• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum

3. Uji One Sample Kolmogorov Smirnov Tabel 4.2

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

CSR DER PBV

N 75 75 75

Normal Parameters (a,b) Mean 2.8887 2.0430 .3177

Std. Deviation .39363 .26303 .63082 Most Extreme Differences Absolute .141 .079 .078 Positive .141 .079 .078 Negative -.066 -.071 -.055 Kolmogorov-Smirnov Z 1.222 .680 .673

Asymp. Sig. (2-tailed) .101 .744 .755

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Dari tabel hasil analisis Kolmogorov-Smirnov di atas menunjukkan bahwa CSR 0,101, DER 0.744, dan PBV 0.755. Besarnya nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 yang berarti data ini berdistribusi normal.

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk melihat apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya kolerasi (hubungan) antara variabel independen. Uji multikolinieritas dilakukan dengan melihat Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai Cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance > 0,1 sedangkan nilai Variance Inflation Factor (VIF)

< 10. Dari hasil pengujian model regresi diperoleh hasil untuk masing-masing variabel sebagai berikut:

Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas Coefficients(a) Model T Sig. Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) 1.630 .107 CSR .968 .336 .629 1.589 DER 1.490 .141 .629 1.589 a Dependent Variable: PBV

Sumber:Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Dari tabel 4.3 diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikoloniearitas dalam penelitian ini. Karena nilai tolerance dari setiap variabel independen lebih besar dari 0,10 (Tolerance > 0,10) dan nilai VIF lebih kecil dari dari 10 (VIF < 10).

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari heteroskedastisitas. Untuk melihat apakah terjadi heteroskedasitas atau tidak, maka dapat dilihat melalui grafik Scatterplot berikut.

Sumber: Hasil Penelitian

Gambar 4.3 Grafik Scatterplot

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu dan tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

4.2.2.4 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Dalam penelitian ini digunakan Uji Durbin-Watson untuk menguji ada tidaknya masalah autokorelasi.

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summary(b) Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .173(a) .030 .003 .62986 1.970

a Predictors: (Constant), DER, CSR b Dependent Variable: PBV

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Pada hasil Uji Autokorelasi dalam tabel 4.4 menunjukkan nilai statistik Durbin-Watson (DW) sebesar 1.970 dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel 75 (n) dan jumlah variabel independen 2 (k = 2). Pada penelitian ini diperoleh nilai batas atas (du) sebesar 1,6802 dan (4-du) = 4 - 1,6802 = 2,3198. Maka persamaannya menjadi 1,6802 < 1,970 < 2,3198. Sehingga dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi diantara periode yang satu dengan periode yang lainnya. 4.3Analisis Regresi Berganda

Hasil analisis regresi berganda dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini: Tabel 4.5

Hasil Analisis Regresi Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) .359 .547 .657 .513

Dari tabel 4.5 di atas dapat disusun Persamaan Regresi Berganda sebagai berikut :

Y = 0.359 – 0.014 CSR + e

Dari persamaan yang diatas dapat diketahui bahwa apabila nilai CSR menurun maka akan menurunkan nilai PBV.

4.3.1 Uji Hipotesis 4.3.1.1 Uji t

Ghozali (2011) menyatakan bahwa Uji t digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian ini juga dapat menggunakan pengamatan nilai signifikan t pada tingkat α yang digunakan (penelitian ini menggunaka tingkat α sebesar 5%). Berdasarkan hasil pengelolahan SPSS versi 17 pada table 4.6 diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.6

Hasil Uji t Coefficients Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .359 .547 .657 .513 CSR -.014 .188 -.009 -.077 .939 a Dependent Variable : PBV

Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Kriteria pengambilan keputusan menggunakan taraf nyata 5% untuk uji dua arah (α/2 = 0,05/2 = 0,025) dengan derajat bebas (df)

= n-k = 75 – 2 = 73. Nilai ttabel dengan taraf nyata α/2 = 0,025 dan df = 73 adalah sebesar 1,993. Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diperoleh bahwa Pengujian CSR terhadap Nilai Perusahaan menunjukkan thitung adalah -0,077 < ttabel 1,993 dan signifikansi ,939 > 0,05. Dapat disimpulkan bahwa, secara parsial CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian H1 ditolak.

4.3.1.2 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi pada intinya digunakan untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Menurut Ghozali (2011), nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Tabel 4.7

Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary(b) Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .173(a) .030 .003 .62986 1.970

Berdasarkan Uji Koefisien Determinasi pada tabel 4.7 bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,003 berarti sebesar 0.3% yang berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel CSR dan DER. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 99.7% (100% - 0.3%) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar penelitian ini.

4.3.2 Uji Nilai Selisih Mutlak

Penelitian ini menggunakan variable pemoderasi dengan uji nilai selisih mutlak. Variabel moderating adalah variabel independen yang akan memperlemah hubungan atau memperkuat hubungan antara variable independen lainnya terhadap variable dependen. Uji nilai selisih mutlak lebih disukai karena ekspektasinya sebelumnya berhubungan dengan kombinasi antara X1 dan X2 dan berpengaruh terhadap Y. Sehingga pada penelitian ini dapat di formulasikan sebagai berikut:

PBV = a+b1 CSR + b2 DER + b3 |CSR-DER|+e Tabel 4.8

Hasil Regresi Variabel Moderasi

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta B Std. Error 1 (Constant) 2.738 3.025 .905 .368

CSR -.384 .663 -.240 -.579 .564

DER -.668 .673 -.278 -.993 .324

CSR*DER .000 .001 .083 .253 .801

a Dependent Variable: PBV

PBV = 2.738 – 0,384 CSR – 0,668 DER + 0,000 CSR*DER+ e a) konstanta sebesar 2.378 menunjukkan bahwa apabila variabel independen

(CSR, DER, CSR*DER=0) maka nilai PBV sebesar 2.378.

b) β1 sebesar -0.384 menunjukkan bahwa setiap kenaikan CSR sebesar 1% akan diikuti oleh penurunan PBV sebesar 0.384 dengan asumsi variabel lain tetap.

c) β2 sebesar -0.668 menunjukkan bahwa setiap kenaikan DER sebesar 1% akan diikuti oleh penurunan PBV sebesar 0.668 dengan asumsi variabel lain tetap.

d) β3 sebesar 0,000 menunjukan bahwa setiap kenaikan CSR*DER sebesar 1% sebagai variabel moderating akan melemahkan hubungan antara CSR dan PBV sebesar 0,000

Untuk hasil pengujian hipotesis uji t adalah sebagai berikut:

a) CSR diperoleh t hitung = -0,579 dengan signifikansi 0,564 > 0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap PBV.

b) DER diperoleh t hitung = -0,993 dengan signifikansi 0,324 > 0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel DER tidak berpengaruh signifikan terhadap PBV.

c) Variabel moderating (CSR*DER) diperoleh t hitung = 0,253 dengan signifikansi 0,801. Hal ini menunjukan bahwa Varibel DER sebagai variabel moderating tidak berpengaruh signifikan terhadap PBV.

Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa DER tidak mampu memoderasi hubungan antara CSR dengan PBV. Dengan demikian H2 ditolak.

4.4Pembahasan Hasil Penelitian

Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan terjamin tumbuh secara berkelanjutan (sustainable) apabila perusahaan memperhatikan dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup karena keberlanjutan merupakan keseimbangan antara kepentingan-kepentingan ekonomi, lingkungan dan masyarakat. Dengan adanya praktik CSR yang baik, diharapkan nilai perusahaan akan dinilai dengan baik oleh investor.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jumlah dana CSR sebagai tolak ukur yang mempengaruhi nilai perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR) menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Artinya bahwa penerapan dana CSR di dalam perusahaan bukan merupakan faktor yang menentukan nilai perusahaan dikarenakan para investor melihat aktivitas nyata yang dilakukan perusahaan untuk melakukan program CSR. Dengan kata lain bahwa investor hanya melihat kinerja perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan bukan dengan jumlah modal yang dialokasikan perusahaan. Dengan demikian H1 ditolak. karena kualitas pengungkapan dana CSR pada perusahaan yang terdaftar di BEI untuk tahun 2012-2014 sangat rendah. Dengan demikian kualitas pengungkapan dana CSR di dalam perusahaan menjadi faktor yang menyebabkan CSR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan faktor yang menyebabkan CSR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan hal ini dapat dilihat dari Tabel 4.6 diperoleh bahwa Pengujian CSR terhadap Nilai Perusahaan menunjukkan thitung adalah -0,077 < ttabel 1,993 dan signifikansi 0,939 > 0,05. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Frihatni (2014) yang meneliti mengenai Efek Moderasi Profitabilitas Terhadap Hubungan Corporate Social Responsibility Dengan Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang menyatakan bahwa CSR (Corporate Social Responsibility) berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.

Hasil pengujian variabel pemoderasi dengan menggunakan uji selisih nilai mutlak menunjukkan bahwa variabel DER tidak mampu memoderasi hubungan antara CSR dengan PBV. Dengan kata lain, DER tidak dapat memperlemah atau memperkuat hubungan antara CSR dengan PBV. Variabel Struktur Modal (DER) memiliki nilai minimum 3,21, nilai maksimum 13,24, nilai rata-rata (mean) 7,9733 dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai DER tersebut sudah berada diatas standar rata-rata industri yaitu 9%. Semakin tinggi rasio ini akan menunjukkan kinerja yang buruk bagi perusahaan. Apabila DER yang tinggi mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja perusahaan karena tingkat utang yang semakin tinggi berarti beban bunga akan semakin besar yang berarti mengurangi keuntungan. Hal ini juga dapat dilihat dari Tabel 4.8 dimana variabel moderating (CSR*DER) diperoleh t hitung = 0,253 dengan signifikansi 0,801 > 0,05. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2012) mengenai Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Struktur Modal Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, yang mengungkapkan bahwa kebijakan struktur modal mampu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait