• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelas VIII SMP Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018 Dengan KKM 75

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Uji Analisis Data Posttest

3. Uji Lanjut Anava

Setelah dalam keputusan uji H0 ditolak, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir reflektif matematis peserta didik yang diberi strategi pembelajaran cubes dan strategi pembelajaran star serta strategi pembelajaran langsung (Direct Instruction).

7Budiyono, Statistik Untuk Penelitian (Surakarta: Sebelas Maret University Press, 2015), h. 195-200.

Berikut Tabel 4.8 yang menunjukkan tentang rerata masing-masing sel yang akan digunakan pada uji lanjut anava:

Tabel 4.8

Rerataan Masing-Masing Sel Strategi Pembelajaran Rata-rata nilai

Cubes Star

Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

81,00 77,10 61,09

Selanjutnya dilakukan uji komparansi ganda (uji lanjut) dengan metode Scheffe’. Metode Scheffe’ digunakan dalam penelitian ini guna mengetahui pengaruh metode mana yang lebih signifikan terhadap kemampuan berpikir reflektif matematis peserta didik. Berikut adalah hasil dari perhitungan uji komparansi ganda (uji lanjut) dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9

Rekapitulasi Uji Lanjut Anava8

Komparasi Keputusan 1,798441587 0,05 H0 diterima 48,97633382 H0 ditolak 33,5108116 H0 ditolak

Sumber: pengolahan data pada (lampiran 29, 30, 31)

Berdasarkan tabel di atas dengan membandingkan dengan tampak bahwa perbedaan yang signifikan yaitu antara dan , dan serta

dan . perhitungan lebih jelas dapat di lihat pada lampiran 29, 30, 31 jadi dapat disimpulkan bahwa:

1) Pada H0 diterima berarti tidak terdapat perbedaan penerapan strategi pembelajaran cubes dan strategi pembelajaran star terhadap kemampuan berpikir reflektif matematis peserta didik. Dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran cubes memberikan kemampuan berpikir reflektif matematis yang sama dengan strategi pembelajaran star.

2) Pada H0 3 ditolak, berarti terdapat perbedaan kemampuan berpikir reflektif matematis pada materi bangun ruang sisi datar antara peserta didik yang mendapat strategi pembelajaran cubes dan strategi pembelajaran langsung (Direct Instruction). Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai kemampuan berpikir reflektif matematis peserta didik yang mendapat strategi pembelajaran cubes yakni 81,00 lebih besar dibandingkan dengan rata-rata kemampuan berpikir reflektif matematis peserta didik yang mendapat strategi pembelajaran langsung (Direct Instruction), yakni 61,09. Dengan demikian, diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan berpikir reflektif matematis peserta didik yang mendapat strategi pembelajaran cubes lebih baik dibandingkan kemampuan berpikir reflektif matematis peserta didik yang mendapat strategi pembelajaran langsung (Direct Instruction).

3) Pada H0 ditolak, berarti terdapat perbedaan kemampuan berpikir reflektif matematis pada materi bangun ruang sisi datar antara peserta didik yang mendapat startegi pembelajaran star dan strategi pembelajaran langsung (Direct Instruction). Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai

kemampuan berpikir reflektif matematis peserta didik yang mendapat startegi pembelajaran star, yakni 77,10 lebih besar dibandingkan rata-rata kemampuan berpikir reflektif matematis peserta didik yang mendapat strategi pembelajaran langsung (Direct Instruction), yakni 61,09. Dengan demikian, diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan berpikir reflektif matematis peserta didik yang mendapat startegi pembelajaran star lebih baik dibandingkan kemampuan berpikir reflektif matematis peserta didik yang mendapat strategi pembelajaran langsung (Direct Instruction).

C. Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bandar Lampung pada peserta didik kelas VIII 8 sebagai kelas eksperimen2, peserta didik kelas VIII 9 sebagai kelas eksperimen1 dan kelas VIII 10 sebagai kelas kontrol. Proses pembelajaran di kelas eksperimen1 menggunakan strategi cubes, sedangkan kelas eksperimen2 menggunakan strategi star, dan kelas kontrol menggunakan strategi pembelajaran langsung (Direct Instruction). Peserta didik yang terlibat sebagai sampel pada penelitian ini adalah dengan total keseluruhan sebanyak 316 peserta didik. Materi yang diajarkan adalah bangun ruang sisi datar, untuk mengumpulkan data-data pengujian hipotesis, peneliti mengajarkan materi bangun ruang sisi datar pada kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing sebanyak 4 kali pertemuan, yaitu 3 kali pertemuan dilaksanakan untuk proses belajar mengajar dan 1 kali pertemuan dilaksanakan untuk evaluasi atau tes akhir (posttest) peserta didik sebagai data penelitian dengan bentuk tes uraian.

Soal tes akhir adalah instrumen yang sesuai dengan kriteria soal kemampuan berpikir reflektif matematis dan sudah diuji validitas, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran dan uji daya beda sebagai uji kelayakan soal. Instrumen pada penelitian ini sebelumnya diuji validasi isi oleh validator dari jurusan pendidikan Matematika yaitu Bapak Dr. Nanang Supriadi, S.Si.,M.Sc, Bapak M. Syazali, M.Si, Bapak Rizki Wahyu Yunian Putra, M.Pd, dan Bapak Mujib, M.Pd. Selanjutnya, soal instrumen penelitian di uji cobakan kepada 33 orang peserta didik kelas IX 3 SMP Negeri 2 Bandar Lampung yang telah mempelajari materi bangun ruang sisi datar dengan memberikan 10 soal uraian. Pada penelitian ini jumlah responden pada saat uji coba instrumen berjumlah 33 peserta didik. Adapun hasil analisis butir soal terkait uji validitas item soal tes terhadap 10 item soal yang diuji cobakan menunjukan valid. Jadi semua item soal dapat diujikan pada penelitian ini. Soal yang valid nantinya akan digunakan untuk tes kemampuan berpikir reflektif matematis kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Setelah instrumen soal diuji validitasnya, selanjutnya soal diuji reliabilitasnya. Menurut Anas Sudijono, suatu tes dikatakan baik jika memiliki reliabilitas lebih dari 0,70. Berdasarkan tabel 4.2 hasil analisis butir soal terkait uji kelayakan instrumen dari 10 soal yang diajukan diperoleh 5 soal yang memenuhi uji kelayakan soal yaitu soal nomor 2, 3, 5, 7, dan 9, dengan demikian tes tersebut memiliki kriteria tes yang layak digunakan untuk mengambil data. Soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 soal, soal tersebut sudah memenuhi indikator kemampuan berpikir reflektif matematis dan indikator materi bangun

ruang sisi datar yang ada sehingga soal tersebut dapat digunakan dalam penelitian. Setelah dilaksanakan pembelajaran materi bangun ruang sisi datar di kelas eksperimen dan kelas kontrol, pada pertemuan keempat dilakukan evaluasi atau tes akhir (posttest) berupa soal uraian yang telah mencakup indikator kemampuan berpikir reflektif matematis peserta didik sebagai pengumpulan data hasil penelitian dan diperoleh bahwa skor rata-rata hasil tes peserta didik dari kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut berbeda-beda.

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran butir soal, di peroleh 9 soal dengan kategori sedang, dan 1 soal dengan kategori sukar. Adapun hasil analisis daya pembeda butir soal terdapat 5 soal daya beda dengan kategori cukup, 2 soal dengan kategori baik, dan 3 soal dengan daya beda kategori buruk.

Proses pembelajaran pada pertemuan pertama di kelas kontrol belum sepenuhnya terkondisikan oleh peneliti, sebagian peserta didik tampak sibuk mengerjakan tugas untuk mata pelajaran selanjutnya. Peneliti berupaya menegurnya, tetapi peserta didik meminta izin kepada peneliti untuk mengerjakan tugasnya terlebih dahulu karena takut dihukum oleh pendidik mata pelajaran tersebut. Akhirnya peneliti memberikan waktu sepuluh menit untuk mereka mengerjakannya. Setelah sepuluh menit mereka mengerjakan, peneliti melanjutkan penjelasan tentang materi bangun ruang sisi datar, tetapi peserta didik pada kelas kontrol sebagian terlihat pasif dan ketika ditanya tentang penjelasan materi tersebut masih banyak peserta didik yang belum paham dan belum mengerti. Sehingga peneliti harus mengulangi beberapa kali untuk

menjelaskan materi tersebut. Pembelajaran pada pertemuan pertama kelas eksperimen yang menggunakan strategi pembelajaran cubes. Peneliti memulai pembelajaran dengan menjelaskan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran dengan strategi pembelajaran cubes, peserta didik nampak senang dan antusias untuk belajar, sehingga membuat peneliti semangat untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dimulai dari membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok, peneliti menyajikan materi dalam bentuk bacaan mengenai sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-bagiannya untuk dipelajari oleh peserta didik, selain itu peserta didik menggunakan buku cetak matematika yang telah disediakan oleh sekolah, peneliti memberi penjelasan sedikit mengenai bangun ruang sisi datar, yaitu materi untuk bekal peserta didik dalam mempelajari sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-bagiannya, serta mengumumkan alat-alat yang harus disediakan, yaitu: mistar panjang dan alat tulis lengkap. Proses pembelajaran mulai berjalan sesuai dengan langkah-langkah strategi pembelajaran cubes. Sedangkan pembelajaran pada pertemuan pertama di kelas eksperimen yang menggunakan strategi pembelajaran star. Peneliti memulai pembelajaran dengan menjelaskan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran star. Peserta didik nampak penasaran dan ingin langsung belajar dengan menggunakan strategi pembelajaran star karena sebelumnya memang belum pernah diterapkan startegi pembelajaran tersebut.

Pada pembelajaran di pertemuan pertama ini langkah-langkah strategi pembelajaran cubes dan strategi pembelajaran star tampak belum maksimal dilaksanakan. Peserta didik masih tampak bingung dan banyak bertanya, sehingga peneliti harus mengulangi penjelasan materi secara keseluruhan setelah kelompok dibubarkan.

Proses pembelajaran pada pertemuan kedua di kelas kontrol dan eksperimen, peneliti memulai pembelajaran dengan mengingatkan kembali materi sebelumnya yaitu sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-bagiannya dengan bertanya jawab bersama peserta didik. Setelah itu peneliti membagikan LKPD kepada masing-masing kelompok untuk dikerjakan secara maksimal dalam waktu yang telah ditentukan. Namun masih banyak peserta didik yang tampak kesulitan untuk mengerjakan LKPD tersebut, sehingga peserta didik banyak bertanya serta bekerja sama dengan teman-teman sebelahnya dan kelas menjadi kurang kondusif. Setelah waktu telah ditentukan berakhir, hanya beberapa peserta didik saja yang dapat menyelesaikan dengan sempurna. Kemudian peneliti memanggil masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil LKPD tersebut.

Proses pembelajaran pada pertemuan ketiga di kelas kontrol dapat berjalan lebih baik daripada pertemuan sebelumnya. Peserta didik dapat terkondisikan sehingga materi luas permukaan kubus dan balok yang disampaikan peneliti dapat diterima dengan baik dan peserta didik tampak lebih aktif dari sebelumnya. Sehingga penyampaian materi tidak perlu diulang berkali-kali seperti pada

pertemuan sebelumnya. Setelah menjelaskan materi luas permukaan kubus dan balok, peneliti membagikan LKPD kepada masing-masing kelompok untuk dikerjakan secara maksimal dalam waktu yang telah ditentukan. Peserta didik sudah tampak lebih mengerti dan memahami LKPD tersebut dan kelas menjadi lebih kondusif dari sebelumnya. Setelah waktu telah ditentukan berakhir, hampir semua peserta didik dapat menyelesaikan dengan sempurna. Kemudian peneliti memanggil masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil LKPD. Sedangkan proses pembelajaran pada pertemuan ketiga di kelas eksperimen peserta didik juga dapat melaksanakan langkah-langkah strategi pembelajaran cubes dan strategi pembelajaran star dengan baik karena peserta didik sudah mulai terbiasa dengan langkah-langkah strategi pembelajaran cubes dan strategi pembelajaran star dan peserta didik juga tampak lebih aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga materi luas permukaan kubus dan balok dapat dipahami dengan baik oleh peserta didik. Peserta didik juga tampak senang dengan strategi pembelajaran cubes dan strategi pembelajaran star ini, karena peserta didik dapat mengeksplor semua kemampuan yang mereka miliki. Setelah menjelaskan materi luas permukaan kubus dan balok, peneliti membagikan LKPD kepada masing-masing kelompok untuk dikerjakan secara maksimal dalam waktu yang telah ditentukan. Peserta didik sudah tampak lebih mengerti dan memahami LKPD tersebut dan kelas menjadi lebih kondusif. Setelah waktu telah ditentukan berakhir, semua peserta didik dapat menyelesaikan dengan sempurna. Kemudian peneliti memanggil masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil

LKPD tersebut.

Setelah dilaksanakan pembelajaran materi bangun ruang sisi datar di kelas eksperimen dan kelas kontrol, pada pertemuan keempat dilakukan evaluasi atau tes akhir untuk mengetahui kemampuan berpikir reflektif matematis peserta didik sebagai pengumpulan data hasil penelitian dan diperoleh bahwa skor rata-rata hasil tes kemampuan berpikir reflektif matematis peserta didik dari kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut berbeda-beda.

Setelah hasil tes akhir diperoleh, maka selanjutnya dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas dengan menggunakan uji Bartlett untuk melihat kenormalan dan kehomogenan kelas tersebut. Berdasarkan hasil pengujian normalitas menunjukkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, dan hasil pengujian homogenitas menunjukkan bahwa sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama (homogen).

Setelah diketahui data berasal dari populasi berdistribusi normal dan dari populasi yang memiliki variansi yang sama (homogen), maka dapat dilanjutkan uji hipotesis dengan uji parametrik yaitu uji analisis variansi (ANAVA). Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji analisis variansi satu jalan dengan sel tak sama yang telah dilakukan sebelumnya, diperoleh kesimpulan bahwasanya terdapat perbedaan kemampuan berpikir reflektif matematis antara peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran cubes dan peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran star serta peserta didik yang diajarkan dengan

menggunakan strategi pembelajaran langsung (Direct Instruction). Hal ini sejalan dengan penelitian Dea Kania dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa adanya peningkatan kemampuan berpikir reflektif yang lebih baik pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol.9

Untuk mengetahui strategi pembelajaran manakah yang lebih baik, penulis melakukan uji komparasi ganda menggunakan metode Scheffe’ pada masing-masing kelompok sampel. Berikut pembahasan hasil analisis uji Scheffe’: Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Scheffe’ diperoleh keputusan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir reflektif matematis antara strategi pembelajaran cubes dan strategi pembelajaran star. Sama hal nya dengan penelitian yang dilakukan oleh Bambang Sri Anggoro yang memberikan hasil komparasi diperoleh bahwa H0 diterima yang berarti rerata yang diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran Peer Led Guided Inquiry tidak berbeda secara signifikan dengan rerata yang diperoleh dari metode pembelajaran Discovery Learning.10 Dalam strategi pembelajaran cubes dan strategi pembelajaran star peserta didik sama-sama terlibat langsung dalam proses pembelajaran, peserta didik dirancang untuk menemukan sendiri konsep ilmu yang akan dipelajari sehingga diharapkan dari penemuan sendiri suatu

9Dea Kania, “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir dan Bersikap Reflektif”, Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2012, h. 84, tidak dipublikasikan.

10Bambang Sri Anggoro, 2016, Meningkatkan Kemampuan Generalisasi Matematis Melalui Discovery Learning Dan Model Pembelajaran Peer Led Guided Iinquiry (PLGI),

konsep tersebut oleh peserta didik dapat mudah dimengerti dan diingat. Dalam prosesnya peserta didik dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang harus dipecahkan dengan cara mengumpulkan data dan informasi dari berbagai sumber dan melakukan uji coba sendiri. Melalui strategi pembelajaran cubes dan strategi pembelajaran star peserta didik memiliki kesempatan yang luas dalam mendeskripsikan permasalahan, mengidentifikasi permasalahan, mengevaluasi, dan membuat kesimpulan dari materi pelajaran tersebut. Kedua startegi pembelajaran ini lebih berorientasi kepada proses, karena merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara reflektif, kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang dipertanyakan. Dalam proses penemuannya peserta didik akan mengalami proses mental seperti mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan dan juga menarik suatu kesimpulan sehingga dapat meningkatkan kemampuan reflektif matematis matematis peserta didik.

Dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir reflektif matematis antara peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran cubes dan peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran masalah star. Dilihat dari hasil rerata marginalnya diperoleh bahwa rerata marginal untuk perlakuan strategi pembelajaran cubes lebih besar daripada rerata yang diperoleh pada perlakuan strategi pembelajaran star. Tetapi rerata yang diperoleh pada perlakuan strategi pembelajaran star lebih besar daripada rerata yang diperoleh pada pelakuan

strategi pembelajaran langsung (Direct Instruction).

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kedua strategi pembelajaran ini merupakan strategi pembelajaran kooperatif

yang mana strategi pembelajaran kooperatif didasarkan pada keyakinan bahwa belajar paling efektif jika siswa terlibat secara aktif dalam berbagi ide dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik. Sehingga mereka lebih memahami apa yang telah mereka pelajari dan meningkatkan kinerja mereka.

b. Kebebasan peserta didik untuk membangun pengetahuan dalam proses pembelajaran membuat peserta didik kelas strategi pembelajaran cubes dan strategi pembelajaran star lebih siap untuk belajar dengan kemampuan dan kemandirian belajar mereka tanpa diberikan pengetahuan langsung oleh pendidik.

c. Strategi pembelajaran cubes dan strategi pembelajaran star membuat peserta didik merasa senang dan tidak jenuh ketika proses pembelajaran berlangsung. Sehingga peserta didik lebih antusias dan bersemangat mengikuti proses pembelajaran.

d. Belajar secara berkelompok membuat peserta didik lebih bebas dalam mengungkapkan ide, bertukar ide, dan menyampaikan informasi-informasi yang diperolehnya selama proses belajar berlangsung.

e. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) yang sangat menunjang perkembangan pengetahuannya, sehingga peserta didik lebih mudah mengkaji pengetahuannya dan lebih terarah.

f. Penerapan strategi pembelajaran cubes dan strategi pembelajaran star menjadikan peserta didik lebih aktif dan termotivasi untuk belajar karena peserta didik dapat meningkatkan kemampuannya dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat menemukan pemecahannya sendiri.

g. Kemampuan berpikir reflektif matematis yang rendah pada kelas yang menggunakan strategi pembelajaran langsung (Direct Instruction) dikarenakan peserta didik hanya mendengar dan memperhatikan penjelasan guru.

h. Pada pembelajaran langsung (Direct Instruction) peserta didik merasa takut untuk mengeluarkan idenya sendiri.

Hal tersebut diatas yang menyebabkan adanya perbedaan kemampuan berpikir reflektif matematis antara peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran cubes dan peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran star, serta peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran langsung (Direct Instruction). Sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran cubes memberikan kemampuan berpikir reflektif matematis yang lebih baik dibandingkan strategi pembelajaran star, dan strategi pembelajaran star

memberikan kemampuan berpikir reflektif matematis yang lebih baik dibandingkan strategi pembelajaran langsung (Direct Instruction).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir reflektif matematis antara peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran cubes dan peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran star kelas VIII SMP Negeri 2 Bandar Lampung.

BAB V

Dokumen terkait