• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Uji Hipotesis

Berdasarkan uji prasyarat analisis dapat diketahui bahwa data berdistribusi normal dan homogen, maka hipotesis dapat dilakukan. Uji

hipotesis dilakukan dengan uji-t (independent sample t-test) menggunakan

bantuan program SPSS. Kriteria penerimaan atau penolakan H0 pada taraf

signifikansi 0,05 adalah jika thitung > ttabel maka H0 ditolak, namun jika thitung

< ttabel maka H0 diterima. Penerimaan atau penolakan H0 juga dapat dilihat

melalui probabilitas (sig) yaitu jika probabilitas (sig) > 0,05 maka H0

diterima, dan sebaliknya jika probabilitas (sig) < 0,05 maka H0 ditolak. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Kelas Eksperimen 1 (SFAE) Kelas Eksperimen 2 (Jigsaw) Pretest Posttest

1. Hipotesis

a. Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPS

siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean yang menggunakan

metode Student Facilitator and Explaining dibandingkan

dengan menggunakan metode Jigsaw.

Ha : Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPS siswa

kelas VIII SMP Negeri 2 Godean yang menggunakan metode Student Facilitator and Explaining dibandingkan dengan

menggunakan metode Jigsaw.

b. Ho : Metode Student Facilitator and Explaining tidak efektif

terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2

Godean dibandingkan dengan menggunakan metode Jigsaw.

Ha : Metode Student Facilitator and Explaining efektif terhadap

hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean

dibandingkan dengan menggunakan metode Jigsaw.

2. Keputusan

a. Hasil Uji-t Pretest

Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji rata-rata terhadap nilai pretest. Uji rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah kemampuan awal kedua kelas eksperimen berbeda atau tidak dari aspek hasil belajar IPS.

Setelah dilakukan analisis dengan uji-t (independent sample

Tabel 11. Hasil Uji-t Pretest

Data t hitung t tabel Df Sig. (2-

tailed)

Kesimpulan

Pretest ,068 2000 62 0,946 Tidak ada

perbedaan Berdasarkan Tabel 11, menunjukkan bahwa Hipotesis nol (H0) diterima dan Hipotesis Alternatif (Ha) ditolak, sehingga

dapat dikatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean sebelum

diberi perlakuan metode Student Facilitator and Explaining

(SFAE) dan sebelum diberi perlakuan metode jigsaw.

Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa kelas eksperimen

1 (SFAE) dan kelas eksperimen 2 (Jigsaw) mempunyai

kemampuan awal yang tidak berbeda dari aspek kemampuan hasil belajar IPS.

Tidak adanya perbedaan signifikan antara hasil belajar IPS dilihat dari perolehan uji hipotesis pretest yaitu thitung < ttabel (,068 <

2,000) dan dilhat dari signifikansi pretest yaitu sig. (2-tailed) 0,946 > 0,05. Perhitungan selengkapnya dengan menggunakan SPSS dapat dilihat pada Lampiran 24.

b. Hasil Uji-t Posttest

Uji-t Posttest digunakan untuk menjawab hipotesis

penelitian, yaitu ada tidaknya perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar IPS antara kedua kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan. Setelah dilakukan analisis dengan uji-t (independent

sample t-test) menggunakan bantuan program SPSS, maka hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Hasil Uji-t Posttest

Data t hitung t tabel df Sig. (2-tailed Kesimpulan

Posttest 3,204 2,000 62 0,02 Ada

Perbedaan Berdasarkan Tabel 12, menunjukkan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, sehingga dapat

dikatakan ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean yang menggunakan

metode Student Facilitator and Explaining (SFAE) dan siswa

yang menggunakan metode jigsaw.

Perbedaan hasil belajar IPS dilihat dari perolehan uji hipotesis posttest yaitu thitung > ttabel (3,204 > 2,000) dan dilihat

dari signifikansi posttest yaitu sig. (2-tailed) 0,002 < 0,05. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 24.

c. Efektivitas Metode Student Facilitator and Explaining terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS

Pada hasil pengujian hipotesis I diperoleh perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII yang

menggunakan metode Student Facilitator and Explaining (SFAE)

dengan siswa yang menggunakan metode Jigsaw. Oleh karena itu,

perlu dihitung besarnya ukuran efek untuk menjawab hipotesis II yaitu mengenai efektivitas penerapan metode Student Facilitator

and Explaining (SFAE) terhadap hasil belajar IPS dibandingkan

dengan menggunakan metode Jigsaw.

Besarnya efek metode Student Facilitator and Explaining (SFAE) dalam memberikan pengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean, dapat dilihat pada hasil perhitungan berikut ini :

� =

��� �� �� � � −��� �� �� � � S an a D via i SD

� =

, − ,, = ,

, � = 0,836

Berdasarkan hasil perhitungan ukuran efek, diperoleh nilai d = 0,836. Sesuai dengan kriteria ukuran efek menurut Cohen, nilai d sebesar 0,836 termasuk pada kategori efek besar, karena d > 0,8 atau 0,836 > 0,8. Dari hasil tersebut, dapat dinyatakan

bahwa metode Student Facilitator and Explaining memberikan

efek besar terhadap hasil belajar IPS siswa. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa metode Student Facilitator and Explaining

efektif terhadap hasil belajar IPS siswa dibandingkan dengan metode Jigsaw pada pembelajaran IPS kelas VIII SMP Negeri 2 Godean Tahun Ajaran 2015/2016.

E.Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean

yang menggunakan metode pembelajaran Student Facilitator and

Explaining dengan siswa yang menggunakan metode pembelajaran

Jigsaw. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui

efektivitas penggunaan metode pembelajaran Student Facilitator and

Explaining dibandingkan metode pembelajaran Jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Godean. Sampel dalam penelitian ini yaitu kelas VIII B sebagai kelas eksperimen 1 yang terdiri dari 32 siswa dan kelas VIII D sebagai kelas eksperimen 2 yang terdiri dari 32 siswa. Kelas eksperimen 1 melaksanakan kegiatan

pembelajaran dengan metode Student Facilitator and Explaining (SFAE)

sedangkan kelas eksperimen 2 melaksanakan kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan metode Jigsaw.

Sebelum diberi perlakuan, kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 diberi soal pretest. Soal pretest bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen 1 (SFAE) diawali dengan guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang heterogen terdiri dari 4- 5 orang. Guru menampilkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari, kemudian guru menyampaikan materi secara umum. Setelah itu, guru memberikan contoh tentang cara membuat peta konsep. Masing-masing kelompok membuat peta konsep sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Setelah masing-masing kelompok membuat peta konsep, salah satu perwakilan kelompok menjelaskan materi berdasarkan

peta konsep yang telah dibuat dan guru mempersilahkan siswa lain untuk bertanya, kemudian guru mencatat poin-poin mengenai materi atau jawaban dari pertanyaan yang kurang tepat.

Pada kelas eksperimen 2 (Jigsaw), pelaksanaan pembelajaran

diawali dengan guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang heterogen (4 – 5 orang). Guru menyampaikan materi pembelajaran IPS secara umum. Guru membagi materi kepada masing-masing kelompok berdasarkan topik yang akan dipelajari. Guru meminta siswa membuat kelompok ahli yang terdiri dari perwakilan masing-masing kelompok (satu kelompok satu siswa) untuk mendiskusikan materi yang dipelajari oleh masing-masing kelompok. Setelah itu, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan mendiskusikan atau menyampaikan apa yang di dapat dari kelompok ahli. Guru memberikan pertanyaan secara acak kepada masing-masing kelompok

Pada akhir pertemuan, kedua kelas eksperimen diberikan soal posttest. Tes atau soal posttest yang diberikan kepada masing-masing kelas eksperimen merupakan data utama dari hasil belajar IPS yang digunakan untuk mengetahui efektivitas penerapan metode Student Facilitator and Explaining (SFAE) dan metode Jigsaw terhadap pembelajaran IPS.

Melalui uji homogenitas juga diperoleh nilai signifikansi lebih besar 0,05, sehingga data kedua kelas eksperimen adalah homogen. Selanjutnya, data yang telah terbukti normal dan homogen dapat dilakukan

uji-t untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan pada hasil pretest dan posttest.

1. Perbedaan Hasil Belajar IPS Siswa dengan Menggunakan Metode SFAE dan Menggunakan Metode Jigsaw

Data hasil belajar IPS diperoleh dari nilai pretest dan posttest pada materi IPS kelas VIII pada standar kompetensi 6. Memahami pranata dan penyimpangan sosial dengan kompetensi dasar 6.2 Mendeskripsikan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai pretest kelas

eksperimen 1 (SFAE) yaitu 52,50 kemudian pada nilai posttest

meningkat menjadi 77,34 sehingga peningkatannya yaitu 24,84. Nilai pretest kelas eksperimen 2 (Jigsaw) yaitu 52,34 kemudian pada nilai posttest 70,46 sehingga peningakatannya yaitu 18,12. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa yang menggunakan metode SFAE lebih tinggi daripada hasil belajar IPS siswa yang menggunakan metode Jigsaw. Hal ini diperkuat dari hasil uji hipotesis nilai posttest hasil belajar IPS. Pada uji hipotesis tersebut, diperoleh nilai thitung sebesar 3,204. Nilai thitung > ttabel (3,204 > 2,000) dan nilai

signifikasi < 0,05 yaitu sig. (2-tailed) 0,002 < 0,05. Artinya, H0

(Hipotesis Nol) ditolak dan Ha (Hipotesis Alternatif) diterima,

sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar IPS antara kelas eksperimen 1 (SFAE) dan kelas eksperimen 2 (Jigsaw).

Hasil belajar merupakan kemampuan siswa yang diperoleh melalui keterlibatannya dalam proses pembelajaran. Pada pembahasan sebelumnya, diketahui bahwa hasil belajar IPS dengan metode SFAE

lebih tinggi daripada metode Jigsaw. Hal tersebut membuktikan

bahwa pada metode SFAE, siswa lebih memahami materi yang dipelajari bersama anggota kelompoknya serta bertujuan untuk lebih menarik perhatian siswa karena yang menjelaskan materi bukan guru melainkan teman mereka sendiri. Siswa dapat memahami materi pelajaran IPS yang dibahas secara optimal, sehingga ketika mengerjakan posttest siswa akan memberikan hasil belajar IPS yang lebih optimal daripada metode Jigsaw.

2. Efektivitas Penerapan Metode SFAE terhadap Hasil Belajar IPS Dibandingkan dengan Metode Jigsaw

Efektivitas pembelajaran dengan penerapan metode Student

Facilitator and Explaining (SFAE) dapat dilihat dari hasil posttest antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Pada kelas eksperimen 1, rata-rata hasil belajar sebesar 77,34. Sedangkan pada kelas eksperimen 2 rata-rata hasil belajar sebesar 70,46. Hal ini menunjukkan nilai rata-rata kelas eksperimen 1 lebih tinggi 6,88 dibandingkan dengan kelas eksperimen 2. Hal ini diperkuat dengan uji hipotesis nilai posttest hasil belajar IPS. Pada uji hipotesis tersebut, diperoleh nilai thitung sebesar 3,204. Nilai thitung > ttabel (3,204 > 2,000)

H0 (Hipotesis Nol) ditolak dan Ha (Hipotesis Alternatif) diterima,

sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar IPS antara kelas eksperimen 1 (SFAE) dan kelas eksperimen 2 (Jigsaw).

Langkah selanjutnya yaitu menghitung ukuran efek dengan rumus Cohen D dan diketahui bahwa efek yang ditunjukkan setelah pemberian perlakuan yaitu sebesar 0,836. Berdasarkan kriteria ukuran efek menurut Cohen yaitu 0 < d < 0,2 efek kecil, 0,2 < d < 0,8 efek sedang, dan d > 0,8 efek besar, dapat disimpulkan bahwa efek perlakuan tergolong efek besar karena d > 0,8 atau 0,836 > 0,8.

Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa metode Student Facilitator

and Explaining (SFAE) efektif terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 2 Godean.

Berdasarkan analisis di atas hendaknya guru menggunakan

metode Student Facilitator and Explaining (SFAE) dalam

pembelajaran IPS agar pembelajaran lebih menarik, bervariatif, dan siswa dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran yang berlangsung. Dengan demikian, hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dapat lebih optimal.

Perbedaan efektifitas penerapan metode pembelajaran tersebut dapat terjadi karena pembelajaran yang dilaksanakan pada kedua kelas

tersebut berbeda. Metode Student Facilitator and Explaining (SFAE)

pemahaman siswa lebih maksimal dalam mempelajari materi pembelajaran. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang heterogen terdiri dari 4-5 siswa. Siswa diminta membuat bagan atau peta konsep sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Pada sesi diskusi, setiap kelompok harus mempelajari materi secara keseluruhan berdasarkan peta konsep yang telah dibuat agar dapat menjelaskan materi di depan kelas. Setelah itu, 1 siswa dari perwakilan kelompok diminta untuk mempresentasikan atau menjelaskan materi yang telah dipelajari dengan menunjukkan peta konsep dan kelompok lain diminta untuk memperhatikan, menanggapi atau memberikan pertanyaan pada siswa yang menjelaskan di depan kelas.

Hal ini berbeda dengan pembelajaran di kelas eksperimen 2

yang menggunakan metode Jigsaw. Guru membagi siswa menjadi

beberapa kelompok yang heterogen terdiri dari 4-5 siswa. Pada sesi diskusi, setiap kelompok diberi materi yang telah ditentukan oleh guru. Kemudian guru membentuk kelompok yang disebut kelompok asal dan kelompok ahli. Di dalam kelompok asal, siswa hanya mempelajari materi tertentu yang dibagi oleh guru, kemudian salah satu perwakilan dari masing-masing kelompok membentuk kelompok ahli. Di dalam kelompok ahli, masing-masing perwakilan kelompok menyampaikan materi sesuai dengan apa yang telah dipelajari di kelompok asal. Kemudian, perwakilan dari masing-masing kelompok

kembali ke kelompok asalnya dan menyampaikan materi yang didapat dari kelompok ahli.

Pada dasarnya, baik kelas eksperimen 1 (SFAE) maupun kelas

eksperimen 2 (Jigsaw) merupakan dua metode yang mengharapkan

siswa-siswanya untuk dapat memahami materi secara mandiri. Dengan memahami materi yang dipelajari secara keseluruhan, diharapkan dapat membuat hasil belajar siswa menjadi lebih optimal. Hasil belajar merupakan kemampuan siswa yang diperoleh melalui keterlibatannya dalam proses pembelajaran.

Pada pembahasan sebelumnya, dikatakan bahwa hasil belajar IPS metode SFAE lebih tinggi daripada metode Jigsaw. Hal tersebut membuktikan bahwa pada metode SFAE, kemampuan dalam kelompok untuk lebih memahami materi pelajaran IPS lebih menarik

dan optimal, sehingga ketika mengerjakan posttest siswa akan

memberikan hasil belajar IPS yang lebih optimal dibandingkan

dengan metode Jigsaw.

F. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu menunjukkan bahwa metode Student Facilitator and Explaining lebih efektif terhadap hasil belajar karena siswa lebih mudah memahami materi pelajaran secara

keseluruhan dibandingkan dengan metode Jigsaw yang mempelajari

77

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diraih kesimpulan

sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPS kelas

eksperimen 1 yang menggunakan metode Student Facilitator and Explainingdibandingkan dengan kelas eksperimen 2 yang menggunakan metode Jigsaw. Hasil belajar IPS kelas eksperimen 1 (SFAE) lebih baik daibandingkan dengan hasil belajar kelas eksperimen 2 (Jigsaw).

2. Metode Student Facilitator and Explaining efektif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean dibandingkan dengan

metode Jigsaw. Metode Student Facilitator and Explaining memberikan efek besar terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2

Godean.

Dokumen terkait