i SKRIPSI
PENERAPAN APLIKASI Z-SCORE METHOD DALAM PEMBENTUKAN PORTOFOLIO SAHAM YANG OPTIMAL
OLEH
KATARINA LABORE PINEM NIM. 110501088
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi saya
yang berjudul “Penerapan Aplikasi Z-Score Method Dalam Pembentukan
Portofolio Saham Yang Optimal” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang
disusun untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan program studi sarjana (S1)
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Isi dan data pada karya tulis yang saya kutip atau saya peroleh dari
publikasi resmi, sumber tertentu dan hasil karya orang lain telah dituliskan
sumbernya sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila ditemukan pernyataan ini tidak benar di kemudian hari, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, April 2015
i ABSTRAK
PENERAPAN APLIKASI Z-SCORE METHOD DALAM PEMBENTUKAN
PORTOFOLIO SAHAM YANG OPTIMAL
Dalam berinvestasi, investor diberikan banyak pilihan saham dengan return dan risiko yang berbeda. Untuk meminimumkan risiko, investor perlu memlakukan diversifikasi atau pembentukan portofolio. Tujuan penelitian adalah untuk membentuk portofolio optimal dengan menggunakan metode baru dan sederhana dalam dunia pasar modal.
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode Z-score, dan data yang digunakan adalah data-data dari saham Blue Chip periode tahun 2013.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode Z-score dari 23 perusahaan Blue Chip selama periode 2013, terdapat enam saham yang masuk kandidat portofolio optimal, yaitu : UNVR, AALI, MYOR, KLBF, INCO, dan AKRA. Berdasarkan perhitungan, investor akan mendapatkan return portofolio sebesar 0.13% dengan deviasi standar portofolio sebesar 1.63%. Untuk berinvestasi investor dapat membagi pada beberapa saham dengan proporsi pada saham UNVR sebesar 3.766%, AALI sebesar 35.026%, MYOR sebesar 42.797%, KLBF sebesar 16,078%, INCO sebesar 0,8439%, AKRA sebesar 1.489%. Proporsi dana yang dibentuk menggunakan pendekatan Bodie, Kane, Marcus. Dari hasil uji beda dapat disimpulakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara risiko yang masuk portofolio dengan risiko yang tidak masuk portofolio. Namun hasil uji beda return tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Artinya hanya sedikit perbedaan return yaitu 0.33%.
Kata Kunci :Metode Z-score, kandidat portofolio, portofolio optimal, CAL,
ii ABSTRACT
THE APLICATION OF Z-SCORE METHOD TO ESTABLISHMENT OPTIMAL PORTFOLIO SHARE
In investing, investors are given a lot of stock options with different risk and return. To minimize the risk, investors need to diversify their portfolio or formation. The research objective is to establish an optimal portfolio by using a new and simple method in the world capital markets.
This research is using Z-score Method. Data used in this research was from Bue Chip stock period 2013.
The result of the research shows that by using Z-score methode in 23 Blue Chip companies in 2013 there are six companies that could be the candidate of optimal portfolio, they are UNVR, AALI, MYOR, KLBF, INCO, and AKRA. Based on calculation, an investor who invest in this stock will get portfolio return at the rate of 0.13% and 1.63% standard deviation. To invest, investors can share their stock into some companies, in which UNVR has 3.766% proportion , AALI has 35.026% proportion, MYOR has 42.797% proportion, KLBF has 16.078% proportion, INCO has 0.8439% proportion, AKRA has 1.489%. The proportion of funds created using the approach Bodie, Kane, Marcus. From the results of different test can be concluded that there is significant difference between the risk of stocks in portfolio and the risk of stocks that out of portfolio . However, the results of different test return shows no significant difference. There is only a slight difference in return, it is 00:33%
iii KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi
sarjana (S1) yaitu program studi Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini adalah skripsi penulis yang
berjudul “Penerapan Aplikasi Z-Score Method Dalam Pembentukan
Portofolio Saham Yang Optimal”
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan, dukungan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Orang tua penulis, saudara serta keluarga penulis yang telah memberikan
dukungan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec.Ac,Ak., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec., selaku Ketua Departemen
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi .
4. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
iv 5. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1
dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi S1
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara .
6. Bapak Syarief Fauzie, SE, M.Ak, Ak., selaku Dosen Pembimbing yang
selalu membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec., dan Ibu Dra. Raina Linda Sari,
MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan maasukan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh staff administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam mengurus segala
keperluan administrasi.
9. Teman-teman stambuk 2011 Ekonomi Pembangunan atas motivasi dan
dukungan yang diberikan.
Penulis menyadari masih ada kekurangan pada skripsi ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pengembangan
dan penyempurnaan penelitian ini. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.
Medan, Januari 2015
v
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Analisis... 41
4.1.1 Mengumpulkan dan Menghitung Data-data Saham Blue Chip. ... 41
4.1.2 Menghitung Z-score ... 43
4.1.3 Menghitung Aggregate Z-score ... 45
vi
4.1.5 Mengukur Kinerja Portofolio ... 52
4.2. Uji Hipotesis ... 55
4.3. Pembahasan ... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 61
5.2. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
vii DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 22
3.1. Daftar Saham Blue Chip di BEI. ... ... 33
4.1. Nilai Kriteria Pemilihan Saham ... 42
4.2. Z-score Nilai Kriteria Pemilihan Saham ... 46
4.3. Ranking Perusahaan Berdasarkan Z-score ... 41
4.4. Standard Deviasi dan Rata-rata Return ... 48
4.5. BI rate tahun 2013 ... 48
4.6. Proporsi Dana ... 49
4.7. Portofolio yang Optimal ... 51
4.8. Sharpe ratio ... 53
4.9. Hasil Uji Statistik Independent Sample T Test antara Return yang masuk Portofolio dengan Return yang tidak masuk Portofolio ... 56
viii DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
1.1. Grafik Hubungan Antara Jumlah Saham dengan Risiko
Portofolio... 4
ix DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Variabel-variabel dalam Mencari Kriteria Perusahaan .... 65 2 Perhitungan Z-score ... 67 3 Aggregate Z-score ... 69 4 Return, Standard Deviasi, Average Return ... 70 5 Perhitungan Menggunakan Excel Solver dalam Mencari
Proporsi Dana ... 92 6 Perhitungan untuk Mencari Kinerja Portofolio ... 96 7 Uji Beda SPSS 16.0 ... 103
i ABSTRAK
PENERAPAN APLIKASI Z-SCORE METHOD DALAM PEMBENTUKAN
PORTOFOLIO SAHAM YANG OPTIMAL
Dalam berinvestasi, investor diberikan banyak pilihan saham dengan return dan risiko yang berbeda. Untuk meminimumkan risiko, investor perlu memlakukan diversifikasi atau pembentukan portofolio. Tujuan penelitian adalah untuk membentuk portofolio optimal dengan menggunakan metode baru dan sederhana dalam dunia pasar modal.
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode Z-score, dan data yang digunakan adalah data-data dari saham Blue Chip periode tahun 2013.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode Z-score dari 23 perusahaan Blue Chip selama periode 2013, terdapat enam saham yang masuk kandidat portofolio optimal, yaitu : UNVR, AALI, MYOR, KLBF, INCO, dan AKRA. Berdasarkan perhitungan, investor akan mendapatkan return portofolio sebesar 0.13% dengan deviasi standar portofolio sebesar 1.63%. Untuk berinvestasi investor dapat membagi pada beberapa saham dengan proporsi pada saham UNVR sebesar 3.766%, AALI sebesar 35.026%, MYOR sebesar 42.797%, KLBF sebesar 16,078%, INCO sebesar 0,8439%, AKRA sebesar 1.489%. Proporsi dana yang dibentuk menggunakan pendekatan Bodie, Kane, Marcus. Dari hasil uji beda dapat disimpulakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara risiko yang masuk portofolio dengan risiko yang tidak masuk portofolio. Namun hasil uji beda return tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Artinya hanya sedikit perbedaan return yaitu 0.33%.
Kata Kunci :Metode Z-score, kandidat portofolio, portofolio optimal, CAL,
ii ABSTRACT
THE APLICATION OF Z-SCORE METHOD TO ESTABLISHMENT OPTIMAL PORTFOLIO SHARE
In investing, investors are given a lot of stock options with different risk and return. To minimize the risk, investors need to diversify their portfolio or formation. The research objective is to establish an optimal portfolio by using a new and simple method in the world capital markets.
This research is using Z-score Method. Data used in this research was from Bue Chip stock period 2013.
The result of the research shows that by using Z-score methode in 23 Blue Chip companies in 2013 there are six companies that could be the candidate of optimal portfolio, they are UNVR, AALI, MYOR, KLBF, INCO, and AKRA. Based on calculation, an investor who invest in this stock will get portfolio return at the rate of 0.13% and 1.63% standard deviation. To invest, investors can share their stock into some companies, in which UNVR has 3.766% proportion , AALI has 35.026% proportion, MYOR has 42.797% proportion, KLBF has 16.078% proportion, INCO has 0.8439% proportion, AKRA has 1.489%. The proportion of funds created using the approach Bodie, Kane, Marcus. From the results of different test can be concluded that there is significant difference between the risk of stocks in portfolio and the risk of stocks that out of portfolio . However, the results of different test return shows no significant difference. There is only a slight difference in return, it is 00:33%
1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Investasi merupakan bentuk penanaman modal atau suatu kegiatan
penempatan dana pada aset produktif dengan harapan akan mendapatkan
keuntungan kelak. Investasi pada saham menawarkan tingkat pertumbuhan
keuntungan yang cepat dengan risiko yang juga sebanding. Namun, tidak semua
perusahaan yang memiliki saham terbuka dapat memberikan tingkat risiko yang
rendah dan tingkat pengembalian yang tinggi. Para investor harus cerdik dalam
memilih perusahaan untuk berinvestasi. Seorang investor hendaknya harus
melakukan analisis terhadap saham-saham yang ada dan kemudian memilih yang
dianggap aman serta mampu menghasilkan keuntungan yang diharapkan.
Biasanya, semakin tinggi tingkat risiko semakin tinggi pula tingkat pengembalian
(return).
Risiko didefinisikan sebagai perbedaan antara hasil yang diharapkan
(expected return) dan realisasinya. Secara umum risiko terbagi menjadi dua, yaitu
risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis merupakan risiko
yang mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Para investor tidak dapat
menghindari risiko ini dengan melakukan diversifikasi. Risiko tidak sistematis
adalah risiko yang terjadi akibat adanya kejadian pada suatu perusahaan atau suatu
industri yang mempengaruhi harga saham. Risiko ini dapat dihindari dengan
melakukan diversifikasi, yaitu pembentukan portofolio saham.
Return dan risiko investasi merupakan dua kata yang tidak dapat
2 dibuat oleh investor didasarkan pada expected return dan varian dari return
(sebagai ukuran risiko). Maka, sering kita mendengar “high risk, high return”,
yaitu semakin tinggi risiko maka semakin tinggi pula return yang akan kita
terima. Sebaliknya, semakin kecil risiko yang diambil, maka semakin kecil pula
return yang akan kita terima.
Salah satu cara untuk meminimumkan tingkat risiko adalah dengan
melakukan diversifikasi atau menyebar investasinya dengan membentuk
portofolio yang terdiri dari beberapa saham. Hal ini dikarenakan adanya tingkat
risk dan return yang fluktuatif, sehingga dengan dilakukannya diversifikasi
diharapkan fluktuasi dari risk dan return tidak terlalu tajam dalam portofolio
saham. Dan tentu saja untuk menghindari hal tersebut, harus dibentuk porotfolio
saham yang tidak asal-asalan, namun harus dianalisis dan memiliki
kriteria-kriteria yang sesuai, sehingga dapat terbentuk portofolio saham yang optimal.
Risiko portofolio berbeda dengan rata-rata risiko masing-masing saham dalam
portofolio tersebut. Risiko portofolio dapat lebih kecil daripada rata-rata risiko
masing-masing saham tersebut. Karena, masing-masing saham tersebut saling
meredam risikonya satu dengan yang lain.
Pembentukan portofolio saham menyangkut masalah bagaimana
mengalokasikan dana pada saham yang berbeda dengan tingkat risiko yang rendah
dan return yang tinggi. Selain itu menyangkut masalah proporsi dana pada
saham-saham yang dipilih untuk mengurangi risiko yang ditanggung. Dalam
pembentukan portofolio investor berusaha memaksimalkan pengembalian yang
3 Portofolio yang optimal merupakan porotfolio yang dipilih seorang investor dari
sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio efisien. Tentunya
portofolio yang dipilih investor adalah portofolio yang sesuai dengan dengan
preferensi investor bersangkutan terhadap return maupun terhadap resiko yang
bersedia ditanggunggnya.
Tujuan dari portofolio saham adalah untuk mengurangi resiko dari
beberapa saham dan memperoleh keuntungan pada tingkat yang semaksimal
mungkin. Portofolio saham terdiri dari beberapa saham yang memiliki tingkat
risiko yang berbeda pula. Menurut Tandelilin (2001 : 58) “semakin banyak jumlah
saham yang dimasukkan dalam portofolio, semakin besar manfaat pengurangan
risiko. Meskipun demikian, manfaat pengurangan rsiko portofolio akan mencapai
titik puncaknya pada saat portofolio terdiri dari sekian jenis saham, dan setelah itu
manfaat pengurangan risiko portofolio tidak akan terasa lagi”. Efek pengurangan
4 Risiko
Portofolio (standar deviasi)
0,12
0,10
0,08
0,06
0,04
0,02
1 10 20 30 40 50 60 70 80
Jumlah saham dalam portofolio
Gambar 1.1. Grafik hubungan antara jumlah saham dengan risiko portofolio
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa, semakin banyak saham yang
ditambahkan dalam portofolio saham, maka semakin kecil pula risiko portofolio.
Namun jika pengurangan risiko sudah mencapai titik puncaknya, penambahan
saham tidak akan berarti lagi.
Menurut Sri Handaru (1996 : 24) “hakekat dari pembentukan portofolio
adalah mengalokasikan dana pada berbagai alternatif investasi, sehingga risiko
investasi (secara keseluruhan) akan dapat dikurangi (diminumkan)”. Sehingga
dapat dikatakan bahwa seorang investor yang rasional adalah investor yang
5 saham yang memiliki tingkat risiko yang berbeda dan tingkat return yang berbeda
pula.
Dalam membentuk satu portofolio, maka sebaiknya investor berusaha
memaksimalkan pengembalian (return) yang diharapkan dari investasi yang
dilakukan dengan tingkat risiko tertentu. Portofolio seperti ini merupakan
portofolio yang efisien. Portofolio yang optimal berbeda dengan portofolio yang
efisien. Portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih seorang investor
dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio efisien, dimana
portofolio yang dipilih investor adalah portofolio yang sesuai dengan preferensi
investor bersangkutan terhadap return maupun terhadap risiko yang bersedia
ditanggungnya. (Tandelilin, 2001 : 74)
Didalam portofolio terdapat portofolio yang jumlahnya tidak terbatas atau
banyak sekali dan didalam pembentukan portofolio itu investor akan memilih
mana yang tepat dari sekian banyak portofolio yang ada, oleh karena itu investor
akan memilih portofolio yang optimal. Pemilihan portofolio yang optimal sangat
tergantung pada analisa ketepatan para investor membaca dan mencermati pasar.
Secara umum, teori yang digunakan dalam pembentukan porotofolio
saham yang optimal adalah dengan menggunakan model pemilihan saham
Markowitz. Model diversifikasi oleh Harry M. Markowitz dikenalkan pada tahun
1952. Metode ini membantu investor dalam memilih aset investasi dan
menghitung porsi masing-masing aset tersebut secara ilmiah untuk membentuk
portofolio yang paling optimum. Dalam pendekatan Markowitz, pemilihan
6 diharapkan dan risiko masing-masing pilihan portofolio (Tandelilin, 2001 : 77).
Portofolio optimal dengan model Markowitz yang dipilih dari sekian banyak
alternatif portofolio efisien dapat memberikan tingkat return yang maksimal
sesuai dengan risiko yang berani ditanggung oleh investor. Portofolio Markowitz
juga memberikan hasil yang cukup efisien dikarenakan memiliki nilai return
ekspektasi positif dari masing-masing portofolio (Indrayati dan Darmayanti,
2013).
Selain model Markowitz, model yang umum digunakan dalam membentuk
portofolio optimal adalah Model Indeks Tunggal atau Single Index Model ang
merupakan penyederhanaan Index model yang sebelumnya telah dikembangkan
oleh Markowitz. Model ini diperkenalkan oleh William F. Sharpe pada tahun
1963. Model Indeks Tunggal menjelaskan hubungan antara return dari setiap
sekuritas individual dengan return indeks pasar. Model ini memberikan metode
alternatif untuk menghitung varian dari suatu portofolio, yang lebih sederhana dan
lebih mudah dihitung jika dibandingkan dengan metode perhitungan markowitz
(Sukarno, 2007).
Masing-masing model diatas memiliki kelemahan dalam penerapannya
pada pembetukan portofolio saham. Pada model Markowitz, kelemahannya adalah
portofolio ini hanya berguna dalam meminimumkan resiko dan mempertahankan
nilai investasi secara nominal dan tidak secara real. Artinya daya beli dari uang
yang diinvestasikan belum tentu sama setelah jangka waktu tertentu (Toni, 2011).
7 memperhitungkan satu faktor saja dalam mengestimasi return sekuritas.
Sementara banyak faktor yang ikut mempengaruhi.
Maka dari itu, penulis mencoba untuk mengembangkan metode baru
dalam pembentukan portofolio, yaitu dengan menggunakan metode Z-score.
Dimana metode ini lebih sederhana dibandingkan dengan Model Markowitz dan
Model Indeks Tunggal. Penelitian ini mengambil saham-saham yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia yang tergolong dalam saham-saham Blue Chips. Saham
Blue Chip adalah istilah dalam pasar modal yang mengacu pada saham dari
yang tidak terlalu banyak. Saham blue chip biasanya memberikan dividen secara
reguler, bahkan ketika bisnis berjalan lebih buruk dari biasanya.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
metode Z-score dalam membentuk porotfolio saham. Maka dari itu, penelitian ini
diberi judul “Penerapan Aplikasi Z-score Method dalam Pembentukan Portofolio
Saham yang Optimal.”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis
mengajukan rumusan masalah sebagai acuan dalam mengkaji penelitian ini.
Adapun perumusan masalah yang diteliti adalah:
1. Bagaimana pembentukan portofolio saham menggunakan teknik
8 2. Apakah terdapat perbedaan antara return saham yang masuk portofolio
dengan return saham yang tidak masuk portofolio optimal?
3. Apakah terdapat perbedaan antara risiko saham yang masuk portofolio
dengan risiko saham yang tidak masuk portofolio?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pembentukan portofolio saham
menggunakan teknik sederhana, yaitu metode Z-score.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara return saham yang
masuk portofolio dengan return saham yang tidak masuk portofolio.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara risiko saham yang
masuk portofolio dengan risiko saham yang tidak masuk portofolio.
1.4 Manfaat Penelitian
Sejalan dengan tujuan penelitian ini, maka manfaat yang akan diperoleh dari
penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bagi Investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
acuan bagi investor dalam membentuk portofolio saham.
2. Bagi Mahasiswa, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan atau referensi
untuk penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh mahasiswa.
3. Bagi Penulis, menambah wawasan pengetahuan tentang metode Z-score
9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Saham (Stock)
Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan
seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan. Pengertian saham ini
artinya adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Saham
menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari
perusahaan itu. Dengan demikian kalau seorang investor membeli saham, maka
ia pun menjadi pemilik atau pemegang saham perusahaan.
Investasi dengan membeli saham suatu perusahaan, berarti investor telah
menginvestasikan dana dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dari hasil
penjualan kembali saham tersebut. Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang
menerbitkan surat berharga tersebut dan porsi kepemilikan ditentukan oleh
seberapa besar penyertaan yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut (Darmadji,
2001:5).
Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham (Darmadji
2001:6) :
1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim
10 Mewakili klaim kepemilikan pada penghasilan dan aktiva yang dimiliki
perusahaan. Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas.
Artinya, jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung
oleh pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut.
b. Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan
saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti
bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil, seperti
yang dikehendaki investor. Saham ini serupa saham biasa karena
mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh
tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut; dan membayar
deviden. Persamaannya dengan obligasi adalah adanya klaim atas laba
dan aktiva sebelumnya, devidennya tetap selama masa berlaku dari
saham, dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible)
dengan saham biasa.
2. Ditinjau dari cara peralihannya
a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks)
Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah
dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara
hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui
sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
11 Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di
mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
3. Ditinjau dari kinerja perdagangan
a. Blue – Chip Stocks
Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi,
sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan
konsisten dalam membayar dividen.
b. Income Stocks
Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar
dividen lebih tinggi dari rata – rata dividen yang dibayarkan pada
tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan
pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen
tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan
potensi.
c. Growth Stocks
1. (Well – Known)
Saham – saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan
pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang
mempunyai reputasi tinggi.
12 Saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri, namun
memiliki ciri growth stock. Umumnya saham ini berasal dari daerah
dan kurang populer di kalangan emiten.
d. Speculative Stock
Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh
penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan
penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.
e. Counter Cyclical Stockss
Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun
situasi bisnis secara umum.
2.2 Investasi
Investasi adalah penempatan dana/penukaran uang dengan bentuk-bentuk
kekayaan lain selama periode tertentu, yang diharapkan dapat memperoleh
penghasilan dan/atau meningkatkan nilai investasi. Investasi dapat dilakukan
melalui berbagai cara. Salah satu diantaranya adalah investasi dalam bentuk
saham. Pemodal atau investor dapat menanamkan kelebihan dananya dalam
bentuk saham di pasar bursa. Tujuan utama investor dalam menanamkan dananya
ke bursa efek yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat pengembalian investasi
(return) baik berupa pendapatan dividen maupun pendapatan dari selisih harga
jual saham terhadap harga belinya (capital gain).
Dalam melakukan proses investasi dan pengambilan keputusan, Manajer
13 diinginkan. Portofolio investor secara sederhana merupakan koleksi aset investasi.
Setelah dibentuk, sebuah portofolio dapat diperbaharui atau “diseimbangkan”
dengan menjual sekuritas yang ada dan menggunakan hasil penjualan tersebut
untuk membeli sekuritas baru. Selain itu, investor juga dapat menambahkan dana
investasi untuk meningkatkan ukuran total portofolio, atau dengan menjual
sekuritas untuk megurangi ukuran portofolio (Bodie, Kane, Marcus 2014 : 8).
Berikut adalah proses investasi :
1. Menentukan kebijakan investasi
Kebijakan investasi meliputi penentuan tujuan investasi dan besar
kekayaan yang akan diinvestasikan. Tujuan investasi harus dinyatakan
baik dalam tingkat keuntungan (return) maupun risiko. Jumlah dana yang
diinvestasikan juga mempengaruhi return dan risiko yang ditanggung. Di
samping itu dalam proses investasi perlu dipertimbangkan preferensi risiko
pemodal. Hal ini mempengaruhi jenis sekuritas yang dipilih untuk alokasi
dana yang ada sehingga dapat diperkirakan distribusi dana pada berbagai
instrumen yang tersedia. Dengan menentukan tujuan investasi dapat
ditentukan pilihan instrumen investasi yang dilakukan.
2. Melakukan analisis sekuritas
Analisis sekuritas berarti menilai sekuritas secara individual, dan untuk
mengidentifikasi sekuritas digunakan dua filosofi berbeda, yaitu: Untuk
sekuritas yang mispriced (harga terlalu tinggi atau terlalu rendah) dapat
14 dengan harga wajar, pemilihan sekuritas didasarkan atas preferensi risiko
para pemodal, pola kebutuhan kas, dan lain-lain.
3. Membentuk portofolio
Dari hasil evaluasi terhadap masing-masing sekuritas, dipilih aset-aset
yang akan dimasukkan dalam portofolio dan ditentukan proporsi dana
yang diinvestasikan pada masing-masing sekuritas tersebut. Ini dilakukan
dengan harapan risiko yang harus ditanggung terkurangi dan portofolio
yang menawarkan return maksimum dengan risiko tertentu atau minimum
risiko dengan return tertentu dapat terbentuk.
4. Merevisi portofolio
Revisi atas portofolio berarti merubah portofolio dengan cara menambah
atau mengurangi saham dalam portofolio yang dianggap menarik atau
tidak lagi menarik. Jika diperlukan, langkah ini dilakukan melalui
pengulangan tiga tahap di atas.
5. Evaluasi kinerja portofolio
Evaluasi kinerja portofolio membandingkan kinerja yang diukur baik
dalam return yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung, terhadap
portofolio benchmark atau pasar.
2.3. Portofolio Saham
Teori portofolio selama ini dikembangkan pada aktiva keuangan seperti
saham dan obligasi. Karena aktiva keuangan mudah dipecah dan tersedia dalam
15 mengandung resiko, sehingga para pemodal di bursa melakukan diversifikasi
dengan membentuk portofolio. Portofolio adalah kumpulan saham / aset lain yang
dimiliki oleh pemodal perorangan atau lembaga. Tujuan portofolio adalah
mengurangi risiko dengan penganekaragaman kepemilikan efek. Menurut
Tandelilin (2000:9) ada dua strategi portofolio yang bisa dipilih, yaitu srategi
portofolio aktif dan strategi portofolio pasif. Strategi portofolio aktif meliputi
kegiatan penggunaan informasi yang tersedia dan teknik-teknik peramalan secara
aktif untuk mencari kombinasi portofolio yang lebih baik. Sedangkan strategi
portofolio pasif meliputi aktivitas investasi pada portofolio yang seiring dengan
kinerja indeks pasar.
Menurut Zalmi Zubir (2011:2) portofolio saham adalah investasi yang
terdiri dari berbagai saham perusahaan yang berbeda dengan harapan bila harga
salah satu saham menurun, sementara yang lain meningkat, maka investasi
tersebut tidak mengalami kerugian. Korelasi antara return satu saham dan saham
lain jyga akan memperkecil varians return portofolio tersebut.
Menurut Sri Handaru Kurniati et al (1996: 24) hakekat dari pembentukan
portofolio adalah mengalokasikan dana pada berbagai alternatif investasi,
sehingga resiko investasi (secara keseluruhan) akan dapat dikurangi
(diminimumkan). Efektivitas pengurangan risiko tersebut akan tergantung pada
besarnya koefisien korelasi berbagai kesempatan investasi yang ada dalam
portofolio. Koefisien korelasi dihitung dengan membandingkan fluktuasi return
16 Karena tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, kita
hanya bisa menduga return suatu sekuritas dan penyimpangannya berdasarkan
data masa lalu. Markowitz mengatakan bahwa investor dapat memaksimumkan
expected return melalui diversifikasi sekuritas dala portofolio karena
saham-saham dalam portofolio saling berkorelasi. Sesuai dengan hukum “large of
number”, makin banyak sekuritas dalam portofolio, maka actual return portofolio
tersebut akan mendekati expected return dan variansnya makin kecil.
2.4 Return dan Risiko
Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Return saham
dibedakan menjadi dua, yaitu return realisasi (realized return) dan return
ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi
yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam
mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko di
masa mendatang. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa
mendatang dan masih bersifat tidak pasti.
Untuk menghitung realized return digunakan rumus:
1
Pt = harga penutupan saham periode t
17 Dan untuk menghitung return ekspektasi saham (Expected Return) digunakan
rumus:
Risiko adalah perbedaan antara expected return dan realized return
tersebut. Inti dari proses investasi adalah memperhitungkan kemungkinan
melencengnya realized return terhadap expected return. Perbedaan antara realized
return dan expected return dapat negatif, positif, atau nol. (Zubir, 2011:23)
Apabila risiko dinyatakan sebagai seberapa jauh hasil yang diperoleh
dapat menyimpamg dari hasil yang diharapkan, maka digunakan ukuran
penyebaran. Sehingga, untuk mengukur penyebaran tersebut adalah dengan
varians atau deviasi standar. Semakin besar nilainya, berarti semakin besar
penyimpangannya (berarti risikonya semakin tinggi). (Halim, 2005:42).
Dalam konteks portofolio, risiko dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Risiko sistematis (Systematic risk), merupakan risiko yang tidak dapat
dihilangkan dengan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar
18 asing, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Risiko ini bersifat umum
dan berlaku bagi semua saham dalam bursa saham yang bersangkutan.
2. Risiko tidak sistematis, merupakan risiko yang dapat dihilangkan
dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu
perusahaan atau industri tertentu. Fluktuasi risiko ini besarnya
berbeda-beda antara satu saham dngan saham yanglain. Karena
perbedaan itulah maka masing-masing saham memiliki tingkat
sensitivitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar. Misalnya
faktor struktural modal, struktur aset, tingkat likuiditas, tingkat
keuntungan, dan sebagainya.
Risiko saham individual dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
��2 = ∑� (���){��� − �(��)}2 �=1
Dimana :
�2 = varians dari investasi pada saham i
� = standar deviasi dari saham i
Pij = probabilitas diraihnya pengembalian pada kondisi j
Rij = tingkat pengembalian dari investasi pada saham i pada kondisi j
E (Ri) = ER dari investasi saham i
2.5 Z-score
Z-score adalah skor standard berupa jarak skor seseorang dari mean
kelompoknya dalam satuan Standard Deviasi. Z-score digunakan untuk
19 dalam suatu distribusi itu sendiri ditunjukkan dengan simbol +/-. Yang
menunjukkan bahwa kalau positif artinya posisi berada di atas mean, sebaliknya
apabila negatif maka artinya berada di bawah mean. Menurut Agus Irianto
(2004:51), Z-score merupakan perbedaan antara raw score (skor asli) dan rata-rata
dengan menggunakan unit-unit simpangan baku (standard deviation) untuk
mengukur perbedaan tersebut.
Z-score mempunyai dua bagian :
a. Tanda (bisa positif atau negatif)
b. Nilai numerik.
Kondisi di atas rata-rata diberi tanda positif dan kondisi di bawah rata-rata diberi
tanda negatif. Nilai numerik Z-score diperoleh dari perbedaan antara nilai asli
dengan rata-ratanya dibagi dengan simpangan baku. Rumus untuk menentukan
Z-score, yaitu :
Z-score = �−� �
Dimana :
μ = rata-rata populasi
� = simpangan baku populasi
X = nilai X yang akan diukur
2.6 Garis Alokasi Modal (Captial Allocation Modal)
Garis Alokasi Modal adalah garis yang menggambarkan seluruh
kombinasi risiko dan return yang tersedia bagi investor. Kemiringan dari CAL
20 per unit simpangan baku tambahan. Dengan kata lain, kenaikan return tiap
naiknya risiko. Atas alasan ini, kemiringan disebut rasio manfaat terhadap
volatilitas (reward-to volatility ratio).
Rumus untuk menghitung CAL adalah sebagai berikut :
S = �(��)−�� ��
Dimana:
S = Kemiringan CAL
E(rp) = Expected Return
rf = Return bebas risiko
�� = Simpangan baku
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dari metode ini untuk pembentukan portofolio yang
optimal tidaklah banyak. Penelitian terdahulu salah satunya adalah penelitian dari
Deannes Isynuwardhana (2013) melalui jurnalnya dengan menggunakan metode
yang sama dalam membentuk portofolio yang optimal. Penulis ingin mencoba
penelitian ini agar dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya dengan membentuk
portofolio yang optimal, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
investor dalam menggunakan metode ini untuk membentuk portofolio. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa portofolio yang dibentuk dengan Z-score
memberikan return yang lebih tinggi daripada return pasar walaupun memiliki
tingkat risiko yang lebih rendah tetapi tingkat return pasar memiliki hasil yang
21 Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Agustin Sulistyorini (2009),
dimana dalam penelitiannya tidak difokuskan dalam membahas metode Z-score,
namun menggunakan metode Sharp, Treynor, dan Jensen. Karena mengingat
ukuran kinerja dari masing-masing metode tidak sama dan tidak memiliki batas
yang maksimal, maka digunakan Z-score. Z-score digunakan untuk
mengkonversikan nilai data ke dalam skor standardized yang memiliki nilai
means (rata-rata) sama dengan nol dan standar deviasinya sama dengan satu.
Maka hasil dari nilai Z-score dapat dilakukan uji beda dengan menggunakan One
Way of Variance by Rank dengan Kruskal Wallish.
Hal yang sama juga dalam penelitian oleh Evi Yuliani. Dimana, dalam
penelitian ini menganalisis kinerja portofolio LQ 45 dengan menggunakan metode
Sharpe, Treynor, dan Jensen. Dalam penelitian ini Z-score juga digunakan untuk
perhitungan kinerja portofolio saham dan selanjutnya menggunakan uji beda
dengan menggunakan One Way of Variance by Rank dengan Kruskal-wallish,
yang sebelumnya dilakukan transformasi data untuk menstandarkan ukuran
kinerja tersebut yaitu dengan menggunakan transformasi Z-score (standardized)
22
ANALISIS HASIL PENELITIAN Deannes
Z-score memberikan nilai kinerja yang lebih besar dibandingkan nilai pasar. Sharpe, Treynor Dan Jensen
Metode Sharpe,
Treynor dan Jensen
Z-score digunakan untuk mengkonversikan nilai data ke dalam skor standardize untuk
23 2.8 Kerangka Konseptual
Dengan banyaknya perusahaan yang masuk di (Bursa Efek Indonesia) BEI
memudahkan investor untuk berinvestasi karena banyaknya pilihan untuk
menginvestasikan dananya. Strategi diversifikasi dilakukan dengan portofolio
optimal yang berarti keuntungan diperoleh dengan diversifikasi pada berbagai
investasi, dengan jumlah sekuritas tertentu yang memiliki return yang cukup
tinggi. Portofolio optimal dicapai dengan melakukan simulasi pada beberapa
sekuritas yang dinilai efisien dengan menggunakan prosedur perhitungan tertentu
Adapun jumlah saham yang dipilih untuk membentuk portofolio sangat
bervariasi, hal itu tergantung dari preferensi investor terhadap saham itu sendiri.
Dalam pemilihan saham juga dipertimbangkan bagaimana kinerja
perusahaan-perusahaan tersebut. Salah satu nya adalah saham Blue Chip, yaitu perusahaan
yang memiliki pendapatan yang stabil, dan liabilitas yang tidak terlalu banyak dan
juga biasanya memberikan dividen secara reguler bahkan ketika bisnis berjalan
lebih buruk dari biasanya.
Dalam membentuk portofolio yang optimal digunakan berbagai metode
dengan tujuan untuk mendapatkan return yang tinggi. Namun, pada umumnya
metode-metode yang digunakan investor memakai perhitungan yang sedikit rumit.
Sehingga, penulis ingin mencoba perhitungan yang sederhana, metode Z-score.
24 Gambar 2.1
Model Kerangka Konseptual
Uji beda Saham Blue Chip 2013
Menghitung P/E. P/B, D/E, GPM, ROE, Ri
Z-score P/E, P/B, D/E, GPM, ROE, Ri
Aggregate Z-score
Ranking Z-score bernilai +
Ranking Z-score bernilai -
Masuk kandidat
Portofolio Tidak masuk kandidat Portofolio
Kombinasi proporsi dana
Return & risiko portofolio
25 2.9 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan dugaan sementara berdasarkan
teori-teori yang diuraikan. Tujuannya, agar penelitian yang dilakukan
terfokus pada informasi, teori-teori dan data yang diperlukan bagi
pengujian hipotesis.
Berdasarkan kajian landasan teori dan hasil penelitian-penelitian
terdahulu maka hipotesis penelitian yang diajukan untuk rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Ada perbedaan return antara saham yang masuk portofolio dengan
yang tidak masuk portofolio, dan
H2 : Ada perbedaan risiko antara saham yang masuk portofolio dengan
26 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang didasarkan atas
survey terhadap objek penelitian.. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian
dengan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Tujuan dari penelitian
deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antarfenomena yang diselidiki (Nazir, 2005:54). Sehingga, penelitian deskriptif
pada penelitian ini membuat gambaran tentang pembentukan portofolio saham
dengan fakta-fakta dengan cara sistematis dan dengan data-data yang ada.
3.2 Batasan Operasional
Batasan operasional variabel pada penelitian ini adalah perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, khususnya yang termasuk ke dalam daftar
saham Blue Chip tahun 2013. Kriteria perusahaan yang termasuk ke dalam Blue
Chip adalah :
1. Kapitalisasi pasar yang cukup besar, sehingga akan semakin sulit pasar
untuk melakukan manipulasi harga.
2. Likuiditas (presentase kepemilikan publik yang beredar cukup banyak).
Jika kepemilikan publik terlalu sedikit, maka harga saham juga akan
27 3. Lama perusahaan melantai di bursa. Untuk mengetahui aktivitas (track
record) saham tersebut dalam satu periode. Umumnya patokannya adalah
5 tahun
4. Kinerja perusahaan dan stabilitas kinerjanya. Melihat perjalanan kinerja
perusahaan selama kurun waktu tertentu. Dan melihat stabilitas laba
perusahaan apakah naik atau jurtru menurun. Perusahaan harus mengalami
kenaikan laba secara signifikan.
3.3 Definisi Operasional
1. Price Earning Ratio (P/E)
Price Earning Ratio adalah perbandingan antara harga saham dengan
laba bersih perusahaan, dimana harga saham sebuah emiten
dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan oleh emiten tersebut
dalam setahun. Perhitungan rasio P/E atau PER dilakukan dengan cara
membagi harga saham saat ini dengan keuntungan tahunan per saham.
Rumusnya adalah sebagai berikut :
PER=����� ����� ���
Dimana:
PER = Price Earning Ratio
Stock Price = Harga Saham
28 2. Price to Book Value (P/B)
Rasio harga saham terhadap nilai buku atau price to book value ratio
merupakan perbandingan antara harga suatu saham terhadap nilai buku
bersih per lembar saham tersebut. PBV yang tinggi mencerminkan
harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku perlembar saham.
Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan
menciptakan nilai bagi pemegang saham. cara menghitungnya adalah
dengan membagi harga saham dengan Book Value-nya (BV), dimana
BV dihasilkan dari ekuitas dibagi rata-rata jumlah saham yang beredar.
Berikut adalah rumusnya:
PBV= �ℎ��������
���� ����� ����ℎ���
Dimana:
PBV = Price to Book Value
Stock Price = Harga Saham
BV = Nilai Buku
3. Debt to Equity Ratio (D/E)
Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang membandingkan jumlah
Hutang terhadap ekuitas. Rasio ini sering digunakan para analis dan
para investor untuk melihat seberapa besar hutang perusahaan jika
dibandingkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan atau para
pemegang saham. Semakin tinggi angka DER maka diasumsikan
29 perusahaannya. Cara menghitung DER adalah membagi total hutang
dengan total ekuitas. Berikut adalah rumusnya:
DER= ����� ����������� ����� ������
Dimana:
DER =Debt to Equity Ratio
Total liabilities = Total hutang
Total equity = Total ekuitas
4. Gross Profit Margin (GPM)
Merupakan perbandingan antara penjualan bersih dikurangi dengan
harga pokok penjualan dengan tingkat penjualan,. Rasio ini
menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.
Ratio gross profit margin mencerminkan atau menggambarkan laba
kotor yang dapat dicapai setiap rupiah penjualan. Untuk menghitung
GPM adalah membagi laba kotor dengan penjualan. Rumusnya adalah
sebagai berikut:
GPM=����������� ����� �������
Dimana:
GPM =Gross profit margin
Gross profit =Laba kotor
30 5. Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) adalah rasio profitabilitas yang
membandingkan antar laba bersih (net profit) perusahaan dengan aset
bersihnya (ekuitas atau modal). Rasio ini mengukur berapa banyak
keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan dibandingkan dengan
modal yang disetor oleh pemegang saham. Semakin tinggi nilai rasio
ini maka perusahaan tersebut semakin baik karena posisi perusahaan
semakin kuat. ROE secara umum didapatkan dari pembagian laba
dengan ekuitas selama satu tahun terakhir. Berikut adalah rumusnya:
ROE=������ ������ ������ ��� ����� ������
Dimana:
ROE =Return on equity
Profit before income tax =Laba sebelum pajak
Total equity =Total ekuitas
6. Return Historis
Return historis adalah return realisasi pada periode tertentu. Return
realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai
dasar penentuan return dan risiko di masa mendatang. Rumus untuk
31 Pt = harga penutupan saham periode t
Pt-1 = harga penutupan saham periode sebelumnya
7. Expected Return
Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa
mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Menurut Deannes (2012)
hasil excess return pada masa lalu akan berpengaruh dengan expected
return di masa yang mendatang. Untuk menghitung expected return
adalah dengan rumus:
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi adalah kumpulan dari unit-unit elementer. Populasi adalah
kumpulan dari ukuran-ukuran tentang sesuatu yang ingin diteliti. Populasi adalah
berkenaan dengan data, bukan dengan orangnya ataupun bendanya (Nazir,
2005:273). Populasi merupakan kumpulan individu atau proyek penelitian yang
memiliki kualias-kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Populasi yang
32 Bursa Efek Indonesia periode pengamatan tahun 2013 sebanyak kurang lebih 496
perusahaan.
Sampel adalah bagian dari populasi, yang merupakan sebagian dari
karakteristik yang dimiliki populasi. Sampel penelitian adalah sebagian dari
populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.
Sampel dalam penelitian ini adalah saham-saham yang termasuk ke dalam saham
Blue Chip periode tahun 2013. Teknik pengambilan sampel ini adalah dengan
menggunakan teknik Purposive Sampling. Teknik purposive sampling adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, dimana pengambilan
sampel sudah ditetapkan terlebih dahulu kriteria-kriterianya, sehingga sampel
yang diambil sesuai dengan penelitian yang akan dijalankan. Pengertian purposive
sampling menurut Sugiyono (2008:122) adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Sehingga data yang diperoleh lebih representatif dengan
melakukan proses penelitian yang kompeten dibidangnya. Adapun
kriteria-kriterian dari saham Blue Chip adalah:
1. Kapitalisasi pasar yang cukup besar, sehingga akan semakin sulit pasar untuk
melakukan manipulasi harga.
2. Likuiditas (presentase kepemilikan publik yang beredar cukup banyak). Jika
kepemilikan publik terlalu sedikit, maka harga saham juga akan mudah
dimanipulasi.
3. Lama perusahaan melantai di bursa. Untuk mengetahui aktivitas (track
record) saham tersebut dalam satu periode. Umumnya patokannya adalah 5
33 4. Kinerja perusahaan dan stabilitas kinerjanya. Melihat perjalanan kinerja
perusahaan selama kurun waktu tertentu. Dan melihat stabilitas laba
perusahaan apakah naik atau jurtru menurun. Perusahaan harus mengalami
kenaikan laba secara signifikan.
Berdasarkan kriteria-kriteria diatas, maka yang menjadi sampel pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1.
Daftar Saham Blue Chip di BEI Periode 2013
Perusahaan Kode Sektor
1. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk BBRI Perbankan
2. PT Bank Central Asia Tbk BBCA Perbankan
3. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk BBNI Perbankan
4. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI Perbankan
5. PT Astra International Tbk ASII Manufaktur
6. PT Charoen Pokphand Tbk CPIN Manufaktur
7. PT Indofood Sukses Makmur Tbk INDF Manufaktur
8. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP Manufaktur
9. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk JPFA Manufaktur
10. PT Kalbe Farma Tbk KLBF Manufaktur
11. PT Mayora Indah Tbk MYOR Manufaktur
12. PT Semen Gresik (Persero) Tbk SMGR Manufaktur
34
14. PT Astra Agro Lestari Tbk AALI Perkebunan
15. PT London Sumatera Plantation Tbk LSIP Perkebunan
16. PT Bukit Asam (Persero) Tbk PTBA Pertambangan
17. PT Aneka Tambang (Persero) Tbk ANTM Pertambangan
18. PT Vale Indonesia Tbk INCO Pertambangan
19. PT Indo Tambangraya Megah Tbk ITMG Pertambangan
20. PT Jasa Marga (Persero) Tbk JSMR Infrastruktur
21. PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk TLKM Infrastruktur
22. PT AKR Corporindo Tbk AKRA Perdagangan
23. PT United Tractor Tbk UNTR Perdagangan
Sumber :
3.5 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang tidak secara langsung dikumpulkan oleh peneliti,
biasanya dari publikas-publikasi yang di buat oleh institusi yang bersangkutan.
Data-data penelitian ini terdiri dari: Price to Earning Ratio, Price to Book Value,
Debt to Equity Ratio, Gross Profit Margin, Return on Equity, data historis return
saham, dan ekspektasi return. Untuk mencari data-data tersebut harus dihitung
terlebih dahulu dari laporan keuangan tahunan periode 2013. Laporan keuangan
diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia Dan untuk
35 3.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode
dokumentasi. Metode dokumentasi adalah mencari data yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda, arsip-arsip yang
berhubungan dengan masalah penelitian
Dalam penelitian ini, dokumentasi untuk variabel Price to Earning Ratio,
Price to Book Value, Debt to Equity Ratio, Gross Profit Margin, Return on
Equity, data historis return saham, dan ekspektasi return diperoleh dari situs-situs
resmi seperti serta Untuk memperoleh
data-data tersebut harus diolah terlebih dahulu melalui perhitungan-perhitungan
sesuai dengan rumus yang ada.
3.7 Teknik Analisis Data
Metode dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah dengan
metode Z-score. Hasil dari Z-score adalah merupakan kandidat-kandidat
portofolio yang akan dibentuk. Untuk mendapatkan nilai Z-score data diolah
dengan program Excel 2007. Variabel-variabel yang akan dicari nilai Z-score
adalah Price to Earning Ratio, Price to Book Value, Debt to Equity Ratio, Gross
Profit Margin, Return on Equity, data historis return saham. Nilai Z-score yang
digunakan dalam penelitian ini adalah nilai numerik.
Dalam pembentukan portofolio dapat dilakukan dengan pemilihan saham,.
Investor akan melakukan analisis pada faktor-faktor finansial/fundamental
36 akan dipilih saham-saham yang menurut investor memenuhi kriteria-kriteria yang
ditetapkan. Investor akan mengurutkan (membuat ranking) nilai kriteria tersebut
sesuai dengan preferensi investor, dan memilih saham yang memiliki ranking
teratas. Dalam hal ini investor akan menemukan kendala, yaitu ada kemungkinan
saham unggulan tidak memenuhi salah satu kriteria investor tersebut. Dalam
penggunaan faktor-faktor finansial/fundamental sebagai ukuran, dan menghitung
nilai secara keselurahan serta membuat ranking, juga terdapat kendala timbulnya
ketidaksesuaian ketika diterapkan untuk skala yang berbeda. Dengan kata lain
tidak sesuai jika membandingkan suatu kriteria jika perusahaan pada sektor
industri yang berbeda.
Disinilah kegunaan Z-score tersebut, yaitu membuat standarisasi sehingga
diperoleh skala yang sama dalam membandingkan nilai suatu kriteria. Model
Z-score membandingkan nilai dari kriteria tertentu suatu perusahaan dengan
rata-rata industrinya dan membagi selisihnya dengan deviasi standar industrinya.
Proses standarisasi ini memungkinkan investor untuk memberikan bobot atau
proporsi yang berbeda-beda dari tiap kriteria yang diinginkan investor kedalam
suatu nilai total dari masingmasing saham. Metode Z-score juga dapat digunakan
untuk mengetahui persentase perusahaan dalam industri sama yang memiliki nilai
yang lebihrendah untuk setiap kriteria. (Deannes, 2012). Rumus yang digunakan
adalah :
�� = (���−��)
�
Dimana:
37
��= Nilai perusahaan untuk kriteria i
��= Rata-rata industri kriteria i
��= Deviasi standar kriteria i
Dengan rumus diatas, dicari nilai Z-score dari kriteria-kriteria perusahaan
dalam penelitian ini, yaitu Price to Earning Ratio, Price to Book Value, Debt to
Equity Ratio, Gross Profit Margin, Return on Equity, data historis return saham.
Setelah didapat nilai Z-score dari variabel-variabel tersebut, langkah selanjutnya
adalah menghitung nilai total Z-score (Aggregate Z-score) dengan cara
menggabungkan seluruh nilai kriteria menjadi satu nilai perusahaan secara
keseluruhan. Hal yang perlu diperhatikan dalam menghitung nilai total Z-score ini
adalah variabel dari Debt to Equity Ratio. Investor biasanya lebih menginginkan
perusahaan yang tingkat hutang rendah, sehingga untuk kriteria Debt to Equity
Ratio diberi tanda negatif dan untuk kriteria yang lain diberi tanda positif. Rumus
untuk menghitung nilai total Z-score seluruh perusahaan adalah sebagai berikut:
Aggregate Z-score = ���/�+��/�−��/�+����+����+���� �
Dimana:
��/�,��/�,��/�,����,����,��� = adalah nilai Z-score masing-masing
kriteria pada perusahaan.
n = jumlah kriteria perusahaan
Langkah selanjutnya adalah membuat ranking dari hasil Aggregate
Z-score. Yang memiliki nilai Z-score tertinggi dan bernilai positif akan masuk
38 portofolio yang optimal, terlebih dahulu ditentukan kombinasi bobot atau proporsi
saham-saham yang menjadi kandidat portofolio. untuk mencari macam-macam
proporsi dana portofolio tersebut digunakan aplikasi Excel Solver 2007.
Selanjutnya, dicari nilai CAL (Capital Allocation Line) untuk menentukan
kombinasi saham-saham yang menjadi portofolio yang optimal. hasil dari nilai
CAL yang dilihat adalah kombinasi portofolio yang memiliki nilai CAL tertinggi.
Rumus untuk mencari CAL adalah sebagai berikut:
S = �����−�� ��
Dimana:
S = Kemiringan CAL
E(��) = Expected Return
�� = Return bebas risiko
�� = Simpangan baku
Setelah diperoleh satu kombinasi portofolio yang optimal dengan nilai
CAL tertinggi, selanjutnya adalah melihat kinerja portofolio dengan mencari
apakah ada perbedaan antara return dan risiko portofolio dengan return dan risiko
pasar. Untuk mencari return portofolio dengan rumus :
E(��) = (�1��1)+(�2+�2)+.... (��+��)
Dimana:
E(��) = Expected return portofolio
39
�1 = Expected return saham ke i
Untuk rumus mencari risiko portofolio adalah sebagai berikut:
σp2 = βp2. σm2 +
∑
=
n
t i w
1
2. σei2
Dimana:
σ2
= varians portofolio βp2. σm2
= risiko yang berhubungan dengan pasar
Wi2 . σei2 = rata-rata tertimbang dari risiko untuk masing-masing
perusahaan
Sedangkan untuk return pasar dihitung dengan menggunakan data Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG). Hal ini didasari karena IHSG mencerminkan
pendapatan semua sektor atau semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, sehingga lebih akurat jika digunakan untuk menghitung return pasar.
Demikian juga untuk risiko pasar menggunakan data dari IHSG.
Selanjutnya menghitung koefisien korelasi untuk melihat korelasi antara
return dan risiko yaitu dengan membagi risiko portofolio dengan return
40 3.8 Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan uji beda t-test dengan membandingkan
rata-rata return dan risiko saham yang menjadi kandidat portofolio optimal dengan
rata-rata return dan risiko saham yang bukan menjadi kandidat portofolio optimal.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan program SPSS dengan membandingkan tingkat signifikansi (Sig t) dengan taraf sig α = 0,05. Apabila
tingkat signifikansinya (Sig t) lebih besar daripada α = 0,05, maka hipotesis
diterima. Sebaliknya bila tingkat signifikansinya (Sig t) lebih kecil daripada α =
41 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Proses Analisis
Dalam pembentukan portofolio yang optimal, investor akan melakukan
analisis pada faktor-faktor finansial/fundamental perusahaan dan menetapkan
kriteria untuk masuk kedalam portofolio, sehingga akan dipilih saham-saham yang
menurut investor memenuhi kriteria-kriteria yang ditetapkan. Setelah ditetapkan
kriteria-kriterianya, maka akan dianalisis lebih lanjut perusahaan-perusahaan yang
masuk kedalam kandidat portofolio. Dalam menentukan kandidat portofolio,
digunakanlah metode Z-score untuk menyaring dari 23 perusahaan yang masuk ke
dalam portofolio. Berikut adalah langkah-langkah pembentukan portofolio yang
optimal dengan menggunakan metode Z-score.
4.1.1 Mengumpulkan dan Menghitung Data-data Saham Blue Chip
Data-data kriteria pembentukan portofolio pada penelitian ini, yaitu Price
to Earning Ratio (P/E), Price to Book Value (P/B), Debt to Equity Ratio (D/E),
Gross Profit Margin (GPM), Return on Equity (ROE), dan Return historis (Ri).
Kriteria-kriteria tersebut dihitung dengan rumus yang telah dibahas pada Bab III
pada penelitian ini. Maka, hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut
42 Tabel 4.1.
43 4.1.2 Menghitung Z-score
Setelah masing-masing kriteria diatas didapatkan, untuk menyaring
perusahaan-perusahaan yang masuk kedalam kandidat portofolio menggunakan
metode Z-score. Rumus untuk mencari Z-score adalah:
�� = (���−�� �)
Dimana:
��= Nilai Z-score kriteria i
��= Nilai perusahaan untuk kriteria i
��= Rata-rata industri kriteria i
��= Deviasi standar kriteria i
Pada perhitungan Z-score ini, rata-rata industri dan deviasi standar industri
yang digunakan adalah rata-rata industri dan deviasi standar dari sampel
penelitian, yaitu industri yang termasuk kedalam saham Blue Chip saja. Dalam
pembentukan portofolio, dilakukan penyaringan perusahaan-perusahaan yang
menurut investor memiliki kriteria yang diinginkan. Maka, sampel perusahaan
yang terdaftar di Blue Chip merupakan perusahaa-perusahaan yang menurut
investor sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Pada penelitian ini diambil
sampel Blue Chip yang memiliki karakteristik yang telah ditentukan dan dinilai
baik dibandingkan perusahaan-perusahaan yang lain untuk memudahkan investor
dalam memilih perusahaan-perusahaannya, dan juga peneliti menerapkan kriteria
yaitu berupa rasio-rasio yang merupakan sebagai ukuran kinerja perusahaan.
44 perusahaan mana sajakah yang dapat dijadikan kandidat dalam pembentukan
portofolio. Maka, digunakanlah metode Z-score, yaitu untuk melihat posisi
masing-masing perusahaan apakah berada diatas rata-rata kriteria atau dibawah
rata-rata kriteria dalam ruang lingkup Blue Chip dengan menggunakan ukuran
perbedaan, yaitu simpangan baku. Maka, hasil dari perhitungan Z-score adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.2.
Z-score Nilai Kriteria Pemilihan Saham Periode 2013
45 Pada tabel diatas, dapat diketahui Z-score masing-masing kriteria dari
perusahaan-perusahaan Blue Chip. Dari hasil Z-score diatas menunjukkan
perbandingan antara perusahaan dengan industrinya. Selain itu juga menunjukkan
probabilitas akana adanya perusahaan dalam industri yang sama memiliki nilai
kriteria yang lebih besar. Misalnya, perusahaan BBCA memiliki nilai Z-score P/E
sebesar 1,46, maka artinya adalah nilai P/E BBCA diperkirakan memiliki standar
deviasi 1,46 kali lebih besar dibandingkan rata-rata P/E untuk industri yang sama.
Atau dengan kata lain, terdapat adanya kemungkinan atau probabilitas sebesar
90,98% untuk menemukan perusahaan dalam sektor industri yang sama memiliki
nilai P/E lebih besar dari BBCA. Probabilitas tersebut dapat dilihat dari tabel
standar normal distribusi (tabel-z).
4.1.3 Menghitung Aggregate Z-score
Setelah didapatkan hasil Z-score dari masing-masing rasio diatas,
selanjutnya adalah membuat ranking Z-score untuk melihat perusahaan yang
mana sajakah yang masuk kedalam kandidat portofolio. Rumus yang digunakan
untuk mencari aggregate Z-score adalah:
Aggregate Z-score = ���/�+��/�−��/�+����+����+���� �
Dimana:
��/�,��/�,��/�,����,����,��� = adalah nilai Z-score masing-
masing kriteria pada perusahaan
46 Maka hasil dari perhitungan Z-score dan ranking dari setiap
perusahaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.3.
Ranking Perusahaan Berdasarkan Z-score Periode 2013
Aggregate Kode Ranking
4.75 UNVR 1
Sumber : Data diolah, Lampiran 3
Dari tabel diatas, dapat dilihat ranking dari 23 perusahaan berdasarkan
hasil Z-score nya. Perusahaan yang masuk kedalam kandidat portofolio adalah
47 kriteria-kriteria perusahaan tersebut berada diatas rata-rata. Semakin tinggi nilai
aggregate Z-score, maka menunjukkan perusahaan tersebut memenuhi kriteria
yang diinginkan. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai Z-score negatif
dikeluarkan dari kandidat portofolio, karena tidak memenuhi kriteria. Perusahaan
yang masuk kedalam kandidat portofolio adalah sebanyak 12 perusahaan, yaitu
UNVR, AALI, MYOR, KLBF, INDF, BBCA, INCO, BBNI, CPIN, BBRI,
AKRA, BMRI. Dari 12 perusahaan ini akan disaring kembali perusahaan yang
mana sajakah yang masuk kedalam portofolio yang optimal.
4.1.4 Mencari Kombinasi Proporsi Dana Portofolio
Selanjutnya adalah mencari berbagai kombinasi proporsi dana portofilo
yang masuk kedalam kandidat portofolio. Berdasarkan dari 12 perusahaan yang
didapatkan dalam pembentukan portofolio akan dicari persentasi kombinasi
proporsi dana untuk penentuan perusahaan yang masuk kedalam portofolio yang
optimal. Dalam mencari proporsi dana, digunakan aplikasi dalam Excel 2007,
yaitu program Excel Solver. Data yang dibutuhkan dalam pembentukan proporsi
dana dengan Excel Solver, yaitu : return harian saham yang masuk kandidat
portofoloio, standar deviasi saham yang masuk kandidat portofolio, rata-rata
return saham yang masuk kandidat portofolio dan BI rate tahun 2013. Hasil
perhitungan standard deviasi dan rata-rata return saham disajikan dalam Tabel 4.4.
Olah data sepenuhnya dilakukan melalui Excel 2007 untuk mempermudah
perhitungan apabila secara manual. Excel 2007 membuat metode ini semakin
48 Tabel 4.4.
Standard Deviasi dan Rata-Rata Return Periode 2013
Perusahaan Std. Deviasi Avg. Return