• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1.Tempat dan Waktu Penelitian

2. Uji Hipotesis a. Uji Regresi a.Uji Regresi

2. Uji Hipotesis a. Uji Regresi

1) Hipotesis 1

Pengaruh langsung orientasi profesional terhadap kinerja auditor (Ha3) terlihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.10

Hasil Uji Determinasi untuk Hipotesis 1

Hasil uji koefisiensi determinasi pada variabel kinerja auditor menunjukkan nilai R Square adalah 0,178. Artinya bahwa orientasi profesional berpengaruh terhadap kinerja auditor sebesar 17,8%, sedangkan sisanya sebesar 82,2% (100%-17,8%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diketahui dan tidak termasuk dalam analisis regresi ini.

Menurut Puspa dan Riyanto (1999) bahwa hasil uji determinasi orientasi profesional terhadap kinerja auditor dapat dipengaruhi oleh faktor lain yang dapat mengindikasi pada hasil penelitian. Faktor tersebut adalah lingkungan pengendalian tempat tenaga profesional bekerja. Jadi, lingkungan pengendalian tempat mereka pun dapat dijadikan sebagai variabel yang mempengaruhi interaksi antara variabel orientasi profesional dengan kinerja auditor.

61 ANOVAb 72.297 1 72.297 11.255 .001a 334.018 52 6.423 406.315 53 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), TOTAL_OP a.

Dependent Variable: TOTAL_KA b. Coefficientsa 19.949 2.321 8.596 .000 .339 .101 .422 3.355 .001 (Constant) TOTAL_OP Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: TOTAL_KA a.

Menurut peneliti indikator dari 82,2% itu adalah bahwa faktor yang mempengaruhi variabel orientasi profesional dengan kinerja auditor dapat dipengaruhi pula oleh lingkungan pengendalian dari tempat para tenaga profesional bekerja salah satunya, yaitu dapat dilihat dari sisi kenyamanannya dalam menjalankan segala tugas yang akan dilakukan atau dilaksanakan.

Tabel 4.11

Hasil Uji F untuk Hipotesis 1

Tabel 4.11 dapat diketahui hasil ANOVA atau F-test

menunjukkan bahwa F-hitung adalah 11,255 dengan tingkat signifikansi 0,001. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari (0,001<0,005). Hal ini berarti bahwa variabel orientasi profesional berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor dan dapat dikatakan bahwa Ha3 ditolak.

Tabel 4.12

Hasil uji t untuk Hipotesis 1

Hasil uji t pada tabel 4.12 di atas, menunjukkan bahwa nilai

62 ditolak. Berarti bahwa orientasi profesional berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor.

Berdasarkan tabel 4.12 dapat diperoleh persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut:

Kinerja auditor (Y) = 19,949 + 0,339 X1 + e Persamaan tersebut dapat diartikan sebagai berikut:

(a) Nilai 19,949 merupakan nilai konstanta (a) yang menunjukkan bahwa jika tidak ada orientasi profesional, maka kinerja auditor sebesar 19,949. (b) Nilai koefisien regresi orientasi profesional sebesar

0,339 menyatakan bahwa bila terjadi kenaikan 1 satuan orientasi profesional maka dapat meningkatkan kinerja auditor sebesar 0,339.

Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa orientasi profesional berpengaruh nyata terhadap kinerja auditor. Semakin tinggi orientasi profesional, semakin tinggi kinerja yang dihasilkan oleh auditor. Hal ini menunjukkan bahwa apabila makin tinggi sikap keprofesionalan seseorang terkait dengan kode etik profesinya, maka kinerja yang dihasilkan pun makin baik.

63 Model Summary .147a .022 .003 .432 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), OP a. 2) Hipotesis 2

Pengaruh orientasi profesional terhadap kinerja auditor melalui pengaruh tidak langsung, yaitu variabel intervening

konflik peran terlihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.13

Hasil Uji Determinasi untuk Hipotesis 2

Hasil uji koefisiensi determinasi pada variabel kinerja auditor menunjukkan nilai R Square adalah 0,022. Artinya bahwa interaksi orientasi profesional dengan konflik peran sebesar 2,2%, sedangkan sisanya sebesar 97,8% (100%-2,2%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diketahui dan tidak termasuk dalam analisis regresi ini.

Menurut Puspa dan Riyanto menyatakan bahwa orientasi profesional berpengaruh negatif terhadap konflik peran. Dimana makin tinggi orientasi profesional maka konflik peran makin rendah. Hal ini dikarenakan adanya faktor lain yaitu, peningkatan perputaran kerja, penurunan komitmen kerja dan lain sebagainya.

Menurut peneliti, hasil yang didapat adalah bahwa orientasi profesional berpengaruh negatif terhadap konflik peran.

64 ANOVAb .215 1 .215 1.154 .288a 9.710 52 .187 9.926 53 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), OP a. Dependent Variable: KP b. Coefficientsa 2.383 .396 6.023 .000 -.148 .138 -.147 -1.074 .288 (Constant) OP Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig. Dependent Variable: KP a.

Dimana hasil ini mendukung penelitian sebelumnya, yaitu Puspa dan Riyanto (1999).

Tabel 4.14

Hasil Uji F untuk Hipotesis 2

Tabel 4.14 dapat diketahui hasil ANOVA atau F-test

menunjukkan bahwa F-hitung adalah 1,154 dengan tingkat signifikansi 0,288, karena tingkat signifikansi lebih dari (0,288 > 0,005). Hal ini berarti bahwa variabel orientasi profesional tidak berpengaruh terhadap konflik peran atau sebaliknya.

Tabel 4.15

Hasil Uji t untuk Hipotesis 2

Tabel 4.15 menjelaskan tampilan output SPSS yang menunjukkan bahwa variabel orientasi profesional memberikan koefisien standardized beta -0,147 dengan tingkat signifikansi 0,288. Hal ini berarti bahwa variabel orientasi profesional (OP) tidak berpengaruh terhadap konflik peran, dimana hasilnya diatas 0,005 (0,288 > 0,005). Hal ini berarti

65 Model Summary .505a .255 .226 .289 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), KP, OP a.

konsisten dengan penelitian sebelumnya yaitu, penelitian yang dilakukan oleh Puspa dan Riyanto (1999).

Tabel 4.16

Hasil Uji Determinasi untuk Hipotesis 2

Hasil uji koefisiensi determinasi pada variabel kinerja auditor menunjukkan nilai R Square adalah 0,255. Artinya bahwa interaksi orientasi profesional dan konflik peran terhadap kinerja auditor sebesar 25,5%, sedangkan sisanya sebesar 74,5% (100%-25,5%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diketahui dan tidak termasuk dalam analisis regresi ini.

Menurut Puspa dan Riyanto menyatakan bahwa orientasi profesional berpengaruh negatif terhadap konflik peran dan mempengaruhi hasil output yang didapat oleh para tenaga profesional tersebut dengan kinerja yang buruk. Dimana makin tinggi orientasi profesional maka konflik peran makin rendah dan kinerja yang dihasilkan pun rendah. Hal ini dikarenakan adanya faktor lain yaitu, peningkatan perputaran kerja, penurunan komitmen kerja, ketegangan kerja dan lain sebagainya.

66 ANOVAb 1.454 2 .727 8.725 .001a 4.250 51 .083 5.704 53 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), KP, OP a.

Dependent Variable: KA b.

Menurut peneliti, hasil yang didapat adalah bahwa orientasi profesional dan konflik peran berpengaruh negatif terhadap konflik peran. Berarti bahwa konflik peran bukanlah variabel

intervening. Hal ini dikarenakan variabel konflik peran melemahkan semua variabel yang ada yaitu, variabel independen (orientasi profesional) dan variabel dependen (kinerja auditor). Selain itu juga, konflik peran memiliki nilai negatif yang berarti memiliki hubungan kausalitas (sebab akibat) negatif yang dapat menurunkan nilai output dan kinerja yang didapat. Dan hasil ini mendukung penelitian sebelumnya, yaitu Puspa dan Riyanto (1999).

Tabel 4.17

Hasil Uji F untuk Hipotesis 2

Tabel 4.17 dapat diketahui hasil ANOVA atau F-test

menunjukkan bahwa F-hitung adalah 8,725 dengan tingkat signifikansi 0,001, karena tingkat signifikansi lebih dari (0,001 < 0,005). Hal ini berarti bahwa variabel orientasi professional dan konflik peran berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.

67 Coefficientsa 2.379 .344 6.907 .000 .340 .093 .446 3.647 .001 -.137 .093 -.180 -1.477 .146 (Constant) OP KP Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig. Dependent Variable: KA a. Tabel 4.18

Hasil Uji t untuk Hipotesis 2

Tabel 4.18 menjelaskan tampilan output SPSS yang menunjukkan bahwa variabel konflik peran memberikan koefisien standardized beta -0,180 dengan tingkat signifikansi 0,146 terhadap kinerja auditor. Hal ini berarti bahwa variabel konflik peran tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor, dimana hasilnya memiliki nilai negatif. Berarti bahwa konflik peran bukanlah variabel intervening yang dapat memediasi variabel orientasi profesional dan kinerja auditor. Selain itu juga, variabel konflik peran merupakan variabel yang dapat melemahkan variabel lainnya, yaitu variabel independen (orientasi profesional) dan variabel dependen (kinerja auditor) dan sebaliknya. Penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yaitu, penelitian yang dilakukan oleh Puspa dan Riyanto (1999).

68 b. Uji Korelasi

Hubungan langsung terjadi jika satu variabel mempengaruhi variabel lainnya tanpa ada variabel ketiga yang memediasi (intervening) hubungan kedua variabel tersebut. Hubungan tidak langsung adalah jika ada variabel ketiga yang memediasi hubungan kedua variabel ini. Kemudian pada setiap variabel dependen (endogen variable) akan ada anak panah yang menuju ke variabel ini dan ini berfungsi untuk menjelaskan jumlah varians yang tak dapat dijelaskan (unexplained variance) oleh variabel itu. Jadi, anak panah dari ke konflik peran menunjukkan jumlah varians variabel konflik peran yang tidak dijelaskan oleh orientasi profesional. Besarnya nilai . Sedangkan anak panah dari menuju kinerja auditor menunjukkan varians kinerja auditor yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel orientasi profesional dan konflik peran dan besarnya . Koefisien jalur adalah standardized koefisien regresi. Koefisien jalur dihitung dengan membuat dua persamaan struktural yaitu persamaan regresi yang menunjukkan hubungan yang dihipotesiskan. Dalam hal ini ada dua persamaan tersebut adalah:

Konflik peran = b1orientasi profesional + e1 (1)

Kinerja auditor = b1orientasi profesional+b2 konflik peran+e2 (2)

Standardized koefisien untuk orientasi profesional pada persamaan (1) akan memberikan nilai Ha1. Sedangkan koefisien

69 untuk orientasi profesional dan konflik peran pada persamaan (2) akan memberikan nilai Ha2 dan Ha3.

Hasil output SPSS memberikan nilai standardized beta

orientasi profesional pada persamaan (1) sebesar -0,147 dan signifikan pada 0,288 yang berarti konflik peran melemahkan orientasi profesional. Nilai koefisien standardized beta -0,147 merupakan nilai path atau jalur Ha1. Pada output SPSS persamaan regresi (2) nilai standardized beta -0,180 untuk Ha2. Output SPSS pengaruh langsung orientasi professional terhadap kinerja auditor (Ha3) sebesar 0,422, berarti berpengaruh signifikan karena nilai tersebut dibawah 0,005. Besarnya nilai

= = 0,907dan besarnya nilai

= = 0,863. = 0,907 Konflik peran -0,147 -0,180 0,422

Orientasi profesional Kinerja = 0,863 Pengaruh langsung untuk orientasi profesional ke kinerja auditor (Ha3) adalah 0,422.

70 Pengaruh tidak langsung orientasi profesional ke konflik peran ke kinerja auditor (Ha1 dan Ha2) adalah -0,147 dan -0,180. Sehingga jumlah pengaruh tidak langsung adalah sebagai berikut:

Pengaruh tidak langsung = Ha1 x Ha2

Pengaruh tidak langsung = (-0.147) x (-0,180)

= 0,02646

Total pengaruh (korelasi orientasi profesional ke kinerja) adalah sebagai berikut:

Total pengaruh korelasi = Ha3 + (Ha1 x Ha2)

Total pengaruh untuk korelasi orientasi profesional ke kinerja

auditor = 0,422 + 0,02646

= 0,44846

Pengaruh korelasi orientasi profesional (OP) ke kinerja auditor (KA) dengan hasilnya dijumlahkan dengan penambahan variabel konflik peran (KP) menghasilkan nilai 0,44846. Hal ini berarti walaupun pengaruh tidak langsung memiliki nilai yang kecil dibandingkan pengaruh langsung berarti bahwa variabel

intervening konflik peran tetap memiliki pengaruh walaupun sangat kecil dengan nilai 0,02646 terhadap variabel independen dan dependen.

71 Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa orientasi profesional berpengaruh terhadap kinerja sebesar 0,129. sedangkan pada variabel orientasi profesional dan konflik peran tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Dimana nilai orientasi profesional tinggi maka nilai konflik peran akan rendah, begitu pula yang terjadi terhadap kinerja auditor. Ternyata pernyataan tersebut konsisten dengan penelitian sebelumnya.

Hasil uji hipotesis di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel konflik peran bukanlah variabel intervening yang dapat memediasi antara variabel orientasi profesional dengan kinerja auditor. Nilai negatif yang dihasilkan dari nilai standardized coefficients beta menunjukkan bahwa variabel konflik peran melemahkan orientasi profesional dan kinerja auditor. Sedangkan pengaruh langsung terjadi pada hubungan antara variabel orientasi profesional dengan kinerja auditor memiliki pengaruh yang signifikan dimana makin tinggi orientasi profesional seseorang maka kinerja yang dihasilkan pun semakin tinggi, dan hal ini konsisten dengan penelitian sebelumnya.

72 BAB V

Dokumen terkait