• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Penerapan Metode Student Facilitator and Explaining dan Jigsaw Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Godean.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Penerapan Metode Student Facilitator and Explaining dan Jigsaw Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Godean."

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh : Dian Febi Hardiyanti

12416241050

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Hidup tidak seperti novel yang kita bisa mengulang halaman pertama kapanpun

kita mau, tapi kita selalu bisa membuat bab baru dan halaman baru.

(6)

vi

memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya, shalawat serta salam semoga

tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

• Kedua orang tuaku, Bapak Priyatno dan Ibu Wartiyah atas segala

do’a, motivasi, dukungan baik moril maupun materiil, serta cinta dan

kasih sayang untukku.

• Pade dan Budeku, Bapak Bambang Sabdono dan Ibu Turmiyati, atas

segala do’a, motivasi, dukungan, dan kasih sayang untukku.

• Almamaterku Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

(7)

vii

Oleh:

Dian Febi Hardiyanti NIM. 12416241050

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean yang menggunakan metode

Student Facilitator and Explaining dibandingkan dengan menggunakan metode

Jigsawserta untuk mengetahui efektivitas penggunaan metodeStudent Facilitator and Explaining dibandingkan dengan metodeJigsaw terhadap hasil belajar siswa kelas VIII pada pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Godean.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen) dengan desain Pretest-Posttest Nonequivalent Multiple-Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VIII SMP Negeri 2 Godean. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik simple random sampling yaitu kelas VIII B dan VIII D. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes. Pengujian prasyarat analisis meliputi uji normalitas dan uji homogenitas, sedangkan pengujian hipotesis menggunakan uji-t (independent t-test).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean yang menggunakan metode Student Facilitator and Explaining dibandingkan dengan menggunakan metode Jigsaw. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa metode Student Facilitator and Explaining lebih efektif terhadap hasil belajar IPS dibandingkan dengan metodeJigsawpada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean.

(8)

viii

menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan sebagian persyaratan guna

memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Skripsi ini dapat terselesaikan tidak lepas dari peran berbagai pihak

yang telah membantu. Oleh karena itu peneliti menyampaikan ucapan terima

kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M. Ag, Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang

telah memberikan perizinan dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Sudrajat, M. Pd., dosen pembimbing yang telah ikhlas, sabar, dan

bijaksana dalam memberikan arahan, bimbingan, serta saran/masukan

sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Taat Wulandari, M. Pd., narasumber yang telah memberikan

masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Sosial,

Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu

selama kuliah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Dwi Suluh Pribadi yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian

skripsi ini.

6. Admin Pendidikan IPS serta karyawan Fakultas Ilmu Sosial UNY yang

telah memberikan bantuan serta pelayanan dalam perizinan dan

(9)
(10)

x

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian... 8

F. Manfaat Penelitian... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Kajian Teori... 10

1. Pengertian Efektivitas... 10

2. Metode Pembelajaran ... 13

3. MetodeStudent Facilitator and Explaining... 18

4. MetodeJigsaw... 24

5. Hakikat Pembelajaran IPS ... 30

6. Pengertian Hasil Belajar ... 34

B. Penelitian yang Relevan ... 37

C. Kerangka Berpikir ... 38

D. Hipotesis Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Desain Penelitian ... 42

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

C. Variabel Penelitian ... 43

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 43

E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 46

F. Teknik Pengumpulan Data ... 47

G. Instrumen Penelitian... 48

H. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 49

I. Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 54

A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 54

B. Pelaksanaan Penelitian ... 56

C. Deskripsi Data Penelitian ... 58

(11)

xi

B. Implikasi... 77

C. Saran... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(12)

xii

Tabel 2. Populasi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Godean ... 46

Tabel 3. Kisi-kisi Soal Hasil Belajar ... 49

Tabel 4. Kriteria Ukuran Efek ... 53

Tabel 5. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 58

Tabel 6. Data Hasil Belajar IPS ... 59

Tabel 7. Distribusi Frekuensi NilaiPretestEkperimen 1 ... 60

Tabel 8. Distribusi Frekuensi NilaiPosttestEkperimen 1 ... 61

Tabel 9. Distribusi Frekuensi NilaiPrestestEkperimen 2 ... 62

Tabel 10. Distribusi Frekuensi NilaiPosttestEkperimen 2 ... 64

Tabel 11. Hasil Uji-tPretest ... 67

(13)

xiii

Gambar 3. Diagram NilaiPosttestKelas Eksperimen 1 ... 62

Gambar 4. Diagram NilaiPretestKelas Eksperimen 2 ... 63

Gambar 5. Diagram NilaiPosttestKelas Eksperimen 2 ... 64

(14)

xiv

Lampiran 2. RPP Kelas Eksperimen 2 ... 98

Lampiran 3. Daftar Hadir Siswa Kelas Eksperimen 1 ... 113

Lampiran 4. Daftar Hadir Siswa Kelas Eksperimen 2 ... 114

Lampiran 5. Daftar Nama Kelompok Kelas Eksperimen 1 ... 115

Lampiran 6. Daftar Nama Kelompok Kelas Eksperimen 2 ... 116

Lampiran 7. Lembar Validasi Butir SoalPretestdanPosttest ... 117

Lampiran 8. Hasil Uji Coba SoalPretest ... 118

Lampiran 9. Uji ValiditasPretest ... 119

Lampiran 10. Uji ReliabilitasPretest ... 125

Lampiran 11. SoalPretestdanPosttest ... 127

Lampiran 12. HasilPretestKelas Eksperimen 1 ... 137

Lampiran 13. HasilPretestKelas Eksperimen 2 ... 138

Lampiran 14. HasilPosttestKelas Eksperimen 1 ... 139

Lampiran 15. HasilPosttestKelas Eksperimen 2 ... 140

Lampiran 16. Rangkuman Hasil BelajarPretestdanPosttest... 141

Lampiran 17. Data Hasil Uji Deskriptif ... 142

Lampiran 18. HasilIndependent T-Test... 143

Lampiran 19. Foto Penelitian ... 145

(15)

1

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu

syarat dalam upaya mencapai tujuan pembangunan suatu negara.

Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk mengembangkan kualitas

sumber daya manusia (SDM). Pendidikan juga digunakan untuk

memperbaiki taraf hidup masyarakat agar menjadi lebih baik. Pendidikan

adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya

manusia melalui kegiatan pengajaran.

Pendidikan dapat membantu dan membimbing anak didik untuk

mencapai kedewasaan melalui pembelajaran, baik formal maupun

informal. Pembelajaran dikatakan berkualitas tinggi apabila tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan tercapai dengan baik. Kegiatan belajar

mengajar dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang

berlangsung di sekolah adalah adanya interaksi aktif antara siswa dan

guru untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sanjaya (2007: 50-55)

mengatakan bahwa tujuan pembelajaran akan tercapai apabila dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu guru, siswa, sarana dan prasarana, serta

lingkungan.

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan, tentu saja tidak terlepas

dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan

(16)

pendidikan diawali dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar

pada hakikatnya adalah proses komunikasi yang di dalamnya terdapat

berbagai kegiatan, salah satu diantaranya adalah penyampaian materi

pelajaran. Kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran

memiliki andil yang besar dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah

ditetapkan. Guru sebagai penyelenggara kegiatan belajar harus dapat

mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar. Salah satu cara yang dapat

digunakan untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran yaitu dengan

penggunaan metode pembelajaran yang tepat, tetapi banyak guru yang

belum mengoptimalkan metode pembelajaran yang tepat dalam

menyampaikan pembelajaran di kelas. Guru hanya menggunakan metode

ceramah dalam kegiatan belajar mengajar dari tingkat dasar sampai

pendidikan tinggi (Mutia, 2010).

Asih menyebutkan bahwa masih terdapat kecenderungan guru

dalam pembelajaran IPS yang menggunakan cara konvensional atau

tradisional, sehingga pembelajaran tidak berpusat pada peserta didik (Asih,

2011). Minimnya penggunaan metode dalam pembelajaran membuat

proses belajar mengajar menjadi kurang efektif. Metode ceramah yang

sering digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar selalu dianggap

sangat membosankan oleh siswa dan seperti mengurangi minat belajar

siswa. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya siswa yang mengobrol

(17)

Penggunaan metode yang tidak kooperatif dan variatif, misalnya

metode ceramah membuat kurangnya keterlibatan atau aktivitas siswa

dalam kegiatan belajar. Banyak siswa yang tidak memperhatikan saat guru

menyampaikan materi pelajaran, kurangnya keberanian siswa dalam

mengemukakan ide dan pendapat, banyak siswa yang mengantuk, serta

sedikitnya siswa yang berani bertanya mengenai materi pelajaran yang

belum dipahami. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Pollio (Silberman, 2013: 24) yang menunjukkan bahwa dalam

pembelajaran dengan metode ceramah, siswa kurang menaruh perhatian

selama 40% dari seluruh waktu pembelajaran.

Pola pembelajaran yang bersifat guru sentris atau pembelajaran

yang berpusat pada guru dan model pembelajaran yang masih

konvensional membuat siswa kurang dilibatkan dalam proses belajar

mengajar dan siswa cenderung pasif. Kecenderungan pembelajaran

tersebut mengakibatkan lemahnya pengembangan potensi diri siswa

dalam pembelajaran sehingga membuat hasil belajar yang dicapai siswa

kurang optimal (Wilujeng, 2015: 115). Hal ini dikarenakan siswa hanya

menerima atau mengandalkan materi yang dijelaskan oleh guru.

Peran aktif siswa sangat diperlukan dalam proses pembelajaran

IPS. Peran aktif siswa dapat membantu dan memudahkan siswa dalam

memahami materi pelajaran sehingga siswa dapat mengembangkan

potensi yang dimiliki siswa sehingga dapat mencapai hasil belajar IPS

(18)

guru dalam proses pembelajaran dapat mendorong peran aktif siswa.

Siswa dapat mencari pengalaman atau pengetahuan baru sehingga siswa

dapat mengembangkan kemampuan didalam dirinya secara optimal.

Pemilihan metode pembelajaran merupakan hal yang sangat

penting untuk diperhatikan karena metode adalah salah satu alat untuk

mencapai tujuan. Memanfaatkan suatu metode secara akurat, dapat

membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan metode

pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar, diharapkan

pembelajaran menjadi lebih efektif. Pembelajaran yang efektif akan

melatih dan menanamkan sikap demokratis bagi siswa serta menekankan

siswa mampu belajar dengan cara belajarnya sendiri. Melalui metode

pembelajaran, aktivitas belajar mengajar menjadi menyenangkan dan

mencapai efektivitas.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat dilakukan adalah

pembelajaran aktif, yaitu dengan model pembelajaran kooperatif.

Cooperative Learning, merupakan suatu metode aktif yang menimbulkan kerja sama yang dapat mempertinggi keterlibatan peserta didik, dengan

melakukan aktivitasnya sendiri-sendiri. Melalui cooperative leraning,

siswa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan atau menciptakan

ide-ide yang dapat dipelajari sendiri oleh siswa yang akhirnya menambah

pengetahuan siswa dibandingkan jika siswa hanya mendengarkan

(19)

Metode pembelajaran kooperatif atau cooperative learning yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran diantaranya metodeStudent Facilitator and Explainingdan metodeJigsaw.MetodeStudent Facilitator and Explaining merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah

anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Suprijono (2009:

129), menyatakan bahwa metode Student Facilitator and Explaining

mempunyai arti metode yang menjadikan siswa dapat membuat peta

konsep maupun bagan untuk meningkatkan kreatifitas siswa dan prestasi

belajar siswa.

Jigsaw merupakan suatu metode yang dikembangkan oleh Slavin, di dalam metodeJigsaw ada hubungan saling ketergantungan positif antar siswa, ada tanggung jawab perseorangan, serta ada komunikasi antar

anggota kelompok. Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok

diharapkan mampu membuat anggota kelompok mengerti dan memahami

materi yang didiskusikan bersama. Penggunaan metode Jigsaw bertujuan untuk membuat peserta didik aktif di dalam kelas dan tidak mudah jenuh

dalam menerima pelajaran, karena adanya interaksi sosial antara peserta

didik dengan bekerjasama dalam kelompok.

Perbedaan antara metode Student Facilitator and Explaining

dengan metode Jigsaw yaitu terletak pada penyampaian ide atau pendapat setelah siswa melakukan diskusi kelompok. Setelah melakukan diskusi

(20)

materi pelajaran di depan kelas sebagai “penjelas atau fasilitator” pada metode Student Facilitator and Explaining. Pada metode Jigsaw, siswa hanya menyampaikan ide atau pendapat di dalam diskusi kelompok.

Setiap metode pembelajaran tentu mempunyai kelebihan dan

kekurangan masing-masing. Begitu pula dengan metode Student Facilitator and Explaining dan metode Jigsaw. Kedua metode pembelajaran tersebut tentu dapat memberikan pengaruh yang berbeda

terhadap hasil belajar IPS, khususnya pada kelas VIII di SMP Negeri 2

Godean. Perbedaan hasil belajar tersebut, nantinya akan menunjukkan

metode mana yang lebih efektif digunakan dalam pembelajaran IPS pada

siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Godean.

Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui perbedaan hasil

belajar serta efektivitas penggunaan metode Student Facilitator and Explaining dan Jigsaw pada pembelajaran IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Godean, peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul

”Efektivitas Penerapan Metode Student Facilitator and Explaining dan

Jigsaw terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Godean”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah berdasarkan judul yang diajukan yaitu :

1. Banyak guru yang belum memanfaatkan metode pembelajaran yang

(21)

2. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga menyebabkan

kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

3. Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran membuat

hasil belajar yang dicapai siswa kurang optimal.

4. Belum diketahuinya perbedaan hasil belajar IPS siswa kelas VIII yang

menggunakan metodeStudent Facilitator and ExplainingdanJigsawdi SMP Negeri 2 Godean.

5. Belum diketahuinya efektivitas penerapan metode Student Facilitator and Explaining dan Jigsaw terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean.

C. Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang telah dipaparkan, maka masalah

dibatasi yaitu:

1. Belum diketahuinya perbedaan hasil belajar IPS siswa kelas VIII yang

menggunakan metodeStudent Facilitator and ExplainingdanJigsawdi SMP Negeri 2 Godean.

(22)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa kelas VIII

SMP Negeri 2 Godean yang menggunakan metode pembelajaran

Student Facilitator and Explainingdibandingkan dengan menggunakan metode pembelajaranJigsaw?

2. Bagaimana efektivitas penggunaan metode pembelajaran Student Facilitator and Explaining dibandingkan dengan metode pembelajaran

Jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Godean?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa

kelas VIII SMP Negeri 2 Godean yang menggunakan metode

pembelajaranStudent Facilitator and Explaining dibandingkan dengan menggunakan metode pembelajaranJigsaw.

2. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode pembelajaran

(23)

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

gambaran tentang efektivitas penerapan metodeStudent Facilitator and Explainingdan metodeJigsawterhadap hasil belajar IPS siswa SMP. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah, penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan

proses belajar mengajar di sekolah serta menciptakan peserta didik

yang berkualitas.

b. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan referensi dan tambahan

pengetahuan tentang penggunaan metode pembelajaran yang

kooperatif dan variatif, khususnya untuk meningkatkan kompetensi

dan hasil belajar mata pelajaran IPS.

c. Bagi siswa, penelitian ini dapat digunakan untuk membantu proses

belajar mengajar, meningkatkan keaktifan dan kratifitas siswa, serta

(24)

10 1. Pengertian Efektivitas

Efektivitas secara umum menunjukkan seberapa jauh tercapainya

suatu tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan pengertian

efektivitas menurut Uno dan Mohamad (2011: 29) yang menjelaskan

bahwa efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh

tujuan pembelajaran yang telah dicapai oleh peserta didik. Untuk

mengukur suatu efektivitas dari suatu tujuan pembelajaran dapat dilakukan

dengan menentukan seberapa jauh konsep-konsep yang telah dipelajari

dapat dipindahkan (transferabilitas) ke dalam mata pelajaran selanjutnya

atau penerapan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari.

Saefuddin dan Berdiati (2014: 34) berpendapat bahwa

pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan berhasil guna diterapkan dalam pembelajaran. Pembelajaran

efektif dapat tercapai jika mampu memberikan pengalaman baru,

membentuk kompetensi peserta didik dan menghantarkan mereka ke

tujuan yang ingin dicapai secara optimal.

Daryanto dan Tasrial (2012: 112) mengemukakan bahwa

efektivitas pembelajaran dapat dicapai dengan pembelajaran yang aktif,

kreatif, dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil

(25)

memberikan pengalaman baru kepada peserta didik, serta mengantarkan

mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Pembelajaran efektif

menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif, karena mereka merupakan

pusat kegiatan pembelajaran. Peran aktif peserta didik dapat

mengoptimalkan kemampuan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

Efektivitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan

dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Efektivitas

diartikan sebagai suatu ukuran untuk mengukur seberapa jauh kemampuan

untuk melaksanakan sesuatu agar tepat sasaran. Efektivitas berfokus pada

hasil sehingga efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang

diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai, dengan kata lain

tujuan yang ditetapkan diawal telah tercapai. Efektivitas dapat dijadikan

barometer untuk mengukur keberhasilan pendidikan. Indikator yang

dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyatakan bahwa proses belajar

mengajar dikatakan berhasil adalah tercapainya tujuan dalam belajar yaitu

ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam mencapai hasil belajar atau

prestasi belajar secara maksimal.

Sesuatu dikatakan efektif apabila hasil yang dicapai sesuai dengan

tujuan atau ukuran yang telah ditetapkan sebelumnya. Cohen dalam Naga

(2009: 99) menyebutkan bahwa efektivitas ditentukan melalui kriteria

empirik yaitu berupa ukuran efek. Kriteria ukuran efek menurut Cohen

yaitu 0 < d < 0,2 (efek kecil), 0,2 < d < 0,8 (efek sedang), dan d > 0,8 (efek

(26)

pencapaian peserta didik. Uno, (2006: 21) menjelaskan bahwa ada 4

(empat) aspek penting yang dapat dipakai untuk mendeskripsikan

efektivitas pembelajaran, yaitu (1) kecermatan penguasaan perilaku yang

dipelajari atau sering disebut dengan “tingkat kesalahan”, (2) kecepatan unjuk kerja, (3) tingkat alih belajar, dan (4) tingkat retensi dari apa yang

dipelajarai. Djaatar (2001: 82) menyatakan, suatu aktivitas belajar

dikatakan efektif bila proses pembelajaran tersebut dapat mewujudkan

sasaran atau hasil belajar tertentu. Sasaran atau hasil yang dimaksud

adalah berupa tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan beberapa definisi mengenai efektivitas yang

disebutkan di atas, peneliti mengacu kepada pendapat dari Cohen dalam

Naga (2009: 99) menyebutkan bahwa efektivitas ditentukan melalui

kriteria empirik yaitu berupa ukuran efek. Kriteria ukuran efek menurut

Cohen yaitu 0 < d < 0,2 (efek kecil), 0,2 < d < 0,8 (efek sedang), dan d >

0,8 (efek besar). Efektivitas metode dalam penelitian ini ditentukan dari

besarnya efek berdasarkan ukuran efek menurut Cohen.

Ada dua metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian

ini, yaitu metode Student Facilitator and Explaining dengan metode

Jigsaw. Kedua metode ini digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS. Ketika terjadi perbedaan yang

signifikan pada hasil belajar IPS pada siswa yang menggunakan metode

student facilitator and explaining maupun yang menggunakan metode

(27)

efektivitas metode pembelajaran yang digunakan. Efektivitas metode

pembelajaran dapat diketahui melalui perhitungan ukuran efek yang

dihitung setelah terjadi perbedaan yang signifikan pada penelitian.

2. Metode Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar, pengertian belajar

adalah berubah, maksudnya belajar berarti usaha mengubah tingkah

laku menjadi lebih baik. Belajar merupakan proses yang ditandai

oleh adanya perubahan pada diri seseorang. Daryanto dan Rahardjo

(2012: 25) mengemukakan bahwa belajar adalah proses mengubah

pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi

pemahaman, pemahaman menjadi kearifan dan kearifan menjadi

tindakan.

Pembelajaran merupakan suatu aktivitas untuk

mentransformasikan bahan pelajaran kepada subjek belajar atau

peserta didik. Guru berperan sebagai penjabar dan penerjemah bahan

tersebut agar dimiliki siswa. Cagne dan Biggs dalam Djaatar (2001:

2) menyatakan bahwa pembelajaran adalah rangkaian peristiwa atau

kejadian yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga proses

belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Saefuddin dan Berdiati

(2014: 8) berpendapat bahwa pembelajaran dapat dimaknai sebagai

proses penambahan pengetahuan dan wawasan melalui rangkaian

(28)

diharapkan dapat mengakibatkan perubahan pada siswa, sehingga

terjadi perubahan yang sifatnya positif, sehingga siswa akan

mendapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru.

Sudjana (2004: 28) mengemukakan, pembelajaran dapat

diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk

menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara siswa (warga belajar) dan pendidik (sumber

belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan. Khanifatul (2013:

14) menjelaskan pembelajaran adalah usaha sadar yang dilakukan

oleh guru atau pendidik untuk membuat siswa belajar (mengubah

tingkah laku untuk mendapatkan kemampuan baru) untuk mencapai

suatu tujuan. Pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar

yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.

Pembelajaran disebut juga kegiatan instruksional

(instructional), yaitu usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang belajar berperilaku tertentu dalam kondisi tertentu

(Djaatar, 2001: 2). Selanjutnya, Hamalik (2009: 57) berpendapat

bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi

unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas perlengkapan dan

prosedur yang saling mempengaruhi pencapaian tujuan

(29)

Pembelajaran merupakan upaya logis yang didasarkan pada

kebutuhan-kebutuhan belajar anak. Di dalam pengajaran terdapat

kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk

mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan,

dan pengembangan metode ini didasarkan pada kebutuhan siswa dan

kondisi pengajaran yang ada.

Daryanto dan Rahardjo (2012: 20-26) mengemukakan, pada

hakekatnya semua pembelajaran manusia mempunyai empat unsur,

yakni persiapan (preparation), penyampaian (presentation), pelatihan (practice), penampilan hasil (performance).

1) Persiapan (Preparation)

Tujuan tahap persiapan adalah untuk menimbulkan minat

peserta belajar, misalnya dengan menggunakan metode

pembelajaran yang bervariatif.

2) Penyampaian (Presentation)

Tahap penyampaian dalam belajar bukan hanya sesuatu yang

dilakukan fasilitator, melainkan sesuatu yang secara aktif

melibatkan peserta belajar dalam menciptakan pengetahuan

disetiap langkahnya.

3) Latihan (Practice)

Tahap latihan ini dalam siklus pembelajaran berpengaruh

terhadap 70% atau lebih pengalaman belajar keseluruhan.

(30)

Tujuan tahap penampilan hasil adalah untuk memastikan bahwa

pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan.

Dari beberapa definisi mengenai pembelajaran, maka peneliti

mengacu pada pendapat Hamalik yang mengemukakan bahwa

pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi

unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas perlengkapan dan prosedur yang

saling mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran. Suatu

pembelajaran akan mencapai tujuan secara optimal apabila dilakukan

sesuai dengan prosedur yang ada serta didukung dengan fasilitas atau

sarana prasarana pendidikan yang memadai. Dengan demikian,

proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan mudah dan tujuan

pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan apa yang telah ditetapkan.

b. Metode Pembelajaran

Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai

dalam kegiatan pembelajaran dapat membantu guru dan siswa dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara etimologis (bahasa),

metode berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang berarti jalan

atau cara (Ismail, 2008: 7). Jadi, metode mempunyai arti suatu cara

yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Sanjaya (2007: 145)

berpendapat bahwa metode pembelajaran adalah cara yang

digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun

(31)

optimal. Semakin tepat metodenya, diharapkan semakin efektif pula

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Ismail (2008: 8) mengemukakan, metode pembelajaran

adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan serasi

untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan yang

efektif dan efisien sesuai yang diharapkan. Sudjana (2010: 30)

menjelaskan, metode adalah cara yang dipergunakan guru dalam

mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya

pembelajaran. Metode pembelajaran digunakan oleh guru dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas, sebagai upaya

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Sebelum memutuskan untuk memilih suatu metode agar lebih

efektif maka seorang guru harus mempertimbangkan hal-hal sebagai

berikut : 1) tujuan, 2) karakteristik siswa, 3) kemampuan guru, 4)

sifat bahan pelajaran, 5) situasi kelas, 6) kelengkapan fasilitas, 7)

kelebihan dan kelemahan metode (Ismail, 2008: 32-33).

Macam-macam metode pembelajaran yang paling sering

digunakan dalam kegiatan pembelajaran saat ini, yaitu :

1) Metode ceramah

Metode ceramah adalah metode yang dapat dikatakan

sebagai metode tradisional. Karena, sejak dahulu metode ini

telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru

(32)

2) Metode diskusi

Metode diskusi merupakan metode yang menyajikan

siswa pada suatu permasalahan. Dengan adanya diskusi, siswa

diharapkan mampu memecahkan suatu permasalahan, menjawab

pertanyaan serta menambah pengetahuan siswa.

Dari beberapa definisi para ahli yang telah dikemukakan

diatas, peneliti memilih pendapat Sanjaya yang mengemukakan

bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan

nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode

pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru untuk

menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa di

dalam kelas. Pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran guru

harus menentukan metode yang tepat agar materi dapat diterima dan

dipahami oleh siswa dengan baik serta tujuan pembelajaran dapat

dicapai secara optimal.

3. MetodeStudent Facilitator and Explaining

a. Pengertian MetodeStudent Facilitator and Explaining

Metode pembelajaran Student Facilitator and Explaining

merupakan salah satu dari tipe model pembelajaran kooperatif yang

(33)

kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil

yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang heterogen untuk saling

bekerja sama.

Suprijono (2009: 129) mengemukakan bahwa metodeStudent Facilitator and Explaining mempunyai arti metode yang dapat menjadikan siswa dapat membuat peta konsep maupun bagan untuk

meningkatkan kreatifitas siswa dan prestasi belajar siswa. Metode

Student Facilitator and Explainingmerupakan suatu metode dimana siswa mempresentasikan ide atau pendapat kepada siswa lainnya

karena siswa berperan sebagai fasilitator di dalam kelas.

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan diatas, peneliti

mengacu pada pendapat Agus Suprijono yang mengemukakan

bahwa metode Student Facilitator and Explaining merupakan metode yang dapat menjadikan siswa dapat membuat peta konsep

maupun bagan untuk meningkatkan kreatifitas siswa dan prestasi

belajar siswa. MetodeStudent Facilitator and Explaining merupakan metode pembelajaran kooperatif yang mampu meningkatkan prestasi

akademik siswa. Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa

untuk bertindak sebagai seorang “pengajar/penjelas materi dan seorang yang memfasilitasi proses pembelajaran” kepada teman-temannya.

Metode ini dapat mengembangkan kreatifitas dan keberanian siswa

dalam menyampaikan pendapatnya serta dapat menguji pemahaman

(34)

b. Langkah-langkah MetodeStudent Facilitator and Explaining

Suprijono (2009: 128) menyatakan bahwa terdapat enam

langkah dalam pelaksanaan model pembelajarn Student Facilitator and Explaining, yaitu sebagai berikut :

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

Guru menjelaskan tujuan belajarnya, menyampaikan ringkasan

dari isi serta mengaitkan dengan gambaran yang lebih besar

mengenai silabus pembelajaran.

2) Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi.

Guru menyajikan sedikit materi yang dipelajari pada saat itu dan

siswa memperhatikan. Setelah selesai menjelaskan guru

membagi siswa menjadi berkelompok secara heterogen. Guru

menjelaskan dan mencontohkan kepada siswa bagaimana

membuat bagan/peta konsep. Kemudian guru bisa meminta

siswa untuk mencatat apa yang telah mereka ketahui atau yang

bisa dilakukan, berkaitan dengan aspek apapun yang

berhubungan dengan materi yang dipelajari.

3) Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa

lainnya misalnya melalui bagan/peta konsep.

Dalam tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui

(35)

menjelaskan di depan kelas apa yang dia ketahui. Siswa lain

boleh bertanya, dan siswa yang menjelaskan di depan boleh

berkata “pas” jika dia tidak yakin dengan jawabannya dan guru dapat menambahkan komentar pada tahap berikutnya.

4) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.

Ketika siswa menjelaskan apa yang mereka ketahui di depan

kelas, guru mencatat poin-poin penting untuk diulas kembali.

Informasi yang tidak akurat, ide yang kurang tepat atau yang

hanya dijelaskan separuh, dan bagian yang hilang bisa ditangani

langsung sehingga siswa tidak membentuk kesan yang salah,

atau mereka dapat membuat dasar dari rencana pembelajaran

yang telah diperbaiki untuk beberapa pelajaran berikutnya.

5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.

Guru menjelaskan keseluruhan dari materi agar siswa lebih

memahami materi yang sudah dibahas pada saat itu serta

memberikan kesimpulan.

6) Penutup.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

langkah-langkah metodeStudent Facilitator and Explaining sebagai berikut : 1) guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, 2)

guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi, 3) memberikan

kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya

(36)

siswa, 5) guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu, 6)

penutup.

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Student Facilitator and Explaining

Setiap metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan

kekurangan, begitu juga dengan metode pembelajaran Student Facilitator and Explaining. Di bawah ini merupakan kelebihan dan kekurangan dari metodeStudent Facilitator and Explainingini yaitu: 1) Kelebihan

a) Dapat mendorong tumbuh dan berkembangya potensi

berpikir kritis siswa secara optimal.

b) Melatih siswa aktif, kreatif dalam menghadapi setiap

permasalahan.

c) Mendorong tumbuhnya tenggang rasa, mau mendengarkan

dan menghargai pendapat orang lain.

d) Mendorong tumbuhnya sikap demonstrasi.

e) Melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan saling

bertukar pendapat secara obyektif, rasional guna menemukan

suatu kebenaran dalam kerjasama anggota kelompok.

f) Mendorong tumbuhnya keberanian siswa dalam mengutarakan

pendapat.

g) Melatih siswa untuk dapat mandiri dalam menghadapi setiap

permasalahan.

(37)

i) Memperluas wawasan siswa melalui kegiatan saling bertukar

informasi, pendapat dan pengalaman antar mereka.

2) Kekurangan

a) Peserta didik yang malas mungkin akan menyerahkan

bagian pekerjaannya kepada siswa yang pintar.

b) Penilaian individu sulit karena tersembunyi dibalik

kelompoknya.

c) Metode student facilitator and explaining memerlukan persiapan yang rumit dibanding dengan model lain,

misalnya metode ceramah.

d) Peserta didik yang malas memiliki kesempatan untuk tetap

pasif dalam kelompoknya, dan memungkinkan akan

mempengaruhi kelompoknya sehingga usaha kelompok

tersebut gagal.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan

kelebihan dari metode Student Facilitator and Explaining yaitu 1) mendorong siswa untuk berpikir kritis, 2) melatih siswa aktif dan

kreatif, 3) mendorong tumbuhnya rasa tenggang rasa, 4) mendorong

tumbuhnya keberanian mengemukakan pendapat, 5) melatih siswa

(38)

anggota kelompok yang pasif dan malas dapat mempengaruhi

anggota kelompok lainnya.

4. MetodeJigsaw

a. Pengertian MetodeJigsaw

Metode pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu pendekatan pembelajaran kooperatif dan merupakan strategi

pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif (active learning) hanya bisa terjadi apabila ada partisipasi aktif dari peserta didik. Pembelajaran

tipe Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya (Slavin, 2010: 236). MetodeJigsawpertama kali dikembangkan oleh Aronson (1975). Metode ini memiliki dua versi tambahan, Jigsaw II

(Slavin, 1989) danJigsaw III (Kagan, 1990). Dalam metodeJigsaw, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri 5

anggota.

Jigsaw adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran kooperatif dimana dalam penerapannya siswa dibentuk dalam

kelompok-kelompok, tiap kelompok terdiri atas tim ahli sesuai

dengan pertanyaan yang disiapkan guru maksimal lima pertanyaan

sesuai dengan jumlah tim ahli. Slavin (2010: 237) mengemukakan

bahwa kunci metode jigsaw ini adalah interdependensi : tiap siswa

bergantung kepada satu timnya untuk dapat memberikan informasi

yang diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat penilaian.

(39)

materi yang diberikan guru sehingga dapat menjelaskan kepada

anggota kelompok lain dengan baik.

Saefuddin dan Berdiati (2014: 116) berpendapat bahwa

strategi pembelajaran jigsaw merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif yang menerapkan model diskusi dalam dua tahap. Tahap

pertama yaitu membentuk kelompok yang disebut kelompok asal

atau home group dan tahap kedua membentuk kelompok yang disebut kelompok ahli. Arends (2009: 358-359) menyatakan “in the jigsaw model, each team member is responsiable for mastering part of the learning materials and then teaching that part to the other team members”.Maksudnya, di dalam metodeJigsawsetiap anggota

kelompok harus menguasai atau memahami suatu bagian dari materi

pembelajaran kemudian menjelaskan materi tersebut kepada

kelompok lainnya.

Uno dan Mohamad (2011: 98) mengemukakan, metode

pembelajaran jigsaw adalah metode yang menghendaki siswa belajar

melalui kelompok. Isjoni (2009: 77) menjelaskan, pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam

menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Pada kegiatan ini keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar

semakin berkurang dalam arti guru menjadi pusat kegiatan kelas.

(40)

siswa untuk belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tanggung

jawab.

Suprijono (2009: 89) berpendapat bahwa pembelajaran

jigsaw merupakan pembelajaran kooperatif dimana guru membagi

kelas menjadi kelompok-kelompok lebih kecil. Jumlah kelompok

bergantung pada konsep yang terdapat pada topik yang dipelajari.

Jika satu kelas ada 40 siswa, maka setiap kelompok beranggotakan

10 orang. Keempat kelompok itu disebut kelompok asal, setelah

kelompok asal terbentuk, guru membagikan materi tekstual kepada

tiap-tiap kelompok. Berikutnya membentuk kelompok ahli, berikan

kesempatan untuk berdiskusi. Setelah itu kembali pada kelompok

asal dan menjelaskan hasil diskusi kepada kelompok masing-masing.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti setuju dengan

pendapat Saefuddin dan Ika Berdiati yang mengatakan bahwa

strategi pembelajaran jigsaw merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif yang menerapkan model diskusi dalam dua tahap. Tahap

pertama yaitu membentuk kelompok yang disebut kelompok asal

atau home group dan tahap kedua membentuk kelompok yang disebut kelompok ahli. Masing-masing kelompok asal harus

membaca dan memahami materi yang telah dibagikan oleh guru

kemudian salah satu perwakilan dari masing-masing kelompok asal

membentuk kelompok ahli untuk menyampaikan materi yang telah

(41)

utuh. Kemudian kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya dan

menyampaikan materi yang didapatkan dari kelompok ahli.

b. Langkah-langkah MetodeJigsaw

Pembelajaran dengan metode Jigsaw ini bertujuan untuk melatih siswa untuk dapat bekerja sama dengan kelompok yang telah

ditentukan tanpa harus membedakan satu sama lain.

Langkah-langkah dalam metode Jigsaw seperti yang dikemukakan oleh Uno dan Mohamad (2011: 110-111) yaitu :

1) Tahap 1 : Menyiapkan bahan pembelajaran.

2) Tahap 2 : Menempatkan siswa dalam kelompok belajar,

maksimal 4 - 5 orang secara heterogen.

3) Tahap 3 : Menempatkan siswa dalam kelompok pakar atau

ahli.

4) Tahap 4 : Menentukan skor awal untuk mencatat skor

sebagai skor dasar.

5) Tahap 5 : Membaca.

6) Tahap 6 : Diskusi kelas pakar.

7) Tahap 7 : Laporan kelompok.

8) Tahap 8 : Para pakar/ahli kembali ke dalam kelompok asal.

9) Tahap 9 : Tes hasil diskusi dilakukan secara menyeluruh

untuk semua siswa.

10) Tahap 10 : Para siswa mengambil kuis individu yang

(42)

11) Tahap 11 : Penghargaan kelompok.

Ismail (2008: 82-83) berpendapat langkah-langkah penerapan

Jigsaw Learningsebagai berikut :

1) Pilih materi pembelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa

segmen (bagian).

2) Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok sesuai dengan

jumlah segmen yang ada. Jika jumlah peserta 25 sedang jumlah

segmen yang ada ada 5 maka masing-masing kelompok terdiri

dari 5 orang.

3) Setiap kelompok mendapat tugas membaca, memahami dan

mendiskusikan serta membuat ringkasan materi pembelajaran

yang berbeda.

4) Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain

untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di

kelompoknya.

5) Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan

seandainya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan

dalam kelompok.

6) Berilah peserta didik pertanyaan untuk mengecek pemahaman

mereka terhadap materi yang dipelajari.

7) Guru melakukan kesimpulan, klarifikasi, dan tindak lanjut.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

(43)

berikut : 1) materi pembelajaran dibagi menjadi beberapa segmen

(bagian), 2) peserta dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai

dengan jumlah segmen atau bagian yang ada, 3) Setiap kelompok

mendapat tugas membaca, memahami dan mendiskusikan serta

membuat ringkasan materi pembelajaran yang berbeda, 4) Setiap

kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk

menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompoknya, 5)

Kembalikan suasana kelas seperti semula, 6) Berilah peserta didik

pertanyaan untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap materi

yang dipelajari, 7) Guru melakukan kesimpulan dan klarifikasi.

c. Kelebihan dan Kekurangan MetodeJigsaw

Sama seperti metode pembelajaran yang lain, metodeJigsaw

juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Berikut ini akan

dijelaskan mengenai kelebihan dan kekurangan dari metode

pembelajaranJigsaw.Berikut ini merupakan beberapa kelebihan dan kelemahan metode pembelajaranJigsaw, yaitu :

1) Kelebihan

a) Di dalam metode Jigsaw, siswa saling memberikan pendapat (sharing ideas). Karena suasana belajar lebih kondusif dan adanya penghargaan yang diberikan kepada

kelompok, maka masing-masing kelompok berkompetisi

(44)

b) Siswa lebih memiliki kesempatan berinteraksi sosial dengan

temannya.

c) Siswa lebih aktif dan kreatif, serta memiliki tanggungjawab

secara individual.

2) Kelemahan

a) Terdapat kelompok siswa yang kurang berani

mengemukakan pendapat atau bertanya, sehingga kelompok

tersebut dalam diskusi menjadi kurang hidup.

b) Memerlukan waktu yang relatif cukup lama dan persiapan

yang matang antara lain pembuatan bahan ajar dan LKS

benar-benar memerlukan kecermatan dan ketepatan.

5. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu pengetahuan sosial merupakan integrasi dari berbagai

cabang ilmu-ilmu sosial, seperti geografi, sosiologi, ekonomi,

sejarah, politik, hukum, serta budaya. Selain itu, ilmu pengetahuan

sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan

lingkungannya maupun dengan sesama manusia dalam kehidupan

bermasyarakat.

Berdasarkan pendapat dari Somantri (2001: 92) pendidikan

IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu

sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang

(45)

pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. Sedangkan National Council for the Social Studies (NCSS) mendefinisikan IPS sebagai suatu bidang kajian dalam kurikulum sekolah yang tujuan-tujuannya

diturunkan dari hakikat kewarganegaraan di dalam masyarakat

demokratis. Tujuan pembelajaran IPS berkaitan dengan

masyarakat-masyarakat yang ada disekitar siswa, yang kontennya berasal dari

ilmu-ilmu sosial dan disiplin-disiplin yang lain, serta hasil dari

refleksi pribadi, sosial, dan pengalaman-pengalaman budaya siswa.

Kemudian, Supardi (2011: 182) mengemukakan bahwa IPS

merupakan kajian integrasi berbagai ilmu sosial dan humaniora. IPS

didesain secara terpadu agar pembelajaran IPS menjadi lebih

bermakna. Keterpaduan dalam IPS juga bertujuan agar siswa mampu

menelaah masalah sosial karena manusia selalu dihadapkan dengan

fenomena ataupun masalah sosial. Trianto (2012: 171) berpendapat

bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari

berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi,

ekonomi, politik, hukum, dan budaya.

Berdasarkan beberapa definisi mengenai Ilmu Pengetahuan

Sosial di atas, peneliti memilih pendapat dari Supardi yang

menyatakan bahwa pembelajaran IPS merupakan pembelajaran yang

terdiri dari beberapa disiplin ilmu yang dirumuskan berdasarkan

fenomena sosial di lingkungan masyarakat. Pembelajaran IPS yang

(46)

keterampilan kepada peserta didik dalam memecahkan

masalah-masalah sosial yang ada di lingkungan masyarakat. Pembelajaran

IPS juga diharapkan dapat memperbaiki moral serta membentuk

karakter siswa menjadi lebih baik sehingga siswa dapat memecahkan

masalah-masalah sosial dengan bijak.

b. Tujuan Pembelajaran IPS

IPS berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan sikap,

nilai, dan keterampilan peserta didik terhadap masyarakat dan

lingkungan sekitarnya. Sapriya (2011: 12) mengemukakan tujuan

pembelajaran IPS secara umum yaitu untuk mempersiapkan para

peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan

(knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and value) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan

mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan

kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.

Solihatin dan Raharjo (2012: 14) menyatakan bahwa tujuan

Pendidikan IPS adalah mempersiapkan mahasiswa menjadi warga

negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat. Pada dasarnya

tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi

bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri

sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta

(47)

yang lebih tinggi. Pendidikan IPS bertujuan untuk membentuk

karakter siswa menjadi lebih baik sehingga memiliki akhlak yang

mulia.

Tujuan pelajaran pengetahuan sosial dan ilmu-ilmu sosial

(Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosio-Antropologi) yang dikemukakan

oleh Fajar (2005: 107-108) antara lain :

1) Pengembangan kemampuan intelektual siswa, yang berorientasi

pada pengembangan kemampuan intelektual.

2) Pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai

anggota masyarakat dan bangsa.

3) Pengembangan diri sebagai pribadi, berorientasi pada

pengembangan pribadi siswa.

4) Untuk menumbuhkan warga negara yang baik dengan

menempatkan siswa dalam konteks kebudayaannya.

5) Untuk mempelajari bahan pelajaran yang sifatnya “tertutup” (closed areas), maksudnya bahwa dengan mempelajari bahan pelajaran yang pantang (tabu) untuk dibicarakan, para siswa akan

memperoleh kesempatan untuk memecahkan konflik

intrapersonalmaupunantar-personal.

Berdasarkan beberapa definisi yang telah disebutkan di atas,

peneliti memilih pendapat dari Sapriya yang menyatakan bahwa

pelajaran IPS bertujuan untuk mendidik siswa menjadi warga negara

(48)

terhadap lingkungan di sekitarnya. Untuk itu, dalam pelaksanaan

pembelajaran IPS perlu ditanamkan nilai-nilai sosial maupun nilai

karakter agar dapat membentuk karakteristik yang baik dalam diri

siswa. Pembelajaran IPS diharapkan tidak hanya mengembangkan

kemampuan intelektual siswa tetapi juga mengembangkan

kemampuan sosial siswa, sehingga siswa dapat dapat memecahkan

masalah-masalah sosial yang ada disekitarnya.

6. Pengertian Hasil Belajar

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan

siswa dalam memperoleh prestasi belajar. Untuk mengetahui berhasil

tidaknya seseorang dalam kegiatan belajar maka perlu diadakan evaluasi

pembelajaran. Hasil belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan

sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk

nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar

mengajar. Melalui hasil belajar, guru dapat mengetahui seberapa jauh

siswa menguasai atau memahami suatu kompetensi tertentu.

Secara umum, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal

yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu

faktor-faktor yang berada di luar diri pelajar (Daryanto dan Rahardjo,

2012: 28). Faktor internal seringkali berhubungan dengan minat, motivasi

(49)

a. Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun

yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh,

dan sebagainya.

b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan, yang

meliputi :

1) Faktor intelektual terdiri atas : faktor potensial (intelegensi dan

bakat) dan faktor aktual (kecakapan nyata dan prestasi).

2) Faktor non intelektual yaitu komponen-komponen kepribadian

tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan,

konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dsb.

Faktor eksternal merupakan segala faktor yang ada di luar diri siswa yang

dapat berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar yang diperoleh

siswa. Yang tergolong faktor eksternal yaitu :

a. Faktor sosial, terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,

lingkungan masyarakat, serta faktor kelompok.

b. Faktor budaya, seperti : adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi,

kesenian, dan sebagainya.

c. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim,

dan sebagainya.

d. Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.

Suprijono (2009: 5) menyatakan hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

(50)

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Pendapat Gagne, sebagaimana dikutip oleh

Djaatar (2001: 82-83) hasil belajar merupakan kapabilitas atau

kemampuan yang diperoleh dari proses belajar yang dapat dikategorikan

dalam lima macam, yaitu :

a. Informasi verbal, yaitu kemampuan seseorang untuk menuangkan

pikirannya dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

b. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang

untuk membedakan, mengabstraksikan suatu objek,

menghubung-hubungkan konsep dan dapat menghasilkan suatu pengertian,

memecahkan suatu persoalan.

c. Strategi kognitif, yaitu kemampuan seseorang untuk mengatur dan

mengarahkan aktivitas mentalnya sendiri dalam memecahkan persoalan

yang dihadapinya.

d. Sikap, adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki seseorang berupa

kecenderungan dengan menerima atau menolak suatu objek

berdasarkan penilaian atas objek itu.

e. Keterampilan motorik, adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

serangkaian gerakan jasmani dari anggota badan secara terpadu dan

terkoordinasi.

Dari beberapa definisi hasil belajar di atas, peneliti memilih

pendapat dari Nana Sudjana yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah

(51)

pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang diperoleh siswa menunjukkan

seberapa jauh siswa mengerti dan paham terhadap materi atau

pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Setelah mengetahui hasil

belajar yang diperoleh siswa, guru dapat menentukan cara untuk

memperbaiki atau meningkatkan hasil belajar siswa apabila hasil belajar

belum sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu :

1. Ristri Rahayu (2012) yang berjudul “Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap Aktivitas dan Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas XI Semester 2 SMA Negeri 2

Temanggung Tahun Ajaran 2011/2012” merupakan jurnal mahasiswa

jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan aktivitas belajar

dan ada perbedaan yang signifikan terhadap prestasi belajar kimia

peserta didik yang menggunakan metode Student Facilitator and Explaining. Persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan metode Student Facilitator and Explaining. Perbedaan dalam penelitian ini yaitu terletak pada variabel hasil belajar siswa,

jenis penelitian, lokasi penelitian, dan materi pelajaran.

2. Lely Afreyanti (2013) yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Metode

(52)

merupakan skripsi mahasiswa jurusan Teknik Boga dan Busana,

Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang

menggunakan metode Jigsaw dengan yang tidak menggunakan metode

Jigsaw. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode Jigsaw pada kelas eksperimen lebih efektif dibandingkan dengan kelas kontrol yang

tidak menggunakan metodeJigsaw.

Persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan variabel

metodeJigsaw, hasil belajar, dan menggunakan penelitian eksperimen. Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini yaitu terletak pada lokasi

penelitian dan materi pelajaran.

C. Kerangka Berpikir

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas hasil belajar

IPS siswa kelas VIII dengan menggunakan metode pembelajaran Student Facilitator and Explaining dan metode Jigsaw di SMP Negeri 2 Godean. Berdasarkan hubungan antar variabelnya, hal yang melatarbelakangi

penelitian ini yaitu peneliti ingin mengetahui metode mana yang lebih

efektif apabila diterapkan pada pembelajaran IPS siswa kelas VIII di SMP

Negeri 2 Godean.

Kedua metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

pembelajaran kooperatif dan aktif yang diharapkan dapat meningkatkan

atau mengoptimalkan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran.

(53)

Jigsaw dalam kegiatan pembelajaran IPS ini, siswa tidak hanya mendengarkan atau memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru

dalam proses belajar mengajar, melainkan siswa belajar secara mandiri

mengenai materi yang akan dipelajari dan siswa dapat menumbuhkan kerja

sama di dalam kelompok, partisipasi aktif siswa dalam meningkatkan

kualitas pembelajaran, serta keberanian siswa dalam mengajukan

pendapat, bertanya atau menjawab pertanyaan, bahkan menyajikan materi

di depan kelas berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari.

Setelah mengikuti langkah-langkah metode Student Facilitator and Explaining dan Jigsaw, siswa diharapkan dapat mengerjakan soal-soal

posttest. Soal-soal posttest berupa pilihan ganda yang diberikan kepada siswa untuk mengetahui hasil belajar IPS. Penggunaan metode Student Facilitator and Explaining dan metode Jigsaw pada pembelajaran IPS, diharapkan hasil belajar siswa menjadi lebih optimal.

Setelah mendapatkan data dari hasil penelitian, maka dilakukan uji

prasyarat analisis dan uji hipotesis untuk mengetahui perbedaan hasil

belajar IPS pada siswa. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan

terhadap hasil belajar IPS siswa, selanjutnya dicari besarnya ukuran efek

untuk mengetahui efektivitas metode Student Facilitator and Explaining

dan metodeJigsawdi SMP Negeri 2 Godean.

Bagan kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar di

(54)

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Ho: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPS

siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean yang menggunakan

metode Student Facilitator and Explaining dibandingkan dengan menggunakan metodeJigsaw.

Belum diketahuinya efektivitas penerapan metodeStudent Facilitator and ExplainingdanJigsawterhadap Hasil Belajar IPS

Kelas Eksperimen 1 MetodeStudent

Facilitator and Explaining

Kelas Ekperimen 2 MetodeJigsaw

Perbedaan Hasil Belajar IPS denganPretsestdanPosttest

Uji-t

Ukuran Efek

Efektivitas MetodeStudent Facilitator and Explainingdan MetodeJigsaw

(55)

Ha : Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPS siswa

kelas VIII SMP Negeri 2 Godean yang menggunakan metode

Student Facilitator and Explaining dibandingkan dengan menggunakan metodeJigsaw.

2. Ho: MetodeStudent Facilitator and Explainingtidak efektif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean

dibandingkan dengan menggunakan metodeJigsaw.

Ha : MetodeStudent Facilitator and Explaining efektif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Godean dibandingkan

(56)

42

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen

semu (quasi experimental design). Penelitian ini dikatakan penelitian eksperimen semu karena peneliti tidak memungkinkan untuk mengontrol

semua variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dan

efektivitas penerapan metode Student Facilitator and Explaining dan metode Jigsaw terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest Nonequivalent Multiple-Group Design(Wiersma, 2009: 169).

Tabel 1. Desain Penelitian

Xı : Perlakuan dengan metodeStudent Facilitator and Explaining

X2 : Perlakuan dengan metodeJigsaw

Pı, P3 :Pretest

P2, P4 :Posttest

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Godean,

Sidomoyo, Godean, Sleman, Yogyakarta. Peneliti memilih SMP Negeri

(57)

diterapkan metode Student Facilitator and Explaining dan metode

Jigsawdalam pembelajaran IPS. 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2015 sampai

dengan bulan Maret 2016.

C. Variabel Penelitian

Ada 2 jenis variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas dan

variabel terikat. Penjelasan dari variabel yang ada dalam penelitian yaitu

sebagai berikut :

1. Variabel bebas atauindependent variabel(X)

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu efektivitas penerapan

metode Student Facilitator and Explaining dan metode pembelajaran

Jigsaw. X1 yaitu metode Student Facilitator and Explaining dan X2 yaitu efektivitas penerapan metodeJigsaw.

2. Variabel terikat ataudependent variabel(Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar siswa

pada pembelajaran IPS. Pengaruh perlakuan pada kelompok

eksperimen akan berakibat pada efektivitas hasil belajar siswa

kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Efektivitas Penerapan MetodeStudent Facilitator and Explaining

(58)

kelompok-kelompok kecil yang mempelajari materi pelajaran secara

mandiri kemudian salah satu siswa dari perwakilan kelompok

menjelaskan materi berdasarkan peta konsep di depan kelas.

Efektivitas penerapan metode Student Facilitator and Explaining ditunjukkan pada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran melalui diskusi kelompok dan menyampaikan materi di

depan kelas kepada siswa lainnya melalui peta konsep, dimana siswa

berperan sebagai fasilitator. Efektivitas penerapan metode Student Facilitator and Explaining dilihat pula dari besarnya pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar yang dihitung menggunakan perhitungan

efek Cohen.

Langkah-langkah metode Student Facilitator and Explaining

yaitu :

a. Membagi siswa dalam kelompok-kelompok

b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

c. Guru menyajikan garis besar materi yang akan dipelajari dan

memberikan contoh bagaimana membuat bagan atau peta konsep

d. Siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan mengenai materi yang

dipelajari kepada siswa lainnya di depan kelas menggunakan bagan

atau peta konsep yang telah dibuat

e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk bertanya

f. Guru mencatat poin-poin yang disampaikan oleh siswa yang

(59)

g. Guru menerangkan materi secara keseluruhan serta meluruskan

materi yang kurang tepat

h. penutup

2. Efektivitas Penerapan MetodeJigsaw

Metode Jigsaw merupakan metode pembelajaran yang terdiri dari kelompok ahli dan kelompok asal. Efektivitas Penerapan Metode

Jigsawdapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar siswa. Langkah-langkah metodeJigsawadalah sebagai berikut : a. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil

b. Guru menuliskan topik yang akan dipelajari pada white boardatau ditayangkan denganpowerpoint

c. Guru membagi materi yang telah ditentukan berdasarkan topik

yang dipelajari

d. Setiap siswa dalam kelompok harus mempelajari materi yang telah

dibagi oleh guru

e. Selanjutnya, guru meminta siswa membuat kelompok ahli yang

terdiri dari perwakilan masing-masing kelompok (satu kelompok

satu siswa)

f. Di dalam kelompok ahli terdapat kelompok dengan materi yang

berbeda-beda dan kelompok ahli melakukan diskusi untuk

memahami materi secara utuh

g. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan mendiskusikan atau

(60)

h. Guru memberikan pertanyaan secara acak kepada masing-masing

kelompok

i. Guru memberikan kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang

telah dilakukan.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dalam

penelitian ini diukur dengan pretest dan posttest yang berbentuk tes pilihan ganda dengan empat jawaban (A, B, C, D).Pretest danposttest

diberikan kepada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2.

E. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Zuriah (2006: 116) menyatakan populasi adalah seluruh data

yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu

yang ditentukan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas VIII SMP Negeri 2 Godean, dengan data sebagai berikut :

Tabel 2. Populasi

Kelas Jumlah Siswa

VIII A 32

VIII B 32

VIII C 32

VIII D 32

Jumlah 128

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi. Sukardi (2003: 54)

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir
Tabel 1. Desain Penelitian
Tabel 2. Populasi
Tabel 3. Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Komplek Perkantoran dan Permukiman Terpadu Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah Jl.. Raya By

Meskipun hukum acara pidana sudah diatur dalam undang-undang namun dalam penyelesaian kasus penganiayaan adakalanya antara pelaku tindak pidana dan

purposive sampling. Validitas data menggunakan triangulasi sumber. Teknik analisis data menyesuaikan jenis penelitiannya yaitu menggunakan teknik analisis interaktif. Hasil

puzzle. 2) Hasil belajar siswa kelas VIIIE SMP N 2 Banyudono dalam pembelajaran Biologi melalui strategi pembelajaran inquiring minds want to know dengan media gambar

Gambar 30 merupakan sistem kerja tiap komponen yang terdapat dalam mini ROV dan tegangan sumber yang mungkin untuk dibuat. Desain sistem kerja tiap komponen pada

Kondisi ini lebih meningkat dibandingkan partisipasi siswa pada siklus I yang mayoritas termasuk cukup aktif 50%; (2) Pembelajaran kooperatif model TPS dapat meningkatkan pemahaman

Dimana penjualan sebelumnya masih banyak mengalami kendala hal ini disebabkan karena masih menggunakan prosedur secara manual, sehingga penulis mencoba membuat aplikasi untuk

Cis-Oleil-Imidazolinium Tetrakloromanganat(II) telah digunakan sebagai material gel pemancar cahaya dengan cahaya yang dihasilkan berwarna hijau dengan tegangan yang