, (2) Inisiatif dan selalu proaktif, (3) Berorientasi pada prestasi, (4) Berani mengambil resiko, (5) Kerja keras, (6) Bertanggung jawab terhadap segala aktifitas yang dijalankan baik sekarang maupun masa yang akan datang, (7) Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang dan harus disepakati, (8) Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak.

Anoraga (2002:142) menyatakan ciri-ciri kepribadian seorang wirausaha adalah sebagai berikut: (1) Memiliki cita-cita dan kemudian berusaha mewujudkan sita-cita tersebut, (2) Berani mengambil resiko, (3) Mau dan suka bekerja keras, (4) Memiliki semangat kerja yang tinggi dan tidak mudah putus asa, (5) Memiliki rasa percaya diri yang kuat, (6) Memiliki keterampilan memimpin orang lain, (7) Memiliki daya kreativitas yang tinggi.

Suryana (2003:14) menyatakan bahwa ciri-ciri utama kewirausahaan dapat dilihat dari watak dan perilakunya, yaitu percaya diri, berorientasi pada hasil, pengambilan resiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi pada masa depan.

E. Pengertian Usaha Kecil

Menurut UUD RI 9 tahun 1995 "Tentang Usaha Kecil" yang dimaksud dengan usaha kecil adalah : kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam UU tersebut. Biro Pusat Satistik (BPS) mendefinisikan

usaha kecil sebagai perusahaan yang mempunyai pekerja sebanyak 5-19 orang. Dan menurut Departemen Perdagangan usaha kecil adalah usaha yang mempunyai modal kurang dari Rp 25 juta. Untuk lebih memahami fenomena usaha kecil di Indonesia, ada baiknya dalam uraian ini memperkenalkan berbagai ragam usaha kecil yang ada. Ditinjau dari sektor umum, usaha kecil dapat dikategorikan dalam dua kategori, yaitu sektor jasa atau yang lebih dikenal sektor perdagangan dan sektor produksi. Spesifikasi kedua jenis usaha ini banyak ditemui dalam berbagai literatur dan bahasan umum lainnya. Selain itu, sejalan dengan dikeluarkannya UU No.5 tahun 1995, di Indonesia dikenal juga dikotomi Usaha Kecil, Usaha Kecil Mandiri (UKM), dan Usaha Menengah, dimana kriteria dari usaha tersebut lebih berfokus pada penilaian fisik usahanya, seperti, Asset, Omset, Jumlah tenaga kerja (lihat UU No. 5I Tahun 1995).

F. Keberhasilan Usaha

Menurut Dalimunthe (2002) kewirausahaan mempunyai pengaruh langsung positif terhadap keberhasilan usaha yang berinplikasi bahwa semakin berani seseorang pengusaha kecil mengambil resiko, beradaptasi dan percaya diri untuk melakukan pembangunan usaha maka akan semakin meningkat kinerja usahanya. Disamping itu juga campur tangan pemerintah juga mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan usaha industri kecil disamping semangat kewirausahaan yang harus dimiliki pengusaha.

Menurut Anoraga (2002: 56) apapun usaha baru yang diputuskan, untuk menjamin keberhasilan dalam usaha harus dilaksanakan persiapan secara matang yaitu dengan menyiapkan rencana usaha (Business Plan).

Anoraga (2002:154) Seorang wirausahawan harus mampu membuat rencana usaha (Business Plan) Rencana usaha merupakan dokumen yang disiapkan secara seksama yang menerangkan mengenai pola dari usaha yang akan digeluti, sasaran dari pengusaha atau intrepreneur dan langkah-langkah yang akan di tempuh untuk mencapai sasaran serta keberhasilan dalam suatu usaha. Apapun pilihan usaha baru yang akan dilakukan, dalam menjamin keberhasilan usaha harus dilaksanakan persiapan secara matang yaitu dengan menyiapkan rencana usaha (Business Plan)

G. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan usaha 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha

Beberapa diantara perusahaan mampu bertahan dan bahkan berkembang tetapi sebagian besar mengalami kegagalan. Alasan perusahaan yang bermula dengan keberhasilan bukan karena pendirinya mempunyai modal besar pada saat memulai usaha, penyebab suksesnya suatu perusahaan karena dikelola oleh wirausahawan yang mengetahui apa yang harus dikerjakan.

Wirausahawan pada umumnya percaya bahwa mampu bekerja lebih baik dari pada orang lain dan akan berusaha keras dengan tanggung jawab penuh. Sekali tujuan tercapai, mereka akan segera menggantikannya dengan tujuan yang lebih besar. Wirausahawan mempunyai ciri yang dominan, yakni rasa percaya diri dan kemampuan yang lebih baik dari pada teman sekerja maupun atasannya.

Wirausahawan memerlukan kebebasan untuk memilih dan bertindak menurut persepsinya tentang tindakan yang akan membuahkan sukses.

Salah satu seminar Gerald Abraham salah seorang penasehat bisnis pada sebuah firma hukum, juga pemilik dan direktur sebuah konsultan keuangan di tahun 2006, berisi tentang menjadi sukses dengan memahami 9 aspek penting sebelum memulai usaha yaitu (1) Memahami konsep produk atau jasa secara baik, (2) Membuat visi dan misi bisnis, (3) Perlunya winning, positive dan learning attitude untuk menjadi sukses, (4) Membuat perencanaan dan strategi bisnis yang efektif akan menghindari usaha daripada risiko bisnis dan keuangan, (5) Pengetahuan dasar manajemen, organisasi dan sistem akan menghindari usaha daripada risiko manajemen, (6) Optimalisasi sumber daya manusia maka 50% usaha Anda sudah berhasil, (7) Mengapa kreativitas, kepemimpinan dan proses pembuatan keputusan sangat penting, (8) Pengetahuan dasar pengelolaan keuangan dan pembiayaan (9) Pemasaran, pelayanan dan product brand http://dkoor.wordpress.com/2007/11/28/memahami-9-aspek-penting-sebelum-memulai-usaha/

Menurut Suryana (2003:44) keberhasilan usaha ditentukan oleh faktor-faktor berikut :

1. Kemampuan dan kemauan.

2. Memiliki tekad yang kuat dan kerja keras. 3. Ketepatan dan peluang.

Faktor-faktor penting dalam menciptakan dan membangun awal kesuksesan usaha : yaitu : (1) Mempunyai visi jangka panjang, (2) Merekrut orang terbaik - dan mengelolanya dengan baik, (3) Tetap fokus, (4) Inovasi ; jangan

meniru, (5) Membuat ekspektasi yang realistis, (6) Memiliki pemahaman pasar dan kompetisi dengan jelas, (7) Jalankan bisnis dengan disiplin, (8) Mencari rekan yang tepat, (9) Mengembangkan budaya sukses didalam organisasi, (10) Melakukan tinjauan bisnis dan market secara teratur, (11) Belajar, dan terus

belajar, (12) Siap untuk perubahan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan usaha

Beberapa kesalahan yang bisa dengan pasti menggagalkan pendirian usaha baru, dipaparkan dalam sebuah konsultasi yang dipandu oleh Konsultan Bisnis Mario Teguh pada blog-nya. Menurut Mario dalam konsultasi tersebut, kesalahan pertama yang pasti bisa menggagalkan upaya pendirian usaha/ bisnis adalah memilih ide bisnis yang salah. Mario mengakui tidak ada ide bisnis yang salah. Namun yang kemudian menjadi sebuah kesalahan adalah ide bisnis tidak sesuai dengan pasar dan atau pribadi yang akan menjalankannya. Selain itu, bisa juga disebabkan karena pebisnis tidak cukup pengetahuan mengenai bisnis yang akan dimulai. Menurutnya sekitar 90% dari kegagalan bisnis kewirausahaan disebabkan oleh kelemahan kepemimpinan dan pengelolaan usaha, yang bermuara pada tidak cukupnya pengetahuan.

Hal itu yang kelihatannya menjebak banyak wirausahawan yang berbakat dan cerdas, karena mereka merasa sudah cukup tahu, dan mengabaikan perlunya menambah pengetahuan. Hal lainnya mungkin juga disebabkan karena pembisnis tidak mempunyai rasa keberhasilan yang objektif. Dikatakan, orang yang jatuh cinta terlalu dalam dengan idenya sendiri, cenderung untuk menjadikan anggapan

dan harapan sebagai realitas. Dan itu yang menjadikannya luput menaksir ukuran pasar yang akan dimasukinya, salah memperkirakan tingkat permintaan, dan mengaburkan definisi dari publik yang akan membeli darinya. Kesalahan berikut yang bisa menyebabkan kgagalan mendirikan usaha adalah tidak cukup menjual. Di mana dengan adanya kesibukan membangun keberadaan dan bentuk usahanya, seorang wirausahawan bisa terlupakan keharusan untuk menjual. Di contohkan, seperti seekor burung onta yang membenamkan kepalanya ke tanah, saat ketakutan, tidak sedikit wirausahawan menggantikan kewajiban untuk menjual dengan kesibukan-kesibukan yang sebetulnya bisa dilakukan oleh orang lain. memulai bisnis sendiri.html. Tanggal 06 Oktober 2007.

Banyak kisah tentang wirausahawan yang cenderung menceritakan akan keberhasilan mereka dari pada alasan yang menyebabkan kegagalan. Pada kenyataannya wirausahawan yang menemui kegagalan jauh lebih banyak dari pada mereka yang berhasil.

Zimerrer (2002:23) mengemukakan beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha baru :

1. Ketidakpastian manajemen. Lemahnya kemampuan pengambilan keputusan dan kurangnya pengalaman manajemen merupakan masalah utama dari kegagalan usaha.

2. Kurang pengalaman baik dalam kemampuan teknis, kemampuan menvisualkan usaha, mengkordinasikan, kemampuan mengintergrasikan berbagai kegiatan bisnis menjadi keselurtuhan yang sinergik, dan keterampikan mengelolah orang–orang dalam

organisasi serta memotivasi mereka untuk meningkatkan tingkat kinerja mereka.

3. Lemahnya kendali keuangan. Dua kesalahan keuangan yang sering terjadi diperusahan kecil : kekurangan modal dan kelemahan dalam kebijakan kredit terhadap pelanggan.

4. Gagal mengembangkan perencanaan strategis. Membangun suatu perencanaan strategis memaksa seseorang wirausahawan untuk menilai secara realistis potensi bisnis yang diusulkan.

5. Pertumbuhan tak terkendali. Kadang-kadang wirausahawan mendorong pertumbuhan cepat usahanya hingga melewati kemampuannya dalam mengelola usaha tersebut.

6. Lokasi yang buruk. Pemilihan lokasi yang tepat untuk usahawan merupakan suatu seni dan ilmu.

7. Pengendalian persedian yang tidak baik. Pengendalian persediaan adalah salah satu tanggung jawab manajerial yang paling sering diabaikan sehingga dapat mengakibatkan kekurangan pelanggan.

8. Ketidakmampuan membuat transisi. Pertumbuhan usaha memerlukan perubahan gaya manajemen yang secara drastis berada dan mengharuskan wirausahawan untuk mendelegasikan wewenang serta melepaskan pengendalian sehari–hari.

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Pasar USU

Pasar usu merupakan hasil kebijakan dari pihak rektorat USU dalam upaya pembenahan USU. Pada awalnya para pedagang yang sekarang berdagang di pasar USU adalah para pedagang yang melakukan aktivitas perdagangan di sembarang temapt di lingkungan USU.

Keberadaan para pedagang awalnya tidak menimbulkan masalah, tetapi dengan bertambahnya jumlah pedagang yang disebabkan karena bekas para pedagang kaki lima dari jalan Dr. Mansur yang digusur oleh PEMKO Medan lingkungan terlihat kumuh. Beberapa yang timbul antara lain masalah sampah dan semakin banyaknya tempat perjudian.

Melihat perkembangan masalah yang muncul tersebut, pihak rektorat USU

Dokumen terkait