• Tidak ada hasil yang ditemukan

GULMA Echinochloa crus-galli

Pendahuluan

Gulma merupakan masalah serius dalam usaha tani padi sawah, banyak faktor yang menentukan tingkat kompetisi antara padi dengan gulma, diantaranya adalah jenis gulma, kerapatan, distribusi dan lama waktu tanaman berkompetisi dengan gulma serta kultur teknis tanaman (Chauhan dan Johnson 2010). Salah satu gulma penting pada pertanaman padi sawah adalah jajagoan (barnyard grass) atau Echinochloa crus-galli. Gulma ini menyebabkan kehilangan hasil gabah mencapai 61% (Saito et al. 2010). Infestasi berat gulma ini pada pertanaman padi tebar benih langsung dapat mengakibatkan kehilangan hasil mencapai 100% (Rao et al. 2007). Selain penurunan kuantitas produksi, gulma dapat menurunkan kualitas benih dan menyebabkan biaya pengendalian yang besar sehingga menurunkan pendapatan petani (Tungate et al. 2007).

Salah satu metode untuk mengendalikan E. crus-galli adalah menggunakan herbisida dan metode ini dinilai cukup efektif, namun seiring dengan kesadaran akan kesehatan dan keamanan lingkungan, penggunaan herbisida ditekan pada kondisi seminimal mungkin. Penggunaan herbisida secara terus-menerus di beberapa negara, diduga telah mengakibatkan evolusi gulma menjadi lebih resisten (Juliano et al. 2010) dan mengakibatkan polusi air permukaan dan bawah tanah (Chauhan et al. 2011).

Padi diketahui merupakan tanaman yang memiliki daya kompetisi rendah terhadap gulma, namun beberapa penelitian memperlihatkan bahwa secara genetik terdapat perbedaan daya kompetisi antar kultivar (Rodenburg et al. 2009; Saito et al. 2010). Kemampuan daya kompetisi tanaman padi terhadap gulma merupakan kombinasi dari toleransi yaitu kemampuan mempertahankan hasil dalam kondisi berkompetisi dan penekanan yaitu kemampuan tanaman padi menekan pertumbuhan dan menghambat pembentukan biji gulma (Zhao et al. 2006).

Pengembangan genotipe padi yang mampu berkompetisi dengan lebih baik terhadap gulma menjadi strategi pengelolaan gulma yang menarik karena dinilai rendah biaya (Chauhan 2012). Hingga saat ini masih jarang penelitian yang mengeksplorasi genotipe-genotipe padi untuk toleransi terhadap kompetisi dengan gulma di Indonesia. Penelitian yang bertujuan untuk memperoleh genotipe padi yang toleran terhadap persaingan dengan gulma E. crus-galli perlu dilakukan. Percobaan pertama dilaksanakan untuk menyeleksi galur-galur harapan padi yang memiliki kemampuan berkompetisi dengan gulma Echinochloa crus-galli.

Bahan dan Metode Waktu dan Tempat

Penelitian telah dilaksanakan di rumah kaca Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian, Cimanggu, Bogor. Penelitian berlangsung pada bulan Desember 2013 hingga Mei 2014.

10

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah 25 genotipe padi terdiri atas varietas peka IR 64, varietas toleran Fatmawati (Guntoro 2012) dan 23 galur harapan (Lampiran 1), benih gulma Echinochloa crus-galli yang dikumpulkan dari persawahan di Bogor, pupuk Urea, SP-36 dan KCl serta insektisida. Peralatan yang digunakan terdiri atas pot kedap air dengan ukuran diameter 35 cm dan tinggi 40 cm, bak semai, kamera digital, neraca, dan oven.

Metode Percobaan

Percobaan dilakukan dengan rancangan petak terbagi (split-plot design) dan diulang sebanyak 4 kali. Percobaan terdiri atas 2 faktor yaitu kompetisi padi dengan gulma dan genotipe padi. Kompetisi padi dengan gulma sebagai petak utama terdiri atas 2 taraf: tanpa gulma (dalam tabel disebut sebagai Kontrol) dan kompetisi antara padi dengan gulma (dalam tabel disebut Bergulma). Rasio antara padi dan gulma adalah 1:4, rasio ini merupakan hasil penelitian menggunakan metode replacement series terhadap varietas padi IR64, hasil penelitian tersebut memperlihatkan penurunan hasil gabah sebesar 48% (Guntoro 2012). Genotipe padi sebagai anak petak terdiri atas 25 taraf (G). Satuan percobaan adalah 1 pot tanaman padi atau 1 padi + 4 gulma E. crus galli. Secara keseluruhan terdapat 200 satuan percobaan. Susunan tanaman padi dan gulma dalam pot disajikan pada Gambar 2.

Model linier dalam percobaan ini adalah sebagai berikut : Yijk = µ + Bk + Pi + δik + Gj + (GP)ij + Σijk

Dengan :

i = 1,2 j = 1,2,3,……..,25 k = 1,2,3,4

Yijk = nilai pengamatan karena pengaruh gulma pada taraf ke-i dan faktor genotipe padi pada taraf ke-j serta pada ulangan ke-k

µ

=

nilai rataan umum

Bk = pengaruh blok atau ulangan ke-k

Pi = pengaruh faktor kompetisi antara padi dengan gulma pada taraf ke-i δik = galat petak utama

Gj = pengaruh faktor genotipe padi pada taraf ke-j

(GP)ij = pengaruh interaksi faktor kompetisi antara padi dengan gulma pada taraf ke-i dan faktor genotipe padi pada taraf ke-j

Σijk = pengaruh galat faktor kompetisi antara padi dengan gulma pada taraf ke-i, dan faktor genotipe padi pada taraf ke-j dan pada kelompok ke-k.

= tanaman padi padi = gulma a

Echinocloa crus - galli Gambar 2 Susunan tanaman padi dan gulma dalam pot

11 Pelaksanaan Percobaan

Sebelum dilakukan penanaman, terlebih dahulu dilakukan penyemaian benih padi dan gulma. Tanah yang digunakan sebagai media persemaian berasal dari lahan BB. Biogen. Tanah yang telah dipisahkan dari kotoran seperti batu dan sisa akar dimasukkan ke bak semai dengan ketinggian 20 cm. Tanah dilumpurkan dengan cara menambahkan air dan diaduk. Masing-masing genotipe padi disemai dalam bak yang terpisah, benih padi disebarkan pada media tanam secara merata. Sebelumnya benih padi direndam dalam air bersih selama 24 jam dan telah ditiriskan selama 24 jam. Satu minggu kemudian dilakukan penyemaian benih gulma dengan cara yang sama seperti penyemaian benih padi, namun sebelumnya benih gulma direndam dahulu selama 4 jam dengan larutan giberelin 500 ppm.

Media tanam yang digunakan pada penanaman padi dalam pot berasal dari tanah yang berada di Cimanggu. Tanah yang telah dibersihkan dari akar tumbuhan dan batu, dimasukkan ke pot yang telah disiapkan seberat 10 kg untuk masing- masing pot. Media tanah dalam pot dilumpurkan dengan cara menambahkan air hingga jenuh sambil diaduk, selanjutnya media tanam digenangi air setinggi 5 cm dari permukaan media. Bibit padi yang telah berumur 21 hari setelah semai dan gulma yang berumur 14 hari setelah semai ditanam dalam pot sesuai dengan perlakuan genotipe padi dan rasio antara padi dengan gulma.

Pupuk diberikan dengan dosis urea 1.25 g pot-1, SP36 0.5 g pot-1 dan KCl 0.5 g pot-1. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanam dengan mengaplikasikan sepertiga bagian urea, seluruh dosis SP36 dan setengah bagian KCl. Sepertiga bagian urea diaplikasikan pada umur 28 hari setelah tanam (HST). Pemupukan terakhir dengan mengaplikasikan sepertiga bagian urea dan setengah bagian KCl pada umur 54 HST. Penyulaman dilakukan terhadap tanaman dan gulma yang mati, dengan cara mengganti tanaman mati dengan bibit yang berumur sama, hal ini dilakukan 1 minggu setelah tanam. Air dipertahankan pada ketinggian 5 cm dari permukaan media, gulma yang tumbuh di dalam pot selain E.crus-galli yang diinfestasikan dibuang secara manual. Panen dilakukan pada tanaman padi ketika 80% bulir padi telah menguning pada masing-masing satuan percobaan. Pengamatan dilakukan terhadap peubah-peubah pertumbuhan vegetatif dan generatif antara lain:

1 Tinggi tanaman (cm), tinggi tanaman yang diamati adalah tanaman tertinggi dalam satu rumpun, diukur mulai dari permukaan tanah hingga ujung daun terpanjang, pengamatan dilakukan menjelang tanaman panen.

2 Jumlah anakan produktif, merupakan jumlah anakan padi dalam 1 rumpun yang menghasilkan malai.

3 Umur berbunga (hari), umur berbunga merupakan jumlah hari yang dihitung sejak dilakukan penyemaian hingga 50% tanaman menghasilkan bunga pada masing-masing satuan percobaan.

4 Umur panen (hari), umur panen merupakan jumlah hari yang dihitung sejak dilakukan penyemaian hingga 80% gabah menguning pada masing-masing satuan percobaan.

5 Panjang malai (cm), diukur mulai dari pangkal malai hingga ujung malai, pengamatan dilakukan terhadap 5 malai contoh dari 1 rumpun tanaman pada masing-masing satuan percobaan.

12

6 Jumlah gabah total per malai (butir), merupakan rata-rata dari semua gabah 5 malai contoh pada rumpun tanaman masing-masing satuan percobaan. 7 Jumlah gabah isi per malai (butir), merupakan rata-rata gabah isi 5 malai

contoh pada rumpun tanaman masing-masing satuan percobaan.

8 Persen gabah isi (%), merupakan persentase gabah isi per malai terhadap jumlah gabah total per malai dari masing-masing satuan percobaan.

9 Jumlah gabah hampa per malai (butir), merupakan rata-rata gabah hampa dari 5 malai contoh pada masing-masing satuan percobaan.

10 Bobot gabah per rumpun (gram), merupakan bobot kering gabah dengan kadar air 14%, berasal dari 1 rumpun tanaman padi pada masing-masing satuan percobaan.

11 Bobot 100 gabah (gram), merupakan bobot 100 butir gabah dari masing-masing satuan percobaan, ditimbang pada kadar air biji 14%.

12 Bobot kering tajuk tanaman (gram), merupakan total bobot bagian atas tanaman hingga batas leher akar, dilakukan dengan memotong bagian atas tanaman sebatas leher akar pada saat panen dari 1 rumpun tanaman pada masing-masing satuan percobaan, kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 72oC selama 96 jam dan ditimbang.

13 Penurunan relatif, penurunan relatif peubah dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:

∆ Y = [(YGR0 - YGR) / YGR0]x100

∆ Y = Penurunan relatif peubah akibat persaingan dengan gulma E. crus- galli YGR0 = Peubah pada pertanaman padi tanpa gulma

YGR = Peubah pada pertanaman padi berkompetisi dengan 4 gulma E. crus- galli per pot

Analisis Data

Data yang diperoleh diolah menggunakan analisis ragam (ANOVA), jika berbeda nyata pada taraf 5% dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) menggunakan software SAS. hubungan antar karakter agronomis dengan produksi padi dilakukan dengan analisis korelasi Pearson menggunakan software Minitab.

Penentuan kriteria toleransi dan ranking galur berdasarkan pada nilai tertinggi korelasi 2 peubah yang diamati terhadap bobot gabah per rumpun. Selanjutnya dihitung rata-rata dan standar deviasi penurunan relatif dari kedua peubah dengan nilai korelasi tertinggi dan bobot kering gabah per rumpun.

Genotipe toleran apabila penurunan relatif jumlah anakan produktif ≤ batas bawah standar deviasinya, bobot kering tajuk per rumpun≤ batas bawah standar deviasinya , bobot gabah per rumpun ≤ batas bawah standar deviasinya. Genotipe peka jika penurunan relatif jumlah anakan produktif ≥ batas atas standar deviasinya, bobot kering tajuk per rumpun≥batas atas standar deviasinya, bobot gabah per rumpun ≥ batas atas standar deviasinya. Genotipe moderat ketika persentase penurunan relatif ketiga peubah di luar kategori tersebut.

Nilai duga heritabilitas (h2BS) dihitung menggunakan rumus heritabilitas dalam arti luas Pendugaan nilai heritabilitas diturunkan dari sidik ragam seperti pada Tabel 1.

13 Tabel 1 Analisis ragam gabungan menggunakan model acak

Sumber keragaman Derajat bebas Kuadrat tengah Kuadrat tengah harapan

Lokasi (L) l-1 - Ulangan/L l(r-1) - Genotipe (G) (g-1) M3 σ2e +rσ2 gl+lrσ2 g G x L (g-1)(l-1) M2 σ2e + rσ2 gl Galat l (r-1)(g-1) M1 σ2 e Keterangan : r = ulangan, l= lokasi, g = genotipe, σ2

g = ragam genotipe, σ2 gl = ragam interaksi, σ2 e = ragam galat Ragam fenotipik (σ2 p), ragam genotipik (σ2 g), ragam interaksi (σ2 gxl) dihitung sebagai berikut: σ2 p = σ2 g+ (σ2 gxl / l) + (σ2 e / rl) σ2 g = (M3 – M2)/rl σ2 gxl = (M2 – M1) /r σ2 e = M1 nilai duga heritabilitas dan kriterianya dihitung dengan menggunakan rumus :

h2BS = x 100% Kriteria nilai heritabilitas :

h2 > 0.5: heritabilitas tinggi

h2 terletak antara 0.2 – 0.5: heritabilitas sedang h2 < 0.2 : heritabilitas rendah (Stanfield 1983)

Hasil dan Pembahasan Tinggi Tanaman Padi

Peubah tinggi tanaman dipengaruhi oleh faktor gulma, genotipe padi dan interaksi perlakuan gulma x genotipe padi (Lampiran 2). Varietas Fatmawati pada kondisi tanpa gulma merupakan tanaman tertinggi dibandingkan genotipe lainnya, disusul IR85640-114-2-1-3 dan IR10L-139, tinggi tanaman terendah ditemukan pada genotipe KP1-3-1-2 dan IR78119-24-1-2-2-2. Kondisi bersaing dengan 4 rumpun gulma E. crus-galli per pot menjadikan genotipe IR85640-114-2-1-3 memiliki tinggi tanaman tertinggi dibandingkan dengan genotipe lain, diikuti oleh genotipe BIO-R100 sedangkan tinggi tanaman terendah ditunjukkan oleh genotipe KP1-3-1-2 dan KP4-42-2-1. Penurunan relatif terkecil ditunjukkan oleh BIO-R84-1 dan BIO-R100, sedangkan genotipe yang mengalami penurunan terbesar adalah KP4-42-2-3 dan KP4-42-2-1 (Tabel 2).

Penurunan ini diduga sebagai akibat persaingan tanaman dengan 4 rumpun gulma E. crus-galli per pot dalam memperebutkan hara yang terbatas. Semua genotipe cenderung mengalami penurunan tinggi tanaman. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian lapang Guntoro et al. (2009) yang menunjukkan bahwa populasi gulma tidak mengakibatkan penurunan tinggi tanaman, namun hasil penelitian ini sejalan dengan laporan Mennan et al. (2012) yang menyatakan bahwa kerapatan gulma E. crus-galli di percobaan lapangan secara nyata menurunkan tinggi tanaman padi.

Estorninos et al. (2002); Usman et al. (2013) pada penelitiannya masing-masing memperoleh hasil yang menyebutkan bahwa tanaman dengan postur lebih

14

rendah, lebih kecil mengalami pengurangan tinggi tanaman. Di sisi lain Drews et al. (2009); Aminpanah dan Javadi (2011) mendapatkan hasil sebaliknya, dimana tanaman dengan postur lebih tinggi mengalami pengurangan tinggi tanaman lebih kecil.

Jumlah Anakan Produktif

Jumlah anakan produktif dipengaruhi secara nyata oleh faktor perlakuan gulma, genotipe padi, dan interaksi antara perlakuan gulma dengan genotipe padi (Lampiran 2). Genotipe-genotipe padi yang ditanam pada kondisi tanpa gulma memiliki jumlah anakan produktif lebih banyak dibandingkan yang ditanam pada kondisi bersaing dengan gulma (Tabel 3). Genotipe yang memiliki jumlah anakan produktif terbanyak pada kondisi tanpa gulma berturut-turut adalah IR10L-152 Tabel 2 Interaksi faktor perlakuan gulma E. crus-galli dengan genotipe padi

terhadap tinggi tanaman

No Genotipe Tinggi tanaman (cm) Penurunan

relatif (%) Kontrol Bergulma 1 KP1-3-1-2 113.8 jA 98.4 ijB 14 2 KP4-42-2-1 125.3 f-iA 96.0 jB 23 3 KP4-42-2-3 129.3 d-hA 100.8 g-jB 22 4 KP4-43-1-2 126.8 e-iA 110.8 e-hA 13 5 IR78119-24-1-2-2-2 117.0 ijA 100.5 hijB 14 6 IR80376-12-2-3-3 138.5 bcdA 112.3 e-hA 19 7 IR81493-B-B-B-6-B-2-1-2 120.8 g-jA 107.8 f-jA 11 8 IR82806-98-3-2-2-2-1 126.8 e-iA 108.8 f-iB 14 9 IR83821-16-2-3-2 121.6 g-jA 107.3 f-jB 12 10 IR83821-99-2-2-2 127.5 d-iA 112.8 efgA 12 11 IR83840-90-3-2-1 130.8 d-hA 112.5 e-hB 14 12 IR84778-53-1-2-2-1 131.9 d-gA 118.3 b-fA 10 13 IR85627-46-1-2-3 133.3 defA 107.8 f-iB 19

14 IR85640-114-2-1-3 145.5 bA 133.5 aB 8 15 IR10L-130 128.5 d-hA 118.5 b-fA 8 16 IR10L-133 130.5 d-hA 114.8 defB 12 17 IR10L-135 135.0 c-fA 115.8 c-fB 14 18 IR10L-139 145.0 bcA 122.5 a-eB 16 19 IR10L-152 131.8 d-gA 116.8 c-fB 11

20 IR10L-155 137.8 b-eA 125.3 a-dA 9

21 BIO-R68 131.5 d-gA 111.3 e-hB 15 22 BIO-R84-1 123.8 f-jA 122.5 a-eA 1 23 BIO-R100 133.5 defA 129.3 abA 3 24 IR 64 119.8 hijA 110.5 e-hA 8 25 Fatmawati 157.3 aA 127.3 abcB 19 Rata-rata 130.5 114 12.8 Koefisien keragaman 5.64

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf kecil sama pada kolom yang sama dan angka pada baris sama yang diikuti oleh huruf kapital sama tidak berbeda nyata menurut uji

15 dan IR83821-16-2-3-2. Genotipe dengan jumlah anakan produktif paling sedikit adalah BIO-R68 dan BIO-R100.

Genotipe yang mempunyai jumlah anakan produktif terbanyak pada kondisi bersaing dengan 4 rumpun gulma E. crus-galli per pot adalah IR10L-152 dan IR10L-133. Genotipe yang menunjukkan jumlah anakan produktif paling sedikit pada kondisi ini adalah BIO-R100 dan Fatmawati.

Penurunan relatif jumlah anakan produktif paling besar ditunjukkan oleh IR84778-53-1-2-2-1 dan IR80376-12-2-3-3. Genotipe yang mengalami penurunan relatif jumlah anakan produktif terkecil adalah IR10L-133 dan BIO-R84-1. Penurunan jumlah anakan produktif diduga sebagai akibat persaingan memperebutkan nutrisi (terutama P). Guntoro et al. (2009) mengemukakan, kekurangan hara P pada padi mengakibatkan terhambatnya pembentukan jumlah anakan. Selain itu diduga pula alelopati dari gulma turut menghambat, seperti yang dijelaskan Gu et al. (2008) dalam laporannya, bahwa senyawa

p-Tabel 3 Interaksi faktor perlakuan gulma E. crus-galli dengan genotipe padi terhadap jumlah anakan produktif

No

Genotipe

Jumlah anakan produktif (anakan) Penurunan Kontrol Bergulma relatif (%)

1 KP1-3-1-2 9.3fghA 3.5efB 62

2 KP4-42-2-1 10.3e-hA 4.0c-fB 61

3 KP4-42-2-3 9.3fghA 3.8defB 59

4 KP4-43-1-2 11.8b-gA 3.8defB 68

5 IR78119-24-1-2-2-2 11.3c-gA 3.3fB 71 6 IR80376-12-2-3-3 13.3a-deA 3.8defB 72 7 IR81493-B-B-B-6-B-2-1-2 12.8a-eA 4.5c-fB 65 8 IR82806-98-3-2-2-2-1 14.5bA 4.5c-fB 69 9 IR83821-16-2-3-2 15.0abA 4.8b-fB 68 10 IR83821-99-2-2-2 12.5b-eA 4.8b-fB 62 11 IR83840-90-3-2-1 13.5a-dA 5.0b-fB 63 12 IR84778-53-1-2-2-1 14.0a-dA 3.8defB 73 13 IR85627-46-1-2-3 14.0a-dA 4.5c-fB 68 14 IR85640-114-2-1-3 12.0b-fA 6.0abcB 50 15 IR10L-130 12.5b-eA 4.8b-fB 62 16 IR10L-133 13.0a-eA 6.8abB 48 17 IR10L-135 11.0d-hA 5.0b-fB 55 18 IR10L-139 13.3a-eA 4.3c-fB 68 19 IR10L-152 15.8aA 7.8aB 51 20 IR10L-155 11.8b-gA 5.5b-eB 53 21 BIO-R68 8.0hA 4.0c-fB 50 22 BIO-R84-1 8.8hA 4.5c-fA 49 23 BIO-R100 8.0hA 3.3fB 59 24 IR 64 14.0a-dA 5.8bcdB 59 25 Fatmawati 9.0fghA 3.3fB 63 Rata-rata 11.9 4.6 61.3 Koefisien keragaman 19.4

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf kecil sama pada kolom yang sama dan angka pada baris sama yang diikuti oleh huruf kapital sama tidak berbeda nyata menurut uji

16

hidroxymandelic acid (eksudat akar E. crus-galli) menghambat perkecambahan dan pertumbuhan bibit padi.

Umur Berbunga

Hasil sidik ragam memperlihatkan bahwa umur berbunga dipengaruhi oleh faktor perlakuan gulma dan genotipe padi sedangkan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata (Lampiran 2). Terdapat perbedaan umur berbunga antar genotipe yang ditanam.

Berdasarkan rata-rata perlakuan, genotipe IR81493-B-B-B-6-B-2-1-2, IR84778-53-1-2-2-1 merupakan genotipe yang memiliki umur berbunga paling Tabel 4 Pengaruh faktor perlakuan gulma E. crus-galli dan genotipe padi terhadap

umur berbunga

No Perlakuan Umur berbunga (hari)

Gulma 1 Kontrol 85.9 a 2 Bergulma 83.1 b Genotipe 1 KP1-3-1-2 83.8 bcdef 2 KP4-42-2-1 85.9 abcde 3 KP4-42-2-3 85.4 abcde 4 KP4-43-1-2 80.4 defgh 5 IR83821-16-2-3-2 87.4 abc 6 IR83821-99-2-2-2 83.3 cdefg 7 IR81493-B-B-B-6-B-2-1-2 91 a 8 IR82806-98-3-2-2-2-1 88.4 abc 9 IR83840-90-3-2-1 88.1 abc 10 IR85640-114-2-1-3 86.8 abcd 11 IR84778-53-1-2-2-1 90 ab 12 IR85627-46-1-2-3 88.4 abc 13 IR80376-12-2-3-3 87.1 abc 14 IR78119-24-1-2-2-2 89.4 abc 15 IR10L-130 84.1 abcd 16 IR10L-133 76.8 gh 17 IR10L-135 87.4 abc 18 IR10L-139 83.6 cdefg 19 IR10L-152 85.4 abcde 20 IR10L-155 77 fgh 21 BIO-R68 80.4 defgh 22 BIO-R84-1 74.9 h 23 BIO-R100 79.6 efgh 24 IR 64 83.4 cdefg 25 Fatmawati 85.6 abcde Koefisien keragaman 3.04

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf kecil sama pada faktor perlakuan yang sama tidak

17 lama dan tidak berbeda nyata dengan beberapa genotipe lainnya. Genotipe BIO-R84-1, IR10L-133 dan IR10L-155 memiliki umur berbunga paling singkat dengan jumlah hari untuk berbunga berkisar antara 74.0 – 77.0 hari setelah semai (Tabel 4).

Rata-rata umur berbunga genotipe yang ditanam pada kondisi tanpa gulma lebih panjang dibandingkan yang ditanam pada kondisi bersaing dengan gulma, umur berbunga menjadi lebih singkat 2.8 hari. Percepatan umur berbunga pada genotipe yang ditanam pada kondisi bersaing dengan gulma merupakan mekanisme escape yang dilakukan genotipe dalam upaya menyelesaikan siklus hidupnya sebagai akibat cekaman yang terjadi. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Toure et al. (2011) yang mendapatkan kultivar NERICA yang ditanam bersaing dengan gulma pada lahan kering tidak mengalami perubahan dalam umur berbunga.

Umur Panen

Tabel 5 Interaksi faktor perlakuan gulma E. crus-galli dengan genotipe padi terhadap umur panen

No Genotipe Umur panen (hari) Penurunan

relatif (%) Kontrol Bergulma 1 KP1-3-1-2 118.3abcA 112.0efA 5 2 KP4-42-2-1 122.5abA 112.0efB 9 3 KP4-42-2-3 122.0abA 113.5defB 7 4 KP4-43-1-2 117.8abcA 110.5fB 6 5 IR78119-24-1-2-2-2 123.0aA 117.0abcdA 5 6 IR80376-12-2-3-3 123.0aA 112.5defgB 9 7 IR81493-B-B-B-6-B-2-1-2 123.0aA 117.8abcB 4 8 IR82806-98-3-2-2-2-1 122.5abA 110.0fgB 10 9 IR83821-16-2-3-2 123.0aA 117.0abcdA 5 10 IR83821-99-2-2-2 121.0abA 112.0efgB 7 11 IR83840-90-3-2-1 122.5abA 120.5aB 2 12 IR84778-53-1-2-2-1 119.8abA 111.5efgB 7 13 IR85627-46-1-2-3 120.3abA 113.8cdefA 5 14 IR85640-114-2-1-3 118.5abcA 118.8abA 0 15 IR10L-130 118.3abcA 110.0fgB 7 16 IR10L-133 108.0dA 108.0gA 0 17 IR10L-135 118.8abA 113.8cdefA 4 18 IR10L-139 118.8abA 110.0fgB 7 19 IR10L-152 120.5abA 111.5efgB 8 20 IR10L-155 113.3cA 109.0fgA 4 21 BIO-R68 120.0abA 113.3cdefB 6 22 BIO-R84-1 117.0bcA 110.5fgA 6 23 BIO-R100 119.3abA 110.5fgA 7 24 IR 64 117.0bcA 110.0fgA 6 25 Fatmawati 121.5abA 115.5bcdeB 5 Rata-rata 119.6 112.8 5.6 Koefisien keragaman 2.67

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf kecil sama pada kolom yang sama dan angka pada baris sama yang diikuti oleh huruf kapital sama tidak berbeda nyata menurut uji

18

Umur panen tanaman padi dipengaruhi oleh faktor gulma, genotipe padi dan interaksi antara perlakuan gulma dengan genotipe padi (Lampiran 2). Genotipe yang ditanam pada kondisi tanpa gulma memiliki umur panen yang lebih panjang dibandingkan genotipe yang ditanam pada kondisi bersaing dengan 4 rumpun gulma E. crus-galli per pot dengan kisaran 108-123 hari setelah semai. Umur panen padi pada kondisi bersaing dengan 4 rumpun gulma E. crus-galli per pot berkisar antara 108.0 hingga 120.5 hari (Tabel 5).

Genotipe IR83821-16-2-3-2, IR81493-B-B-B-6-B-2-1-2, IR80376-12-2-3-3 dan IR78119-24-1-2-2-2 merupakan genotipe yang memiliki umur panen terpanjang dibandingkan dengan genotipe lainnya. IR10L-133 merupakan genotipe dengan umur panen paling singkat, diikuti oleh genotipe IR10L-155. Kondisi bersaing dengan gulma, menempatkan IR83840-90-3-2-1 menjadi genotipe yang memiliki siklus hidup paling panjang dibandingkan dengan genotipe lainnya, sedangkan IR10L-133 merupakan genotipe yang memiliki siklus hidup paling singkat. Penurunan relatif umur panen genotipe berkisar antara 0% (IR85640-114-2-1-3 dan IR10L-133) hingga 10% (IR82806-98-3-2-2-2-1).

Percepatan umur panen beberapa genotipe padi sawah akibat persaingan dengan 4 rumpun gulma jajagoan per pot diduga sebagai mekanisme adaptasi untuk melengkapi siklus hidup dalam kondisi tercekam. Persaingan di atas tanah dalam memperebutkan sinar matahari dan persaingan bawah tanah dalam memperebutkan hara tanah menjadi penyebab utama mekanisme tersebut. Hal serupa telah dikemukakan oleh Caton et al. (2003) bahwa padi melakukan adaptasi terhadap persaingan gulma dalam memperoleh sumber hara yang terbatas dengan cara mempersingkat umur panen.

Panjang Malai

Panjang malai dipengaruhi oleh faktor gulma, genotipe padi dan interaksi antara perlakuan gulma dengan genotipe padi (Lampiran 2). Genotipe padi yang ditanam pada kondisi tanpa gulma (kontrol) memiliki panjang malai yang lebih panjang dibandingkan genotipe yang ditanam pada kondisi bersaing dengan 4 rumpun gulma E. crus-galli per pot dengan kisaran 21.1 cm hingga 31.1 cm. Panjang malai pada kondisi bersaing dengan 4 rumpun gulma E. crus-galli per pot berkisar antara 18.0 hingga 26.6 cm (Tabel 6).

Fatmawati dan IR85640-114-2-1-3 merupakan genotipe yang memiliki panjang malai terpanjang dibandingkan dengan genotipe lainnya. IR10L-152 dan IR83821-16-2-3-2 merupakan 2 genotipe yang secara berurutan memiliki panjang malai paling pendek. Kondisi bersaing dengan gulma, menempatkan BIO-R100 dan BIO-R84-1 menjadi genotipe yang memiliki panjang malai paling panjang dan tidak berbeda nyata dengan genotipe IR85640-114-2-1-3 dan Fatmawati, sedangkan IR10L-152 dan IR83821-16-2-3-2 merupakan genotipe yang memiliki panjang malai paling pendek.

Pengecualian terhadap genotipe BIO-R84-1 dan BIO-R100 yang mengalami peningkatan panjang malai, penurunan relatif panjang malai akibat persaingan dengan gulma masing-masing genotipe berkisar antara 1% hingga 20%. IR10L-155 merupakan genotipe yang mengalami penurunan relatif panjang malai terkecil 1% dan genotipe yang mengalami penurunan relatif panjang malai terbesar adalah Fatmawati 20%.

19 Penurunan relatif panjang malai diduga sebagai akibat dari terhambatnya tanaman padi dalam penyerapan hara nitrogen karena persaingan dengan 4 rumpun gulma E. crus-galli per pot. Nitrogen berperan dalam meningkatkan hasil gabah pada pertanaman padi sawah melalui peningkatan produksi bahan kering total, jumlah malai per rumpun dan panjang malai tanaman (Wei et al. 2011). Peneliti lain, Yoseftabar (2013) juga mengemukakan bahwa panjang malai, jumlah malai per rumpun dan jumlah gabah isi per malai sangat dipengaruhi oleh ketersediaan nitrogen selama masa pertumbuhan tanaman padi sawah. Hasil berbeda dikemukakan oleh Guntoro et al. (2009) yang melakukan penelitian tentang pengaruh kerapatan gulma terhadap beberapa varietas padi sawah, dikemukakan bahwa kerapatan gulma E. crus-galli tidak mempengaruhi karakter panjang malai genotipe yang diuji.

Jumlah Gabah Total per Malai

Tabel 6 Interaksi faktor perlakuan gulma E. crus-galli dengan genotipe padi terhadap panjang malai

No

Genotipe

Panjang malai (cm) Penurunan relatif (%) Kontrol Bergulma 1 KP1-3-1-2 22.1 hijA 20.7 efgA 6 2 KP4-42-2-1 24.6 cdefA 21.6 defB 12 3 KP4-42-2-3 25.3 cdeA 20.5 fgB 19 4 KP4-43-1-2 23.2 defghiA 20.7 efgB 11

5 IR78119-24-1-2-2-2 24.6 cdefA 21.8 defA 11

6 IR80376-12-2-3-3 25.9 cA 21.7 defB 16

7 IR81493-B-B-B-6-B-2-1-2 22.4 ghijA 21.1 efA 6 8 IR82806-98-3-2-2-2-1 24.5 cdefgA 20.9 efB 14

9 IR83821-16-2-3-2 21.7 ijA 18.3 hA 16

10 IR83821-99-2-2-2 23.2 efghijA 21.4 defB 8

11 IR83840-90-3-2-1 25.5 cdA 21.3 efB 17

12 IR84778-53-1-2-2-1 26 cA 23.4 bcdA 10

13 IR85627-46-1-2-3 25 cdeA 21.6 defA 14

14 IR85640-114-2-1-3 28.2 bA 25.2 abB 11

15 IR10L-130 23.3 defghiA 21 efB 10

16 IR10L-133 24.7 cdefA 21.4 defB 13

17 IR10L-135 22.7 fghijA 18.9 ghA 17

18 IR10L-139 24.4 cdefgA 21.5 defB 12

19 IR10L-152 21.1 jA 18 hB 14

20 IR10L-155 24.3 cdefgA 24 bcA 1

21 BIO-R68 25.3 cdeA 22.6 cdeA 11

22 BIO-R84-1 24.9 cdefA 26.5 aA (6) 23 BIO-R100 26.3 cA 26.6 aA (1) 24 IR 64 24.2 cdefghA 22.5 cdefA 7 25 Fatmawati 31.1 aA 25 abB 20 Rata-rata 24.6 21.9 10.7

Dokumen terkait