BAB III METODOLOGI PENELITIAN
D. Metode Analisis Data
3. Uji Kelayakan Data Dengan Uji Asumsi Klasik
a. Multikolinearitas
Menurut Sunyoto (2007:89) uji multikolinearitas adalah uji asumsi klasik yang diterapkan untuk menganalisis regersi berganda yang terdiri dari dua atau lebih variabel bebas (X1, X2, X3, X4,...Xn), dimana akan diukur tingkat sosial (keeratan) hubungan/pengaruh antar variabel bebas tersebut melaluai besaran koefisien korelasi (r). Dikatakan multikolinieritas, jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih besar dari 0,60 (pendapat lain: 0,50 dan 0,90). Dikatakan tidak multikolinieritas jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60 (r ≤ 0,60).
b. Heteroskedastisitas
Menurut Sunyoto (2007:93) uji asumsi klasik Heteroskedastisitas adalah untuk menguji persamaan regresi berganda mengenai sama atau tidak varians dari residual observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika nilai residunya mempunyai varians yang sama disebut terjadi Homoskedastisitas dan jika variansnya tidak sama disebut terjadi Heteroskedastisitas.
c. Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Menurut Ghozali (2002) dalam Ariyanti R (2005:140) menyatakan bahwa model regresi yang baik adalah
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji normalitas data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan anlisis grafik, dengan melihat normal probability plot.
Pada prinsipnya, normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik-titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histrogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusannya adalah jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengkuti arah garis diagonal atau garis histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
4. Pengujian Hiopotesis
a. Analisis Regresi Berganda
Menurut Priyatno (2009:137) bahwa analisis linear berganda digunakan untuk menganalisis hubungan linear antara dua variabel independen atau lebih dengan satu variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini ada empat yaitu; independensi, keahlian profesional, dan pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sistem pengendalian intern. Bentuk umum persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut: Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b₄ X₄... + bk Xk
Karena penulis menggunakan empat variabel independen, maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3X3 + b₄ X₄ +
ε
Dimana:
a = Konstanta (nilai tetap) pada saat nilai variabel bebas X = 0 b1, b2, b3, dan b₄ = Koefisien Regresi
Y = Sistem Pengendalian Intern X1 = Independensi
X2 = Keahlian Profesional X3 = Lingkup Kerja Pemeriksaan
X4 = Pelaksanaan Pekerjaan Pemeriksaan
ε
= The Error Termb. Uji Global/F Tabel
Uji global disebut juga uji signifikansi serentak yang dimaksudkan untuk melihat kemampuan variabel dependen untuk dapat menjelaskan tingkah laku atau keragaman variabel independen. Menurut Suharyadi dan Purwanto (2004:523) menjelaskan bahwa uji global/uji F adalah kemampuan variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara bersama-sama. Tentunya uji ini dilihat berdasarkan nilai signifikansi antara F-hitung dngan F-tabel, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Apabila nilai F-hitung taraf nyatanya > 0.05 dari F-tabel, maka pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnya adalah nyata.
2) Apabila nilai F-hitung taraf nyatanya < 0.05 dari F-tabel, maka pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnya adalah tidak nyata/tidak berpengaruh.
Setelah menghitung nilai F-hitung dan F-tabel, analisis dilanjutkan untuk menentukan daerah keputusan/wilayah hipotesis (Ho dan Ha) dengan membandingkan nilai F-hitung untuk mengetahui apakah menerima Ho atau menerima Ha.
Gambar 3.1
Daerah Keputusan Hipotesis Untuk Uji Glibal/Uji F
Sumber: Suharyadi dan Purwanto (2004:524) c. Uji t (t-student)
Menurut Suharyadi dan Purwanto (2004:525), uji signifikansi parsial atau individual adalah untuk menguji apakah suatu variabel inependen berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen,
Terima Ho
F-tabel
μ
Tolak Ho
maka di lakukan uji t atau t-student. Tentunya uji ini dilihat berdasarkan nilai signifikansi antara t-hitung dngan t-tabel, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Apabila nilai t-hitung taraf nyatanya > 0.05 dari t-tabel, maka pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnya adalah nyata.
2) Apabila nilai t-hitung taraf nyatanya < 0.05 dari t-tabel, maka pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnya adalah tidak nyata/tidak berpengaruh.
Setelah menghitung nilai t-hitung dan t-tabel, analisis dilanjutkan dengan menentukan daerah keputusan/wilayah hipotesis (Ho dan Ha), dengan membandingkan nilai t-hitung untuk mengetahui apakah menerima Ho atau menerima Ha.
Gambar 3.2
Daerah Keputusan Hipotesis Untuk Uji t-student
Sumber: Suharyadi dan Purwanto (2004:526)
Terima Ho
- t tabel
μ
+ t tabelTolak
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Sesuai dengan judul skripsi ”Pengaruh Kualitas Jasa Auditor Internal Terhadap Efektivitas Sistem Pengendalian Intern” maka yang menjadi instrumen dalam operasional variabel penelitian ini ada lima, terdiri dari empat variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independen adalah independensi (X1), keahlian profesional (X2), lingkup kerja pemeriksaan (X3), pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan (X4). Variabel dependen adalah sistem pengendalian intern (Y).
2. Instrumen Penelitian dan Pengukurannya
Dari kelima instrumen yang diteliti, metode pengukuran yang dipakai dalam penelitan ini menggunakan skala ordinal (likert). Menurut Suharyadi dan Purwanto (2003:13) skala ordinal adalah angka yang diberikan dimana angka-angka tersebut mengandung pengertian tingkatan. Sedangkan dalam metode pengukuran sikap, penulis menggunakan skala Guttman dengan bentuk checlist (√ atau X) pada kolom kuesioner yang tersedia.
a. Instrumen Untuk Mengukur Independensi (X1)
Untuk mengukur instrumen independensi, penulis mengacu pada penelitian yang telah dikembangkan oleh Desyanti dan Ratnadi (2007:15) dengan melihat dua karakteristik yaitu;
1) Status ogganisasi: status organisasional departemen pengawas intern (auditor internal) harus cukup memadai untuk memperbolehkan pencapaian atas tanggungjawab auditnya dan
2) Objektivitas: pengawas intern harus objekif dalam melakukan audit. b. Instrumen Untuk Mengukur Keahlian Profesional (X2)
Untuk mengukur instrumen keahlian profesional, penulis mengacu pada penelitian yang telah di kembangkan oleh Desyanti dan Ratnadi (2007:15) dengan melihat empat karakteristik yaitu;
1) Ketaatan terhadap kode etik profesional yang dimiliki oleh auditor internal
2) Pengetahuan, keterampilan, dan disiplin ilmu yang terutama untuk melaksanakan audit internal
3) Hubungan dan komunikasi secara efektif dengan orang-orang, dan 4) Pendidikan lanjutan, auditor harus mengelola kemahiran teknisnya
melaluai pendidikan berkelanjutan.
c. Instrumen Untuk Mengukur Lingkup Kerja Pemeriksaan (X3)
Untuk mengukur instrumen lingkup kerja pemeriksaan penulis mengacu pada keterangan menurut Effendi (2007:7) bahwa ruang lingkup atau cakupan (scope) pekerjaan internal auditor adalah seluas fungsi manajemen, sehingga cakupannya meliputi bidang financial and non finansial.
1) Audit finansial, merupakan jenis audit yang lebih berorientasi pada masalah keuangan yang sasarannya adalah kewajaran atas laporan keuangan yang telah disajikan manajemen.
2) Audit operasional adalah audit manajemen (management audit) atau audit kinerja (performance auditing) yang sasarannya adalah penilaian masalah efesiensi, efektifitas dan ekonomis (3E).
3) Audit ketaatan/kepatuhan (complience audit) adalah suatu audit yang bertujuan untuk menguji apakah pelaksanaan/kegiatan telah sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku yang ditetapkan oleh (a) Instansi Pemerintah atau Badan/Lembaga lain yang terkait, dan (b) kebijakan/sistem dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan (direksi).
4) Audit kecurangan (fraud audit) adalah yang ditujukan untuk mengungkap adanya kasus yang berindikasi korupsi, kolusi, dan nepotisme yang merugikan perusahaan/negara dan hanya menguntungkan pribadi ataupun kelompok (organisasi) atau pihak ketiga.
d. Instrumen Unutuk Mengukur Pelaksanaan Pekerjaan Pemeriksaan (X4) Untuk mengukur instrumen pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan penulis mengacu pada keterangan menurut Nasution (2008:04) bahwa fungsi audit internal secara menyeluruh mengenai pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan audit internal dalam mencapai tujuannya adalah: 1) Membahas dan menilai kebaikan dan ketepatan pelaksanaan
pengendalian akuntansi, keuangan serta operasi.
2) Meyakinkan apakah pelaksanaan sesuai dengan kebijaksanaan, rencana dan prosedur yang ditetapkan.
3) Menyakinkan apakah kekayaan perusahaan/organisasi dipertanggung jawabkan dengan baik dan dijaga dengan aman terhadap segala kemungkinan resiko kerugian.
4) Menyakinkan tingkat kepercayaan akuntansi dan cara lainnya yang dikembangkan dalam organisasi.
5) Menilai kualitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang telah dibebankan.
e. Instrumen Untuk Mengukur Sistem Pengendalian Intern (Y)
Untuk mengukur variabel independen sistem pengendalian intern, penulis mengacu pada keterangan komponen model (framework) dari
Committee of Sponsoring Organization (COSO) dalam Gondodiyoto (2009:154) dengan melihat lima inikator, yaitu:
1) Lingkungan pengendalian terdiri dari filosofi dan gaya kepemimpinan, integritas dan nilai etika manajemen, komitmen pada kompetensi personel, peran direksioi dan dewan komisaris, struktur organisasi, pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab, dan pedoman yang dibuat oleh manajemen bagi personel dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.
2) Penaksiran resiko terdiri dari biaya, dan manfaat.
3) Aktivitas pengendalian terdiri dari aktivitas pengendalian yang ditujukan untuk mendorong akurasi financial reporting, aktivitas pengendalian yang ditujukan untuk mendorong kinerja, dan
aktivitas yang ditujukan untuk mendorong kehandalan information processing.
4) Informasi dan komuunikasi terdiri dari informasi hendaknya terintegrasi dan menjamin kebutuhan terhadap kualitas data, dan kebijakan pimpinnan hurus dikomunikasikan dan disampaikan dengan jelas.
5) Pemantauan terdiri dari pengawasan yang langsung dilakukan pleh pihak yang bersangkutan berdasarkan jenjang hirarki jabatan, dan pengawasan yang dilakuakn oleh fungsi audit.
Untuk lebih jelasnya terangkum pada tabel dibawah ini, yaitu sebagai berikut;
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Insrtrumen Penelitian Variabel Independen
Variabel Dimensi Indikator Skala
IND
E
PENDENS
I (X
1)
Status Organisasi Melaksanakan pekerjaan dengan
kejujuran, ketekunan, dan tanggung jawab Mengikuti perkembangan hukum sesuai dengan profesi
Akses komunikasi langsung kepada pimpinan perusahaan
Tidak pernah terlibat dalam aktivitas yang dapat menurunkan reputasi profesinya Menghormati budaya perusahaan
O R D I N
A L
Objektivitas Tidak melakukan prilaku yang dapat
menyebabkan bias dalam pekerjaan Tidak terlibat dalam aktivitas ilegal didalam perusahaan
Tidak terlibat dalam aktivitas ilegal diluar perusahaan
Bersikap obyektif dan tidak memihak yang akan merugikan perusahaan Berani dalam pengungkapan terhadap sesuatu yang bersifat material
KE AHL IAN PROFES IONAL (X 2) Ketaatan Terhadap Kode Etik Profesional
Berpedoman pada tujuan dan etika organisasi
Berpedoman pada Standard for the Professional Practice of Internal Auditing
O R D I N A L Pengetahuan, Keterampilan, dan Disiplin Ilmu
Memiliki pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan secara formal Berani dalam pengungkapan fakta yang berguna bagi pelaporan
Memiliki pengalaman yang cukup Memiliki kepekaan dalam mendeteksi kekeliruan
Disiplin ilmu dalam melaksanakan pekerjaan
Hubungan dan Komunikasi
Menjaga hubungan secara efektif dengan karyawan dan klien perusahaan
Pendidikan Yang Berkelanjutan
Memiliki pengetahuan yang memadai sesuai pakerjaan dan profesi
Telah melanjutkan atau sedang melanjutkan pendidikan sesuai profesi
Variabel Dimensi Indikator Skala L INGK UP KERJA PE M E RIKS AA N (X 3)
Audit Finansial Penyajian laporan keuangan tahunan disajikan secara wajar dan konsisten Penyajian laporan hasil audit secara singkat dan jelas
O R D I
N A
L
Audit Operasional Membuat program audit
Audit dilakukan dengan pertimbangan efesiensi, efektifitas, dan ekonomis Memiliki kewenangan dalam penyajian saran atau rekomendasi
Menilai tanggapan atas saran atau rekomendasi untuk pekerjaan audit yang berkelanjutan
Audit
Ketaatan/Kepatuhan
(complience audit)
Pelaksanaan audit sesuai dengan kebijakan manajemen perusahaan Pelaksanaan audit berguna bagi pencapaian tujuan perusahaan Audit Kecurangan
(fraud audit)
Ketepatan penyampaian informasi dapat mendukung pekerjaan audit
Pelaksanaan audit dapat mencegahadanya kasus yang berindikasi KKN yang
merugikan perusahaan dan negara negara
PEL AKS AN AA N PEKE RJA AN PEMERIKS AA N (X 4) Penilaian ketepatan Pengendalian dan Operasi
Penilaian ketepatan informasi dalam pelaksanaan pengendalian
Penilaian ketepatan informasi dalam mendukung hasil penugasan
Penilaian analisa dan evaluasi terhadap hasil penugasan O R D I N A L Pelaksanaan Kebijaksanaan, Rencana dan Prosedur
Pelaksanaan pengendalian operasional sesuai dengan kebutuhan perusahaan Pelaksanaan kebijakan sesuai dengan kebutuhan perusahaan
Pertanggungjawaban Terhadap Aset
Menyakinkan aset perusahaan harus dipertanggung jawabkan dengan baik Menyakinkan penggunaan aset sesuai fungsinya
Menyakinkan Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi yang dipakai telah sesuai dengan kebutuhan perusahaan
Pengendalian keuangan sesuai dengan kebutuhan perusahaan
Penilaian Kualitas Pelaksanaan Tugas dan
Tanggung Jawab
Menilai kualitas pelaksanaan tugas seluruh karyawan dan tanggung jawab yang telah dibebankan
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Insrtrumen Penelitian Variabel Dependen
Variabel Dimensi Indikator Skala
SIST
E
M PE
N
G
E
N
D
A
L
IA
N
I
N
T
E
RN
(
Y
)
Lingkungan Pengendalian (control environment)Filosofi dan gaya manajemen Komitmen dan kompetensi personal Struktur organisasi/perusahaan
Pedoman yang dibuat manajemen bagi perusahaan
Peran direksi, dan dewan komisaris Integritas dan nilai etika manajemen Pedoman yang dibuat manajemen bagi personel dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
Pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab O R D I N A L Penilaian Resiko (risk assessment)
Identifikasi dan analisis resiko dari manfaat yang berhubungan dengan tujuan
perusahaan
Identifikasi dan analisis resiko dari biaya yang berhubungan dengan aktivitas kerja Identifikasi dan analisis resiko dari biaya dan manfaat yang berhubungan dengan operasional perusahaan
Identifikasi dan analisis terhadap kebijakan baru yang berhubungan dengan tujuan perusahaan
Aktivitas Pengendalian
(control activities)
Aktivitas pengendalian yang ditujukan untuk mendorong akurasi financial reporting
Pengendalian melalui aktivitas untuk pencegahan kerugian
Aktivitas pengendalian yang ditujukan untuk mendorong kinerja
Informasi dan Komunikasi
(informatioan and communication)
Informasi yang terintegrasi
Menjamin kebutuhan terhadap kualitas data
Kebijakan pimpinan dikomunikasikan dengan jelas
Pemantauan (monitoring)
Pengawasan dilakuakn oleh fungsi audit Pengawasan dilakukan oleh fungsi lain
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa penelitian ini merupakan refleksi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Yadyana (2008:9) terhadap hotel berbintang empat dan lima yang beroperasi di Provinsi Bali, dan penelitian yang dilakukan oleh Desyanti dan Ratnadi (2007:02). Desyanti dan Ratnadi melakukan penelitian pada Bank Perkereditan Rakyat di Kabupaten Bandung, respondennya adalah staf auditor yang pada Bank Perkereditan Rakyat disebut pengawas intern merangkap sebagai kepala bagian. Penulis melakukan penelitian pada satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali disingkat menjadi P3B Jawa Bali.
Setelah pemantapan pilihan tempat penelitian pada PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali, maka penulis menyusun kuesioner berdasarkan penelitian sebelumnya yang dimodifikasi agar sesuai dengan karakteristik responden sehingga dirasa representatif. Responden yang dipilih adalah auditor internal dan pelaksana pengawas sistem pengendalian intern lainnya seperti supervisor, deputy manajer, dan manajer bidang yang ada pada delapan bidang diantaranya; Bidang Perencanaan, Bidang Teknik Penyaluran, Bidang Pengembangan Penyaluran, Bidang Operasi Sistem, Bidang Keuangan, Bidang Umum, Bidang SDM dan Organisasi, dan Auditor Internal.di PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali.
1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. PLN (persero) P3B Jawa Bali yang beralamat di Jl. Ehave 1 Kelurahan Krukut Limo, Depok yang membawahi empat region transmisi transaksi listrik yaitu; region Jakarta dan Banten, region Jawa Barat, region Jawa Tengah dan DIY, dan region Jawa Timur dan Bali. PT. PLN (persero) P3B JB memiliki delapan bidang dalam kegiatan operasionalnya, diantaranya; Bidang Perencanaan, Bidang Teknik Penyaluran, Bidang Pengembangan Penyaluran, Bidang Operasi Sistem, Bidang Keuangan, Bidang Umum, Bidang SDM dan Organisasi, dan Auditor Internal.
Dengan terbitnya Surat Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) Nomor 257.K/010/DIR/2000 tanggal 2 November 2000, tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Bisnis Strategis Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali, maka PT PLN (Persero) P3B JB yang meruipakan unit pusat laba (profit centre) berubah menjadi unit pusat investasi (investment centre) dengan nama Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali (P3B)
Terhitung sejak tanggal 2 November 2000, maka organisasi PT. PLN (Persero) P3B sebagai unit pusat laba (profit centre) berubah status menjadi unit pusat investasi (investment centre). Perubahan status organisasi ini mengharuskan dilakukannya kajian ulang visi dan misi organisasi, rekayasa ulang atas proses bisnis organisasi kearah yang lebih efisien, serta revitalisasi strategi organisasi dalam berbagai aspek. Kajian atas perubahan
organisasi telah melahirkan konstitusi ini, yang disampaikan sebagai acuan seluruh komponen organisasi dalam melakukan proses migrasi.
a. Peran dan Tugas PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali
Peran dan tugas P3B sesuai Keputusan Direksi pembentukannya adalah mengelola operasi Sistem Tenaga Listrik Jawa-Bali, mengelola operasi dan pemeliharaan sistem transmisi tegangan tinggai Jawa Bali, serta mengelola pelaksanaan trsansaksi tenaga listrik antara PLN Pusat selaku Single Buyer dengan Perusahaan Pembangkit dan Unit distribusui di sistem Jawa Bali.
Peran ini selaras dengan peran pada masa datang yang digambarkan pada kebijakan Restrukturisasi Sektor Ketenagalistrikan yang diluncurkan Pemerintah pada 25 Agustus 1998, kecuali bahwa pengelola transmisi juga merupakan Singler Buyer, yang masih berada di PT. PLN (Persero) Kantor Pusat.
b. Tata Nilai Perusahaan dan Philosofi Perusahaan Tata Nilai Organisasi
Tata Nilai Organisasi yang dianut oleh P3B adalah: beretika, saling percaya, peduli, sadar biaya, kerjasama, terbuka, integritas, pembelajar, kesesuaian perkataan dan perbuatan, serta selalu berikhtiar untuk menjadi lebih baik
Filosofi Korporat
1. Komitmen yang tinggi terhadap pencapaian visi, misi, sasaaran dan target kontrak manajemen.
2. Mengandalkan potensi insani perusahaan dalam membangun kredibilitas unit dimata stakeholders.
3. Menyediakan pelayanan sesuai ekspektasi pelanggan dengan kualitas setara kelas dunia dan sikap pelayanan prima.
4. Memiliki tanggung jawab sosial damam menjalankan usaha. c. Visi dan Misi Perusahaan
Visi
Diakui sebagai pengelola transmisi, operasi sistem dan transmisi tenaga listrik dengan kualitas pelayanan setara kelas dunia, yang mamapu memenuhi harapan stakeholders, dan memberikan kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Misi
1) Melakukan usaha transmisi tenaga listrik yang efisien, andal, aman dan ramah lingkungan.
2) Melaksanakan pengelolaan operasi sistem tenaga listrik yang andal, aman, bermutu, dan ekonomis.
3) Malaksanakan pengelolaan transaksi tenaga listrik yang transparan dan kredibel.
4) Melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan sumberdaya manusia (SDM) yang kompeten dan professional.
5) Mengembangkan usaha diluar usaha pokok yang dapat memberikan kontribusi pada perolehan laba usaha.
d. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali
Pada Triwulan IV-Tahun 2009 telah terbit Keputusan Direksi No.259/DIR/2009 tanggal 23 Oktober 2009 Tentang Organisasi PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali sebagai penyempurnaan Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali berdasarkan Surat Keputusan Direksi No.278/DIR/2008 yaitu dengan dileburnya fungsi Unit Jaringan Teknik (UJT) kedalam fungsi Unit Pelayanan Transmisi (UPT) dan Penghapusan Sub Unit Pelaksana TRAGI. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali Kantor Induk
Sumber: Pedoman Pengawasan Intern
PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali Nomor: 030.K/DIR/2005
2. Perkembangan Usaha
a. Tugas Utama Perusahaan
Tugas Utama PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali 1. Mengoperasikan sistem tenaga listrik.
2. Mengoperasikan dan memelihara instalasi sistem transmisi tenaga listrik Jawa Bali.
Bidang Perencan aan Bidang Pengem bangan Penyaluran Bidang Operasi Sistem Bidang Teknik Penyaluran Bidang Keuangan Bidang SDM dan Organisasi Bidang Umum Auditor Internal UPT UPT UPT UPT Region Jateng Dan DIY Region Jawa Timur Dan Bali Region Jawa Barat Region Jakarta dan Banten General Manager
3. Mengelola pelaksanaan jual beli tenaga listrik disisi tegangan tinggi sistem Jawa Bali.
4. Merencanakan pengembangan sistem tenaga listrik Jawa Bali. 5. Membangun kelengkapan instalasi sistem transmisi tenaga listrik
Jawa Bali. b. Bidang Usah Pokok
Bidang usah pokok yang ditangani oleh P3B sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya sebagai pelaksana monopoli transmisi, pengelolaan operasi sistem dan transmisi tenaga listrik adalah:
1. Penyaluaran Tenaga Listrik, termasuk layanan penyambungan ke sistem penyaluran.
2. Perencanaan Sistem Tenaga Listrik yang meliputi manajemen energi dan pengendalian operasi.
3. Operasi Sistem Tenaga Listrik yang meliputi manajemen energi dan pengendalian operasi.
4. Transaksi Tenaga Listrik yang meliputi pengendalian informasi sistem tenaga listrik dan pengelolaan transaksi tenaga listrik.
5. Stelmen transaksi Tenaga Listrik, yaitu perhitungan dan pengelolaan kegiatan transmission charges, system servicencharges, dan transaksi tenaga listrik, termasuk pengelolaan sistem metering. c. Ruang Lingkup Usaha Diluar Usaha Pokok P3B Jawa Bali
Disamping mengelola bidang usaha yang bersifat monopoli, perusahaan memiliki peluang untuk mengembangkan usaha lain diluar
usaha pokok dengan maksud untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan investasi yang telah dilakukan agar dapat memberikan kontribusi kepada laba usaha P3B yang secara tidak langsung pada akhirnya akan dapat memberikan manfaat kepada stakeholders.
Jenis-jenis usaha yang dapat dilakukan antara lain; jasa operasi dan pemeliharaan instalasi listrik, pelaksana pengujian dan komisi organisasi instalasi dan peralatan listrik, konstruksi/instalasi gardu induk dan transmisi, enjiniring instalasi, pelaksana operasi sistem tenaga listrik, konsultasi dan pelatihan, serta penyewaan peralatan dan properti.
3. Audit Internal PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali
Auditor internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan obyektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Auditor internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian dan proses governance.
Dilihat dari dasar hukum bahwa terdapat tingkatan audit menurut Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan PERJAN, PERUM dan PERSERO jo PP No. 28 tahun 1983, pasal 45: ….. pada setiap Badan Usaha Milik Negara dibentuk Satuan Pengawasan Intern yang merupakan aparatur pengawasan intern yang bersangkutan. Tingkatan tersebut antara lain. Badan Pemeriksaan
Keuangan (BPK), Akuntan Publik, Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan Audit Internal (AI).
Sesuai dengan Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) Nomor: 030.K/DIR/2005 Tanggal 02 Februari 2005, perlu adanya audit internal dilingkungan PT PLN P3B Jawa Bali.
a. Peran dan Tugas
Peran dan tugas audit internal
1) Sebagai organ manajemen untuk mengaudit operasional P3B Jawa Bali
a) Bertanggung jawab atas penilaian penerapan kebijakan P3B. b) Memastikan bahwa prosesbisnis serta sistem dan prosedur
yang adda dilaksanakan P3B dan Unit Pelaksana secara konsisten.
c) Menyusun saran-saran untuk tindak lanjut hari pemeriksaan, merekomendasikan dan memfasilitasi penyempurnaan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang merupakan produk P3B dalam rangka mendukung pencapaian sasaran P3B.
2) Sebagai mitra kerja pemeriksa eksternal
Merupakan penghubung dari P3B, dan bertanggung jawab sebagai