• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.3 Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil dari tabel 5.1. Descriftive statistic yang menyatakan bahwa

earning management diindikasikan terjadi pada akrual dan aktifitas nyata pada periode penelitian ini, sehingga dapat dilakukan pengujian pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen baik secara simultan maupun secara parsial. Pengujian hipotesis untuk penelitian ini menggunakan analisis regresi linear dan analisis regresi berganda. Untuk hipotesis satu sampai dengan hipotesis empat menggunakan regresi linear sederhana yaitu digunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu variabel bebas (x) terhadap satu variabel terikat (Y) sedangkan untuk hipotesis ke lima digunakan analisis regresi berganda yaitu untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel bebas (x) dan satu buah variabel terikat (Y). Adapun uji statistik yang digunakan adalah koefisien determinasi, uji-f (uji secara serempak) dan uji-t (uji secara parsial).

5.1.3.1. Koefisien Determinasi

Berdasarkan dari Test Of Goodness Of Fit/ koefisien determinasi (R2), nilai R2 menunjukkan seberapa besar proporsi dari total variasi tidak bebas yang dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya (Gujarati, 2003). Semakin tinggi nilai R2 maka semakin besar proporsi dari total variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Range nilai dari R2 adalah 0-1. 0 ≤ R2 ≤ 1. Semakin mendekati nol berarti model tidak baik atau variasi model

dalam menjelaskan amat terbatas, sebaliknya semakin mendekati satu model semakin baik. Sedang kelemahannya adalah bias terhadap jumlah variabel independen. Maka fungsi dari adjusted R square akan mengurangi keraguan/bias tersebut. Berikut ini adalah hasil dari R2

Tabel 5.6. Test of goodness of fit

:

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .418a .175 .057 .00100286

a. Predictors: (Constant), LOG_TAS, ABN_DISEXP, ABN_CFO, DCA, DLA Sumber: hasil pengolahan data statistik menggunakan SPSS 17

Koefisien R pada tabel di atas sebesar 41,8 % yang berarti hubungan antara variabel independen dan variabel dependen cukup erat. Sedangkan R2 sebesar 17.5% hal ini dapat diartikan bahwa kinerja saham dipengaruhi oleh earning management

sebesar 17.5% dan dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 82.5%.

5.1.3.2 Uji F

Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel independen secara simultan mempengaruhi variabel dependen. Hal ini dapat diketahui dari nilai F hitung < dari Ftabel maka hipotesis ditolak, sedangkan jika F hitung > dari Ftabel maka hipotesis diterima atau jika nilai signifikansi < 0.05 maka hipotesis diterima. Situmorang dkk (2010). Berikut ini adalah hasil dari uji F yang dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 5. 7. Uji F (simultan)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression .000 5 .000 1.481 .221a

Residual .000 35 .000

Total .000 40

a. Predictors: (Constant), LOG_TAS, ABN_DISEXP, ABN_CFO, DCA, DLA b. Dependent Variable: WR

Sumber: hasil pengolahan data statistik menggunakan SPSS 17

Tabel 5.6 di atas terlihat nilai Fhit 1.481 < Ftab (0.05,4,39) sebesar 2.6 atau terlihat dari signifikansi > 0.05 yaitu 0.221 > 0.05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel bebas DCA (X1), DLA(X2), ABN_CFO(X3), ABN_DISEXP (X4) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham (Y).

5.1.3.3. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Hal ini dapat diketahui dari nilai t hitung < dari ttabel maka, hipotesis ditolak, sedangkan jika t hitung > dari ttabel maka, hipotesis diterima atau jika nilai signifikansi < 0.05 maka hipotesis diterima. Situmorang dkk (2010). Berikut ini adalah hasil dari uji t yang dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 5.8. Uji Parsial (t)

Sumber: hasil pengolahan data statistik menggunakan SPSS 17

Hasil uji t untuk hipotesis pertama antara variabel independen DCA (akrual diskresioner jangka pandek) terhadap return saham menunjukkan bahwa nilai t hitung

< dari ttabel

Hasil uji t untuk hipotesis kedua antara variabel independen DLA (akrual diskresioner jangka panjang) terhadap return saham menunjukkan bahwa nilai t

yaitu 0.781 < 2.0 dan nilai signifikansi > 0.05 yaitu 0.440 > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial DCA tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja saham.

hitung

< dari ttabel yaitu -0.629 < 2.0 dan nilai signifikansi > 0.05 yaitu 0.533 > 0.05 maka H0

Hasil uji t untuk hipotesis ketiga antara variabel independen ABN_CFO (abnormal arus kas kegiatan operasi) terhadap return saham menunjukkan bahwa nilai t

diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial DLA tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja saham.

hitung < dari ttabel yaitu 0.826 < 2.0 dan nilai signifikansi > 0.05 yaitu 0.414 > 0.05 maka H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial ABN_CFO tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja saham.

Hasil uji t untuk hipotesis keempat antara variabel independen ABN_DISEXP (abnormal biaya diskresioner) terhadap return saham menunjukkan bahwa nilai t hitung

< dari ttabel yaitu 1.301 < 2.0 dan nilai signifikansi > 0.05 yaitu 0.202 > 0.05 maka H0

Berdasarkan hasil output tabel 5.8 uji parsial (t) di atas maka rumus persamaan regresinya adalah:

diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial ABN_ DISEXP tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja saham.

Y = a + b1 x1+ b2 x2 + b3 x3 + b4 x4

Kinerja saham perusahaan yang melakukan IPO = 1.003 + 0.002 DCA - 0.001 DLA + 0.004 ABN_CFO + 0.005 ABN_DISEXP + e

+ e

1. Konstanta sebesar 1.003 menyatakan bahwa jika variabel independen dianggap konstan, maka kinerja saham perusahaan yang melakukan IPO sebesar 1.003.

2. Jika ditingkatkan variabel DCA sebesar satu satuan maka kinerja saham perusahaan yang melakukan IPO tidak akan meningkat sebesar 0.002 satuan. 3. Jika ditingkatkan variabel DLA sebesar satu satuan maka kinerja saham

perusahaan yang melakukan IPO tidak akan berkurang sebesar 0.001 satuan. 4. Jika ditingkatkan variabel ABN_CFO sebesar satu satuan maka kinerja saham

perusahaan yang melakukan IPO tidak akan meningkat sebesar 0.004 satuan 5. Jika ditingkatkan variabel ABN_DISEXP sebesar satu satuan maka kinerja

saham perusahaan yang melakukan IPO tidak akan meningkat sebesar 0.005 satuan.

5.2. Pembahasan

Berikut akan ditinjau lebih lanjut hasil penelitian yang dibandingkan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya yang juga menjadi acuan peneliti untuk mengembangkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Penelitian ini akan melihat lebih jauh apakah terjadi earning management melalui akrual dskresioner jangka pendek dan jangka panjang serta manipulasi aktivitas nyata bagi perusahaan yang akan melakukan penawaran saham perdana (IPO) berpengaruh terhadap kinerja saham (return saham) perusahaan.

Berdasarkan hasil analisis data di atas untuk diketahui bahwa telah terjadi

earning management akrual yang dibuktikan dari hasil DCA, DLA yang positif 0.0054917 dan 0.0239550 yang mencerminkan adanya earning management berpola income increasing. Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti baik di luar negeri maupun di Indonesia. Hasilnya terbukti bahwa perusahaan di Indonesia juga melakukan tindakan earning management melalui akrual baik pada akrual diskresioner jangka pendek dan akrual diskresioner jangka panjang pada saat penawaran saham perdana. Earning management pada saat melakukan IPO melalui penaikan laba dapat dilakukan dengan cara menggeser pendapatan masa depan menjadi pendapatan sekarang, sehingga laba pada periode IPO lebih tinggi dari yang seharusnya. Kebijakan tersebut bertujuan untuk menaikkan harapan investor terhadap kinerja perusahaan masa depan dan menaikkan harga penawaran (DuCharme et al., 2000). Hal ini didukung juga oleh Dechow et al., (2005) yang menunjukkan rata-rata harga saham akan menurun sekitar

9% ketika earning management diumumkan. Hasil penelitian ini mendukung temuan Teoh et al., (1998). Gumanti (2001) dengan menggunakan pendekatan total akrual menemukan bukti yang kuat atas terjadinya earning management. Amin (2007), dan Annisarahman (2007) yang juga menemukan bukti bahwa perusahaan melakukan tindakan earning management melalui akrual dalam penawaran saham baik pada periode sebelum penawaran ataupun setelah penawaran saham. Juga menurut peneliti Sphor (2002), Zang (2007) mengatakan bahwa perusahaan melakukan earning management dengan akrual.

Asumsi peneliti dalam menggunakan variabel manipulasi aktivitas nyata yaitu ABN_CFO dan ABN_DISEXP didasarkan pada penelitian oleh Roychowdhury (2006) ini yang dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang ada di Amerika. Atas temuan tersebut, peneliti membuat asumsi yang sama untuk perusahaan di Indonesia maka peneliti membuat dugaan bahwa perusahaan di Indonesia juga melakukan tindakan earning management melalui manipulasi aktivitas nyata pada kedua aktivitas yaitu arus kas kegiatan operasi, dan biaya diskresioner yang dikaitkan dengan penawaran saham perdana (IPO) oleh perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menemukan bahwa perusahaan di Indonesia terbukti melakukan tindakan manipulasi aktivitas nyata melalui arus kas kegiatan operasi dan biaya diskresioner.

Hasil analisis data penelitian tentang earning management melalui aktivitas nyata yaitu ABN_CFO (arus kas kegiatan operasi) dan ABN_DISEXP (biaya diskresioner) yaitu sebesar -0.0001163 dan -0.0026560 ini diindikasikan benar

bahwa telah terjadi earning management melalui manipulasi aktifitas nyata. Hal ini sejalan dengan penelitian Roychowdhury (2006) yang menemukan bahwa perusahaan terbukti melakukan tindakan earning management melalui manipulasi aktivitas nyata akan secara rata-rata memiliki arus kas dari kegiatan operasi abnormal yang rendah dari yang seharusnya, dan biaya diskresioner abnormal yang lebih rendah dari yang seharusnya. Fakta ini konsisten dengan perusahaan yang mencoba untuk meningkatkan laba tahunan dengan cara memberikan diskon harga untuk meningkatkan penjualan sementara. Namun, dalam penelitian Roychowdhury (2003) tidak sampai pada dampak arus kas operasi terhadap kinerja pasar. Selain itu, Graham

et al., (2005) juga menyatakan bahwa manajer menyukai teknik manipulasi aktivitas nyata dibanding earning management melalui akrual. Hasil ini berbeda dengan beberapa penelitian di Indonesia yang menemukan adanya manipulasi aktivitas nyata melalui arus kas kegiatan operasi tetapi tidak biaya diskresioner. Hal tersebut mendukung dan konsisten dengan penelitian oleh Oktorina (2008) yang berhasil menemukan bukti bahwa perusahaan di Indonesia melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui arus kas dari kegiatan operasi, dan hasil penelitian Rahmawati (2009) yang menyatakan telah terjadi manjemen laba aktivitas nyata baik pada arus kas kegiatan operasi maupun biaya diskresioner. Namun berbeda dengan penelitian oleh Annisa’rahman (2007) yang tidak menemukan bukti perusahaan melakukan manipulasi aktivitas nyata khususnya melalui arus kas kegiatan operasi tetapi melalui biaya diskresioner.

Berdasarkan hasil hipotesis regresi linear baik secara simultan maupun parsial tidak menemukan adanya pengaruh antara earning management terhadap kinerja saham. Hal ini dapat dilihat dari hasil determinasi atau R square sebesar 17.5% yang artinya kinerja saham (return saham) hanya dipengaruhi sebesar 17.5% oleh earning management. Sisanya 82.5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak ada di dalam penelitian ini seperti reputasi auditor, reputasi penjamin emisi, financial leverage (Kusuma, 2001), suku bunga dan ROA (Hernendiastoro, 2005), laju pertumbuhan asset, rasio keuntungan, EPS (Sutanto, 2007).

Nilai signifikan pada hasil uji F yaitu 0.211 > 0.05 Hasil tersebut menunjukkan yaitu tidak adanya pengaruh earning management terhadap kinerja saham hal ini dikarenakan investor Indonesia kurang mampu mengidentifikasi

earning management yang ada dalam laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan karena adanya berbagai macam metode akuntansi yang sesuai dengan GAAP yang dapat dipilih oleh manajer serta adanya asimetri informasi antara pihak manajemen dengan pihak pengguna laporan keuangan (Kusuma, 2006). Ketika laporan keuangan diterbitkan, para investor kurang menanggapi isi dari laporan keuangan tersebut, laporan keuangan dianggap kurang memiliki muatan informasi yang kuat dalam hal pertimbangan pengambilan keputusan (Budiarto, 2007), sehingga investor lebih percaya pada analisa teknikal dari pada analisa fundamental dalam mengambil keputusan. Analisa teknikal ini yang dilihat dari pola pergerakan harga saham pada periode sebelumnya.

Hasil hipotesis pertama, dan kedua, menunjukkan tidak ada pengaruh earning management accrual terhadap kinerja saham. penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widyaningdyah (2001). Hasil yang tidak signifikan ini mungkin disebabkan karena earning management mungkin dilakukan terhadap laporan keuangan dua tahun sebelum dilakukan penawaran saham perdana dengan tujuan mempengaruhi persepsi investor terhadap kinerja perusahaan agar pada saat penawaran saham perdana kinerja perusahaan terlihat baik dengan demikian investor mau menanamkan modalnya. Saiful (2004) mengatakan peneliti tidak mampu menemukan adanya hubungan antara kinerja saham dengan earning management

seperti yang ditemukan oleh Ali et al. (2000). Hal ini mungkin disebabkan investor dan analisis pasar modal Indonesia belum mampu mendeteksi earning management. Hanya saja untuk jangka panjang berpengaruh yaitu setelah dua tahun. Berbeda dengan hasil penelitian menurut Ardiati (2005) yang mengatakan bahwa earning management berpengaruh terhadap retun saham (kinerja saham) pada perusahaan yang di audit oleh KAP Big 5 tetapi tidak berpengaruh pada perusahaan yang di audit non KAP Big 5 yang artinya KAP big 5 dapat digunakan sebagai sinyal untuk menunjukkan kredibilitas laporan keuangan. Sokarina (2006) mengatakan bahwa Manajemen laba yang diproksikan dengan akrual diskresioner berpengaruh negatif terhadap return saham. Annisaa’rahman, dan Yanthi H. (2007) juga mengatakan bahwa earning management mempengaruhi kinerja saham 1 tahun setelah IPO.

Hasil hipotesis ketiga, dan keempat, menunjukkan tidak ada pengaruh earning management aktivitas nyata terhadap kinerja saham. Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Annisaa’rahman, dan Yanthi H. (2007) dan bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Koyuimirsa (2011) yang mengatakan bahwa manajemen laba baik secara akrual maupun aktivitas nyata mempengaruhi kinerja saham.

BAB VI

Dokumen terkait