• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Data Penelitian

1. Uji Normalitas

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Adapun uji normalitas dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

a analisis grafik

b analisis probability plot c test kolmogorov smirnov

Berikut penjabaran uji normalitas yang dilakukan oleh penulis

Grafik histogram menunjukkan perubahan distribusi menjadi normal, hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Arief Rachman : Pengaruh Investment Opportunity Set (Ios) Dan New Business Development (NBD) Terhadap Profitabilitas (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia), 2010.

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 E xpect ed C um P rob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Dependent Variable: Ln_Profit

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

b. Analisis Normal Probability Plot

Arief Rachman : Pengaruh Investment Opportunity Set (Ios) Dan New Business Development (NBD) Terhadap Profitabilitas (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia), 2010.

Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa titik – titik menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dengan denikian dapat dinyatakan bahwa penyebaran data mendekati normal atau memenuhi asumsi normalitas. Grafik normal probability plot yang terdapat dalam gambar 4.2 diatas menunjukkan data berdistribusi normal.

c. Uji statistik non-parametrik Kolomogorov Smirnov (K-S)

Uji data statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov dilakukan untuk mengetahui apakah data sudah terdistribusi secara normal atau tidak, dengan membuat hipotesis sebagai berikut:

H0: data terdistribusi normal

Ha: data residua l terdistribusi tidak normal.

Berikutnya uji data statistik dengan model Kolmogrov-Smirnov juga dilakukan untuk mengetahui apakah data sudah terdistribusi secara normal atau tidak.

Arief Rachman : Pengaruh Investment Opportunity Set (Ios) Dan New Business Development (NBD) Terhadap Profitabilitas (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia), 2010.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov seperti yang terdapat dalam tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai Asymp. Sig (2-tailed) adalah 0,225> 0,05

2. Uji multikolinearitas

Pengujian bertujuan mengetahui ada tidaknya multikolinearitas antar variabel – variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Deteksi dilakukan dengan melihat nilai VIF (Variable Inflation Factor) dan toleransi. Menurut Ghozali (2005:91)Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari:

1. nilai tolerance dan lawannya,

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

113 .0000000 .37613537 .098 .098 -.063 1.045 .225 N Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Residual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Arief Rachman : Pengaruh Investment Opportunity Set (Ios) Dan New Business Development (NBD) Terhadap Profitabilitas (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia), 2010.

2. Variance Inflation Factor (VIF)

Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF=1/tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.01 atau sama dengan VIF>10. Pengujian dilakukan dengan SPSS 15. Nilai VIF serta toleransi dari variabel – variabel penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Coefficients(a)

a Dependent Variable: Ln_Profit

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bebas dari adanya multikolinearitas. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkannya dengan nilai

tolerance dan VIF. Masing-masing variabel bebas dalam penelitian ini memiliki nilai tolerance yang lebih besar dari 0.01. Jika dilihat dari VIFnya, bahwa masing-masing

variabel bebas lebih kecil dari 10. Dengan demikian tidak terjadi gajala multikolinearitas dalam variabel bebasnya.

3. Uji Heteroskesdastisitas

Uji Heteroskesdastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode yang lain. Ghozali (2005:105) Uji Heterokedasitas

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF B Std. Error

1 (Constant) -2.096 .679 -3.089 .005

NBD .080 .440 .031 .181 .858 .991 1.009

Ln_MV .488 .217 .388 2.245 .035 .995 1.005

Ln_CEP .387 .159 .421 2.435 .023 .992 1.008

Arief Rachman : Pengaruh Investment Opportunity Set (Ios) Dan New Business Development (NBD) Terhadap Profitabilitas (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia), 2010.

egressi on S tudent iz ed R esi dual 3 2 1 0 -1 Dependent Variable: Ln_Profit

Scatterplot

bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedasitas. Cara mendeteksi ada tidaknya gejala heterokedasitas adalah dengan melihat grafik scatterplott yang dihasilkan dari pengolahan data menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan keputusannya menurut Ghozali (2005:105) adalah sebagai berikut:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur maka mengindikasikan telah terjadi heterokedasitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar dibawah angka o dan y, maka tidak heterokedasitas

Uji ini dilakukan dengan mengamati pola tertentu pada grafik scatterplot, dimana bila ada titik – titik yang menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y serta tidak membentuk pola maka tidak terjadi heteroskesdastisitas. Grafik scatterplot dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini.

Arief Rachman : Pengaruh Investment Opportunity Set (Ios) Dan New Business Development (NBD) Terhadap Profitabilitas (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia), 2010.

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dengan tidak adanya pola yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedasitas sehingga model ini layak dipakai untuk memprediksi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta berdasarkan masukan variabel independen yaitu

Investment Opportunity Set (IOS), New Business Development (NBD)..

4. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Masalah autokorelasi umumnya terjadi pada regresi yang datanya time series. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah dalam autokorelasi diantaranya adalah dengan Uji Durbin Watson (DW) pada buku statistic relevan. Sebelum melakukan uji D-W maka dibuat hipotesisi sebagai berikut:

Arief Rachman : Pengaruh Investment Opportunity Set (Ios) Dan New Business Development (NBD) Terhadap Profitabilitas (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia), 2010.

Ha=ada autokorelasi (r= 0)

Pengambilan keputusan untuk melihat autokorelasi adalah sebagai berikut:

Hipotesis Nol Keputusan Jika

1. tidak ada autokorelasi positif 2. tidak ada autokorelasi positif 3. tidak ada korelasi negatif 4. tidak ada korelasi negatif 5. tidak ada autokorelasi positif

atau negatif

1.tolak

2.tidak ada keputusan 3.tolak

4.tidak ada keputusan 5.tidak ditolak 1. 0<d<dl 2. dl≤d≤du 3. 4-dl<d<4 4. 4-du≤d≤4-dl 5. du<d<4-du

Berikut adalah hasil uji Durbin-Watson

Tabel 4.4 Model Summary(b)

a Predictors: (Constant), Ln_CEP, Ln_MV, NBD b Dependent Variable: Ln_Profit

Dari tabel Durbin-Watson diatas dapat dilihat bahwa untuk jumlah sampel sebanyak 32 dan variabel bebas sebanyak 2 maka Du = 1.57 dan D1 = 1.31. Maka nilai

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .589(a) .347 .258 1.06136 2.300

Arief Rachman : Pengaruh Investment Opportunity Set (Ios) Dan New Business Development (NBD) Terhadap Profitabilitas (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia), 2010.

DW berada diantara 4-Du dan DI yaitu 2.353 > 2.300 > 1.31. Hal ini bermakna bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam model regresi ini.

D. Pengujian Hipotesis

Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa besar korelasi atau hubungan antara variabel – variabel independen dengan variabel dependen. Koefisien korelasi dinyatakan kuat jika nilai R berada diatas 0,5 dan mendekati 1. adapun koefisen determinasi (goodness of fit) yang dinotasikan dengan R2 merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi. Determinasi (R2) mencerminkan kemampuan model dalam menjelaskan variabel dependen.

Untuk menguji Hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program statistik, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .589(a) .347 .258 1.06136 2.300

a Predictors: (Constant), Ln_CEP, Ln_MV, NBD b Dependent Variable: Ln_Profit

Sumber:Output SPSS, diolah penulis, 2009

Pada model summary di atas dapat dilihat hasil analisis regresi secara kesuluruhan korelasi antar variabel dependen dengan variabel – variabel yang variabel independennya adalah kuat dengan didasarkan pada nilai R yang berada di atas 0.5, nilai R sebesar 0.746 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara profitabilitas

Arief Rachman : Pengaruh Investment Opportunity Set (Ios) Dan New Business Development (NBD) Terhadap Profitabilitas (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia), 2010.

(dependen) dengan Investment Opportunity Set (IOS) dan New Business Development

(NBD). Mempunyai hubungan yang erat sebesar 58.9 %.

Nilai Adjusted R Square (Adj R2) sebesar 0.258 atau 25.8 % mengindikasikan bahwa variasi dari kedua variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 25.8 % dan sisanya 84.2 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain.

Pengujian hipotesis statistik dilakukan dengan menggunakan:

1. Uji t (t-test)

Uji t dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu)

Dalam uji t digunakan hipotesis sebagai berikut:

H0:b1,b2,b3 =0, artinya Investment Opportunity Set (IOS) dan New Business Development

(NBD) secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Jakarta.

Ha : b1,b2,b3 = o, artinya artinya Investment Opportunity Set (IOS) dan New Business Development (NBD) secara parsial mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

Uji t ini dilakukan dengan membandingkan nilai P-value dari t dengan . Kesimpulan

yang dapat diambil dari uji t ini adalah:

a bila nilai P value dari t masing-masing variabel independen ≥ = 5%, maka Ho: bi = 0 diterima dan Ha: bi ≠ 0 ditolak, artinya secara individual variabel independen Xi tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen

Arief Rachman : Pengaruh Investment Opportunity Set (Ios) Dan New Business Development (NBD) Terhadap Profitabilitas (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia), 2010.

b sebaliknya bila P value dari t masing-masing variabel independen < maka Ho: bi = 0 ditolak dan Ha: bi ≠ 0 diterima, artinya secara individual masing-masing variabel independen Xi berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Coefficients(a) Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta B Std. Error 1 (Constant) -2.096 .679 -3.089 .005

NBD .080 .440 .031 .181 .858

Ln_MV .488 .217 .388 2.245 .035

Ln_CEP .387 .159 .421 2.435 .023

a Dependent Variable: Ln_Profit

Dari tabel 4.7 diatas dapat diperoleh model persamaan regresi berganda sebagai berikut

LnProfit= -2.096 + -0.488LnMV + 0.3847LnCEP + 0.080NBD

Dari hasil pengujian diatas akan dijelaskan pengaruh variabel independen secara satu persatu (parsial)

1) Pengaruh Investment Opportunity Set berdasarkan Market Value Equity to

Book Value of Equity (MVEBVE) terhadap profitabilitas

Hasil analisis uji t untuk variabel Investment Opportunity Set berdasarkan Market Value

Equity to Book Value of Equity (MVEBVE) mendapatkan bahwa nilai t sebesar

2.245 dengan signifikansi sebesar 0.035, signifikansi t lebih kecil dari 0.05 (P<0.05). Hal ini berarti bahwa variabel Investment Opportunity Set berdasarkan Market Value

Equity to Book Value of Equity (MVEBVE) secara parsial berpengaruh terhadap

profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa Investment

Arief Rachman : Pengaruh Investment Opportunity Set (Ios) Dan New Business Development (NBD) Terhadap Profitabilitas (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia), 2010.

Opportunity Set berdasarkan Market Value Equity to Book Value of Equity (MVEBVE)

berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas.

2) Pengaruh Investment Opportunity Set berdasarkan Capital Expenditure to

Book Value of Assets (CEPBVA) terhadap profitabilitas

Hasil analisis uji t untuk variabel Investment Opportunity Set berdasarkan Capital

Expenditure to Book Value of Assets (CEPBVA) mendapatkan bahwa nilai t sebesar

2.435 dengan signifikansi sebesar 0.023, signifikansi t lebih kecil dari 0.05 (P<0.05). Hal ini berarti bahwa variabel Investment Opportunity Set berdasarkan Capital

Expenditure to Book Value of Assets (CEPBVA) secara parsial berpengaruh terhadap

profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa Investment

Opportunity Set berdasarkan Capital Expenditure to Book Value of Assets (CEPBVA)

berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas.

3) Pengaruh New Business Development (NBD) terhadap profitabilitas

Hasil analisis uji t untuk variabel New Business Development (NBD) mendapatkan bahwa nilai t sebesar 0.081 dengan signifikansi sebesar 0.858, signifikansi t lebih besar dari 0.05 (P>0.05). Hal ini berarti bahwa variabel New Business Development (NBD) secara parsial tidak berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Siginifikansi model regresi secara simultan diuji dengan melihat perbandingan antara F-tabel dan F-hitung. Selain itu akan diihat nilai signifikansi (sig), dimana jika

Arief Rachman : Pengaruh Investment Opportunity Set (Ios) Dan New Business Development (NBD) Terhadap Profitabilitas (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia), 2010.

nilai sig dibawah dibawah 0,05 maka variabel independen dinyatakan berpengaruh terhadap variabel dependen.

Uji F digunakan untuk menguji hubungan regresi antar variabel dependen dengan seperangkat variabel independent. Hipotesa untuk uji F adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak ada pengaruh antara variabel Investment Opportunity Set (IOS) dan New Business Development (NBD) secara bersamaan terhadap profitabilitas.

Ha : Ada pengaruh antara variabel Investment Opportunity Set (IOS) dan New Business Development (NBD) secara bersamaan terhadap profitabilitas.

Berdasarkan Uji F maka dapat diambil kesimpulan:

1. bila nilai P-value dari F ≥ = 5 % mak a HO= diterima dan Ha = ditolak, artinya

secara serempak semua variabel independen Xi tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen,

2. jika nilai P-value dari F < = 5% maka Ho= ditolak dan Ha= diterima, artinya secara

serempak semua variabel independen Xi berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

3.

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 13.195 3 4.398 3.904 .022(a)

Residual 24.782 22 1.126

Total 37.977 25

a Predictors: (Constant), Ln_CEP, Ln_MV, NBD b Dependent Variable: Ln_Profit

Arief Rachman : Pengaruh Investment Opportunity Set (Ios) Dan New Business Development (NBD) Terhadap Profitabilitas (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia), 2010.

Dari hasil pengujian tersebut secara keseluruhan dapat diperoleh hasil seperti pada tabel 4.7 bahwa nila P-value dari F atau tingkat signifikasi adalah sebesar 0.22a < = 5%. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak (Ha diterima). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dengan demikian ada pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel variabel Investment Opportunity Set (IOS) dan New Business Development (NBD) secara bersamaan terhadap profitabilitas.

E. Pembahasan Hasil Statistik

Hasil pengujian secara individual (parsial) diketahui bahwa variabel Investment

Opportunity Set berdasarkan Market Value Equity to Book Value of Equity (MVEBVE)

dan Capital Expenditure to Book Value of Assets (CEPBVA) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas, hanya variabel New Business Development (NBD) yang tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini didukung dari nilai R square 0.258 yang mengindikasikan bahwa kedua variabel independen tersebut dapat menjelaskan variabel independen sebesar 25.8 %. Sedangkan sisanya sebesar 84.2 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen adalah sedang.

Variabel New Business Developmen (NBD) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan apabila diuji secara parsial. New Business Development

(NBD) pada perusahaan manufaktur tersebut ternyata bukanlah salah satu faktor yang

menentukan fluktuasi harga saham dan besarnya dividen yang dibagikan pada suatu periode untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. Hal tersebut diduga karena

Arief Rachman : Pengaruh Investment Opportunity Set (Ios) Dan New Business Development (NBD) Terhadap Profitabilitas (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia), 2010.

kondisi yang terjadi di Indonesia sangat berbeda dengan yang terjadi di beberapa negara lain terutama di negara barat terkait dengan perilaku para pasar modal dan investor di Indonesia. Peneliti menduga bahwa masih ada variabel lain yang digunakan oleh para pelaku pasar dan investor di Indonesia dalam menentukan portofolio investasi perusahaan manufaktur. Perbedaan tersebut dapat memberikan masukan bahwa kondisi perekonomian indonesia yang fluktuatif mempengaruhi persepsi investor terhadap struktur aktiva perusahaan. Perusahaan tidak dapat memberikan jaminan yang memadai terhadap sumber pendanaannya jika dibandingkan dengan struktur aktiva yang terdapat dalam neraca perusahaan. Investor memandang tingkat profitabilitas perusahaan yang dilihat dari tingkat pengembalian atas investasi yang diberikan.

Pengujian yang dilakukan secara simultan menunjukkan variabel Investment Opportunity Set berdasarkan Market Value Equity to Book Value of Equity (MVEBVE) dan Capital Expenditure to Book Value of Assets (CEPBVA) dan New Business Development (NBD) berpangaruh terhadap profitabilitas. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari nilai F test sebesar 3.904 dengan signifikansi sebesar 0.022a yang tidak lebih besar sebesar 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa analisa statistik diatas menunjukkan bahwa secara simultan, variabel Investment Opportunity Set (IOS) dan New Business

Development (NBD) memiliki pengaruh terhadap profitabilitas. Pembahasan terhadap

masing – masing variabel dalam pengujian secara parsial akan dibahas berikut ini :

1. Investment Opportunity Set (IOS)

Arief Rachman : Pengaruh Investment Opportunity Set (Ios) Dan New Business Development (NBD) Terhadap Profitabilitas (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia), 2010.

Berdasarkan hasil pengujian regresi linear berganda pada model pertama dengan variabel independen yaitu Investment Opportunity Set (IOS) berdasarkan Market Value

Equity to Book Value of Equity (MVEBVE) menunjukkan adanya pengaruh yang

signifikan terhadap variabel profitabilitas perusahaan manufaktur. Hal tersebut berdasarkan pada taraf signifikansi dari uji t dengan nilai t hitung = 2.245 sedangkan t tabel = 2.042 sehingga t hitung > t tabel (2.245 > 2.042). Hal ini berarti bahwa tinggi

rendahnya Market Value Equity to Book Value of Equity (MVEBVE) mempengaruhi profitabilitas perusahaan manufaktur.

Berdasarkan hasil analisa statistik tersebut maka merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan tingkat peredaran jumlah saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Dengan meningkatkan peredaran jumlah saham maka efesiensi pasar modal untuk perusahaan tersebut akan kuat. Hasil pengujian yang didapatkan peneliti atas hipotesis pertama dengan sampel perusahaan manufaktur tidak mendukung temuan peneliti terdahulu seperti Suharli (2007), Kasana (2004) yang menemukan hubungan negatif antara Investment Opportunity Set (IOS) dengan profitabilitas dan terhadap tingkat pertumbuhan investasi perusahaan, begitu pula dengan hasil yang ditemukan oleh Basuki (2004) menunjukkan bahwa dalam aliran kas bebas secara individual berhubungan negatif dan tidak signifikan dengan kebijakan dividen tanpa memasukkan moderasi Investment Opporunity Set (IOS), demikian juga ketika menguji hubungan aliran kas bebas dengan kebijakan dividen memasukkan Investment

Opportunity Set (IOS) sebagai variabel moderasi hasilnya menggambarkan hubungan

negatif dan tidak signifikan. Hasil yang telah diperoleh peneliti menunjukkan adanya konsistensi dengan temuan sebelumnya bila diukur kapasitas Investment Opportunity Set

Arief Rachman : Pengaruh Investment Opportunity Set (Ios) Dan New Business Development (NBD) Terhadap Profitabilitas (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia), 2010.

(IOS) dalam kebijakan dividen. Akan tetapi bila dilihat dari segi profitabilitas maka hasil

temuan peneliti menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara Investment

Opportunity Set (IOS) yang diukur dengan Market Value Equity to Book Value of Equity (MVEBVE) dengan profitabilitas ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya Market Value Equity to Book Value of Equity (MVEBVE) mempengaruhi tingkat profitabilitas.

Hal ini menunjukkan bahwa dalam Initial Public Offering (IPO) di bursa saham, kapasitas dalam jumlah lembar saham yang diperjualkan kepada masyarakat merupakan salah satu faktor yang dipergunakan untuk mengukur profitabilitas. Cara yang umum dilakukan adalah menjual sebagian saham perusahaan induk atau subholding dan diumumkan bahwa dana hasil Initial Public Offering (IPO) akan digunakan untuk membiayai pengembangan bisnis baru. Maka secara tidak langsung akan meningkatkan profitabilitas perusahaan tersebut.

Perusahaan juga menyadari bahwa ada beberapa faktor yang harus diperhitungkan agar dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan pihak investor untuk membeli saham perusahaan, antara lain adanya kondisi pasar yang stabil yang meliputi komposisi untuk investasi perusahaan, diversifikasi instrumen investasi perusahaan, pencapaian return perusahaan, serta kondisi internal dan eksternal perusahaan. Jika dilihat dari harga saham perusahaan maka perusahaan harus memiliki saham yang Price Earning Ratio

(PER) dibawah lima kali. Hal ini memungkinkan agar saham perusahaan dapat diminati

oleh pihak investor dikarenakan tergolong murah, dan juga memiliki spread harga saham yang lebar (rentang kenaikan tinggi) jika dilihat dari posisi open harga saham perusahaan.

Arief Rachman : Pengaruh Investment Opportunity Set (Ios) Dan New Business Development (NBD) Terhadap Profitabilitas (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia), 2010.

Berdasarkan hasil pengujian regresi linear berganda pada model pertama dengan variabel independen yaitu Investment Opportunity Set (IOS) berdasarkan Capital

Expenditure to Book Value of Assets (CEPBVA) menunjukkan adanya pengaruh yang

signifikan terhadap variabel profitabilitas perusahaan manufaktur. Hal tersebut berdasarkan pada taraf signifikansi dari uji t dengan nilai t hitung = 2.435 sedangkan t tabel = 2.042 sehingga t hitung > t tabel (2.435 > 2.042). Hal ini berarti bahwa tinggi

rendahnya Capital Expenditure to Book Value of Assets (CEPBVA) mempengaruhi profitabilitas perusahaan manufaktur.

Hal ini menunjukkan tinggi rendahnya aliran tambahan modal saham perusahaan yang dapat digunakan untuk tambahan investasi aktiva produksinya akan mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan. Berdasarkan hasil analisa statistik tersebut maka merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan aliran tambahan modal saham perusahaan. Perusahaan juga menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan juga tergantung dari tinggi rendahnya profitabilitas yang dimiliki perusahaan.

Hal ini sejalan dengan teori strategi efisiensi yang menyatakan bahwa perusahaan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan dengan cara supply push strategy dan

demand pull strategy terhadap pasar modal dan menjaga marjin operasional perusahaan

di atas 25 % sampai 30 % (Jamieson, 2008). Sejumlah langkah lain yang dapat dilakukan perusahaan untuk dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan antara lain : menunda ekspansi atau memotong belanja modal, mengalihkan atau memperluas pasar ekspor ke tempat yang baru, mengalihkan kenaikan biaya kepada konsumen, membuat program

Arief Rachman : Pengaruh Investment Opportunity Set (Ios) Dan New Business Development (NBD) Terhadap Profitabilitas (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia), 2010.

penghematan yang substansial, lindungi nilai (mengadakan kontrak berjangka dengan para pemasok), merubah praktik sourcing (mengkonsolidasikan para pemasok).

2. New Business Development (NBD)

Dalam era globalisasi pasar, perusahaan mulai merespon keinginan pasar untuk dapat bertahan dalam marketing product era. Banyak cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk dapat menjadi perusahaan yang enterepreneurial. Salah satunya adalah

New Business Development (NBD). Pengembangan bisnis baru (New Business Development) bertugas membidani lahirnya bisnis baru di perusahaan.

Berdasarkan hasil pengujian regresi linear berganda pada model pertama dengan variabel independen yaitu New Busines Development (NBD) menunjukkan adanya pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel profitabilitas perusahaan manufaktur. Hal tersebut berdasarkan pada taraf signifikansi dari uji t dengan nilai t hitung = 0.081 sedangkan t tabel = 2.042 sehingga t hitung < t tabel (0.081 < 2.042). Hal ini berarti bahwa

tinggi rendahnya New Business Development (NBD) tidak secara langsung mempengaruhi profitabilitas perusahaan manufaktur.

New Business Development (NBD) pada perusahaan manufaktur tersebut bukanlah

salah satu faktor yang menentukan fluktuasi profitabilitas perusahaan. Hal tersebut diduga karena New Business Development (NBD) bukanlah suatu tool (alat) yang cepat untuk mengejar pertumbuhan perusahaan. Ini dikarenakan adanya resiko yang besar karena embrio bisnis baru belum tentu berhasil dan prospek kinerja yang akan ditimbulkan juga masih samar – samar. Walaupun hal ini dapat di back-up dengan

Dokumen terkait