• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

2. Analisis Data Post test

4.1.7 Uji hipotesis

Hipotesis berbunyi “ Ada perbedaan hasil belajar akuntansi siswa pada kompetensi dasar jurnal umum antara model pembelajaran STAD dan problem solving”. Data yang digunakan pada Ha adalah nilai pos test kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II, kemudian diuji menggunakan program SPSS 16 independent sample t-test dengan taraf kepercayaan α = 0,05. Hasilnya Ha diterima apabila Sig. (2-tailed) < 0,05 pada Equal varians assumed untuk data homogen.

Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai Sig (2-tailed) sebesar 0,00 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan pada hasil belajar kompetensi dasar jurnal umum antara kelas eksperimen I dan eksperimen II. Hasil pengujian statistik dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut ini :

Tabel 4.14 Hasil Uji Hipotesis

Perbandingan antara rata-rata nilai hasil belajar siswa pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen I yang mendapat perlakuan model pembelajaran STAD lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa kelas eksperimen II menggunakan model problem solving. Hal ini ditunjukkan dalam tabel nilai rata-rata post test kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II berikut ini :

Inde pendent Samples Test

4.871 79 .000 6.60073 1.35502 4.867 78.226 .000 6.60073 1.35626 Equal variances assumed Equal variances not assumed Post Test t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference t-test for Equality of Means

Tabel 4.15

Rata-rata nilai hasil belajar pos test kelas eksperimen I dan eksperimen II

Sumber : Data penelitian diolah 2012

Berdasarkan tabel 4.15 di atas rata-rata nilai hasil belajar post test kelas eksperimen I sebesar 91,52 lebih besar dari pada rata-rata nilai hasil belajar post test kelas eksperimen II yaitu 84,92. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan bahwa ada perbedaan hasil belajar akuntansi siswa kelas X Akuntansi pada kompetensi dasar jurnal umum menggunakan model pembelajaran STAD dengan model pembelajaran problem solving di SMK N 1 Brebes, diterima.

4.2 Pembahasan

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa nilai hasil belajar (pre test dan post test) dan hasil pengamatan aktivitas siswa pada pembelajaran akuntansi kompetensi dasar jurnal umum kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Brebes. Data tersebut dianalisis dan diuji untuk membuktikan hipotesis yang telah disusun kemudian dikaitkan dengan teori serta penelitian terdahulu sehingga dapat memberikan kesimpulan hasil penelitian.

Hasil analisis awal sampel penelitian menggunakan uji homogenitas bahwa sampel bervarian homogen. Pada saat pelaksanaan pre test, kedua kelas penelitian belum mendapatkan materi jurnal umum sehingga belum ada siswa yang berhasil mencapai KKM. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan awal siswa tentang materi jurnal umum adalah

Group Statistics 42 91.5238 6.02126 .92910 39 84.9231 6.17032 .98804 Kelompok STAD Problem Solving Post Test N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

68

sama dan siap untuk mendapatkan perlakuan. Setelah pemberian treatment kepada kedua kelas tersebut, dilakukan pengujian hipotesis untuk mendapatkan kesimpulan.

Setelah diketahui kelompok tersebut berangkat dari kondisi awal yang sama, kemudian kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda, pada kelas eksperimen I menggunakan model pembelajaran STAD dan kelas eksperimen II menggunakan model pembelajaran problem solving.

Model STAD (Student Teams Achievement Divisions) dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman–temannya di Universitas John Hopkin, menurut Slavin (2007) model STAD merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa Inggris, teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pembelajaran STAD pada kelas eksperimen I, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemammpuan. Jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu mampu melampaui nilai mereka sebelumnya. Nilai-nilai ini kemudian dijumlahkan untuk mendapat nilai kelompok, dan kelompok yang dapat mencapai kreteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau hadiah-hadiah yang lainnya. STAD adalah yang paling tepat untuk mengajarkan materi-materi pelajaran ilmu pasti, seperti perhitungan dan penerapan

matematika, penggunaan bahasa dan mekanika, geografi dan keterampilan perpetaan, dan konsep-konsep sains lainnya.

Pembelajaran dalam kelas eksperimen II yaitu model problem solving. Dalam model

problem solving siswa dituntut untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang diajukan oleh guru dan mencari penyelesaian masalah yang terbaik. Peran guru dalam pembelajaranhanya sebagai motivator dan pembimbing ketika proses pembelajaran berlangsung proses pembelajaran dengan model problem solving memusatkan pembelajaran pada siswa, mendorong siswa untuk berfikir secara sistematis, serta dapat meningkatkan kreatifitas dan pemahaman siswa terutama pada saat penyelesaian suatu masalah. Penyelesaian masalah dilakukan secara kelompok sehinghga siswa akan lebih mudah menyelesaikannya. Kegiatan presentasi yang ada dalam model problem solving juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dan berani untuk mengemukakan pendapat.

Model pembelajaran problem solving, pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelak dimasyarakat. Kemampuan pemecahan masalah sangat penting artinya bagi siswa dan masa depannya. Para ahli pembelajaran sependapat bahwa kemampuan bahwa kemampuan pemecahan masalah dalam batas-batas tertentu, dapat dibentuk melalui bidang studi dan disiplin ilmu yang diajarkan (Suharsono, 1991 dalam Wena). Persoalan tentang bagaimana mengajarkan pemecahan masalah tidak akan pernah terselesaikan tanpa memerhatikan jenis masalah yang ingin dipecahkan, saran dan bentuk program yang disiapkan untuk mengajarkannya, serta variable-variabel pembawaan siswa.

Beberapa kendala yang muncul dalam penelitian ini adalah hampir sama antara kelas STAD dan kelas problem solving yaitu terbatasnya alokasi waktu yang tersedia sehingga

70

pembahasan soal latihan di dalam kelompok kurang maksimal. Ramainya siswa dalam pelaksanaan pembelajaran juga sedikit mengganggu jalannya ketertiban pelaksanaan model pembelajaran hal ini karena siswa belum terbiasa mengikuti proses pembelajaran menggunakan model STAD, perlu bimbingan dan pengontrolan dalam pelaksanaan. Keterbatasan lainnya adalah belum begitu familiarnya model pembelajaran STAD di kalangan guru sehingga untuk penerapannya di dalam kelas guru perlu memahaminya terlebih dahulu agar pembelajaran dengan model STAD dapat dilaksanakan dengan baik.

Setelah pembelajaran pada kelas eksperimen I dan eksperimen II selesai, dilanjutkan dengan pemberian post test pada kedua kelas. Dari hasil post test antara kedua kelas menunjuka hasil yang berbeda antar kedua kelas tersebut.

Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa pembelajaran dengan model STAD lebih meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran problem solving. Uji hipotesis menggunakan data nilai post test yang diuji dengan menggunakan independent samples t-test. Hasil pengujian menunjukkan nilai Sig (2-tailed) sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 yang artinya Ha diterima. Hasil ini menunjukkan adanya temuan penelitian bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar (post test) yang signifikan antar kedua kelas, dimana rata-rata nilai hasil belajar kelas eksperimen I lebih tinggi daripada rata-rata nilai hasil belajar kelas eksperimen II. Perbedaan nilai post test antara kelas eksperimen I dan eksperimen II dikarenakan perbedaan perlakuan. Nilai rata-rata post test pada kelas eksperimen I sebesar 91,52 lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen II sebesar 84,92. Artinya kelas dengan menggunakan model pembelajaran STAD lebih efektif meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran problem solving. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran STAD lebih efektif dalam peningkatan

hasil belajar siswa pokok bahasan jurnal umum daripada model pembelajaran problem solving ternyata teruji oleh data. Dapat dikatakan bahwa perbedaan hasil belajar dari kedua kelas ini merupakan efek dari perlakuan.

Berdasarkan uraian tersebut, membuktikan bahwa Ha diterima yaitu ada perbedaan hasil belajar akuntansi siswa pada kompetensi dasar jurnal umum dengan menggunakan model pembelajaran STAD dengan model pembelajaran problem solving.

Model pembelajaran STAD mampu membuat siswa belajar lebih aktif dan termotivasi dalam mengerjakan soal-soal latihan, karena siswa tidak hanya dilibatkan dalam menyelesaikan soal secara berkelompok saja tetapi siswa secara individu juga harus belajar melakukan pekerjaannya sendiri untuk memberikan kontribusi nilai pada kelompoknya yaitu dengan mengerjakan kuis. Pembelajaran yang menggabungkan antara belajar kooperatif dan individu ini juga melibatkan pembelajaran sesama teman sehingga mampu memberikan pemerataan pembelajaran kepada semua siswa. Pembelajaran seperti ini melatih siswa untuk tidak hanya bertanggung jawab kepada diri sendiri tetapi juga untuk kelompoknya. Hasil rata-rata nilai post test kelas eksperimen I yang lebih tinggi daripada eksperimen II disebabkan oleh desain pembelajaran STAD yang lebih mengeksplor siswa pada saat proses pembelajaran sehingga siswa benar-benar memiliki rasa ingin tahu terhadap materi yang dijelaskan oleh guru. Model pembelajaran STAD menjadikan siswa lebih memperhatikan guru pada saat penyampaian materi pembelajaran dan pecatatan pembahasan soal baik dari guru maupun dari hasil diskusi kelompok. Hal ini karena siswa menyadari pentingnya memahami pembelajaran yang bermanfaat untuk mereka dalam mengerjakan kuis. Pada saat pembelajaran kelas STAD siswa-siswa dalam kelompok lebih termotivasi untuk mencapai tujuan bersama. Motivasi untuk mendapatkan penghargaan semakin meningkat karena

72

masing-masing kelompok dituntut untuk berkompetensi dengan kelompok lain yang memiliki level kemampuan yang sama.

Adanya predikat atau kelompok menjadikan siswa lebih termotivasi agar mendapatkan hasil kuis individu yang lebih tinggi dimana hasil kuis tersebut yang menentukan predikat yang lebih baik bagi kelompoknya. Interaksi yang terjadi tidak hanya guru dengan siswa tetapi juga siswa dengan siswa di dalam kelompok. Hal ini dirasa sangat membantu pada saat penyampaian materi pembelajaran. Suasana pembelajaran yang kondusif menjadikan penyampaian materi pembelajran lebih maksimal sehingga hasil belajar dapat lebih meningkat.

Sejalan dengan hal diatas, Fitri Setyoningsih (2009) dan Agnes Ika Kurniasari (2009), kedua penelitian tersebut menyatakan bahwa model STAD dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi pkok bahasan jurnal umum dengan hasil yang signifikan.

Penerapan model pembelajaran STAD sangat mudah diadaptasi. Guru memberikan suatu pengajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Slavin memaparkan bahwa: ”Gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru”. Jika siswa menginginkan kelompok memperoleh reward mereka harus membantu teman sekelompok mereka dalam mempelajari pelajaran. Mereka harus mendorong teman sekelompok mereka dalam mempelajari pelajaran. Mereka harus mendorong teman sekelompok untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma-norma bahwa belajar itu penting, berharga dan menyenangkan. Para siswa diberi waktu untuk bekerja sama setelah pelajaran diberikan oleh guru, tetapi tidak saling membantu ketika menjalani kuis, sehingga setiap siswa harus menguasai materi itu (tanggung jawab

perseorangan). Para siswa mungkin bekerja berpasangan dan bertukar jawaban, mendiskusikan ketidaksamaan, dan saling membantu satu sama lain, mereka bisa mendiskusikan pendekatan-pendekatan untuk memecahkan masalah itu, atau mereka bisa saling memberikan pertanyaan tentang isis dari materi yang mereka pelajari itu. Mereka mengajari teman sekelompok dan menaksir kelebihan dan kekurangan mereka untuk membantu agar bisa berhasil menjalani tes.

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian data serta melihat hasil penelitian terdahulu maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran STAD mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar jurnal umum bank kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Brebes tahun 2012/2013. Model pembelajaran STAD dapat digunakan oleh para guru sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa, namun dalam penerapannya harus memperhatikan keterbatasan dari model ini agar dapat berfungsi secara maksimal.

74

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan: Ada perbedaan hasil belajar akuntansi kompetensi dasar jurnal umum antara pembelajaran menggunakan model pembalajaran STAD dan pembelajaran dengan menggunakan Problem solving. Hasil belajar jurnal umum dengan model STAD lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran Problem solving.

5.2 Saran

Saran yang dapat diajukan terkait dengan penelitian ini adalah :

1. Model pembelajaran STAD dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran akuntansi yang inovatif pada kompetensi dasar jurnal umum untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Penelitian ini sebatas pada pokok bahasan jurnal umum pada perusahaan jasa, kepada peneliti lain dapat melakukan penelitian serupa pada pokok bahasan yang berbeda pada mata pelajaran akuntansi maupun pada mata pelajaran yang lain, sehingga dapat menyempurnakan terlebih dapat mengembangkan pembelajaran dengan model pembelajaran tersebut.

75

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evalasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Chatarina Tri Anni, dkk. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: Unnes. Press.

Djamarah Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta Harti Dwi. 2008. Modul Akuntansi A1 untuk SMK dan MAK. Jakarta: Erlangga

Hudojo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika Malang: MIPA Universitas Malang

Inayah, Al, Siti Sundari Miswadi, dan Sigit Priatmoko. 2008. “Peningkatan Hasil Belajar Kimia melalui Pembelajaran Berbantuan Komputer dengan Media

Chemo-Edutainment”. Dalam jurnal artikel jurusan Kimia. Hal 182-189.

journal.unnes.ac.id/index.php/IPK/article/view/1217. (28 Desember 2011) Jogiyanto. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta

Lie, Anita. 2004. Mempraktekan Kooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia Widya

Mudjiono dan Damayanti, 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Munib, Ahmad. 2004. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang

Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta:Bumi Akasara

76

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers

Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT. Rineka Cipta Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning. Jakarta: Nusa Media

Sudjana. 2002. Model Statistik. Bandung: Tarsito

Sudjana, Nana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

--- . 2009. Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensinde

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensinde

Sugiyono. 2003. Model Penelitian Administrasi. Bandung: Cv. Alfabeta

Suherman,, E. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontmporer. Bandung: JICA. UPI Suyitno, A. 2008. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika 1. Semarang: UNNES Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:

Prestasi Pustaka

Wena, Made.2011.Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara Wikipedia. (online). (http:id.wikipedia.org/wiki) diakses tgl 14 Juni 2012.

Nama Siswa Nilai Nama Siswa Nilai

1 ADE IRMA 70 ANI SARAH 60

2 ADE WAHYU KHIKMAH 76 ANISA DITA KHULAELI 78 3 AGUSTINA NUR AFFANTI 76 ANITA PITALOKA 56 4 AL ACHBAB M.NASAR 79 ARIF HIDAYATULLAH 76

5 ANGGI AYU SAPUTRI 68 BUNGA DAHLIA 60

6 CINTA MAYANGSARI 74 CARSUM 77

7 DEWI MARLINA 58 DESY KOMALASARI 87

8 DIAN AYU PUSPARINI 63 DINA FITRIYANTI 83

9 DWIKY SETIA BUDY 61 DINI LUSIANA 70

10 EKA PUSPITASARI 63 DWI PUTRI ANDRIYANI 81 11 ESTRIE RISKI ILLAHI 80 ELIS AGUSTIANI 76

12 FITRIANI 61 ELRA PRAMESWARI 73

13 HIBATULLAH 76 ERVINA PUSPARINI 60

14 IIS WARNINGSIH 55 EVA AYUNDA 83

15 IKHWAN .F 80 IRA FIFI NOER 77

16 KAHNIA NUR MALIHA 67 IRNA FEBRIYANTY 73 17 KARTIKA AMBARWATI 69 KARTIKA MARTIANI 66

18 LINA ISMA DEWI 55 KHUSNUL KHOTIMAH 78

19 MASROKHAH 63 LINDA FITRIANI 76

20 MAYANG LIA SARI 85 LYA ARISKA CHANDRA 60

21 MITA PUSPITA SARI 60 MEDY SUTRISNO 66

22 M. ANWAR NUARI 82 M. DWIKI NOER 66

23 DADIYAH RUKHMANAH 78 MUFTIA BINTAN 85

24 NENI NURAENI 52 NANI YULIASTUTI 69

25 NOK SURI LANGIT 66 NUR ISAH NOVI 66

26 NOVA BUDI A. 78 NUR KHAYATUN 76

27 NUR ILMI ALFIYANTI 53 NURYATI YUNIATI 60

28 NURUL UTAMI WINDI 53 PRIKHATUN 91

29 PRISMA YUGI .S 59 RETNA PURWANTI 58

30 RISMAWATI 54 SANTI PRIHASTUTI 50

31 RUSTINAH 61 SAROH FITRIYANA 58

32 SETIA RUSTIANA 74 SITI AMALIA B. 78

33 SINTA PARAMITA 70 SITI AMINAH 60

34 SUSI DWI AGUSTIN 66 SITI NURPAISAH 64

35 TRI HANTI 68 SITI SUNARSIH 78

36 TUTI AWALIYAH 85 TANIA PRAMUGITA 58

37 TUTI DWI RATNA 70 TITA HARLINDA 74

38 ULFATIKHAH 72 TITI MARYATI 60

39 WINDA RETNO 82 YULYANTIKA 58

40 YUNI SUSILOWATI 80 YUNI PARAMITA 60

41 YUPITA YULIANI 68

Kelas XI AK 1 Kelas XI AK 2 NO

DAFTAR NILAI ULANGAN HARIAN

Dokumen terkait