• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data

C. Pengujian Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas

2. Uji Lanjut Anava

Uji lanjut anava (komparasi ganda) digunakan sebagai tindak lanjut dari analisis variansi. Anava hanya dapat mengetahui ditolak atau diterimanya hipotesis nol. Hal ini berarti, jika hipotesis nol ditolak, maka belum dapat diketahui rerata mana yang berbeda. Karena jika hipotesis nol ditolak, maka diperoleh kesimpulan bahwa paling sedikit terdapat satu rerata yang berbeda dengan rerata lainnya. Tujuan uji lanjut anava ini untuk mengetahui lebih lanjut rerata yang berbeda dan yang sama. Uji lanjut anava pada penelitian ini menggunakan metode komparasi ganda (metode Scheffe). Berikut ini Tabel rangkuman komparasi ganda.

commit to user

Tabel 4.8. Rangkuman Komparasi Rerata Pasca Analisis Variansi Komparasi

Ganda

Rerata Statistik Uji

 

) n 1 n 1 ( Rk X X F j i G j i ij    Harga Kritik P i X X j 2,18 2,08 4,55 3.99 > 0,05 2,08 1,90 23,97 3.99 > 0,05 4,73 3,99 28,00 3.99 > 0,05 4,73 4,84 10,44 3.99 > 0,05 4,73 3,63 24,32 3.99 > 0,05 3,99 4,84 3,58 3.99 < 0,05 3,99 3,63 0,26 3.99 < 0,05 4,84 3,63 2,11 3.99 < 0,05

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 39. a. Komparansi Rerata Antar Baris

FA = 4,55 > F0.05; 1.64 = 3.99, maka H0 ditolak. Hal ini menunjukkan ada perbedaan rerata antar baris yang signifikan antara baris A1 (penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw) dan baris A2 (penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD) terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pokok bahasan Kalor. Rerata kemampuan kognitif Fisika siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah XA1 = 2,18 dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD XA2 = 2,08. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan pengaruh lebih baik terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

b. Komparansi Rerata Antar Kolom

FB = 23,97 > F0.05; 1.64 = 3.99, maka H0 ditolak. Hal ini menunjukkan ada perbedaan rerata antar kolom yang signifikan antara kolom B1 (aktivitas belajar

A2B2 1 A2B A2B2 2 A1B A2B1 2 A1B A2B2 1 A1B A2B1 1 A1B A1B2 1 A1B B2 1 B A2 1 A

μ

vs

μ

μ

vs

μ

μ

vs

μ

μ

vs

μ

μ

vs

μ

μ

vs

μ

μ

vs

μ

μ

vs

μ

commit to user

siswa kategori tinggi) dan kolom B2 (aktivitas belajar siswa kategori rendah) terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Kalor. Rerata kemampuan kognitif Fisika siswa yang mempunyai aktivitas belajar kategori tinggi adalah XB1 = 2,08 dan siswa yang mempunyai aktivitas belajar kategori rendah adalah XB2 = 1,90. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa yang mempunyai aktivitas belajar kategori tinggi memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap kemampuan kognitif Fisika dari pada siswa yang mempunyai aktivitasi belajar kategori rendah.

c. Komparasi Rerata Antar Sel

1) FA1B1-A1B2 = 28,00 > F0.05; 1.64 = 3.99 maka Ho ditolak.

Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan rerata yang signifikan antara kolom A1B1 (penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan aktivitas belajar siswa kategori tinggi) dan kolom A1B2 (penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan aktivitas belajar siswa kategori rendah).

Rerata kemampuan kognitif Fisika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan aktivitas belajar siswa kategori tinggi

4,73

XA1B1  , sedangkan rerata kemampuan kognitif Fisika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan aktivitas belajar siswa kategori rendah XA1B2 3,99. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan aktivitas belajar siswa kategori tinggi memberikan pengaruh lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan aktivitas belajar siswa kategori rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Kalor. 2) FA1B1-A2B1 = 10,44 > F0.05; 1.64 = 3.99 maka Ho ditolak.

Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan rerata yang signifikan antara kolom A1B1 (penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan aktivitas belajar siswa kategori tinggi) dan kolom A2B1 (penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan aktivitas belajar siswa kategori tinggi).

commit to user

Rerata kemampuan kognitif Fisika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan aktivitas belajar siswa kategori tinggi

4,73

XA1B1  , sedangkan rerata kemampuan kognitif Fisika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan aktivitas belajar siswa kategori tinggi XA2B1 4,84. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan aktivitas belajar siswa kategori tinggi memberikan pengaruh lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan aktivitas belajar siswa kategori tinggi terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Kalor. 3) FA1B1-A2B2 = 31,78 > F0.05; 1.64 = 3.99 maka Ho ditolak.

Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan rerata yang signifikan antara kolom A1B1 (penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan aktivitas belajar siswa kategori tinggi) dan kolom A2B2 (penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan aktivitas belajar siswa kategori rendah).

Rerata kemampuan kognitif Fisika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan aktivitas belajar siswa kategori tinggi

29 , 74

XA1B1  , sedangkan rerata kemampuan kognitif Fisika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan aktivitas belajar siswa kategori rendah XA2B2 3,63. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan aktivitas belajar siswa kategori tinggi memberikan pengaruh lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan aktivitas belajar siswa kategori rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Kalor. 4) FA1B2-A2B1 = 3,58 < F0.05; 1.64 = 3.99 maka Ho diterima.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rerata yang signifikan antara kolom A1B2 (penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan aktivitas belajar siswa kategori rendah) dan kolom A2B1 (penggunaan

commit to user

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan aktivitas belajar siswa kategori tinggi).

Rerata kemampuan kognitif Fisika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan aktivitas belajar siswa kategori rendah XA1B2 3,99, sedangkan rerata kemampuan kognitif Fisika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan aktivitas belajar siswa kategori tinggi XA2B1 4,84. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan aktivitas belajar siswa kategori rendah memberikan pengaruh tidak lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan aktivitas belajar siswa kategori tinggi terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Kalor.

5) FA1B2-A2B2 = 0,25 < F0.05; 1.64 = 3.99 maka Ho diterima.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rerata yang signifikan antara kolom A1B2 (penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan aktivitas belajar siswa kategori rendah) dan kolom A2B2 (penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan aktivitas belajar siswa kategori rendah).

Rerata kemampuan kognitif Fisika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan aktivitas belajar siswa kategori rendah XA1B2 3,99, sedangkan rerata kemampuan kognitif Fisika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan aktivitas belajar siswa kategori rendah XA2B2 3,63. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan aktivitas belajar siswa kategori rendah memberikan pengaruh tidak lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan aktivitas belajar siswa kategori rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Kalor.

commit to user

Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rerata yang signifikan antara kolom A2B1 (penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan aktivitas belajar siswa kategori tinggi) dan kolom A2B2 (penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan aktivitas belajar siswa kategori rendah).

Rerata kemampuan kognitif Fisika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan aktivitas belajar siswa kategori tinggi

4,84

XA2B1  , sedangkan rerata kemampuan kognitif Fisika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan aktivitas belajar siswa kategori rendah XA2B2 3,63. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan aktivitas belajar siswa kategori tinggi memberikan pengaruh tidak lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan aktivitas belajar siswa kategori rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Kalor.

E. Pembahasan Hasil Analisis Data

Dokumen terkait