• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Z- score Nilai Kriteria Pemilihan Saham Periode 2013

4.2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis adalah untuk mengetahui perbedaan secara statistik apakah ada perbedaan antara return dan risiko portofolio yang masuk kedalam portofolio optimal dengan return dan risiko portofolio yang tidak masuk kedalam kandidat portofolio yang optimal, yang dilakukan dengan pengujian hipotesis. Hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari 2 hipotesis alternatif, yaitu:

H1 : Ada perbedaan return antara saham yang masuk portofolio dengan yang tidak masuk portofolio, dan

H2 : Ada perbedaan risiko antara saham yang masuk portofolio dengan yang tidak masuk portofolio.

Pengujian dilakukan dengan cara mengelompokkan rata-rata return dan risiko saham menjadi dua kelompok, yaitu yang masuk portofolio dengan yang tidak portofolio. Kemudian nilai rata-rata dari kedua kelompok sampel tersebut dibandingkan dan dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian didasarkan pada tingkat signifikansi yang dihasilkan dari output program SPSS versi 16.0. Hasil uji statistik menggunakan Independent Sample T Test terlihat pada berikut

56 Tabel 4.9.

Hasil Uji Statistik Independent Sample T Test antara Return Kandidat Portofolio dengan Return Non Kandidat Portofolio

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference Return Equal variances

assumed 2.280 .162 2.466 10 .033 2.280

Equal variances not

assumed 2.466 7.563 .041

Sumber : Data diolah, Lampiran 7

Berdasarkan hasil uji pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara return saham yang masuk dalam portofolio dengan return saham yang tidak masuk kedalam portofolio. Hal ini dapat dilihat dari angka signifikansi 0,033 < 0,05 ; α = 5%. Dengan demikian H1 tidak diterima, yaitu tidak ada perbedaan return antara saham yang masuk portofolio dengan yang tidak masuk portofoli. Artinya, hanya sedikit perbedaan

return antara saham yang masuk portofolio dengan saham yang tidak masuk kedalam portofolio yaitu hanya 3,3%,.

57 Tabel 4.10.

Hasil Uji Statistik Independent Sample T Test antara Risiko Kandidat Portofolio dengan Risiko Bukan Kandidat Portofolio

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference Risiko Equal variances

assumed .516 .489 .278 10 .787 .516 Equal variances not

assumed .278 7.764 .788

Sumber : Data diolah, Lampiran 7

Berdasarkan hasil uji pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara risiko saham yang masuk dalam portofolio dengan risiko saham yang tidak masuk kedalam portofolio. Hal ini dapat dilihat dari angka signifikansi 0,787 > 0,05 ; α = 5%. Dengan demikian H2 diterima, yaitu ada perbedaan return antara saham yang masuk portofolio dengan yang tidak masuk portofolio. Artinya, perbedaan risiko antara saham yang masuk portofolio dengan saham yang tidak masuk kedalam portofolio sebesar 78,7% .

58 4.3. Pembahasan

Permasalahan yang biasanya dihadapi oleh investor dalam berinvestasi adalah dengan pemilihan saham dan besarnya alokasi dana untuk masing-masing saham yang terpilih dalam pembentukan portofolio. Dalam pemilihan saham, investor dapat menerapkan metode Z-score ini, karena telah dibuktikan bahwa

return portofolio yang dibentuk dengan Z-score lebih besar daripada return pasar. Investor dapat menggunakan metode ini dalam menyaring ratusan saham yang akan digunakan dalam pembentukan portofolio. Jumlah saham yang mencapai ratusan di bursa dapat diseleksi dengan menggunakan Z-score.

Sedangkan, untuk masalah alokasi dana dapat digunakan pendekatan

Bodie, Kane, Marcus yaitu dengan menggunakan Excel Solver. Sehingga

didapatkan portofolio optimal, setelah diseleksi dengan metode Z-score.

Penelitian ini ingin mencoba dan membuktikan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Deannes Isynuwardhana (2013). Menurut Deannes, (2013 : 9) penelitian menggunakan Z-score dalam pembentukan portfolio hanya pernah dilakukan oleh Donaldson et al (2011), dan belum pernah dilakukan di pasar modal Indonesia. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya (Donaldson) adalah pada penelitian ini dilakukan hingga besar alokasi dana masing-masing diketahu, dimana pada penelitian Donaldson et al tidak melakukan hal ini.

Namun demikian, menurut pendapat penulis penelitian ini memiliki kelemahan, yaitu hanya memiliki satu penelitian terdahulu sehingga penelitian ini tidak memiliki banyak teori pendukung sehingga penulis mengalami kesulitan

59 dalam mengembangkan penelitian ini. Walaupun demikian penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Deannes Isynuwardhana. Melalui hipotesis yang didapatkan, bahwa H1 tidak diterima dan H2 diterima mempunyai arti yakni metode ini baik digunakan dari sisi risikonya saja. Namun, walaupun return

saham yang masuk kedalam portofolio yang optimal hanya memiliki sedikit perbedaan dengan return saham yang tidak masuk kedalam portofolio yang optimal, setidaknya masih ada perbedaan, yaitu sebesar 3,3%. Dengan demikian metode ini dapat dipertimbangkan investor untuk digunakan dalam pembentukan portofolio yang optimal.

Menurut detiknews.com pada tanggal 26 Juni 2012, di Indonesia hingga kini belum ada satu indeks ataupun alat lainnya yang secara tegas saham yang mana sajakah yang termasuk kedalam Blue Chip. Alhasil, sebuah saham bisa saja dianggap Blue Chip oleh seorang investor, namun dianggap bukan Blue Chip oleh investor lainnya. Sedangkan di Amerika, saham-saham Blue Chip yang memang memenuhi kriteria untuk bisa disebut sebagai ‘blue chip’, diseleksi dengan ketat dan dimasukkan ke dalam satu indeks khusus, yang dikenal dengan nama Dow Jones Industrial Average (DJIA). Maka mungkin saja saham Blue Chip pada penelitian ini tidak merupakan Blue Chip bagi forum lain. Saham Blue Chip pada penelitian ini mengikuti saham Blue Chip dari situs www.sahamok.com.

Kinerja portofolio yang dilihat dari nilai Sharpe ratio menunjukkan bahwa kinerja portofolio mengalami penurunan dari tahun 2013 ke tahun 2014. Maka dari itu penulis membandingkan kinerja portofolio dengan kinerja pasar. Karena portofolio yang dibentuk adalah saham Blue Chip, maka kinerja portofolio lebih

60 baik dibandingkan kinerja pasar. Dalam arti lain, sebelum membentuk portofolio investor sebaiknya memilih perusahaan yang benar-benar memiliki karakteristik yang baik di Bursa Efek Indonesia (misalnya Blue Chip).

61 BAB V

Dokumen terkait