SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh : Dian Febi Hardiyanti
12416241050
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL
v
Hidup tidak seperti novel yang kita bisa mengulang halaman pertama kapanpun
kita mau, tapi kita selalu bisa membuat bab baru dan halaman baru.
vi
memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya, shalawat serta salam semoga
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
• Kedua orang tuaku, Bapak Priyatno dan Ibu Wartiyah atas segala
do’a, motivasi, dukungan baik moril maupun materiil, serta cinta dan
kasih sayang untukku.
• Pade dan Budeku, Bapak Bambang Sabdono dan Ibu Turmiyati, atas
segala do’a, motivasi, dukungan, dan kasih sayang untukku.
• Almamaterku Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta
vii
Oleh:
Dian Febi Hardiyanti NIM. 12416241050
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean yang menggunakan metode
Student Facilitator and Explaining dibandingkan dengan menggunakan metode
Jigsawserta untuk mengetahui efektivitas penggunaan metodeStudent Facilitator and Explaining dibandingkan dengan metodeJigsaw terhadap hasil belajar siswa kelas VIII pada pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Godean.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen) dengan desain Pretest-Posttest Nonequivalent Multiple-Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VIII SMP Negeri 2 Godean. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik simple random sampling yaitu kelas VIII B dan VIII D. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes. Pengujian prasyarat analisis meliputi uji normalitas dan uji homogenitas, sedangkan pengujian hipotesis menggunakan uji-t (independent t-test).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean yang menggunakan metode Student Facilitator and Explaining dibandingkan dengan menggunakan metode Jigsaw. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa metode Student Facilitator and Explaining lebih efektif terhadap hasil belajar IPS dibandingkan dengan metodeJigsawpada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean.
viii
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar sarjana pendidikan.
Skripsi ini dapat terselesaikan tidak lepas dari peran berbagai pihak
yang telah membantu. Oleh karena itu peneliti menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M. Ag, Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang
telah memberikan perizinan dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Sudrajat, M. Pd., dosen pembimbing yang telah ikhlas, sabar, dan
bijaksana dalam memberikan arahan, bimbingan, serta saran/masukan
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Taat Wulandari, M. Pd., narasumber yang telah memberikan
masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu
selama kuliah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Dwi Suluh Pribadi yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian
skripsi ini.
6. Admin Pendidikan IPS serta karyawan Fakultas Ilmu Sosial UNY yang
telah memberikan bantuan serta pelayanan dalam perizinan dan
x
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Batasan Masalah... 7
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian... 8
F. Manfaat Penelitian... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
A. Kajian Teori... 10
1. Pengertian Efektivitas... 10
2. Metode Pembelajaran ... 13
3. MetodeStudent Facilitator and Explaining... 18
4. MetodeJigsaw... 24
5. Hakikat Pembelajaran IPS ... 30
6. Pengertian Hasil Belajar ... 34
B. Penelitian yang Relevan ... 37
C. Kerangka Berpikir ... 38
D. Hipotesis Penelitian ... 40
BAB III METODE PENELITIAN ... 42
A. Desain Penelitian ... 42
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42
C. Variabel Penelitian ... 43
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 43
E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 46
F. Teknik Pengumpulan Data ... 47
G. Instrumen Penelitian... 48
H. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 49
I. Teknik Analisis Data ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 54
A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 54
B. Pelaksanaan Penelitian ... 56
C. Deskripsi Data Penelitian ... 58
xi
B. Implikasi... 77
C. Saran... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 79
xii
Tabel 2. Populasi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Godean ... 46
Tabel 3. Kisi-kisi Soal Hasil Belajar ... 49
Tabel 4. Kriteria Ukuran Efek ... 53
Tabel 5. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 58
Tabel 6. Data Hasil Belajar IPS ... 59
Tabel 7. Distribusi Frekuensi NilaiPretestEkperimen 1 ... 60
Tabel 8. Distribusi Frekuensi NilaiPosttestEkperimen 1 ... 61
Tabel 9. Distribusi Frekuensi NilaiPrestestEkperimen 2 ... 62
Tabel 10. Distribusi Frekuensi NilaiPosttestEkperimen 2 ... 64
Tabel 11. Hasil Uji-tPretest ... 67
xiii
Gambar 3. Diagram NilaiPosttestKelas Eksperimen 1 ... 62
Gambar 4. Diagram NilaiPretestKelas Eksperimen 2 ... 63
Gambar 5. Diagram NilaiPosttestKelas Eksperimen 2 ... 64
xiv
Lampiran 2. RPP Kelas Eksperimen 2 ... 98
Lampiran 3. Daftar Hadir Siswa Kelas Eksperimen 1 ... 113
Lampiran 4. Daftar Hadir Siswa Kelas Eksperimen 2 ... 114
Lampiran 5. Daftar Nama Kelompok Kelas Eksperimen 1 ... 115
Lampiran 6. Daftar Nama Kelompok Kelas Eksperimen 2 ... 116
Lampiran 7. Lembar Validasi Butir SoalPretestdanPosttest ... 117
Lampiran 8. Hasil Uji Coba SoalPretest ... 118
Lampiran 9. Uji ValiditasPretest ... 119
Lampiran 10. Uji ReliabilitasPretest ... 125
Lampiran 11. SoalPretestdanPosttest ... 127
Lampiran 12. HasilPretestKelas Eksperimen 1 ... 137
Lampiran 13. HasilPretestKelas Eksperimen 2 ... 138
Lampiran 14. HasilPosttestKelas Eksperimen 1 ... 139
Lampiran 15. HasilPosttestKelas Eksperimen 2 ... 140
Lampiran 16. Rangkuman Hasil BelajarPretestdanPosttest... 141
Lampiran 17. Data Hasil Uji Deskriptif ... 142
Lampiran 18. HasilIndependent T-Test... 143
Lampiran 19. Foto Penelitian ... 145
1
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu
syarat dalam upaya mencapai tujuan pembangunan suatu negara.
Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk mengembangkan kualitas
sumber daya manusia (SDM). Pendidikan juga digunakan untuk
memperbaiki taraf hidup masyarakat agar menjadi lebih baik. Pendidikan
adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya
manusia melalui kegiatan pengajaran.
Pendidikan dapat membantu dan membimbing anak didik untuk
mencapai kedewasaan melalui pembelajaran, baik formal maupun
informal. Pembelajaran dikatakan berkualitas tinggi apabila tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan tercapai dengan baik. Kegiatan belajar
mengajar dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang
berlangsung di sekolah adalah adanya interaksi aktif antara siswa dan
guru untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sanjaya (2007: 50-55)
mengatakan bahwa tujuan pembelajaran akan tercapai apabila dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu guru, siswa, sarana dan prasarana, serta
lingkungan.
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan, tentu saja tidak terlepas
dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan
pendidikan diawali dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar
pada hakikatnya adalah proses komunikasi yang di dalamnya terdapat
berbagai kegiatan, salah satu diantaranya adalah penyampaian materi
pelajaran. Kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran
memiliki andil yang besar dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Guru sebagai penyelenggara kegiatan belajar harus dapat
mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar. Salah satu cara yang dapat
digunakan untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran yaitu dengan
penggunaan metode pembelajaran yang tepat, tetapi banyak guru yang
belum mengoptimalkan metode pembelajaran yang tepat dalam
menyampaikan pembelajaran di kelas. Guru hanya menggunakan metode
ceramah dalam kegiatan belajar mengajar dari tingkat dasar sampai
pendidikan tinggi (Mutia, 2010).
Asih menyebutkan bahwa masih terdapat kecenderungan guru
dalam pembelajaran IPS yang menggunakan cara konvensional atau
tradisional, sehingga pembelajaran tidak berpusat pada peserta didik (Asih,
2011). Minimnya penggunaan metode dalam pembelajaran membuat
proses belajar mengajar menjadi kurang efektif. Metode ceramah yang
sering digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar selalu dianggap
sangat membosankan oleh siswa dan seperti mengurangi minat belajar
siswa. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya siswa yang mengobrol
Penggunaan metode yang tidak kooperatif dan variatif, misalnya
metode ceramah membuat kurangnya keterlibatan atau aktivitas siswa
dalam kegiatan belajar. Banyak siswa yang tidak memperhatikan saat guru
menyampaikan materi pelajaran, kurangnya keberanian siswa dalam
mengemukakan ide dan pendapat, banyak siswa yang mengantuk, serta
sedikitnya siswa yang berani bertanya mengenai materi pelajaran yang
belum dipahami. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pollio (Silberman, 2013: 24) yang menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran dengan metode ceramah, siswa kurang menaruh perhatian
selama 40% dari seluruh waktu pembelajaran.
Pola pembelajaran yang bersifat guru sentris atau pembelajaran
yang berpusat pada guru dan model pembelajaran yang masih
konvensional membuat siswa kurang dilibatkan dalam proses belajar
mengajar dan siswa cenderung pasif. Kecenderungan pembelajaran
tersebut mengakibatkan lemahnya pengembangan potensi diri siswa
dalam pembelajaran sehingga membuat hasil belajar yang dicapai siswa
kurang optimal (Wilujeng, 2015: 115). Hal ini dikarenakan siswa hanya
menerima atau mengandalkan materi yang dijelaskan oleh guru.
Peran aktif siswa sangat diperlukan dalam proses pembelajaran
IPS. Peran aktif siswa dapat membantu dan memudahkan siswa dalam
memahami materi pelajaran sehingga siswa dapat mengembangkan
potensi yang dimiliki siswa sehingga dapat mencapai hasil belajar IPS
guru dalam proses pembelajaran dapat mendorong peran aktif siswa.
Siswa dapat mencari pengalaman atau pengetahuan baru sehingga siswa
dapat mengembangkan kemampuan didalam dirinya secara optimal.
Pemilihan metode pembelajaran merupakan hal yang sangat
penting untuk diperhatikan karena metode adalah salah satu alat untuk
mencapai tujuan. Memanfaatkan suatu metode secara akurat, dapat
membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan metode
pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar, diharapkan
pembelajaran menjadi lebih efektif. Pembelajaran yang efektif akan
melatih dan menanamkan sikap demokratis bagi siswa serta menekankan
siswa mampu belajar dengan cara belajarnya sendiri. Melalui metode
pembelajaran, aktivitas belajar mengajar menjadi menyenangkan dan
mencapai efektivitas.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat dilakukan adalah
pembelajaran aktif, yaitu dengan model pembelajaran kooperatif.
Cooperative Learning, merupakan suatu metode aktif yang menimbulkan kerja sama yang dapat mempertinggi keterlibatan peserta didik, dengan
melakukan aktivitasnya sendiri-sendiri. Melalui cooperative leraning,
siswa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan atau menciptakan
ide-ide yang dapat dipelajari sendiri oleh siswa yang akhirnya menambah
pengetahuan siswa dibandingkan jika siswa hanya mendengarkan
Metode pembelajaran kooperatif atau cooperative learning yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran diantaranya metodeStudent Facilitator and Explainingdan metodeJigsaw.MetodeStudent Facilitator and Explaining merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah
anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Suprijono (2009:
129), menyatakan bahwa metode Student Facilitator and Explaining
mempunyai arti metode yang menjadikan siswa dapat membuat peta
konsep maupun bagan untuk meningkatkan kreatifitas siswa dan prestasi
belajar siswa.
Jigsaw merupakan suatu metode yang dikembangkan oleh Slavin, di dalam metodeJigsaw ada hubungan saling ketergantungan positif antar siswa, ada tanggung jawab perseorangan, serta ada komunikasi antar
anggota kelompok. Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok
diharapkan mampu membuat anggota kelompok mengerti dan memahami
materi yang didiskusikan bersama. Penggunaan metode Jigsaw bertujuan untuk membuat peserta didik aktif di dalam kelas dan tidak mudah jenuh
dalam menerima pelajaran, karena adanya interaksi sosial antara peserta
didik dengan bekerjasama dalam kelompok.
Perbedaan antara metode Student Facilitator and Explaining
dengan metode Jigsaw yaitu terletak pada penyampaian ide atau pendapat setelah siswa melakukan diskusi kelompok. Setelah melakukan diskusi
materi pelajaran di depan kelas sebagai “penjelas atau fasilitator” pada metode Student Facilitator and Explaining. Pada metode Jigsaw, siswa hanya menyampaikan ide atau pendapat di dalam diskusi kelompok.
Setiap metode pembelajaran tentu mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Begitu pula dengan metode Student Facilitator and Explaining dan metode Jigsaw. Kedua metode pembelajaran tersebut tentu dapat memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap hasil belajar IPS, khususnya pada kelas VIII di SMP Negeri 2
Godean. Perbedaan hasil belajar tersebut, nantinya akan menunjukkan
metode mana yang lebih efektif digunakan dalam pembelajaran IPS pada
siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Godean.
Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui perbedaan hasil
belajar serta efektivitas penggunaan metode Student Facilitator and Explaining dan Jigsaw pada pembelajaran IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Godean, peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul
”Efektivitas Penerapan Metode Student Facilitator and Explaining dan
Jigsaw terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Godean”.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah berdasarkan judul yang diajukan yaitu :
1. Banyak guru yang belum memanfaatkan metode pembelajaran yang
2. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga menyebabkan
kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
3. Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran membuat
hasil belajar yang dicapai siswa kurang optimal.
4. Belum diketahuinya perbedaan hasil belajar IPS siswa kelas VIII yang
menggunakan metodeStudent Facilitator and ExplainingdanJigsawdi SMP Negeri 2 Godean.
5. Belum diketahuinya efektivitas penerapan metode Student Facilitator and Explaining dan Jigsaw terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean.
C. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang telah dipaparkan, maka masalah
dibatasi yaitu:
1. Belum diketahuinya perbedaan hasil belajar IPS siswa kelas VIII yang
menggunakan metodeStudent Facilitator and ExplainingdanJigsawdi SMP Negeri 2 Godean.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa kelas VIII
SMP Negeri 2 Godean yang menggunakan metode pembelajaran
Student Facilitator and Explainingdibandingkan dengan menggunakan metode pembelajaranJigsaw?
2. Bagaimana efektivitas penggunaan metode pembelajaran Student Facilitator and Explaining dibandingkan dengan metode pembelajaran
Jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Godean?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa
kelas VIII SMP Negeri 2 Godean yang menggunakan metode
pembelajaranStudent Facilitator and Explaining dibandingkan dengan menggunakan metode pembelajaranJigsaw.
2. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode pembelajaran
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran tentang efektivitas penerapan metodeStudent Facilitator and Explainingdan metodeJigsawterhadap hasil belajar IPS siswa SMP. 2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah, penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan
proses belajar mengajar di sekolah serta menciptakan peserta didik
yang berkualitas.
b. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan referensi dan tambahan
pengetahuan tentang penggunaan metode pembelajaran yang
kooperatif dan variatif, khususnya untuk meningkatkan kompetensi
dan hasil belajar mata pelajaran IPS.
c. Bagi siswa, penelitian ini dapat digunakan untuk membantu proses
belajar mengajar, meningkatkan keaktifan dan kratifitas siswa, serta
10 1. Pengertian Efektivitas
Efektivitas secara umum menunjukkan seberapa jauh tercapainya
suatu tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan pengertian
efektivitas menurut Uno dan Mohamad (2011: 29) yang menjelaskan
bahwa efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh
tujuan pembelajaran yang telah dicapai oleh peserta didik. Untuk
mengukur suatu efektivitas dari suatu tujuan pembelajaran dapat dilakukan
dengan menentukan seberapa jauh konsep-konsep yang telah dipelajari
dapat dipindahkan (transferabilitas) ke dalam mata pelajaran selanjutnya
atau penerapan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Saefuddin dan Berdiati (2014: 34) berpendapat bahwa
pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan berhasil guna diterapkan dalam pembelajaran. Pembelajaran
efektif dapat tercapai jika mampu memberikan pengalaman baru,
membentuk kompetensi peserta didik dan menghantarkan mereka ke
tujuan yang ingin dicapai secara optimal.
Daryanto dan Tasrial (2012: 112) mengemukakan bahwa
efektivitas pembelajaran dapat dicapai dengan pembelajaran yang aktif,
kreatif, dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil
memberikan pengalaman baru kepada peserta didik, serta mengantarkan
mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Pembelajaran efektif
menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif, karena mereka merupakan
pusat kegiatan pembelajaran. Peran aktif peserta didik dapat
mengoptimalkan kemampuan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Efektivitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan
dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Efektivitas
diartikan sebagai suatu ukuran untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
untuk melaksanakan sesuatu agar tepat sasaran. Efektivitas berfokus pada
hasil sehingga efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang
diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai, dengan kata lain
tujuan yang ditetapkan diawal telah tercapai. Efektivitas dapat dijadikan
barometer untuk mengukur keberhasilan pendidikan. Indikator yang
dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyatakan bahwa proses belajar
mengajar dikatakan berhasil adalah tercapainya tujuan dalam belajar yaitu
ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam mencapai hasil belajar atau
prestasi belajar secara maksimal.
Sesuatu dikatakan efektif apabila hasil yang dicapai sesuai dengan
tujuan atau ukuran yang telah ditetapkan sebelumnya. Cohen dalam Naga
(2009: 99) menyebutkan bahwa efektivitas ditentukan melalui kriteria
empirik yaitu berupa ukuran efek. Kriteria ukuran efek menurut Cohen
yaitu 0 < d < 0,2 (efek kecil), 0,2 < d < 0,8 (efek sedang), dan d > 0,8 (efek
pencapaian peserta didik. Uno, (2006: 21) menjelaskan bahwa ada 4
(empat) aspek penting yang dapat dipakai untuk mendeskripsikan
efektivitas pembelajaran, yaitu (1) kecermatan penguasaan perilaku yang
dipelajari atau sering disebut dengan “tingkat kesalahan”, (2) kecepatan unjuk kerja, (3) tingkat alih belajar, dan (4) tingkat retensi dari apa yang
dipelajarai. Djaatar (2001: 82) menyatakan, suatu aktivitas belajar
dikatakan efektif bila proses pembelajaran tersebut dapat mewujudkan
sasaran atau hasil belajar tertentu. Sasaran atau hasil yang dimaksud
adalah berupa tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan beberapa definisi mengenai efektivitas yang
disebutkan di atas, peneliti mengacu kepada pendapat dari Cohen dalam
Naga (2009: 99) menyebutkan bahwa efektivitas ditentukan melalui
kriteria empirik yaitu berupa ukuran efek. Kriteria ukuran efek menurut
Cohen yaitu 0 < d < 0,2 (efek kecil), 0,2 < d < 0,8 (efek sedang), dan d >
0,8 (efek besar). Efektivitas metode dalam penelitian ini ditentukan dari
besarnya efek berdasarkan ukuran efek menurut Cohen.
Ada dua metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu metode Student Facilitator and Explaining dengan metode
Jigsaw. Kedua metode ini digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS. Ketika terjadi perbedaan yang
signifikan pada hasil belajar IPS pada siswa yang menggunakan metode
student facilitator and explaining maupun yang menggunakan metode
efektivitas metode pembelajaran yang digunakan. Efektivitas metode
pembelajaran dapat diketahui melalui perhitungan ukuran efek yang
dihitung setelah terjadi perbedaan yang signifikan pada penelitian.
2. Metode Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar, pengertian belajar
adalah berubah, maksudnya belajar berarti usaha mengubah tingkah
laku menjadi lebih baik. Belajar merupakan proses yang ditandai
oleh adanya perubahan pada diri seseorang. Daryanto dan Rahardjo
(2012: 25) mengemukakan bahwa belajar adalah proses mengubah
pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi
pemahaman, pemahaman menjadi kearifan dan kearifan menjadi
tindakan.
Pembelajaran merupakan suatu aktivitas untuk
mentransformasikan bahan pelajaran kepada subjek belajar atau
peserta didik. Guru berperan sebagai penjabar dan penerjemah bahan
tersebut agar dimiliki siswa. Cagne dan Biggs dalam Djaatar (2001:
2) menyatakan bahwa pembelajaran adalah rangkaian peristiwa atau
kejadian yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga proses
belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Saefuddin dan Berdiati
(2014: 8) berpendapat bahwa pembelajaran dapat dimaknai sebagai
proses penambahan pengetahuan dan wawasan melalui rangkaian
diharapkan dapat mengakibatkan perubahan pada siswa, sehingga
terjadi perubahan yang sifatnya positif, sehingga siswa akan
mendapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru.
Sudjana (2004: 28) mengemukakan, pembelajaran dapat
diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk
menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara siswa (warga belajar) dan pendidik (sumber
belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan. Khanifatul (2013:
14) menjelaskan pembelajaran adalah usaha sadar yang dilakukan
oleh guru atau pendidik untuk membuat siswa belajar (mengubah
tingkah laku untuk mendapatkan kemampuan baru) untuk mencapai
suatu tujuan. Pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar
yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Pembelajaran disebut juga kegiatan instruksional
(instructional), yaitu usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang belajar berperilaku tertentu dalam kondisi tertentu
(Djaatar, 2001: 2). Selanjutnya, Hamalik (2009: 57) berpendapat
bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas perlengkapan dan
prosedur yang saling mempengaruhi pencapaian tujuan
Pembelajaran merupakan upaya logis yang didasarkan pada
kebutuhan-kebutuhan belajar anak. Di dalam pengajaran terdapat
kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk
mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan,
dan pengembangan metode ini didasarkan pada kebutuhan siswa dan
kondisi pengajaran yang ada.
Daryanto dan Rahardjo (2012: 20-26) mengemukakan, pada
hakekatnya semua pembelajaran manusia mempunyai empat unsur,
yakni persiapan (preparation), penyampaian (presentation), pelatihan (practice), penampilan hasil (performance).
1) Persiapan (Preparation)
Tujuan tahap persiapan adalah untuk menimbulkan minat
peserta belajar, misalnya dengan menggunakan metode
pembelajaran yang bervariatif.
2) Penyampaian (Presentation)
Tahap penyampaian dalam belajar bukan hanya sesuatu yang
dilakukan fasilitator, melainkan sesuatu yang secara aktif
melibatkan peserta belajar dalam menciptakan pengetahuan
disetiap langkahnya.
3) Latihan (Practice)
Tahap latihan ini dalam siklus pembelajaran berpengaruh
terhadap 70% atau lebih pengalaman belajar keseluruhan.
Tujuan tahap penampilan hasil adalah untuk memastikan bahwa
pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan.
Dari beberapa definisi mengenai pembelajaran, maka peneliti
mengacu pada pendapat Hamalik yang mengemukakan bahwa
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas perlengkapan dan prosedur yang
saling mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran. Suatu
pembelajaran akan mencapai tujuan secara optimal apabila dilakukan
sesuai dengan prosedur yang ada serta didukung dengan fasilitas atau
sarana prasarana pendidikan yang memadai. Dengan demikian,
proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan mudah dan tujuan
pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan apa yang telah ditetapkan.
b. Metode Pembelajaran
Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai
dalam kegiatan pembelajaran dapat membantu guru dan siswa dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara etimologis (bahasa),
metode berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang berarti jalan
atau cara (Ismail, 2008: 7). Jadi, metode mempunyai arti suatu cara
yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Sanjaya (2007: 145)
berpendapat bahwa metode pembelajaran adalah cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
optimal. Semakin tepat metodenya, diharapkan semakin efektif pula
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Ismail (2008: 8) mengemukakan, metode pembelajaran
adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan serasi
untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan yang
efektif dan efisien sesuai yang diharapkan. Sudjana (2010: 30)
menjelaskan, metode adalah cara yang dipergunakan guru dalam
mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pembelajaran. Metode pembelajaran digunakan oleh guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas, sebagai upaya
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Sebelum memutuskan untuk memilih suatu metode agar lebih
efektif maka seorang guru harus mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut : 1) tujuan, 2) karakteristik siswa, 3) kemampuan guru, 4)
sifat bahan pelajaran, 5) situasi kelas, 6) kelengkapan fasilitas, 7)
kelebihan dan kelemahan metode (Ismail, 2008: 32-33).
Macam-macam metode pembelajaran yang paling sering
digunakan dalam kegiatan pembelajaran saat ini, yaitu :
1) Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode yang dapat dikatakan
sebagai metode tradisional. Karena, sejak dahulu metode ini
telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru
2) Metode diskusi
Metode diskusi merupakan metode yang menyajikan
siswa pada suatu permasalahan. Dengan adanya diskusi, siswa
diharapkan mampu memecahkan suatu permasalahan, menjawab
pertanyaan serta menambah pengetahuan siswa.
Dari beberapa definisi para ahli yang telah dikemukakan
diatas, peneliti memilih pendapat Sanjaya yang mengemukakan
bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan
nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode
pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru untuk
menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa di
dalam kelas. Pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran guru
harus menentukan metode yang tepat agar materi dapat diterima dan
dipahami oleh siswa dengan baik serta tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara optimal.
3. MetodeStudent Facilitator and Explaining
a. Pengertian MetodeStudent Facilitator and Explaining
Metode pembelajaran Student Facilitator and Explaining
merupakan salah satu dari tipe model pembelajaran kooperatif yang
kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil
yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang heterogen untuk saling
bekerja sama.
Suprijono (2009: 129) mengemukakan bahwa metodeStudent Facilitator and Explaining mempunyai arti metode yang dapat menjadikan siswa dapat membuat peta konsep maupun bagan untuk
meningkatkan kreatifitas siswa dan prestasi belajar siswa. Metode
Student Facilitator and Explainingmerupakan suatu metode dimana siswa mempresentasikan ide atau pendapat kepada siswa lainnya
karena siswa berperan sebagai fasilitator di dalam kelas.
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan diatas, peneliti
mengacu pada pendapat Agus Suprijono yang mengemukakan
bahwa metode Student Facilitator and Explaining merupakan metode yang dapat menjadikan siswa dapat membuat peta konsep
maupun bagan untuk meningkatkan kreatifitas siswa dan prestasi
belajar siswa. MetodeStudent Facilitator and Explaining merupakan metode pembelajaran kooperatif yang mampu meningkatkan prestasi
akademik siswa. Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertindak sebagai seorang “pengajar/penjelas materi dan seorang yang memfasilitasi proses pembelajaran” kepada teman-temannya.
Metode ini dapat mengembangkan kreatifitas dan keberanian siswa
dalam menyampaikan pendapatnya serta dapat menguji pemahaman
b. Langkah-langkah MetodeStudent Facilitator and Explaining
Suprijono (2009: 128) menyatakan bahwa terdapat enam
langkah dalam pelaksanaan model pembelajarn Student Facilitator and Explaining, yaitu sebagai berikut :
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
Guru menjelaskan tujuan belajarnya, menyampaikan ringkasan
dari isi serta mengaitkan dengan gambaran yang lebih besar
mengenai silabus pembelajaran.
2) Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi.
Guru menyajikan sedikit materi yang dipelajari pada saat itu dan
siswa memperhatikan. Setelah selesai menjelaskan guru
membagi siswa menjadi berkelompok secara heterogen. Guru
menjelaskan dan mencontohkan kepada siswa bagaimana
membuat bagan/peta konsep. Kemudian guru bisa meminta
siswa untuk mencatat apa yang telah mereka ketahui atau yang
bisa dilakukan, berkaitan dengan aspek apapun yang
berhubungan dengan materi yang dipelajari.
3) Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa
lainnya misalnya melalui bagan/peta konsep.
Dalam tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui
menjelaskan di depan kelas apa yang dia ketahui. Siswa lain
boleh bertanya, dan siswa yang menjelaskan di depan boleh
berkata “pas” jika dia tidak yakin dengan jawabannya dan guru dapat menambahkan komentar pada tahap berikutnya.
4) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
Ketika siswa menjelaskan apa yang mereka ketahui di depan
kelas, guru mencatat poin-poin penting untuk diulas kembali.
Informasi yang tidak akurat, ide yang kurang tepat atau yang
hanya dijelaskan separuh, dan bagian yang hilang bisa ditangani
langsung sehingga siswa tidak membentuk kesan yang salah,
atau mereka dapat membuat dasar dari rencana pembelajaran
yang telah diperbaiki untuk beberapa pelajaran berikutnya.
5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
Guru menjelaskan keseluruhan dari materi agar siswa lebih
memahami materi yang sudah dibahas pada saat itu serta
memberikan kesimpulan.
6) Penutup.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah metodeStudent Facilitator and Explaining sebagai berikut : 1) guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, 2)
guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi, 3) memberikan
kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya
siswa, 5) guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu, 6)
penutup.
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Student Facilitator and Explaining
Setiap metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan
kekurangan, begitu juga dengan metode pembelajaran Student Facilitator and Explaining. Di bawah ini merupakan kelebihan dan kekurangan dari metodeStudent Facilitator and Explainingini yaitu: 1) Kelebihan
a) Dapat mendorong tumbuh dan berkembangya potensi
berpikir kritis siswa secara optimal.
b) Melatih siswa aktif, kreatif dalam menghadapi setiap
permasalahan.
c) Mendorong tumbuhnya tenggang rasa, mau mendengarkan
dan menghargai pendapat orang lain.
d) Mendorong tumbuhnya sikap demonstrasi.
e) Melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan saling
bertukar pendapat secara obyektif, rasional guna menemukan
suatu kebenaran dalam kerjasama anggota kelompok.
f) Mendorong tumbuhnya keberanian siswa dalam mengutarakan
pendapat.
g) Melatih siswa untuk dapat mandiri dalam menghadapi setiap
permasalahan.
i) Memperluas wawasan siswa melalui kegiatan saling bertukar
informasi, pendapat dan pengalaman antar mereka.
2) Kekurangan
a) Peserta didik yang malas mungkin akan menyerahkan
bagian pekerjaannya kepada siswa yang pintar.
b) Penilaian individu sulit karena tersembunyi dibalik
kelompoknya.
c) Metode student facilitator and explaining memerlukan persiapan yang rumit dibanding dengan model lain,
misalnya metode ceramah.
d) Peserta didik yang malas memiliki kesempatan untuk tetap
pasif dalam kelompoknya, dan memungkinkan akan
mempengaruhi kelompoknya sehingga usaha kelompok
tersebut gagal.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan
kelebihan dari metode Student Facilitator and Explaining yaitu 1) mendorong siswa untuk berpikir kritis, 2) melatih siswa aktif dan
kreatif, 3) mendorong tumbuhnya rasa tenggang rasa, 4) mendorong
tumbuhnya keberanian mengemukakan pendapat, 5) melatih siswa
anggota kelompok yang pasif dan malas dapat mempengaruhi
anggota kelompok lainnya.
4. MetodeJigsaw
a. Pengertian MetodeJigsaw
Metode pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu pendekatan pembelajaran kooperatif dan merupakan strategi
pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif (active learning) hanya bisa terjadi apabila ada partisipasi aktif dari peserta didik. Pembelajaran
tipe Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya (Slavin, 2010: 236). MetodeJigsawpertama kali dikembangkan oleh Aronson (1975). Metode ini memiliki dua versi tambahan, Jigsaw II
(Slavin, 1989) danJigsaw III (Kagan, 1990). Dalam metodeJigsaw, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri 5
anggota.
Jigsaw adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran kooperatif dimana dalam penerapannya siswa dibentuk dalam
kelompok-kelompok, tiap kelompok terdiri atas tim ahli sesuai
dengan pertanyaan yang disiapkan guru maksimal lima pertanyaan
sesuai dengan jumlah tim ahli. Slavin (2010: 237) mengemukakan
bahwa kunci metode jigsaw ini adalah interdependensi : tiap siswa
bergantung kepada satu timnya untuk dapat memberikan informasi
yang diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat penilaian.
materi yang diberikan guru sehingga dapat menjelaskan kepada
anggota kelompok lain dengan baik.
Saefuddin dan Berdiati (2014: 116) berpendapat bahwa
strategi pembelajaran jigsaw merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif yang menerapkan model diskusi dalam dua tahap. Tahap
pertama yaitu membentuk kelompok yang disebut kelompok asal
atau home group dan tahap kedua membentuk kelompok yang disebut kelompok ahli. Arends (2009: 358-359) menyatakan “in the jigsaw model, each team member is responsiable for mastering part of the learning materials and then teaching that part to the other team members”.Maksudnya, di dalam metodeJigsawsetiap anggota
kelompok harus menguasai atau memahami suatu bagian dari materi
pembelajaran kemudian menjelaskan materi tersebut kepada
kelompok lainnya.
Uno dan Mohamad (2011: 98) mengemukakan, metode
pembelajaran jigsaw adalah metode yang menghendaki siswa belajar
melalui kelompok. Isjoni (2009: 77) menjelaskan, pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.
Pada kegiatan ini keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar
semakin berkurang dalam arti guru menjadi pusat kegiatan kelas.
siswa untuk belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tanggung
jawab.
Suprijono (2009: 89) berpendapat bahwa pembelajaran
jigsaw merupakan pembelajaran kooperatif dimana guru membagi
kelas menjadi kelompok-kelompok lebih kecil. Jumlah kelompok
bergantung pada konsep yang terdapat pada topik yang dipelajari.
Jika satu kelas ada 40 siswa, maka setiap kelompok beranggotakan
10 orang. Keempat kelompok itu disebut kelompok asal, setelah
kelompok asal terbentuk, guru membagikan materi tekstual kepada
tiap-tiap kelompok. Berikutnya membentuk kelompok ahli, berikan
kesempatan untuk berdiskusi. Setelah itu kembali pada kelompok
asal dan menjelaskan hasil diskusi kepada kelompok masing-masing.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti setuju dengan
pendapat Saefuddin dan Ika Berdiati yang mengatakan bahwa
strategi pembelajaran jigsaw merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif yang menerapkan model diskusi dalam dua tahap. Tahap
pertama yaitu membentuk kelompok yang disebut kelompok asal
atau home group dan tahap kedua membentuk kelompok yang disebut kelompok ahli. Masing-masing kelompok asal harus
membaca dan memahami materi yang telah dibagikan oleh guru
kemudian salah satu perwakilan dari masing-masing kelompok asal
membentuk kelompok ahli untuk menyampaikan materi yang telah
utuh. Kemudian kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya dan
menyampaikan materi yang didapatkan dari kelompok ahli.
b. Langkah-langkah MetodeJigsaw
Pembelajaran dengan metode Jigsaw ini bertujuan untuk melatih siswa untuk dapat bekerja sama dengan kelompok yang telah
ditentukan tanpa harus membedakan satu sama lain.
Langkah-langkah dalam metode Jigsaw seperti yang dikemukakan oleh Uno dan Mohamad (2011: 110-111) yaitu :
1) Tahap 1 : Menyiapkan bahan pembelajaran.
2) Tahap 2 : Menempatkan siswa dalam kelompok belajar,
maksimal 4 - 5 orang secara heterogen.
3) Tahap 3 : Menempatkan siswa dalam kelompok pakar atau
ahli.
4) Tahap 4 : Menentukan skor awal untuk mencatat skor
sebagai skor dasar.
5) Tahap 5 : Membaca.
6) Tahap 6 : Diskusi kelas pakar.
7) Tahap 7 : Laporan kelompok.
8) Tahap 8 : Para pakar/ahli kembali ke dalam kelompok asal.
9) Tahap 9 : Tes hasil diskusi dilakukan secara menyeluruh
untuk semua siswa.
10) Tahap 10 : Para siswa mengambil kuis individu yang
11) Tahap 11 : Penghargaan kelompok.
Ismail (2008: 82-83) berpendapat langkah-langkah penerapan
Jigsaw Learningsebagai berikut :
1) Pilih materi pembelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa
segmen (bagian).
2) Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok sesuai dengan
jumlah segmen yang ada. Jika jumlah peserta 25 sedang jumlah
segmen yang ada ada 5 maka masing-masing kelompok terdiri
dari 5 orang.
3) Setiap kelompok mendapat tugas membaca, memahami dan
mendiskusikan serta membuat ringkasan materi pembelajaran
yang berbeda.
4) Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain
untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di
kelompoknya.
5) Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan
seandainya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan
dalam kelompok.
6) Berilah peserta didik pertanyaan untuk mengecek pemahaman
mereka terhadap materi yang dipelajari.
7) Guru melakukan kesimpulan, klarifikasi, dan tindak lanjut.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
berikut : 1) materi pembelajaran dibagi menjadi beberapa segmen
(bagian), 2) peserta dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai
dengan jumlah segmen atau bagian yang ada, 3) Setiap kelompok
mendapat tugas membaca, memahami dan mendiskusikan serta
membuat ringkasan materi pembelajaran yang berbeda, 4) Setiap
kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk
menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompoknya, 5)
Kembalikan suasana kelas seperti semula, 6) Berilah peserta didik
pertanyaan untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap materi
yang dipelajari, 7) Guru melakukan kesimpulan dan klarifikasi.
c. Kelebihan dan Kekurangan MetodeJigsaw
Sama seperti metode pembelajaran yang lain, metodeJigsaw
juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Berikut ini akan
dijelaskan mengenai kelebihan dan kekurangan dari metode
pembelajaranJigsaw.Berikut ini merupakan beberapa kelebihan dan kelemahan metode pembelajaranJigsaw, yaitu :
1) Kelebihan
a) Di dalam metode Jigsaw, siswa saling memberikan pendapat (sharing ideas). Karena suasana belajar lebih kondusif dan adanya penghargaan yang diberikan kepada
kelompok, maka masing-masing kelompok berkompetisi
b) Siswa lebih memiliki kesempatan berinteraksi sosial dengan
temannya.
c) Siswa lebih aktif dan kreatif, serta memiliki tanggungjawab
secara individual.
2) Kelemahan
a) Terdapat kelompok siswa yang kurang berani
mengemukakan pendapat atau bertanya, sehingga kelompok
tersebut dalam diskusi menjadi kurang hidup.
b) Memerlukan waktu yang relatif cukup lama dan persiapan
yang matang antara lain pembuatan bahan ajar dan LKS
benar-benar memerlukan kecermatan dan ketepatan.
5. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ilmu pengetahuan sosial merupakan integrasi dari berbagai
cabang ilmu-ilmu sosial, seperti geografi, sosiologi, ekonomi,
sejarah, politik, hukum, serta budaya. Selain itu, ilmu pengetahuan
sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan
lingkungannya maupun dengan sesama manusia dalam kehidupan
bermasyarakat.
Berdasarkan pendapat dari Somantri (2001: 92) pendidikan
IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu
sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang
pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. Sedangkan National Council for the Social Studies (NCSS) mendefinisikan IPS sebagai suatu bidang kajian dalam kurikulum sekolah yang tujuan-tujuannya
diturunkan dari hakikat kewarganegaraan di dalam masyarakat
demokratis. Tujuan pembelajaran IPS berkaitan dengan
masyarakat-masyarakat yang ada disekitar siswa, yang kontennya berasal dari
ilmu-ilmu sosial dan disiplin-disiplin yang lain, serta hasil dari
refleksi pribadi, sosial, dan pengalaman-pengalaman budaya siswa.
Kemudian, Supardi (2011: 182) mengemukakan bahwa IPS
merupakan kajian integrasi berbagai ilmu sosial dan humaniora. IPS
didesain secara terpadu agar pembelajaran IPS menjadi lebih
bermakna. Keterpaduan dalam IPS juga bertujuan agar siswa mampu
menelaah masalah sosial karena manusia selalu dihadapkan dengan
fenomena ataupun masalah sosial. Trianto (2012: 171) berpendapat
bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari
berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, politik, hukum, dan budaya.
Berdasarkan beberapa definisi mengenai Ilmu Pengetahuan
Sosial di atas, peneliti memilih pendapat dari Supardi yang
menyatakan bahwa pembelajaran IPS merupakan pembelajaran yang
terdiri dari beberapa disiplin ilmu yang dirumuskan berdasarkan
fenomena sosial di lingkungan masyarakat. Pembelajaran IPS yang
keterampilan kepada peserta didik dalam memecahkan
masalah-masalah sosial yang ada di lingkungan masyarakat. Pembelajaran
IPS juga diharapkan dapat memperbaiki moral serta membentuk
karakter siswa menjadi lebih baik sehingga siswa dapat memecahkan
masalah-masalah sosial dengan bijak.
b. Tujuan Pembelajaran IPS
IPS berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan sikap,
nilai, dan keterampilan peserta didik terhadap masyarakat dan
lingkungan sekitarnya. Sapriya (2011: 12) mengemukakan tujuan
pembelajaran IPS secara umum yaitu untuk mempersiapkan para
peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan
(knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and value) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan
mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan
kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.
Solihatin dan Raharjo (2012: 14) menyatakan bahwa tujuan
Pendidikan IPS adalah mempersiapkan mahasiswa menjadi warga
negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat. Pada dasarnya
tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi
bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri
sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta
yang lebih tinggi. Pendidikan IPS bertujuan untuk membentuk
karakter siswa menjadi lebih baik sehingga memiliki akhlak yang
mulia.
Tujuan pelajaran pengetahuan sosial dan ilmu-ilmu sosial
(Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosio-Antropologi) yang dikemukakan
oleh Fajar (2005: 107-108) antara lain :
1) Pengembangan kemampuan intelektual siswa, yang berorientasi
pada pengembangan kemampuan intelektual.
2) Pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai
anggota masyarakat dan bangsa.
3) Pengembangan diri sebagai pribadi, berorientasi pada
pengembangan pribadi siswa.
4) Untuk menumbuhkan warga negara yang baik dengan
menempatkan siswa dalam konteks kebudayaannya.
5) Untuk mempelajari bahan pelajaran yang sifatnya “tertutup” (closed areas), maksudnya bahwa dengan mempelajari bahan pelajaran yang pantang (tabu) untuk dibicarakan, para siswa akan
memperoleh kesempatan untuk memecahkan konflik
intrapersonalmaupunantar-personal.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah disebutkan di atas,
peneliti memilih pendapat dari Sapriya yang menyatakan bahwa
pelajaran IPS bertujuan untuk mendidik siswa menjadi warga negara
terhadap lingkungan di sekitarnya. Untuk itu, dalam pelaksanaan
pembelajaran IPS perlu ditanamkan nilai-nilai sosial maupun nilai
karakter agar dapat membentuk karakteristik yang baik dalam diri
siswa. Pembelajaran IPS diharapkan tidak hanya mengembangkan
kemampuan intelektual siswa tetapi juga mengembangkan
kemampuan sosial siswa, sehingga siswa dapat dapat memecahkan
masalah-masalah sosial yang ada disekitarnya.
6. Pengertian Hasil Belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan
siswa dalam memperoleh prestasi belajar. Untuk mengetahui berhasil
tidaknya seseorang dalam kegiatan belajar maka perlu diadakan evaluasi
pembelajaran. Hasil belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan
sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk
nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar
mengajar. Melalui hasil belajar, guru dapat mengetahui seberapa jauh
siswa menguasai atau memahami suatu kompetensi tertentu.
Secara umum, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal
yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu
faktor-faktor yang berada di luar diri pelajar (Daryanto dan Rahardjo,
2012: 28). Faktor internal seringkali berhubungan dengan minat, motivasi
a. Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun
yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh,
dan sebagainya.
b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan, yang
meliputi :
1) Faktor intelektual terdiri atas : faktor potensial (intelegensi dan
bakat) dan faktor aktual (kecakapan nyata dan prestasi).
2) Faktor non intelektual yaitu komponen-komponen kepribadian
tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan,
konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dsb.
Faktor eksternal merupakan segala faktor yang ada di luar diri siswa yang
dapat berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar yang diperoleh
siswa. Yang tergolong faktor eksternal yaitu :
a. Faktor sosial, terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat, serta faktor kelompok.
b. Faktor budaya, seperti : adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi,
kesenian, dan sebagainya.
c. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim,
dan sebagainya.
d. Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.
Suprijono (2009: 5) menyatakan hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Pendapat Gagne, sebagaimana dikutip oleh
Djaatar (2001: 82-83) hasil belajar merupakan kapabilitas atau
kemampuan yang diperoleh dari proses belajar yang dapat dikategorikan
dalam lima macam, yaitu :
a. Informasi verbal, yaitu kemampuan seseorang untuk menuangkan
pikirannya dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
b. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang
untuk membedakan, mengabstraksikan suatu objek,
menghubung-hubungkan konsep dan dapat menghasilkan suatu pengertian,
memecahkan suatu persoalan.
c. Strategi kognitif, yaitu kemampuan seseorang untuk mengatur dan
mengarahkan aktivitas mentalnya sendiri dalam memecahkan persoalan
yang dihadapinya.
d. Sikap, adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki seseorang berupa
kecenderungan dengan menerima atau menolak suatu objek
berdasarkan penilaian atas objek itu.
e. Keterampilan motorik, adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
serangkaian gerakan jasmani dari anggota badan secara terpadu dan
terkoordinasi.
Dari beberapa definisi hasil belajar di atas, peneliti memilih
pendapat dari Nana Sudjana yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah
pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang diperoleh siswa menunjukkan
seberapa jauh siswa mengerti dan paham terhadap materi atau
pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Setelah mengetahui hasil
belajar yang diperoleh siswa, guru dapat menentukan cara untuk
memperbaiki atau meningkatkan hasil belajar siswa apabila hasil belajar
belum sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu :
1. Ristri Rahayu (2012) yang berjudul “Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap Aktivitas dan Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas XI Semester 2 SMA Negeri 2
Temanggung Tahun Ajaran 2011/2012” merupakan jurnal mahasiswa
jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan aktivitas belajar
dan ada perbedaan yang signifikan terhadap prestasi belajar kimia
peserta didik yang menggunakan metode Student Facilitator and Explaining. Persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan metode Student Facilitator and Explaining. Perbedaan dalam penelitian ini yaitu terletak pada variabel hasil belajar siswa,
jenis penelitian, lokasi penelitian, dan materi pelajaran.
2. Lely Afreyanti (2013) yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Metode
merupakan skripsi mahasiswa jurusan Teknik Boga dan Busana,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang
menggunakan metode Jigsaw dengan yang tidak menggunakan metode
Jigsaw. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode Jigsaw pada kelas eksperimen lebih efektif dibandingkan dengan kelas kontrol yang
tidak menggunakan metodeJigsaw.
Persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan variabel
metodeJigsaw, hasil belajar, dan menggunakan penelitian eksperimen. Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini yaitu terletak pada lokasi
penelitian dan materi pelajaran.
C. Kerangka Berpikir
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas hasil belajar
IPS siswa kelas VIII dengan menggunakan metode pembelajaran Student Facilitator and Explaining dan metode Jigsaw di SMP Negeri 2 Godean. Berdasarkan hubungan antar variabelnya, hal yang melatarbelakangi
penelitian ini yaitu peneliti ingin mengetahui metode mana yang lebih
efektif apabila diterapkan pada pembelajaran IPS siswa kelas VIII di SMP
Negeri 2 Godean.
Kedua metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pembelajaran kooperatif dan aktif yang diharapkan dapat meningkatkan
atau mengoptimalkan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran.
Jigsaw dalam kegiatan pembelajaran IPS ini, siswa tidak hanya mendengarkan atau memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru
dalam proses belajar mengajar, melainkan siswa belajar secara mandiri
mengenai materi yang akan dipelajari dan siswa dapat menumbuhkan kerja
sama di dalam kelompok, partisipasi aktif siswa dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran, serta keberanian siswa dalam mengajukan
pendapat, bertanya atau menjawab pertanyaan, bahkan menyajikan materi
di depan kelas berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari.
Setelah mengikuti langkah-langkah metode Student Facilitator and Explaining dan Jigsaw, siswa diharapkan dapat mengerjakan soal-soal
posttest. Soal-soal posttest berupa pilihan ganda yang diberikan kepada siswa untuk mengetahui hasil belajar IPS. Penggunaan metode Student Facilitator and Explaining dan metode Jigsaw pada pembelajaran IPS, diharapkan hasil belajar siswa menjadi lebih optimal.
Setelah mendapatkan data dari hasil penelitian, maka dilakukan uji
prasyarat analisis dan uji hipotesis untuk mengetahui perbedaan hasil
belajar IPS pada siswa. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap hasil belajar IPS siswa, selanjutnya dicari besarnya ukuran efek
untuk mengetahui efektivitas metode Student Facilitator and Explaining
dan metodeJigsawdi SMP Negeri 2 Godean.
Bagan kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar di
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Ho: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPS
siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean yang menggunakan
metode Student Facilitator and Explaining dibandingkan dengan menggunakan metodeJigsaw.
Belum diketahuinya efektivitas penerapan metodeStudent Facilitator and ExplainingdanJigsawterhadap Hasil Belajar IPS
Kelas Eksperimen 1 MetodeStudent
Facilitator and Explaining
Kelas Ekperimen 2 MetodeJigsaw
Perbedaan Hasil Belajar IPS denganPretsestdanPosttest
Uji-t
Ukuran Efek
Efektivitas MetodeStudent Facilitator and Explainingdan MetodeJigsaw
Ha : Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPS siswa
kelas VIII SMP Negeri 2 Godean yang menggunakan metode
Student Facilitator and Explaining dibandingkan dengan menggunakan metodeJigsaw.
2. Ho: MetodeStudent Facilitator and Explainingtidak efektif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean
dibandingkan dengan menggunakan metodeJigsaw.
Ha : MetodeStudent Facilitator and Explaining efektif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean dibandingkan
42
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen
semu (quasi experimental design). Penelitian ini dikatakan penelitian eksperimen semu karena peneliti tidak memungkinkan untuk mengontrol
semua variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dan
efektivitas penerapan metode Student Facilitator and Explaining dan metode Jigsaw terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest Nonequivalent Multiple-Group Design(Wiersma, 2009: 169).
Tabel 1. Desain Penelitian
Xı : Perlakuan dengan metodeStudent Facilitator and Explaining
X2 : Perlakuan dengan metodeJigsaw
Pı, P3 :Pretest
P2, P4 :Posttest
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Godean,
Sidomoyo, Godean, Sleman, Yogyakarta. Peneliti memilih SMP Negeri
diterapkan metode Student Facilitator and Explaining dan metode
Jigsawdalam pembelajaran IPS. 2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2015 sampai
dengan bulan Maret 2016.
C. Variabel Penelitian
Ada 2 jenis variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Penjelasan dari variabel yang ada dalam penelitian yaitu
sebagai berikut :
1. Variabel bebas atauindependent variabel(X)
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu efektivitas penerapan
metode Student Facilitator and Explaining dan metode pembelajaran
Jigsaw. X1 yaitu metode Student Facilitator and Explaining dan X2 yaitu efektivitas penerapan metodeJigsaw.
2. Variabel terikat ataudependent variabel(Y)
Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar siswa
pada pembelajaran IPS. Pengaruh perlakuan pada kelompok
eksperimen akan berakibat pada efektivitas hasil belajar siswa
kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2.
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Efektivitas Penerapan MetodeStudent Facilitator and Explaining
kelompok-kelompok kecil yang mempelajari materi pelajaran secara
mandiri kemudian salah satu siswa dari perwakilan kelompok
menjelaskan materi berdasarkan peta konsep di depan kelas.
Efektivitas penerapan metode Student Facilitator and Explaining ditunjukkan pada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran melalui diskusi kelompok dan menyampaikan materi di
depan kelas kepada siswa lainnya melalui peta konsep, dimana siswa
berperan sebagai fasilitator. Efektivitas penerapan metode Student Facilitator and Explaining dilihat pula dari besarnya pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar yang dihitung menggunakan perhitungan
efek Cohen.
Langkah-langkah metode Student Facilitator and Explaining
yaitu :
a. Membagi siswa dalam kelompok-kelompok
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
c. Guru menyajikan garis besar materi yang akan dipelajari dan
memberikan contoh bagaimana membuat bagan atau peta konsep
d. Siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan mengenai materi yang
dipelajari kepada siswa lainnya di depan kelas menggunakan bagan
atau peta konsep yang telah dibuat
e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk bertanya
f. Guru mencatat poin-poin yang disampaikan oleh siswa yang
g. Guru menerangkan materi secara keseluruhan serta meluruskan
materi yang kurang tepat
h. penutup
2. Efektivitas Penerapan MetodeJigsaw
Metode Jigsaw merupakan metode pembelajaran yang terdiri dari kelompok ahli dan kelompok asal. Efektivitas Penerapan Metode
Jigsawdapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar siswa. Langkah-langkah metodeJigsawadalah sebagai berikut : a. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil
b. Guru menuliskan topik yang akan dipelajari pada white boardatau ditayangkan denganpowerpoint
c. Guru membagi materi yang telah ditentukan berdasarkan topik
yang dipelajari
d. Setiap siswa dalam kelompok harus mempelajari materi yang telah
dibagi oleh guru
e. Selanjutnya, guru meminta siswa membuat kelompok ahli yang
terdiri dari perwakilan masing-masing kelompok (satu kelompok
satu siswa)
f. Di dalam kelompok ahli terdapat kelompok dengan materi yang
berbeda-beda dan kelompok ahli melakukan diskusi untuk
memahami materi secara utuh
g. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan mendiskusikan atau
h. Guru memberikan pertanyaan secara acak kepada masing-masing
kelompok
i. Guru memberikan kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dalam
penelitian ini diukur dengan pretest dan posttest yang berbentuk tes pilihan ganda dengan empat jawaban (A, B, C, D).Pretest danposttest
diberikan kepada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2.
E. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Zuriah (2006: 116) menyatakan populasi adalah seluruh data
yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu
yang ditentukan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VIII SMP Negeri 2 Godean, dengan data sebagai berikut :
Tabel 2. Populasi
Kelas Jumlah Siswa
VIII A 32
VIII B 32
VIII C 32
VIII D 32
Jumlah 128
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi. Sukardi (2003: 54)