• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

H. Metode Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Test of Normality pada program SPSS untuk melihat apakah sampel yang digunakan berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Pengujian normalitas akan menggunakan Kolmogorow Smirnov yang mana signifikansi > 0,05 agar sampel dianggap berasal dari

populasi yang terdistribusi normal.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua variabel yaitu variabel bebas (jenis-jenis dukungan sosial) dan variabel terikat (motivasi berprestasi) memiliki hubungan signifikansi yang linear atau tidak. Apabila penyimpangan yang terjadi tidak signifikan maka pengaruh antara variabel bebasdengan variabel terikat dinyatakan linier.Teknik uji linearitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik statisti Uji F. Data penelitian dapat dikatakan linear apabila hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung memiliki nilai signifikan (p) < 0,05.

3. Uji Multikolinearitas

Uji asumsi tentang multikolinearitas dimaksudkan untuk menguji ada tidaknya hubungan yang linear antara variabel bebas satu dengan lainnya. Istilah multikolinearitas mengacu pada adanya hubungan linear yang sempurna di antara

beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Adanya hubungan yang linear antarvariabel independen akan menimbulkan kesulitan dalam memisahkan pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya. Maka, syarat uji regresi akan terpenuhi bila tidak terjadi multikolinearitas (Sudarmanto, 2013).

Salah satu cara dari beberapa cara untuk mendeteksi gejala multikolinearitas adalah dengan menggunakan atau melihat tool uji yang disebut Variance Inflation Factor (VIF). Menurut Algifari dalam Wibowo (2012) jika

nilai VIF kurang dari 10, itu menunjukkan model tidak terdapat gejala multikolinearitas, artinya tidak terdapat hubungan antara variabel bebas (Wibowo, 2012).

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain.Suatu model dikatakan memiliki problem heteroskedastisitas jika terdapat varian variabel dalam model yang tidak sama. Gejala ini dapat pula diartikan bahwa dalam model terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada pengamatan model regresi tersebut. Uji heteroskedastisitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Glejser. Metode Glejser dilakukan dengan cara mengkorelasikan nilai absolute residualnya dengan masing-masing variabel independen. Jika hasil nilai probabilitasnya memiliki nilai signifikansi > nilai alpha (0.05), maka model tidak mengalami heteroskedastisitas (Wibowo, 2012).

I. Metode Analisa Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk memprediksi variabel apa saja yang berkontribusi signifikan terhadap nilai motivasi berprestasi. Uji regresi dapat dilakukan bila asumsi normalitas dan linearitas terpenuhi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi variabel-variabel yang menjadi prediktor motivasi berprestasi yang dibutuhkan atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara. Variabel bebas yang dibahas adalah dukungan sosial yang terdiri dari dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan persahabatan (companionship). Untuk menentukan variabel mana yang berpengaruh secara signifikan dan seberapa besar pengaruhnya, peneliti akan melakukan analisa data menggunakan analisa regresi berganda.

Bab ini akan menjelaskan keseluruhan hasil penelitian, yang dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian hingga sampai pada pembahasan mengenai hasil analisa data.

A. Analisa Data

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah atlet yang berada di Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) yang berjumlah 100 orang. Sebelum melakukan analisa data lebih lanjut, berikut dipaparkan gambaran umum dari subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, dan cabang olahraga.

a. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Berikut merupakan tabel yang menunjukkan gambaran subjek penelitian yang didasarkan pada jenis kelamin :

Tabel 4.1

Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentasi

Laki-Laki 40 40%

Perempuan 60 60%

Total 100 100%

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh bahwa jumlah atlet laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah atlet perempuan. Dapat dilihat bahwa atlet laki-laki berjumlah (60%) dan atlet perempuan berjumlah 40 (40%).

b. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia, subjek penelitian dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu remaja awal dan remaja akhir. Berdasarkan teori perkembangan yang dikemukakan oleh Hurlock (2008), rentang usia 13-16 tahun disebut dengan masa remaja awal, dan rentang usia 17-18 tahun disebut masa remaja akhir. Berikut merupakan deskripsi subjek berdasarkan pengelompokan usia.

Tabel 4.2

Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Usia

Usia (Tahun) Jumlah (N) Persentase (%)

13-16 72 72%

17-18 28 28%

Total 100 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa atlet remaja awal yang berusia antara 13-16 tahun sebanyak 72 orang (72%), sedangkan atlet remaja akhir yang berusia antara 17-18 tahun sebanyak 28 orang (28%).

Hal ini menunjukkan bahwa atlet yang berada di Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) yang berada pada usia remaja awal lebih banyak daripada jumlah yang berada pada usia remaja akhir.

c. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Cabang Olahraga Berdasarkan cabang olahrga, subjek penelitian dapat dibagi menjadi 13 kelompok cabang olahraga yaitu sepak bola, atletik, bola voli, gulat, pencak silat,angkat besi, judo, renang, tinju, tackwondo, karate, wushu, dan badminton.

Berikut merupakan deskripsi subjek berdasarkan cabang olahraga.

Tabel 4.3

Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Cabang Olahraga

Cabang Olahraga Jumlah (N) Persentase (%)

Sepak Bola 18 18%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa atlet di cabang olahraga sepak bola sebanyak 18 orang (18%), atletik 16 orang (16%), bola voli 14 orang (14%), gulat 7 orang (7%), pencak silat 7 orang (7%), angkat besi 7 orang (7%), judo 6 orang (6%), renang 5 orang (5%), tinju 4 orang (4%), tackwondo 4 orang (4%), karate 4 orang (4%), wushu 4 orang (45), dan badminton 4 orang (4%).

2. Hasil Uji Asumsi Penelitian

Sebelum menganalisis data menggunakan regresi berganda, peneliti terlebih dahulu melakukan beberapa uji asumsi penelitian. Uji asumsi tersebut diantaranya adalah :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian variabel tergantung (Motivasi berprestasi) dan variabel bebas (Bentuk-benuk dukugan sosial) terdistribusi secara normal agar dapat digeneralisasikan pada seluruh populasi. Uji normalitas diukur dengan menggunakan SPSS 20.00 for windows dengan menggunakan uji One-sample Kolmogorov Smirnov. Asumsi

normalitas pada penelitian ini dapat dikatakan terdistribusi secara normal apabila nilai signifikansi residu antara variabel data lebih besar dari 0.05

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas

Variabel Asymp.sig. Distribusi

Motivasi berprestasi 0,073 Normal

Dukungan Sosial Emosi 0,160 Normal

Dukungan Sosial Instrumental 0,149 Normal

Dukungan Sosial Informasi 0,065 Normal

Dukungan Sosial Persahabatan 0,074 Normal

b. Uji Linearitas

Teknik uji linearitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik statisti Uji F. Data penelitian dapat dikatakan linear apabila hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung memiliki nilai signifikan (p) < 0,05. Dari tabel di bawah ini dapat diketahui bahwa nilai signifikansi linearitas yang diperoleh adalah 0,000. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini menunjukkan hubungan yang linear karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Dapat dikatakan bahwa data yang telah diambil melalui penyebaran skala menunjukan data kedua variabel linear karena nilai signifikansi 0,000< 0,05

Tabel 4.5 Hasil Uji Linieritas

Variabel Linearity Keterangan

Dukangan Sosial

Dukungan Informasi 0,000 Linier

Dukungan persahabatan (companionship)

0,000 Linier

c. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan sempurna antara variabel bebas. Pada penelitian ini, diharapkan data tidak menunjukkan gejala multikolinearitas. Mendeteksi gejala multikolinearitas dilihat berdasarkan tool uji yang disebut Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF kurang dari 10, menunjukkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas pada data penelitian tersebut, artinya tidak terdapat hubungan antara variabel bebasnya.

Hasil uji multikolinearitas pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Tolerance VIF Keterangan

Dukangan

Sosial Emosi .625 1.601 Tidak

multikolinear Dukungan

Instrumental .586 1.706 Tidak

multikolinear

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain.

Pada penelitian ini digunakan metode glejser untuk menguji heteroskedastisitas data. Uji Glejser pada dasarnya dilakukan dengan meregresikan variabel-variabel bebas terhadap nilai absolut residualnya (Sudarmanto, 2013). Nilai absolut residual diperoleh dengan cara menghitung nilai residual melalui perhitungan regresi antara variabel independen dengan variabel dependen. Jika hasil nilai

probabilitasnya memiliki nilai signifikansi > nilai alphanya (0,05), maka model tidak mengalami heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Instrumental .913 Tidak terjadi

heteroskedastisitas

Dukungan Informasi .608 Tidak terjadi

heteroskedastisitas Berdasarkan hasil uji asumsi di atas, pada variabel yang memenuhi syarat uji resiliensi akan dilakukan uji regresi berganda.

3. Hasil Penelitian

Sesuai dengan yang dijelaskan pada Bab I, penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat peran bentuk-bentuk dukungan sosial dengan motivasi beprestasi pada atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara. Adapun hipotesa yang ada dalam penelitian ini adalah :

a. Ho (Hipotesa Nol) : Tidak ada peran positif bentuk-bentuk dukungan sosial dengan motivasi berprestasi pada atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara

b. Ha (Hipotesa Alternatif) : Ada peran positif bentuk-bentuk dukungan sosial dengan motivasi berprestasi pada atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial terhadap motivasi berprestasi yang dibutuhkan atlet-atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP). Variabel bebas yang dibahas adalah dukungan sosial yang terdiri dari dukungan emosi, dukungan instrumental, dukungan infromasi, dan dukungan persahabatan (companionship). Untuk menentukan variabel mana yang berpengaruh secara signifikan dan seberapa besar pengaruhnya, peneliti akan melakukan analisa data menggunakan analisa regresi Berganda.

Tabel 4.7

Berdasarkan tabel, diketahui bahwa variabel bentuk dukungan sosial emosional, instrumental, informasional, dan persahabatan memiliki pengaruh dengan motivasi berprestasi koefisien korelasi sebesar 0,517. Dari tabel juga diketahui bahwa variasi nilai motivasi berprestasi yang dapat dijelaskan oleh keempat bentuk dukungan sosial 26,8% , dan adjusted R2 menunjukkan nilai positif maka dapat dikatakan bahwa peran variabel dukungan sosial terhadap motivasi berprestasi adalah searah, yang artinya semakin tinggi dukungan sosial maka motivasi berprestasi juga semakin tinggi begitu juga sebaliknya.

Tabel 4.8 Tabel Anova

Variabel F P

Dukungan emosi, instrumental, informasi,

persahabatan *Motivasi berprestasi 8,686 0,000

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan didapat nilai F = 8,686 dan p = 0,000. Jika nilai p < 0,05 maka Ho ditolak (Field,2009), maka dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk dukungan sosial memiliki peran terhadap motivasi berprestasi atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara.

Berikutnya, Tabel selanjutnya menunjukkan nilai sumbangsih antara bentuk-bentuk dukungan sosial terhadap motivasi berprestasi. Korelasi parsial menunjukkan pengaruh antara masing-masing bentuk dukungan sosial dengan motivasi berprestasi, pada saat bentuk-bentuk dukungan sosial lainnya dikontrol :

Tabel 4.9

Berdasarkan tabel, diketahui bahwa bentuk-bentuk dukungan sosial berkorelasi dengan motivasi berprestasi. Berikut nilai kuadrat dari korelasi parsial menunjukkan seberapa besar motivasi berprestasi dipengaruhi oleh dukungan sosial. Masing-masing hasilnya menunjukkan dukungan emosional 5,84%, dukungan instrumental 3,033%, dukungan informasi 2,78% dan dukungan persahabatan (companionship) 15,14%. Sumbangan dukungan yang terbesar di berikan oleh dukungan persahabatan (companionship).

4. Deskripsi Data Penelitian

Selain menganalisa hipotesa utama, peneliti juga melakukan analisa tambahan yang bertujuan mengungkap gambaran deskriptif mengenai variabel motivasi berprestasi dan bentuk dukungan sosial pada partisipan penelitian yang

dilakukan dengan membandingkan mean empirik dan hipotetik variabel motivasi berprestasi dan bentuk dukungan sosial. Selanjutnya, peneliti juga melakukan kategorisasi skor motivasi berprestasi dan bentuk dukungan sosial pada partisipan untuk melihat apakah partisipan tergolong pada kelompok tinggi, sedang atau rendah.

1. Perbandingan Nilai Mean Empirik dan Hipotetik Motivasi Berprestasi Perbandingan nilai mean empirik dan hipotetik untuk variabel motivasi berprestasi sajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.10. Deskripsi Skor Empirik dan Hipotetik Motivasi Berprestasi

Variabel Mean Empirik Mean Hipotetik

Motivasi Berprestasi Mean Sd Mean Sd

97,95 10,830 72 16

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mean empirik motivasi berprestasi lebih tinggi daripada mean hipotetik. Berdasarkan fakta ini dapat disimpulkan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki faktor motivasi berprestasi yang lebih tinggi daripada yang diperkirakan alat ukur.

2. Kategorisasi Skor Motivasi Berprestasi

Berdasarkan nilai mean hipotetik skor motivasi berprestasi dapat dibuat kategorisasi subjek ke dalam kelompok tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan perhitungan sebagai berikut (Azwar, 2012) :

a. Tinggi = X ≥ Mean + 1 (SD)

b. Sedang = Mean – 1 (SD) ≤ X <Mean + 1 (SD) c. Rendah = X <Mean – 1 (SD)

Kategorisasi subjek berdasarkan persamaan di atas dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.11 Kategorisasi Subjek pada Variabel Motivasi Berprestasi

Variabel Tinggi Sedang Rendah

Motivasi Berprestasi 92 7 1

Berdasarkan tabel di atas, ditemukan bahwa dari 100 subjek penelitian, 92 subjek memiliki motivasi berprestasi tinggi, 7 subjek memiliki motivasi berprestasi sedang, dan 1 subjek memiliki motivasi berprestasi rendah

3. Perbandingan Nilai Mean Empirik dan Hipotetik Dukungan Sosial

Perbandingan nilai mean empirik dan hipotetik pada variabel dukungan sosial disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.12 Deskripsi Mean Empirik dan Hipotetik Dukungan Sosial

Variabel Mean Empirik Mean Hipotetik

Dukungan Sosial 102,29 78

Dukungan Emosi 28,75 21

Berdasarkan nilai hipotetik skor emosi, instrumental, informasi, dan dukungan persahabatan (companionship) lebih tinggi dari pada yang diperkirakan oleh alat ukur.

4. Kategorisasi Skor Dukungan Sosial

Berdasarkan nilai mean hipotetik skor dukungan emosi, dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan persahabatan (companionship) dapat dibuat kategorisasi sampel menjadi kelompok tinggi, sedang, dan rendah.

Kategorisasi tersebut tersaji dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.13. Kategorisasi pada Variabel Dukungan Sosial

Variabel Tinggi Sedang Rendah

Dukungan Emosi 90 9 1

Dukungan Instrumental 80 20 0

Dukungan Informasi 83 17 0

Dukungan persahabatan (companionship)

97 3 0

Berdasarkan tabel di atas bisa disimpulkan bahwa mayoritas subjek mendapatkan dukungan persahabatan (companionship) yang lebih tinggi dibanding dukungan lain yaitu 97 orang, 90 orang memiliki dukungan emosi, 80 dukungan instrumental, dan 83 dukungan informasi. Selain itu ketiga support sedang, yaitu 20 dukungan informasi yang sedang, 17 dukungan informasi yang sedang, 9 dukungan emosi yang sedang, dan 3 dukungan persahabatan (companionship).Minoritas subjek menerima dukungan yang rendah yaitu 1 orang memiliki dukungan emosi rendah.

5. Kategorisasi Skor Dukungan Sosial Berdasarkan Jenis Kelamin

Variabel Jenis

Kelamin Tinggi Sedang Rendah Dukungan Emosi

Berdasarkan tabel di atas bisa disimpulkan bahwa mayoritas subjek perempuan mendapatkan dukungan persahabatan (companionship) yang lebih tinggi dibanding dukungan lain yaitu 60 orang memiliki dukungan persahabatan (companionship) yang tinggi.

5. Pembahasan

Hasil penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berperan terhadap variabel motivasi berprestasi. Variabel bebas yang diprediksi akan berkontribusi pada motivasi berprestasi adalah dukungan sosial. Hipotesis penelitian yang diajukan adalah 4 bentuk dukungan sosial yaitu dukungan emosi, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan persahabatan (companionship) akan berperan positif terhadap motivasi berprestasi. Diketahui bahwa nilai R2 sebesar 0,268 menunjukkan bahwa motivasi berprestasi dipengaruhi oleh dukungan sosial sebesar 26,8% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Adanya peran yang signifikan antara dukungan sosial dan motivasi

berprestasi sesuai dengan penelitian yang dilakukan Perwira (2004). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi, yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Dukungan sosial merupakan faktor yang digolongkan pada faktor ekstrinsik, sehingga peran lain bisa saja diperoleh dari faktor intrinsik.

Dari hasil penelitian pada masing-masing bentuk dukungan sosial dengan motivasi berprestasi, ditemukan bahwa bentuk dukungan sosial yang memiliki peran paling tinggi dukungan persahabatan (companionship) 15,14%, lalu dukungan emosional 5,84%, dukungan instrumental 3,033%, dan yang memberikan peran yang paling rendah adalah dukungan informasi sebesar 2,78%.

Artinya dukungan persahabatan (companionship) yang paling dibutuhkan dan dirasakan pada atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara.

Dukungan persahabatan (companionship) memiliki peran yang paling tinggi. Dukungan persahabatan (companionship) tidak berfokus pada emosi atau konsep diri tetapi komunikasi yang menegaskan individu sebagai bagian dari kelompok. Adanya komunitas yang mendukung akan membuat individu merasa diterima, dukungan persahabatan (companionship) mengingatkan bahwa seseorang tidak sendirian mengatasi masalah yang mereka alami. Pada atlet dukungan persahabatan (companionship) cukup berperan, sebagai sesama atlet mereka merasakan sebagai bagian dari kelompok. Misalnya saat mereka mengalami kekalahan pada pertandingan maka dukungan dari teman-teman kelompok mengingatkan mereka bahwa mereka tidak sendiri karena ada teman-teman yang mendukung mereka. Sarafino (2011), menyatakan bahwa interaksi dengan orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi seseorang

mengenai kejadian tersebut, dan akan mengurangi potensi munculnya stres baru atau stress yang berkepanjangan.

Dukungan ini menjadi penting di ingat bahwa usia atlet Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) masih berusia muda atau remaja, mereka sedang mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa remaja konflik sering datang dan konflik yang dihadapi disebabkan karena adanya tuntutan yang (Hurlock, 2000). Tuntutan terbesar yang dialami oleh remaja yang akan meraih prestasi ke puncak adalah yang berkaitan dengan motivasi berprestasi yang dimiliki oleh atlet. Individu yang masih remaja ketika mendapatkan masalah maka mereka akan memilih untuk berbagi cerita dengan teman karena mereka menganggap bahwa teman sebaya lebih bisa memahami masalah mereka, lebih peduli dan menghargainya. Mereka saling mencari teman karena memahami bahwa mereka dalam nasib yang samaBerdasarkan hasil peran bentuk-bentuk dukungan pershabatan dengan motivasi berprestasi pada atlet, adanya teman atau orang lain yang mendengarkan keluh kesah dan berbagi cerita serta pengalaman selama berada di Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP), atlet merasa tidak sendiri, masih diperhatikan dan dipedulikan, dan ada sesama teman atlet yang sama-sama berjuang untuk suatu pertandingan atau tujuan yang sama

Di Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP), atlet memperoleh dukungan dalam bentuk dukungan emosional jenis dukungan ini melibatkan rasa empati dan peduli terhadap seseorang yang akan memberikan perasaan nyaman dan dapat membuat atlet lebih baik. Dukungan ini memberikan sumbangsih sebanyak 5,84%. Dukungan ini memberikan kenyamanan dan jaminan dengan rasa saling memiliki dan dicintai pada masa sulit. Dukungan ini memiliki

pengaruh yang terbilang signifikan juga terhadap motivasi berprestasi.

Berpengaruhnya dukungan ini dikaitkan pada bahwa dukungan emosional ini merupakan dukungan dimana seseorang diberi kasih sayang, semangat, dan penghargaan sehingga memotivasi atlet untuk berprestasi. Setiap atlet di Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) saling menyemangati, saling membantu dan saling mengingatkan bahwa mereka tidak sendirian. Hasil Penelitian ini di dukung dengan penelitian Sundari (2005) dimana terdapat pengaruh dukungan emosional terhadap motivasi berprestasi atlet. Hal ini dikarenakan dengan adanya dukungan emosional dapat menyediakan kenyamanan, kepastian, rasa dimiliki dan dicintai pada saat orang tersebut mengalami stress.

Dukungan instrumental adalah dukungan yang ditunjukkan dengan pemberian bantuan secara fisik dan langsung, misalnya memberi atau meminjamkan uang kepada seseorang. Masalah finansial adalah masalah yang umum pada atlet, pemberian bantuan ini akan menolong atlet misalnya biaya pertandingan. Sebagai seorang atlet PPLP mereka tidak terlalu merasa takut dengan dukungan instrumental karena sebagai atlet PPLP mereka sudah ditanggung dan di biayai oleh pemerintah daerah.Setiap atlet mendapatkan bantuan dana dari pemerintah karena atlet-atlet tersebut adalah tanggung jawab pemerintah daerah. Penyedian benda-benda dan layanan , benda-benda seperti alat-alat kerja, serta pemberian bantuan dalam bentuk uang menjadi penting terhadap motivasi berprestasi atlet. Mereka akan merasa bahwa mereka di dukung karena diberikan fasilitas dan ditanggung secara finansial sehingga mereka tidak mengkhawatirkan tentang hal-hal yang berhubungan dengan dana dan penyedian

alat yang mereka gunakan. Oleh karena itu dukungan instrumental sewajarnya menjadi dukungan yang cukup berperan.

Dukungan informasi adalah bentuk dukungan yang ditunjukkan dengan pemberian nasehat, pengarahan, saran atau feedback mengenai apa yang sedang dilakukan seseorang. Dukungan ini terbagi dalam dua bentuk, yaitu bentuk pemberian informasi atau pengajaran suatu keahlian yang dapat memberi solusi pada suatu masalah, serta bentuk pemberian informasi yang dapat membantu individu dalam mengevaluasi performance pribadi. Informasi yang diterima oleh atlet tentang sekitarnya membuat atlet mampu mengontrol emosi, tidak cepat mengambil keputusan melainkan tenang dan berpikir terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan dalam pertandingan. Seperti yang ditemukan oleh Gunarsa (2004), menjelaskan bahwa pelatih selalu memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan seorang atlet untuk membangun semangat. Dukungan informasi dibutuhkan karena memotivasi atlet untuk membangun mental seorang atlet agar dapat bermain baik dalam pertandingan nantinya. Dukungan ini menjadi penting bagi atlet karena atlet akan mendapatkan informasi, nasihat, dan feedback saat atlet membutuhkan teknik-teknik seputar olahraganya, saat atlet ingin bertanding, atau saat atlet mengalami kegagalan dalam pertandingan sehingga atlet dapat mengatasi masalah-masalah tersebut.

Berdasarkan perbandingan antara nilai rata hipotetik dan nilai rata-rata empirik diketahui bahwa motivasi berprestasi atlet lebih tinggi dibandingkan dengan yang diperkirakan oleh alat ukur yang berarti bahwa, motivasi berprestasi pada atlet lebih tinggi dibandingkan dengan populasi mahasiswa pada umumnya.

Demikian juga dengan dukungan sosial, skor rata-rata empirik lebih tinggi

dibandingkan dengan skor yang diperkirakan oleh alat ukur, yang juga berarti bahwa dukungan sosial yang diterima oleh atlet lebih tinggi dibandingkan dengan populasi pada umumnya.

Dari pengkategorisasian juga diketahui bahwa 92% atlet termotivasi untuk berprestasi, sedangkan siswa yang mendapat motivasi berprestasi sedang memiliki presentase 7%, dan yang tidak termotivasi hanya 1%. Atlet yang memiliki motivasi breprestasi tinggi adalah mereka yang memiliki pencapaian yang tinggi, dan akan melakukan apapun untuk mencapai apa yang mereka inginkan. Mereka tidak mudah menyerah terhadap kegagalan. Sedangkan atlet yang memiliki motivasi berprestasi sedang memiliki presentasi 7% yaitu sebanyak 7 orang dari total populasi sebanyak 100 atlet. Artinya atlet yang memiliki motivasi berpresatasi sedang adalah mereka yang berusaha untuk mengejar tujuan, mereka memiliki standar kemampuannya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa atlet di Pusat Pendidikan dan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa atlet di Pusat Pendidikan dan

Dokumen terkait