MOTIVASI BERPRESTASI PADA ATLET PUSAT PENDIDIKAN LATIHAN PELAJAR (PPLP) SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
Oleh:
GRACE IRNA NATALIA KEMIT 131301133
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017/2018
Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara
Grace Irna Natalia Kemit dan Ari Widiyanta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran bentuk-bentuk dukungan sosial terhadap motivasi berprestasi pada atlet Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara.. Subjek penelitian berjumlah 100 orang atlet Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara. Alat ukur adalah skala motivasi berprestasi McClelland (1998) dan skala Dukungan Sosial yang disusun peneliti berdasarkan 4 bentuk dukungan sosial dari teori Sarafino (2011). Metode analisis data yang digunakan adalah regresi berganda. Dari analisa dapat disimpulkan bahwa ada peran yang signifikan antara bentuk-bentuk dukungan sosial dengan motivasi berprestasi pada Atlet Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara. Diantara 4 bentuk-bentuk dukungan sosial yaitu dukungan emosional, dukungan intrumental, dukungan informasi, dan dukungan persahabatan ditemukan bahwa dukungan yang paling berperan adalah dukungan persahabatan
Kata kunci : Motivasi berprestasi, dukungan sosial, atlet
Athlete’s Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara.
Grace Irna Natalia Kemit dan Ari Widiyanta
ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the influence types of social support toward achievement motivation athlete’s Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara. The measuring instrument used in this research was adapted scale, namely is need for achievement scale by mcClelland (1998) and for the social support scale is developed by the researchers based on 4 types of social support from Sarafino (2011). Data analysis method used is multiple regression.
From the analysis of the data obtained by the result of influence from types of social support toward athlete’s achievement motivation Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara. Among the 4 types of social support, instrumental support, information support, and companionship support found the most important support is companionship support.
Keywords : Social support, achievement motivation, athlete’s
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan Skripsi dengan judul “Peran Bentuk-bentuk Dukungan Sosial Terhadap Motivasi Beprestasi Atlet Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara” ini dapat diselesaikan.
Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian Skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak yang begitu besar manfaatnya. Untuk itu pada kesempatan ini dengan rasa hormat penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Zulkarnain, Ph.D selaku Dekan fakultas psikologi yang telah memberikan dukungan kepada mahasiswa psikologi.
2. Bapak Ari Widiyanta, M.Si., Psikolog selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan tulus ikhlas, dan sabar memberikan bimbingan, pengarahan, pengertian, saran, obat alergi, serta motivasi yang sangat berarti hingga akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Rika Eliana, S.Psi., M.Psi. , Ibu Meutia Nauly, S.Psi., M.Psi, Kak Ridhoi Meilona Purba, S.Psi., M.Si. yang bersedia untuk membimbing,memberikan pengarahan dan bersedia meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan penulis.
ii
akademik yang telah memberikan arahan dan dukungan kepada penulis selama masa perkuliahan.
5. Kak Dina Nazriani, S.Psi,. M.A , sebagai dosen yang bersedia untuk saya tanyai dan memberikan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi.
6. Seluruh Dosen Psikologi yang telah memberikan ilmu selama peneliti menjalani perkuliahan di Fakultas Psikologi dan kepada seluruh keluarga besar Psikologi USU yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.
7. Kedua orang tua penulis yaitu Irwan Kemit,SE dan Mama Dra. Nina Kirana Sembiring, M.Psi yang selalu memanjatkan doa, memberikan kasih sayang, mengingatkan, memberikan dukungan baik materi ataupun dukungan psikologis,serta semangat dan reward yang dijanjikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Untuk saudara kandung dan saudara sepupu penulis yaitu Jeriho Kemit, SH dan Junita Eirene Zendrato, Amd. Yang selalu mendoakan, memberi semangat supaya gak stress, memberi uang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
9. Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga dan Kepala Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara yang telah memberikan izin untuk melaksanakan pengambilan data penelitian di Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara .
10. Siswa-siswi atlet Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara serta para guru dan pelatih yang telah mengizinkan penulis untuk
11. Sahabat tercinta penulis, Vani Saputri S.Psi, Khairunnisa Azhari, Niesya Ridhania Harahap, Regita Hasya, Beby Sitompul, S.IP , Karina Devi Saragih, SE , Ariyati Chairunnisa, SE, Eka Sitorus, S.Ked, Abang Harry Galang dan yang teristimewa Agung Bastanta Ginting SSTP yang menemani, memberikan bantuan, doa, dukungan serta semangat kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan serta dalam pengerjaan skripsi ini.
12. Seluruh anggota Departemen Musik GBI Medan Plaza Rayon 4 Medan, terkhusus Nova Saragi, Indriany Tampubolon, Kakak Novita Ginting, Abang Boston Sitinjak yang selalu memberi doa, dukungan, dan semangat kepada penulis dalam pengerjaan skripsi.
13. Seluruh anggota Pema terkhusus Departemen Pemas (Pemberdayaan Masyarakat)
14. Teman-teman sedoping, ada Putri Nova Sari dan Anggreini Ade Putri yang membantu memberikan saran, dukungan, semangat , dan informasi- informasi tentang jadwal dosen pembimbing kita.
15. Keluarga, sahabat, dan juga teman-teman lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang memberikan doa, perhatian , dan selalu menanyakan kabar skripsi yang saya kerjakan. Terima kasih juga buat tempat-tempat tongkrongan penulis mulai dari Starbucks, Kopi Jogal, Dunkin Donnat, dll yang menyediakan tempat nyaman, makanan yang enak, kopi yang lezat, dan wifi gratis pastinya.
iv
bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 11 Oktober 2017
Penulis
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Petanyaan Penelitian ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 11
1. Manfaat Teoritis ... 11
2. Manfaat Praktis ... 11
E. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II LANDASAN TEORI ... 14
A. Motivasi Berprestasi ... 14
1. Teori Motivasi Berprestasi McCllelland ... 15
2. Indikator Motivasi Berprestasi ... 15
3. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi ... 16
B. Dukungan Sosial ... 17
1. Definisi Dukungan Sosial ... 17
2. Bentuk-bentuk Dukungan Sosial ... 18
3. Sumber-sumber Dukungan Sosial ... 20
C. Atlet Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) di Sumatera Utara ... 21
D. Peran Bentuk-bentuk Dukungan Sosial terhadap Motivasi Berprestasi pada Atlet Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) ... 23
E. Hipotesa Penelitian ... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 27
A. Jenis Penelitian ... 27
1. Pendekatan Penelitian ... 27
2. Variabel dan Definisi Variabel ... 27
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 28
1. Motivasi Berprestasi ... 28
2. Dukungan Sosial ... 30
C. Populasi Penelitian ... 32
D. Metode Pengumpulan Data ... 32
1. Skala Motivasi Berprestasi ... 33
2. Skala Dukungan Sosial ... 34
E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian ... 36
1. Validitas Alat Ukur Penelitian ... 36
2. Uji Daya Beda Aitem ... 36
vi
1. Hasil uji coba skala Motivasi Berprestasi ... 37
2. Hasil uji coba skala Dukungan Sosial ... 38
G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 39
1. Tahap Persiapan Penelitian ... 39
a. Pencarian refrensi ... 40
b. Pembuatan Alat Ukur ... 40
c. Uji coba skala penelitian ... 40
d. Pengurusan surat izin ... 41
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 41
3. Tahap Pengolahan Data ... 42
H. Metode Analisis Data ... 42
1. Uji Normalitas ... 42
2. Uji Linier ... 42
3. Uji Multikolinearitas ... 43
4. Uji Heteroskedastisitas ... 43
I. Metode Analisisa Data ... 44
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 45
A. Analisa Data ... 45
1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 45
2. Hasil Uji Asumsi Penelitian ... 48
3. Hasil Penelitian ... 52
4. Deskripsi Data Penelitian ... 55
B. Pembahasan ... 60
BAB V KESIMPULAN & SARAN ... 68
A. Kesimpulan ... 68
B. Saran ... 69
1. Saran Metodologis ... 69
2. Saran Praktis ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 71 LAMPIRAN
Tabel 3.1 Blueprint Skala Motivasi Berprestasi ... 34
Tabel 3.2 Blueprint Skala Dukungan Sosial ... 35
Tabel 3.3 Blueprint Skala Motivasi Berprestasi Setelah Uji Coba ... 38
Tabel 3.4 Blueprint Skala DukunganSosial Setelah Uji Coba ... 39
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin .... 45
Tabel 4.2 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 46
Tabel 4.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Cabang Olahraga ... 47
Tabel 4.4 Hasil Uji Asumsi Normalitas ... 49
Tabel 4.4 Hasil Uji Asumsi Linearitas ... 50
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 51
Tabel 4.6 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 52
Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi ... 53
Tabel 4.8 Hasil Anova ... 54
Tabel 4.9 Kontribusi Setiap Bentuk Dukungan Sosial ... 55
Tabel 4.10 Nilai Empirik & Hipotetik Motivasi Berprestasi ... 56
Tabel 4.11 Kategorisasi Motivasi Berprestasi ... 57
Tabel 4.12 Nilai Empirik & Hipotetik Dukungan Sosial ... 57
Tabel 4.13 Kategorisasi Dukungan Sosial ... 58
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Reliabilitas dan Daya Beda Aitem Lampiran B Skala Penelitian
Lampiran C Data Mentah Subjek Penelitian Lampiran D Uji Asumsi dan Hasil Penelitian Lampiran E Surat Izin Pengambilan Data
A. LATAR BELAKANG
Sejak dulu, olahraga telah dikenal sebagai aktivitas yang memberikan banyak manfaat baik bagi pelaku olahraga maupun orang lain yang menonton.
Manfaat-manfaat yang di dapat dari berolahraga diantaranya adalah tubuh menjadi sehat, hati merasa senang atau bahkan mendapatkan hadiah. Hal tersebut juga ditegaskan dalam satu istilah “Mens Sana In Corpore Sano” yang berarti bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat tentunya menukuhkan manfaat dari berolahraga (Triyono, 2014).
Olahraga menurut Wann (1997) adalah aktivitas yang melibatkan power dan skill, kompetisi, strategi, dan kesempatan, dilakukan untuk kesenangan, kepuasan pencapaian pribadi (misalnya pendapatan) dari pelaku atau orang lain (misalnya penonton), meliputi olahraga rekreasional dan olahraga prestasi.
Definisi tersebut menunjuk pada olahraga rekreasional dan olahraga prestasi.
Perbedaan utama kedua jenis olahraga ini adalah tujuan akhir yang ingin dicapai.Olahraga rekreasi semata-mata bertujuan untuk mendapatkan kesenangan dan badan yang sehat sedangkan olahraga prestasi bertujuan untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya yang disimbolkan dengan menjadi juara, meraih medali emas atau pun lainnya. Berbagai aturan dan format dibuat dan dikaji, agar setiap permainan dan kompetisi olahraga ini tetap menjadi adil dan menarik (Hoedaya, 2004).
Perkembangan ini kemudian mengakibatkan unsur olahraga ini menjadi salah satu tolak ukur gengsi dan harga diri sebuah bangsa. Olahraga berperan dalam mengharumkan nama bangsa, baik melalui kompetisi di tingkat nasional maupun internasional (Pratama, 2014). Setiap bangsa di seluruh dunia berlomba- lomba menciptakan prestasi dalam kegiatan olahraga, karena prestasi olahraga yang baik akan meningkatkan citra bangsa di dunia internasional. Demikian pula dengan Indonesia, di Indonesia pun sudah disadari pentingnya pengembangan berbagai cabang olahraga.
Dulu Indonesia pernah berprestasi gemilang di berbagai cabang olahraga.
Namun sayangnya, perkembangan olahrga akhir-akhir ini mengalami berbagai kemunduran. Hal ini menjadi sangat terlihat, diproyeksikan dari menurunnya jumlah prestasi atlet di kancah internasional (Isdianto, 2015). Dalam cabang andalan Indonesia, bulu tangkis, pun demikian. Belum lagi prestasi pecatur Indonesia yang tidak lagi segarang dulu. Lebih parah lagi terutama prestasi tim nasional sepak bola Indonesia yang hanya mampu mempersembahkan satu gelar juara di tingkat Asia tenggara selama 22 tahun. Prestasi olahraga nasional tidak mungkin dapat maju tanpa adanya fondasi yang kokoh, karena prestasi olahraga tidak dapat terbentuk secara instan dan tiba-tiba.
Peningkatan prestasi dalam bidang olahraga selain membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai juga diperlukan pembinaan prestasi terutama sejak usia dini. Prestasi harus dibangun melalui proses pembinaan dan pengembangan yang terencana, berjenjang dan berkelanjutan dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi olahraga. Meningkatnya perhatian para pembina olahraga, kalangan pers dan mereka yang berkecimpung dalam dunia akademik terhadap masalah
pembinaan olahraga. karena itu peningkatan prestasi bidang olahraga menjadi bagian dari pembinaan di banyak negara, termasuk negara kita Indonesia (Utami, 2015).
Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) merupakan suatu bagian dari sistem pembinaan prestasi olahraga yang integral melalui kombinasi antara pembinaan prestasi dengan jalur pendidikan formal di sekolah. PPLP didirikan sebagai salah satu alternatif untuk melakukan pembinaan dan pengembangan olahragawan pelajar potensial berbakat dengan minat yang tinggi di bidang olahraga untuk dikembangkan guna mencapai prestasi optimal. Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) berdiri pada tahun 1984 di bawah naungan DEPDIKBUD.
Dan mulai tahun 2002 PPLP Sumut beralih dibawah naungan Dinas Pemuda dan Olahraga (Ginting, 2013). Ciri yang paling menonjol dari proses pendidikan dan Latihan pada PPLP adalah mengkombinasikan antara sistem pembelajaran dengan sistem pelatihan olahragawan. Artinya, keberadaan PPLP menjadi sangat penting dan strategis, hal ini mengingat selain peningkatan prestasi olahraga yang memang didambakan masyrakat, tetapi juga tidak mengabaikan prestasi akademik sebagai upaya menyongsong masa depan.
Saat ini, Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara membina 13 cabang olahraga, yakni sepak bola, atletik, bola voli, gulat, pencak silat,angkat besi,judo,renang,tinju,tackwondo, karate, wushu, dan badminton. Prestasi Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) pada tiap provinsi berbeda-beda.
Berdasarkan data yang didapatkan penulis dari Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) diketahui bahwa tahun ini beberapa atlet PPLP Sumatera Utara sudah mengikuti beberapa kejuaraan baik tingkat daerah maupun tingkat nasional.
Pada beberapa kejuaraan yang di ikuti oleh Atlet, maka ada beberapa atlet yang membawa pulang medali. Pada bulan Agustus lalu 2 atlet dari cabang olahraga karate membawa pulang medali emas pada Kejurnas Karate PPLP, enam emas pada kejuaraan Taekwondo pada kejuaraan Taekwondo Piala Gubsu, dan baru- baru ini pada kejuaraan Popnas XIV yang diadakan bulan september lalu atlet PPLP juga berhasil membawa beberapa emas pada beberapa cabang olahraga, (PPLP, 2017).
Walaupun atlet-atlet PPLP berhasil meraih berbagai macam penghargaan dalam beberapa kejuaraan namun masih ada beberapa masalah yang sering timbul.
Ada kalanya atlet-atlet tidak serius ketika melakukan latihan. Motivasi yang dimiliki atlet-atlet tersebut sering naik turun sehingga tentu saja akan mempengaruhi hasil akhirnya. Menurut Mc Clelland (1998) pada dasarnya setiap manusia mempunyai kebutuhan untuk berprestasi.Atlet yang berada pada Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) menghadapi dua tantangan yaitu sebagai seorang atlet berprestasi dan sebagai seorang pelajar berprestasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi seorang atlet adalah motivasi atlet yang bersangkutan. Penelitian Rathee & Singh (2011) memberikan bukti bahwa motivasi berprestasi yang tinggi merupakan faktor penting yang membedakan tinggi rendahnya performa pemain dalam tim olahraga.
Penelitian yang berkaitan dengan keolahragaan telah banyak dilakukan, salah satunya di bidang psikologi atau biasa disebut dengan psikologi olahraga.
Pada tahun 1898, Norman Tripllet (dalam Gunarsa, 2004) melakukan penelitian pertama dibidang psikologi olahraga khususnya terhadap atlet balap sepeda untuk mengetahui mengapa para pembalap sepeda dapat mengayuh sepeda lebih cepat
saat bertanding dalam kelompok dibandingkan pada saat ia bersepeda sendirian.
Tripplet menemukan bahwa faktor keberadaan orang lain secara psikologis memberika pengaruh karena dianggap memberikan dampak perasaan kompetitif sehingga memotivasi pembalap untuk mengayuh lebih kencang (Gunarsa, 2004).
Sejak saat itu, mulai bermunculan berbagai studi psikologi yang berkaitan dengan olah raga karena diyakini bahwa penampilan (performance) seorang atlet dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Utama (2010) mengungkapkan aspek psikologi yang di perlukan dalam permainan atlet di Indonesia yaitu motivasi, kecerdasan, dan kecemasan.
Menurut Satiadarma (2000) bahwa penampilan atlet dapat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain: faktor kesegaran jasmani yang meliputi; sistem kardiovaskuler-respiratori, daya tahan, kekuatan, kecepatan, power, koordinasi, kelincahan dan sebagainya. Faktor keterampilan meliputi; koordinasi gerak, keindahan gerak, waktu reaksi, dan sebagainya. Faktor pembawaan fisik seperti;
segi-segi antrophometrik antara lain tinggi dan berat badan, lebar bahu, kemampuan gerak, dan lain sebaginya. Faktor psikologi meliputi; motif-motif berprestasi, intelegensi, aktualisasi diri, kemandirian, agresivitas, emosi, dan sebagainya.
Mc.Clelland (1998) menyatakan bahwa pada dasarnya setiap manusia mempunyai kebutuhan untuk berprestasi, namun, untuk dapat berprestasi dalam berbagai hal, banyak masalah yang dihadapi individu salah satunya berkaitan dengan motivasi berprestasi. Menurut Mc Clelland (1998) pengertian motivasi berprestasi didefinisikan sebagai usaha mencapai sukses atau berhasil dalam kompotisi dengan suatu ukuran keunggulan yang dapat berupa prestasi orang lain
maupun prestasi sendiri. (Lindgren, 1976) mengemukakan hal senada bahwa motivasi berprestasi sebagai suatu dorongan yang ada pada seseorang sehubungan dengan prestasi, yaitu menguasai, memanipulasi serta mengatur lingkungan sosial maupun fisik, mengatasi segala rintangan dan memelihara kualitas kerja yang tinggi, bersaing melalui usaha-usaha untuk melebihi hasil kerja yang lampau, serta mengungguli hasil kerja yang lain.
Banyak hal yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi berprestasi seseorang dalam bidang olahraga. Dalam bidang akademik, rendahnya motivasi berprestasi bisa terlihat dari nilai dan prestasi mahasiswa yang cenderung naik turun dan tidak stabil (Apranadyanti, 2010). Dalam karir sebagai atlet, motivasi pemain terkadang dapat menurun karena berbagai hal, contohnya kurangnya rasa percaya diri pemain, kejenuhan pada kompetisi yang sedang berlangsung, dan kurangnya rasa mencintai tim yang dibelahnya (Rohsantika &
Handayani, 2010).
Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi seperti self esteem, konsep diri, self efficacy, dan lainnya, namun yang terpenting adalah
dukungan sosial. Mc Auley (dalam Yenny, 2010) juga mengemukakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah dukungan sosial. Dukungan sosial sering didefinisikan dengan jumlah teman yang ada bagi individu tersebut. Sarason (2000) mengatakan bahwa dukungan sosial bukan hanya menyangkut jumlah teman tetapi kepuasan dengan dukungan yang diberikan. Lebih jauh, Baron & Byrne (2000) mengemukakan dukungan sosial sebagai rasa nyaman baik secara fisik dan psikologis, yang diberikan oleh para keluarga dan sahabat kepada orang yang menghadapi stress, sehingga dengan
dukungan sosial tersebut orang cenderung untuk berada dalam keadaan kesehatan fisik yang lebih baik dan dapat mengatasi stress yang dialaminya. Dengan demikian fungsi dukungan sosial menjadi sangat penting bagi orang yang mengalami tekanan sama seperti yang dihadapi atlet ketika akan bertanding.
Sarafino (2011) menambahkan bahwa orang-orang yang menerima dukungan sosial memiliki keyakinan bahwa mereka dicintai, bernilai, dan merupakan bagian dari kelompok yang dapat menolong mereka disaat mereka membutuhkan bantuan. Sarafino membedakan dukungan sosial atas empat yang pertama dukungan emosional atau penghargaan. Dukungan emosional menyediakan kenyamanan, kepastian, dimiliki dan dicintai pada saat orang tersebut mengalami suatu kondisi tertekan atau stress. Sebagai seorang atlet, mereka mendapatkan tekanan dari berbagai pihak, misalnya pelatih menetapkan standar yang tinggi atau mengalami kegagalan dalam bertanding, atau orang di sekitar atlet kurang mau memberikan rasa empatinya ketika mendapatkan kesulitan. Bantuan yang diberikan orang sekitar kepada atlet berupa dukungan emosional seperti mendengarkan keluhan, menunjukkan sikap percaya terhadap apa yang dikeluhkan, mau memahami, menunjukkan ekspresi kasih sayang dan perhatian (Sundari, 2015). Dukungan emosional yang diberikan tersebut akan membuat atlet merasa berharga,nyaman, aman, terjamin, dan disayangi.
Dukungan yang kedua adalah dukungan instrumental, meliputi bantuan langsung, seperti memberi bantuan materi atau bantuan fasilitas. Menurut Sarafino (2011) dukungan ini mengacu pada peyedian benda-benda dan layanan untuk memecahkan masalah praktis, aktivitas-aktivitas seperti menyediakan benda-benda seperti alat-alat kerja, meminjamkan uang dan membantu
menyelesaikan tugas-tugas praktis. Dukungan instrumental menjadi sangat penting bagi seorang atlet karena secara umum atlet tidak dapat menyediakan dan memenuhi kebutuhannya sendiri. Hal ini dikarenakan atlet masih berada pada usia remaja yang dimana belum memiliki pendapatan yang tetap dan belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Dalam memenuhi kebutuhan atlet, seperti peyedian benda-benda dan alat-alat kerja atau menyediakan uang untuk kebutuhan pertandingan maka atlet masih berada pada tanggung jawab orang tua ataupun mendapatkan dana dari pengelola dan pihak yang bertanggung jawab terhadap atlet.
Dukungan yang ketiga adalah dukungan informasi, meliputi memberikan nasihat, arahan, saran atau umpan balik mengenai bagaimana orang tersebut bekerja. Dukungan informasi pada atlet bisa berupa pemberian informasi seputar teknik-teknik-teknik olahraga, memberikan umpan balik saat atlet selesai berlatih atau bertanding, atau memberikan saran dan arahan agar atlet menjadi lebih baik lagi dalam permainannya. Dukungan informasi yang jelas dan akurat yang diberikan kepada atlet akan mampu mengurangi tekanan psikologis dan memungkinkan bagi atlet untuk lebih baik lagi dalam pertandingan. Pemberian dukungan informasi tentunya akan berperan terhadap motivasi berprestasi atlet.
Individu-individu yang menerima dukungan informasi berupa saran,arahan, nasihat, dan umpan balik karena salah satu aspek yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah memperhatikan umpan balik. Pada individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi, pemberian umpan balik atas hasil kerja yang telah dilakukan sangat disukai. Umpan balik yang diberikan ini selanjutnya akan
diperhatikan dan dilaksanakan untuk perbaikan hasil kerja yang akan datang (Mclleland, 1998).
Dukungan yang terakhir adalah dukungan persahabatan (companionship) mengacu pada ketersedian orang lain untuk menghabiskan waktu bersama orang tersebut, dengan demikian memberikan perasaan keanggotaan dalam kelompok untuk berbagi ketertarikan dan aktivits sosial. Melalui berkumpul dengan teman yang memiliki kesamaan dalam berbagai hal tertentu, atlet dapat mengubah kebiasaan-kebiasaan hidupnya dan dapat mencoba berbagai hal yang baru serta saling mendukung satu sama lain (Ristianti, 2008). Pada atlet dukungan persahabatan (companionship) cukup berperan, sebagai sesama atlet mereka merasakan sebagai bagian dari kelompok. Misalnya saat mereka mengalami kekalahan pada pertandingan maka dukungan dari teman-teman kelompok mengingatkan mereka bahwa mereka tidak sendiri karena ada teman-teman yang mendukung mereka. Atlit yang ada di PPLP berada pada tahap perkembangan remaja. Masa remaja adalah masa peralihan dimana perubahan secara fisik dan psikologis. Hurlock (2008) mengemukakan bahwa ciri-ciri remaja yaitu perubahan pada emosi, tubuh, minat dan peran, perubahan pada niai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan, serta lebih dekat kepada teman sebaya.
Ketersedian orang lain untuk menghabiskan waktu bersama akan membuat atlet merasa mereka tidak sendiri sehingga mereka dapat berbagi setiap masalah yang mereka miliki.
Bentuk-bentuk dukungan sosial tersebut merupakan faktor yang berperan terhadap motivasi berprestasi atlet. Atlet menerima dukungan sosial dari beberapa sumber seperti pelatih, pengelola, keluarga, dan teman. Dari paparan di atas,
peneliti tertarik untuk melihat peran dari setiap bentuk-bentuk dukungan sosial terhadap motivasi berpresatasi pada atlet Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) di Sumatera Utara.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi permasalahan utama dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada peran positif bentuk-bentuk dukungan sosial terhadap motivasi berprestasi pada pada Atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara :
a. Apakah ada peran positif bentuk dukungan emosi terhadap motivasi berprestasi
b. Apakah ada peran positif bentuk dukungan intrumental terhadap motivasi berprestasi
c. Apakah ada peran positif bentuk dukungan informasi terhadap motivasi berprestasi
d. Apakah ada peran positif bentuk dukungan persahabatan (companionship) terhadap motivasi berprestasi
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat peran positif bentuk-bentuk dukungan sosial dengan motivasi berprestasi pada pada Atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menambah wawasan pengetahuan di bidang psikologi, seperti psikologi sosial, psikologi pendidikan, dan psikologi kesehatan dan diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan peran bentuk-bentuk dukungan sosial dengan motivasi berprestasi pada pada Atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara.
2. Manfaat Praktis a. Atlet
Penelitian ini diharapkan agar atlet mengerti dan memahami kondisi mereka. Sehingga memberikan sumbangan informasi kepada atlet mengenai dukungan sosial yang dibutuhkan oleh atlet untuk memotivasi mereka dalam berprestasi.
b. Pelatih
Penelitian ini diharapkan agar pelatih mengerti kondisi atlet. Sehingga memberikan sumbangan bentuk-bentuk dukungan sosial apa yang sesuai sehingga memberikan sumbangsih yang sesuai untuk motivasi prestasi atlet.
c. Pengelola PPLP
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan bukti empiris pada pengelola mengenai peran bentuk-bentuk dukungan sosial terhadap motivasi berprestasi atlet sehingga pengelola mengetahui bagaimana menyikapi keadaan yang dialami atlet.
d. Keluarga
Penelitian ini diharapkan agar keluarga atlet mengerti dan memahami bentuk-bentuk dukungan sosial apa yang diperlukan atlet. Sehingga bisa memberikan dukungan sosial yang sesuai kepada atlet.
e. Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan dan juga dapat digunakan sebagai masukan yang bermanfaat pada peneliti selanjutnya dengan jenis peneliti yang sama ataupun sebagai acuan dalam penelitian lainnya.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan
Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sitematika penelitian.
BAB II : Landasan Teori
Bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan untuk mendukung penelitian, yaitu teori tentang dukungan sosial yang mencakup definisi, bentuk-bentuk dukungan sosial, dan dimensi. Lalu teori motivasi berprestasi, dan tentang atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara dan hipotesis penelitian
BAB III : Metodologi Penelitian
Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian kuantitatif yang digunakan dalam penelitian, meliputi identifikasi variabel penelitian,
definisi operasional, metode pengambilan data, alat ukur yang digunakan, prosedur penelitian dan metode analisis data.
Bab IV : Hasil dan Pembahasan
Berisi hasil analisis data disertai dengan pembahasan. Hasil analisis data yang terdapat dalam bab ini adalah gambaran subjek penelitian, hasil uji asumsi penelitian, hasil penelitian, deskripsi data penelitian serta pembahasan mengenai hasil penelitian.
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Berisi kesimpulan mengenai hasil penelitian dan saran, baik secara metodologis yaitu saran untuk penelitian selanjutnya maupun saran praktis yang ditujukan bagi orang di sekitar atlet.
TEORI
A. Motivasi Berprestasi
1. Teori Motivasi Berprestasi dari McClleland
Dalam hubungannya dengan prestasi, Menurut McClelland (1998), motivasi berprestasi didefinisikan sebagai usaha mencapai sukses atau berhasil dalam kompetisi dengan suatu ukuran keunggulan yang dapat berupa prestasi orang lain maupun prestasi sendiri. Istilah Need for achievement pertama kali dipopulerkan oleh Mc Clelland dengan sebutan n-ach sebagai singkatan dari need for achievement. Mc Clelland menganggap n-ach sebagai kecenderungan umum
yang dimiliki untuk berjuang demi memperoleh keberhasilan dan meraih suatu standard keunggulan yang tinggi. Individu yang memiliki semangat kerja yang tinggi akan bergairah melakukan sesuatu lebih baik dan efisien dibandingkan hasil sebelumnya.
Lindgren (1976) mengemukakan hal senada bahwa motivasi berprestasi sebagai suatu dorongan yang ada pada seseorang sehubungan dengan prestasi, yaitu menguasai, memanipulasi serta mengatur lingkungan sosial maupun fisik, mengatasi segala rintangan dan memelihara kualitas kerja yang tinggi, bersaing melalui usaha-usaha untuk melebihi hasil kerja yang lampau, serta mengungguli hasil kerja yang lain.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi atau achievement motivation merupakan suatu dorongan yang berhubungan dengan bagaimana melakukan sesuatu dengan lebih baik, lebih cepat, lebih efisien
dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan sebelumnya, sebagai usaha mencapai sukses atau berhasil dalam kompetisi dengan suatu ukuran keunggulan yang berupa prestasi orang lain maupun prestasi sendiri.
2. Indikator Motivasi Berprestasi
Berdasarkan penjabaran indikator motivasi berprestasi diatas, McClelland menyimpulkan adanya enam aspek utama yang membedakan tingkat motivasi berprestasi individu, keenam aspek itu adalah sebagai berikut :
a. Tanggung jawab
Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi merasa dirinya bertanggung jawab atas tugas yang dikerjakannya. Ia akan berusaha untuk menyelesaikan setiap tugas yang dilakukan dan tidak meninggalkan tugas itu sebelum ia berhasil menyelesaikannya
b. Mempertimbangkan resiko
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi mempertimbangkan resiko yang akan dihadapinya sebelum memulai pekerjaanya.
c. Kreatif-inovatif
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung bertindak kreatif, dengan mencari cara baru untuk menyelesaikan tugas seefisien dan seefektif mungkin.
d. Memperhatikan umpan balik
Pada individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi, pemberian umpan balik atas hasil kerja yang telah dilakukan sangat disukai. Umpan balik yang diberikan ini selanjutnya akan diperhatikan dan dilaksanakan untuk perbaikan hasil kerja yang akan datang.
e. Waktu penyelesaian tugas
Individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan berusaha menyelesaikan setiap tugas dalam waktu secepat mungkin dan seefisien mungkin.
f. Memiliki tujuan yang realitik
Individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan berusaha menyesuaikan waktu pada setiap tugas agar hasil tugas dapat diperoleh secara maksimal.
3. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi
Menurut Hezberg (Muskanan, 2015), faktor motivator disebut sebagai motivator intrinsik karena motivasi tersebut datang dari dalam diri pekerja melalui pekerjaan itu sendiri. Motivasi intrinsik termasuk prestasi, pengakuan, tantangan, dan kemajuan. Faktor-faktor intrinsik memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalmnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk di dalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dan sebagainya (faktor intrinsik). Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam yang menyebabkan individu berpartisipasi. Atlet yang mempunyai motivasi intrinsik akan mengikuti latihan peningkatan atau keterampilan, atau mengikuti pertandingan, bukan karena situasi buatan (dorongan dari luar), melainkan karena kepuasan dalam dirinya.
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang berasal dari luar individu yang menyebabkan individu berpartisipasi dalam olahraga. Dorongan ini berasal dari
pelatih, orang tua, pembina, hadiah, sertifikat, penghargaan atau uang. Motivasi ekstrinsik dalam olahraga meliputi juga motivasi kompetitif, karena motif untuk bersaing memegang peranan yang lebih besar dari pada kepuasan karena telah berprestasi baik.
B. Dukungan Sosial
1. Definisi Dukungan Sosial
Menurut Sarafino (2011), dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu. Sarafino menambahkan bahwa orang-orang yang menerima dukungan sosial memiliki keyakinan bahwa mereka dicintai, bernilai, dan merupakan bagian dari kelompok yang dapat menolong mereka disaat mereka membutuhkan bantuan.
Berdasarkan defenisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan sosial adalah bentuk pertolongan yang dapat berupa materi, emosi, dan informasi yang diberikan oleh orang-orang yang memiliki arti seperti keluarga, sahabat, teman,saudara, rekan kerja ataupun atasan atau orang yang dicintai oleh individu yang bersangkutan. Bantuan atau pertolongan ini diberikan dengan tujuan individu yang mengalami masalah merasa diperhatikan dan didukung sehingga mampu mengatasi masalah yang dia hadapi.
2. Bentuk-bentuk Dukungan Sosial
Sarafino (2011) membedakan dukungan sosial atas empat bentuk mendasar, yaitu :
a. Dukungan emosi atau penghargaan
Meliputi empati, kepedulian, penghormatan positif dan semangat kepada seseorang. Dukungan emosi memberikan rasa nyaman, jaminan, kepemilikan dan dicintai ketika atlet berada dalam kondisi cemas sebelum bertanding. Dukungan emosi membantu atlet memiliki rasa kompetensi dan semangat sebelum bertanding.Dukungan emosi lebih mengacu kepada pemberian semangat, kehangatan, cinta kasih dan emosi, pemberian perhatian, rasa percaya pada individu, empati, perasaan nyaman, membuat individu percaya bahwa dia dikagumi, dihargai, dicintai, dan bahwa orang lain bersedia memberi perhatian dan rasa aman pada individu tersebut.
b. Dukungan instrumental
Dukungan isntrumental mencakup bantuan langsung dapat berupa jasa, waktu, atau uang. Misalnya pinjaman uang bagi individu atau menghibur saat individu mengalami stress. Dukungan ini mengacu pada penyedian benda-benda dan layanan untuk memecahkan masalah praktis, aktivitas- aktivitas seperti menyediakan benda-benda seperti alat-alat kerja, meminjamkan uang dan membantu menyelesaikan tugas-tugas praktis.
c. Dukungan informasi
Meliputi memberikan nasihat, arahan, saran atau umpan balik mengenai bagaimana orang tersebut bekerja, contohnya seorang atlet sepak bola mendapat informasi tentang teknik-teknik bermain sepak bola. Dukungan ini membantu individu mengatasi masalah yang dihadapi, informasi tersebut diperlukan untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah secara praktis. Dukungan ini terbagi dalam dua bentuk, yaitu bentuk
pemberian informasi atau pengajaran suatu keahlian yang dapat memberi solusi pada suatu masalah, serta bentuk pemberian informasi yang dapat membantu individu dalam mengevaluasi performance pribadi.
d. Dukungan persahabatan (companionship)
Mengacu pada ketersedian orang lain untuk menghabiskan waktu bersama orang tersebut, dengan demikian memberikan perasaan keanggotaan dalam kelompok untuk berbagi ketertarikan dan aktivitas sosial. Dukungan ini dapat berupa menghabiskan wkatu bersama dalam aktivitas-aktivitas rekreasional di waktu senggang, juga bisa berbentuk lelucon, membicarakan minat dan melakukan kegiatan yang mendatangkan kesenangan.
3. Sumber-sumber Dukungan Sosial
Menurut Sarafino (2006) dukungan sosial dapat berasal dari banyak sumber yang berbeda seperti pasangan atau orang yang dicintai, keluarga, teman, teman sekerja, dokter, dan organisasi komunitas. Orang yang menerima dukungan sosial percaya bahwa mereka dicintai, bernilai dan merasa menjadi bagian dari jaringan sosial seperti keluarga atau organisasi komunitas yang dapat membantu mereka ketika sedang membutuhkan bantuan dan ketika sedang berada dalam bahaya. Lebih lengkapnya, berikut beberapa sumber dukungan sosial (Taylor, 1999):
a. Keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial utama dalam kehidupan individu.
Keluarga dapat menjadi tempat pertama untuk mengungkapkan segala yang dirasakan individu. Seseorang dapat bercerita tentang keluh kesah
yang dihadapi atau berbagai hal yang dirasakan kepada keluarga, sehingga membantu individu untuk mengurangi ketegangan yang dirasakannya.
b. Teman
Teman juga berperan sebagai sumber dukungan sosial bagi individu.
Bersama orang-orang terdekat individu dapat membentuk sebuah kelompok dimana kelompok tersebut membantu individu untuk melakukan kegiatan, berinteraksi dan adanya perasaan berbagi satu sama lain. Semakin banyak kegiatan yang dilakukan bersama maka akan semakin besar perasaan kebersamaan dalam suatu kelompok.
c. Kontak sosial dan komunitas
Sumber dukungan ini berasal dari kontak sosial dan komunitas yang menjadi tempat keanggotaan individu ataupun sebuah komunitas yang bergerak di bidang bantuan sosial. Sumber dukungan sosial ini lebih besar dari sumber dukungan lainnya. Melalui sumber dukungan ini individu tidak hanya terbantu untuk dapat menyelesaikan masalah namun juga dapat menerima dukungan moril maupun material yang dapat membantu individu.
C. Atlet Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) di Sumatera Utara
Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar( PPLP) merupakan suatu bagian dari sistem pembinaan prestasi olahraga yang integral melalui kombinasi antara pembinaan prestasi dengan jalur pendidikan formal di sekolah. PPLP didirikan sebagai salah satu alternatif untuk melakukan pembinaan dan pengembangan olahragawan pelajar potensial berbakat dengan minat yang tinggi di bidang
olahraga untuk dikembangkan guna mencapai prestasi optimal. Pendidikan dan Latihan Pelajar( PPLP) berdiri pada tahun 1984 di bawah naungan DEPDIKBUD.
Dan mulai tahun 2002 PPLP Sumut beralih dibawah naungan Dinas Pemuda dan Olahraga (DISPORA). Ciri yang paling menonjol dari proses pendidikan dan Latihan pada PPLP adalah mengkombinasikan antara sistem pembelajaran dengan sistem pelatihan olahragawan.
Saat ini Pendidikan dan Latihan Pelajar( PPLP) Sumatera Utara membina 13 cabang olahraga, yakni sepak bola, atletik, bola voli, gulat, pencak silat,angkat besi, judo, renang,tinju,tackwondo, karate, wushu, dan badminton. Atlet-atlet yang berada Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar( PPLP) Sumatera Utara berada pada rentan usia 13 tahun -18 tahun. Berdasarkan teori perkembangan yang dikemukakan oleh Hurlock (2008) rentan usia tersebut berada pada tahap remaja.
Masa remaja adalah masa peralihan dimana perubahan secara fisik dan psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Hurlock, 2008). Perubahan psikologis yang terjadi pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi, dankehidupan sosial. Hurlock mengemukakan beberapa ciri-ciri remaja yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran ,perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan, serta lebih dekat kepada teman sebaya.
Untuk prestasi, atlet PPLP Sumatera Utara banyak melahirkan atlet-atlet berbakat dan memiliki segudang prestasi. Bahkan diantara mereka banyak juga yang di panggil dan berlatih di Pelatras. Namun dua tahun terakhir prestasi PPLP Sumatera Utara dapat dikatakan menurun karena pada saat kejuaraan nasional antar PPLP mereka defisit mendali, bahkan PPLP Sumatera Utara tidak ada lagi yang terpantau untuk berlatih di pelatnas. Pada bulan Agustus lalu 2 atlet dari
cabang olahraga karate membawa pulang medali emas pada Kejurnas Karate PPLP, enam emas pada kejuaraan Taekwondo pada kejuaraan Taekwondo Piala Gubsu, dan baru-baru ini pada kejuaraan Popnas XIV yang diadakan bulan september lalu atlet PPLP juga berhasil membawa beberapa emas pada beberapa cabang olahraga, (PPLP,2017).Walaupun atlet-atlet PPLP berhasil meraih berbagai macam penghargaan dalam beberapa kejuaraan namun masih ada beberapa masalah yang sering timbul. Ada kalanya atlet-atlet tidak serius ketika melakukan latihan. Motivasi yang dimiliki atlet-atlet tersebut sering naik turun sehingga tentu saja akan mempengaruhi hasil akhirnya.
D. Peran Bentuk-bentuk Dukungan Sosial terhadap Motivasi Berprestasi pada Atlet Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP)
Pada dasarnya setiap manusia mempunyai kebutuhan untuk berprestasi.
Seperti atlet yang menekuni cabang olahraga tertentu pasti mempunyai keinginan untuk mencapai prestasi tertentu atau meraih kesuksesan. Tinggi rendahnya prestasi seseorang dipengaruhi oleh motivasi berprestasi orang tersebut. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Rathee & Singh (2011) bahwa motivasi berprestasi yang tingi merupakan faktor penting yang membedakan tinggi rendahnya performance pemain dalam tim olahraga.
Motivasi berprestasi merupakan elemen yang sangat penting dalam diri seorang atlet. Motivasi berprestasi merupakan keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu guna mencapai tujuan, penguat dalam pertandingan, dan memiliki ketekunan dalam berlatih.
Dorongan-dorongan itu yang memacu seseorang individu atau seorang atlet untuk
melakukan sesuatu sehingga tercipta tujuan yang di inginkannya. Untuk mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi bukan hal yang mudah. Seperti yang sudah di kemukakan oleh Suryabrata (2002) Motivasi berprestasi yang mereka dapat bisa melalui diri sendirinya (intrinsik) dan motivasi (ekstrinsik).
Motivasi dari dalam diri sendiri seperti giat belajar dan berlatih karena dia ingin lebih maju dalam kehidupan, ingin meningkatkan prestasi dan lain-lain.
Motivasi yang di dapat atlet dari luar seperti seorang atlet giat belajar dan berlatih karena terdorong oleh adanya perhatian dari orang tua atau teman, serta masukan- masukan dari pelatih, atau dukungan dana dari pengelola. Salah satu hal yang mempengaruhi motivasi berprestasi atlet adalah dukungan yang diperoleh (Iskandar, 2009). Menurut penelitian yang dilakukan Mc Auley (dalam Elita,2014) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah dukungan sosial. Dukungan-dukungan tersebut merupakan dukungan sosial yang bisa di dapatkan atlet dari orang di sekitarnya dan mempengaruhi seorang atlet untuk berprestasi.
Dukungan sosial yang diberikan kepada atlet bisa dalam berbagai bentuk.
Sarafino (2011), mengemukakan bahwa bentuk-bentuk dukungan sosial diantaranya adalah dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan persahabatan (companionship). Dukungan emosional yang dapat diberikan kepada atlet dapat dilakukan dengan cara memberikan perhatian dan empati, sehingga atlet merasa nyaman, tentram, merasa dicintai.
Sundari (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dukungan emosional akan memberikan perasaan dihargai dan atlet juga lebih bersemangat untuk ikut serta dalam meraih prestasi. Dukungan emosional diperoleh atlet melalui
keluarga, teman, pelatih, maupun penegelola PPLP. Misalnya ketika kelelahan karena berlatih maka atlet akan mendapatkan empati atau perhatian dari orang tua, saat atlet mengalami kegagalan dalam pertandingan maka atlet mendapatkan semangat dari pelatih sehingga memotivasi atlet untuk berprestasi di pertandingan selanjutnya.
Dukungan instrumental yang diberikan kepada atlet dapat dilakukan dengan cara memberikan bantuan dalam penyedian benda-benda dan layanan untuk memecahkan masalah praktis, aktivitas-aktivitas seperti menyediakan benda-benda seperti alat-alat kerja, meminjamkan uang dan membantu menyelesaikan tugas-tugas praktis. Dukungan instrumental yang diberikan kepada atlet berupa bantuan dana kepada setiap atlet untuk akomodasi pertandingan atau berupa bantuan tenaga yang diterima individu saat diperlukan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Anam (2007) bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang adalah pihak sekolah memberikan dukungan dalam bentuk pemberian fasilitas tempat latihan, pelatih dan beberapa sansak, serta memberikan biaya bebas uang SPP selama 3 bulan kepada atlet yang memperoleh juara I, 2 bulan untuk juara II, dan 1 bulan untuk juara III dalam suatu kejuaraan..
Dukungan informasi yang dapat diberikan kepada atlet adalah dengan memberikan masukan, saran, atau feedback dari setiap permainan.Salah satu bentuk dukungan informasi dapat diperoleh atlet dari pelatih seperti arahan, feedback setelah latihan atau pertandingan selesai, ataupun informasi tentang teknik-teknik olahraga. Individu membutuhkan bimbingan dan pengarahan dari orang lain yang lebih profesional seperti keluarga atau orang-orang disekitar
mereka agar potensi yang dimilik berkembang secara masksimal (Setyaningrum, 2015).
Dukungan yang terakhir adalah dukungan persahabatan (companionship) yang diberikan kepada atlet dengan saling berbagi, saling peduli sehingga atlet merasa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok. Dukungan ini menjadi penting dingat bahwa usia atlet Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) masih berusia muda atau remaja, mereka sedang mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa remaja konflik sering datang dan konflik yang dihadapi disebabkan karena adanya tuntutan yang (Hurlock, 2000). Tuntutan terbesar yang dialami oleh remaja yang akan meraih prestasi ke puncak adalah yang berkaitan dengan motivasi berprestasi yang dimiliki oleh atlet. Individu yang masih remaja ketika mendapatkan masalah maka mereka akan memilih untuk berbagi cerita dengan teman karena mereka menganggap bahwa teman sebaya lebih bisa memahami masalah mereka, lebih peduli dan menghargainya. Mereka saling mencari teman karena memahami bahwa mereka dalam nasib yang sama
Dengan ada beberapa bentuk-bentuk dukungan sosial dalam hal ini ada 4 bentuk dukungan sosial maka memberikan sumbangsih ataupun pengaruh yang berbeda pula pada atlet PPLP Sumatera Utara. Oleh karena itu bentuk-bentuk dukungan sosial sangat diperlukan pada atlet PPLP Sumatera Utara.
E. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Ada peran positif bentuk-bentuk dukungan sosial dengan motivasi
berprestasi pada atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara
A. Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dimana penelitian ini mengkuantifikasikan bentuk-bentuk dukungan sosial yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan persahabatan (companionship) terhadap motivasi berprestasi. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional orediktif, karena tujuan penelitian ini mengukur kekuatan antar variabel penelitian sehingga dapat diketahui seberapa besar bentuk-bentuk dukungan sosial diatas secara prediktif mempengaruhi motivasi berprestasi.
2. Variabel dan Definisi Variabel
Dalam sebuah penelitian perlu dilakukannya identifikasi terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian. Variabel yang hendak diukur dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel bebas merupakan variabel yang dianggap menjadi penyebab dari beberapa akibat dan variabel tergantung merupakan variabel yang dianggap akibat dari variabel bebas (Field, 2009).
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini ialah:
a. Variabel Bebas (Independent Variable) : Jenis-jenis dukungan sosial, yang terdiri dari dukungan emosi atau penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan persahabatan (companionship).
b. Variabel Tergantung (Dependent Variable) : Motivasi Berprestasi
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Motivasi Berprestasi
Menurut McClelland (1998), motivasi berprestasi didefinisikan sebagai usaha mencapai sukses atau berhasil dalam kompetisi dengan suatu ukuran keunggulan yang dapat berupa prestasi orang lain maupun prestasi sendiri. Aspek dari variabel motivasi berprestasi ini sebagai berikut :
a. Tanggung jawab
Atlet yang memiliki motivasi berprestasi tinggi merasa dirinya bertanggung jawab atas tugas yang dikerjakannya. Ia akan berusaha untuk menyelesaikan setiap tugas yang dilakukan dan tidak meninggalkan tugas itu sebelum ia berhasil menyelesaikannya
b. Mempertimbangkan resiko
Atlet dengan motivasi berprestasi tinggi mempertimbangkan resiko yang akan dihadapinya sebelum memulai pekerjaanya. Hasil akhir yang diterima atlet dari sebuah pertimbangan adalah konsekuensi dari usaha dan latihan yang dilakukannya.
c. Kreatif-inovatif
Atlet dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung bertindak kreatif, dengan mencari cara baru untuk menyelesaikan tugas seefisien dan seefektif mungkin. Atlet akan mencari tahu tentang seputar teknik-teknik- teknik baru dalam olahraga atau mencari tau pertandingan yang akan dihadapinya
d. Memperhatikan umpan balik
Atlet yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menerima pemberian umpan balik atas hasil kerja yang telah dilakukan. Umpan balik yang diberikan ini selanjutnya akan diperhatikan dan dilaksanakan untuk perbaikan hasil kerja yang akan datang.
e. Waktu penyelesaian tugas
Atlet dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan berusaha menyelesaikan setiap tugas dalam waktu secepat mungkin dan seefisien mungkin.
f. Memiliki tujuan yang realitik
Atlet dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan berusaha menyesuaikan waktu pada setiap tugas agar hasil tugas dapat diperoleh secara maksimal.
Semakin tinggi skor subjek maka semakin tinggi pula motivasi berprestasi atlet dan semakin rendah skor subjek maka akan semakin rendah pula motivasi berprestasi yang dimiliki subjek.
2. Dukungan Sosial
Sarafino membagi dukungan sosial kedalam 4 jenis yaitu : a. Dukungan emosi atau penghargaan
Meliputi empati, kepedulian, penghormatan positif dan semangat kepada seseorang. Dukungan emosi memberikan rasa nyaman, jaminan, kepemilikan dan dicintai ketika atlet berada dalam kondisi cemas sebelum bertanding. Dukungan emosi membantu atlet memiliki rasa kompetensi dan semangat sebelum bertanding. Semakin tinggi skor dukungan
emosional maka akan semakin tinggi dukungan emosional yang diterima atlet. Sedangkan jika skor semakin rendah, maka akan semakin rendah dukungan emosional yang dirasakan atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara.
b. Dukungan instrumental
Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung dapat berupa jasa, waktu, atau uang. Misalnya pinjaman uang bagi individu atau menghibur saat individu mengalami stress. Dukungan ini mengacu pada penyedian benda-benda dan layanan untuk memecahkan masalah praktis, aktivitas- aktivitas seperti menyediakan benda-benda seperti alat-alat kerja, meminjamkan uang dan membantu menyelesaikan tugas-tugas praktis.
Semakin tinggi skor dukungan instrumental maka akan semakin tinggi dukungan emosional yang diterima atlet. Sedangkan jika skor semakin rendah, maka akan semakin rendah dukungan instrumental yang dirasakan atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara.
c. Dukungan informasi
Meliputi memberikan nasihat, arahan, saran atau umpan balik mengenai bagaimana orang tersebut bekerja, contohnya seorang atlet sepak bola mendapat informasi tentang teknik-teknik bermain sepak bola. Dukungan ini membantu individu mengatasi masalah yang dihadapi, informasi tersebut diperlukan untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah secara praktis. Semakin tinggi skor dukungan informasi maka akan semakin tinggi dukungan informasi yang diterima atlet. Sedangkan jika skor semakin rendah, maka akan semakin rendah dukungan informasi
yang dirasakan atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara.
d. Dukungan persahabatan (companionship)
Mengacu pada ketersedian orang lain untuk menghabiskan waktu bersama orang tersebut, dengan demikian memberikan perasaan keanggotaan dalam kelompok untuk berbagi ketertarikan dan aktivitas sosial. Dukungan ini dapat berupa menghabiskan wkatu bersama dalam aktivitas-aktivitas rekreasional di waktu senggang, juga bisa berbentuk lelucon, membicarakan minat dan melakukan kegiatan yang mendatangkan kesenangan. Semakin tinggi skor dukungan persahabatan (companionship) maka akan semakin tinggi dukungan persahabatan (companionship) yang diterima atlet. Sedangkan jika skor semakin rendah, maka akan semakin rendah dukungan persahabatan (companionship) yang dirasakan atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara.
C. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Hadi (2000) mengemukakan bahwa populasi dibatasi oleh sejumlah subjek dengan sedikitnya memiliki satu karakteristik yang sama. Pada penelitian ini, karakteristik populasi yang digunakan peneliti adalah seluruh Atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 120 orang.
Namun pada saat penelitian berlangsung jumlah subjek hanya 100 orang
dikarenakan 20 atlet sedang berada di luar kota mengikuti pertandingan, sehingga skala yang dikembalikan hanya berjumlah 100 skala.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data diperlukan dalam usaha mengumpulkan data penelitian. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan skala. Skala merupakan suatu alat atau metode pengumpulan data yang terdiri dari seperangkat pertanyaan yang disusun untuk mengungkap atribut tertentu melalui respon yang diberikan subjek terhadap pertanyaan tersebut (Azwar, 2012).
Dalam penelitian ini, digunakan dua buah skala yaitu skala Motivasi berprestasi dan dukungan sosial. Format skala akan menggunakan model skala Likert dimana nantinya akan ada sejumlah dimensi/item-item yang akan diuraikan kedalam bentuk favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung) dengan lima kategori jawaban interval yang terdiri dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Nilai dari setiap pilihan akan bergerak dari angka 1 sampai 5. bobot penilaian untuk pernyataan favorable adalah SS=5, S=4, N=3, TS=2, STS=1, sedangkan untuk pernyataan unfavorable, bobot penilaiannya adalah SS=1, S=2, N=3, TS=4, STS=5.
1. Skala Motivasi Berprestasi
Tabel blueprint skala motivasi berprestai diukur dengan berdasarkan teori McClelland. Aitem-aitem dalam skala motivasi berprestasi merupakan
pernyataan yang terdiri dari lima pilihan jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral (N), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
Tabel 3.1. Blue Print Skala Motivasi Berprestasi
No Dimensi Aitem
Favourable
Aitem Unfavourable
Jumlah Aitem
Bobot
1. Tanggung jawab 1,2, 13,14 4 16,6%
2. Mempertimbangkan
resiko 3,4 15,16 4 16,6%
3. Kreatif-inofatif 5,6 17,18 4 16,6%
4. Memperhatikan
Umpan Balik 7,8 19,20 4 16,6%
5. Waktu penyelesaian
tugas 9,10 21,22 4 16,6%
6. Tugas yang realistik 11,12 23,24 4 16,6%
Total 24 100%
2. Skala Dukungan Sosial
Metode pengumpulan data untuk dukungan sosial dengan menggunakan skala dukungan sosial yang dikembangkan berdasarkan skala yang disusun oleh Sarafino. Skala tersebut terdiri dari empat dimensi yaitu; dukungan emosi atau penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan persahabatan (companionship). Aitem-aitem dalam skala keadilan organisasi merupakan pernyataan yang terdiri dari lima pilihan jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral (N), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
Tabel 3.2. Blue Print Skala Dukungan Sosial
No. Dimensi Aitem
Favourable
Aitem
Unfavorable Jumlah Bobot 1. Dukungan
Emosional 1,3,5,7 2,4,6,8 8 25%
2. Dukungan
Instrumental 9,11,15,16 10,12,13,14 8 25%
3. Dukungan
Informasi 17,19,21,23 18,20,22,24 8 25%
4.
Dukungan persahabatan (companionship)
25,27,29,31,32 26,28,30 8 25%
Total 32 100%
E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian 1. Validitas Alat Ukur Penelitian
Azwar (2013) mendefinisikan validitas sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukuran akan dikatakan valid jika hasil pengukurannya sesuai dengan tujuan dari pengukuran tersebut. Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi atau content validity, yaitu validitas yang tidak dilakukan melalui perhitungan secara statistika, namun melalui analisis logika (Azwar, 2013).Maka dari itu, validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini diuji berdasarkan pendapat dari para ahli (professional judgement) dengan dosen pembimbing dalam pemilihan aitem untuk menyadari adanya kalimat- kalimat yang ambigu.
2. Uji Daya Beda Aitem
Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana item mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atribut
dengan yang tidak memiliki atribut yang akan diukur. Atau dengan kata lain, memilih item yang mengukur hal yang sama dengan yang diukur oleh tes sebagai keseluruhan (Azwar, 2012).
Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi item total yang dapat dilakukan dengan menggunakan formula koefisien korelasi Pearson Product Moment (Azwar, 2012). Aitem dianggap memuaskan bila koefisien korelasi
minimal 0,25. Namun ketika aitem memiliki indeks daya diskriminasi sama dengan atau lebih besar daripada 0,25 jumlahnya melebihi jumlah aitem yang direncanakan untuk dijadikan skala, maka dapat memiliki aitem dengan daya diskriminasi tertinggi.
3. Reliabilitas Alat Ukur Penelitian
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama (Azwar, 2013). Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konsistensi internal (Cronbach’s alpha coeffecient), yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi antar aitem atau antar bagian dalam skala.
Semakin koefisien reliabilitas mendekati angka 1.00, menunjukkan semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya, semakin koefisien reliabilitas mendekati angka 0.00, berarti semakin rendah reliabilitasnya. Untuk menguji reliabilitas ini, peneliti menggunakan bantuan program SPSS version 17.0 for Windows.
F. Hasil Uji Coba Alat Ukur
Menurut Azwar (2012) uji coba alat ukur digunakan untuk mengetahui seberapa jauh alat ukur dapat mengukur dengan tepat apa yang akan diukur dan seberapa jauh alat ukur dapat menunjukkan kecermatan pengukuran.
1. Hasil uji coba skala Motivasi Berprestasi
Pada skala Motivasi Berprestasi, jumlah aitem yang diteliti adalah 24 aitem dan dari 24 aitem tersebut memenuhi kriteria. Hasilnya 24 aitem tersebut memiliki harga kritik diatas 0,25. Koefisien korelasi aitem yang diperoleh berkisar antara rxy : 0,275 sampai dengan rxy : 0,579 dan reliabilitas alat ukur Motivasi Berprestasi (rxx) sebesar 0,881.
Tabel 3.3
Distribusi Aitem Motivasi Berprestasi Setelah Uji Coba
No Dimensi Aitem
Favourable
Aitem Unfavourable
Jumlah
Aitem Bobot
1. Tanggung jawab 1,2, 13,14 4 16,6%
2. Mempertimbangkan
resiko 3,4 15,16 4 16,6%
3. Kreatif-inofatif 5,6 17,18 4 16,6%
4. Memperhatikan
Umpan Balik 7,8 19,20 4 16,6%
5. Waktu penyelesaian
tugas 9,10 21,22 4 16,6%
6. Tugas yang realistik 11,12 23,24 4 16,6%
Total 24 100%
2. Hasil uji coba skala Dukungan Sosial
Pada skala dukungan sosial, jumlah aitem yang diteliti adalah 32 aitem dan dari 32 aitem diperoleh 25 aitem yang memenuhi kriteria dan 7 aitem yang gugur.
Kemudian dari 25 aitem kemudian dianalisa kembali dan hasilnya 25 aitem tersebut memiliki harga kritik diatas 0,25 dengan kisaran koefisien korelasi rxy:
0,276 sampai dengan rxy: 0,460 dan reliabilitas alat ukur (rxx) sebesar 0,838.
Setelah membuang aitem yang gugur, berikut merupakan blue print skala dukungan sosial setelah uji coba.
Tabel 3.4
Distribusi Aitem Dukungan Sosial Setelah Uji Coba
No. Dimensi Aitem
Favourable
Aitem
Unfavorable Jumlah Bobot 1. Dukungan
Emosional 1,3,5,7 4,6,8 7 28%
2. Dukungan
Instrumental 9,11,15,16 10,14 6 24%
3. Dukungan Informasi 19,21,23 18,22 5 20%
4.
Dukungan persahabatan (companionship)
25,27,29,31,32 26,30 7 28%
Total 25 100%
G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian dan tahap pengolahan data.
1. Tahap Persiapan Penelitian a. Pencarian Refrensi
Peneliti mengumpulkan informasi berbentuk data maupun teori terkait dengan kedua varibael yang akan diukur, yaitu Motivasi Berprestasi dan dukungan sosial. setelah informasi tersebut terkumpul kemudian akan menghasilkan sejumlah penjelasan yang menjadi acuan dalam penelitian.
Peneliti juga menggunakan buku dan jurnal sebagai refrensi untuk pengembangan penelitian