• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Regresi Linear Berganda Persamaan I

2. Uji-F Persamaan I Trial 2

Uji-F bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebas secara simultan dapat diterima menjadi model penelitian terhadap variabel terikat.

Bentuk pengujian uji-F adalah H1 diterima, jika minimal ada satu

n ≠ 0, artinya seluruh variabel bebas secara simultan dapat diterima

menjadi model penelitian terhadap variabel terikat. Sedangkan H0

diterima, jika n = 0, artinya seluruh variabel bebas secara simultan

tidak dapat diterima menjadi model penelitian terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusan uji-F adalah pada = 5% = 0,05 dan nilai Ftabel = F (v1;v2) = F0,05(v1;v2). Nilai v1 = k - 1 dan nilai v2 = N - k. Kriteria pengambilan keputusan uji-F adalah H1 diterima, jika Fhitung > Ftabel. Sedangkan H0 diterima, jika Fhitung ≤ Ftabel.

e. Uji R2

Uji R2 bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, dan juga untuk mengetahui seberapa besar

Armando Akselanor : Pengaruh Variabel Teknikal Terhadap Pergerakan Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

ukuran kedekatan antara nilai prediksi dengan nilai sesungguhnya dari variabel terikat.

Nilai R2 terletak antara 0 dan 1 atau 0 < R2 < 1, di mana semakin tinggi nilai R2 suatu model regresi linear berganda atau semakin mendekati 1, maka hasil model regresi linear berganda tersebut akan semakin baik. Hal ini berarti variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel terikat. Nilai R2 digunakan dalam suatu model regresi linear berganda jika hanya terdapat 1 variabel bebas. Agar penilaian menjadi lebih baik dan tidak bias karena adanya penambahan variabel bebas, maka digunakan Adjusted R2. Adjusted R2 adalah R2 yang telah dibebaskan dari pengaruh derajat kebebasan, sehingga benar-benar menunjukkan bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Armando Akselanor : Pengaruh Variabel Teknikal Terhadap Pergerakan Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Naftali (2006) melakukan penelitian dengan judul ”Studi Empiris Mengenai Pengaruh Variabel Teknikal Terhadap Harga Saham Perusahaan go public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Variabel teknikal yang digunakan adalah harga saham penutupan 1, 2, 3, 4 dan 5 hari transaksi sebelumnya sebagai X1, X2, X3, X4 dan X5, volume perdagangan 1, 2, 3, 4 dan 5 hari transaksi sebelumnya sebagai X6, X7, X8, X9 dan X10 dan indeks saham individu 1, 2, 3, 4 dan 5 hari transaksi sebelumnya sebagai X11, X12, X13, X14 dan X15. Hasil akhir penelitian dirumuskan dalam 2 persamaan yang terdiri dari persamaan I yaitu Y = 1,017X1 - 0,054X2 + 0,024X3 + 0,012X5 dan persamaan III yaitu Y = 0,222X15. Persamaan I menunjukkan bahwa variabel harga saham penutupan 1 (X1), 2 (X2), 3 (X3) dan 5 (X5) hari transaksi sebelumnya dibuktikan berpengaruh terhadap harga saham (Y). Persamaan III menunjukkan bahwa indeks saham individu 5 (X15) hari transaksi sebelumnya dibuktikan berpengaruh terhadap harga saham (Y). Persamaan I mempunyai nilai Adjusted R Square = 1,000 = 100%. Persamaan III mempunyai nilai Adjusted R Square = 0,049 = 4,9%. Hal tersebut menunjukkan bahwa persamaan I sangat baik dalam memprediksi pergerakan harga saham (Y).

Nasution (2006) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor Fundamental dan Teknikal Terhadap Harga Saham Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Faktor teknikal yang digunakan adalah volume perdagangan dan indeks harga saham individu. Hasil akhir penelitian menunjukkan bahwa faktor teknikal secara simultan berpengaruh signifikan

Armando Akselanor : Pengaruh Variabel Teknikal Terhadap Pergerakan Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

terhadap harga saham, sedangkan faktor teknikal secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

B. Harga Saham

Harga saham tidak dapat diramalkan secara pasti. Harga saham di pasar modal sangat ditentukan oleh kekuatan permintaan (demand) dan penawaran (supply). Semakin banyak investor yang membeli saham, maka harga saham tersebut akan tinggi.

Harga saham di dalam perdagangan dan investasi adalah harga yang mengacu pada harga saham terkini dalam perdagangan saham. Indikator harga saham menggambarkan banyak hal tentang apa yang sebenarnya pada saat ini sedang terjadi di antara pembeli dan penjual. Indikator harga saham bukan hanya menggambarkan harga pasar, tetapi juga menggambarkan siapa yang saat ini sedang memegang kendali di pasar modal. Informasi terbaru yang masuk ke pasar modal akan menyebabkan investor membeli atau menjual saham. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pergerakan harga. Dengan membandingkan harga saham saat ini dengan harga saham masa lalu, dapat disimpulkan bahwa informasi tersebut memberi dampak positif atau negatif terhadap harga saham di pasar modal (McDowell, 2008:115).

Harga saham dapat berubah naik atau turun dalam hitungan yang sangat cepat. Harga saham tersebut dapat berubah hanya dalam hitungan menit, bahkan dalam hitungan detik. Kondisi tersebut sangat mungkin terjadi, karena hal ini disebabkan oleh banyaknya pesanan investor yang diproses oleh floor trader ke dalam

Armando Akselanor : Pengaruh Variabel Teknikal Terhadap Pergerakan Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Indonesia terdapat lebih dari 400 terminal komputer, di mana floor trader memproses pesanan yang diterima dari investor.

Istilah harga saham yang tertera pada monitor untuk memantau perdagangan saham, yaitu (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:131):

1. Previous Price. Previous price menunjukkan harga saham saat penutupan pada hari sebelumnya.

2. Open atau Opening Price. Open atau opening price menunjukkan harga saham saat pembukaan sesi I perdagangan pada jam 09:30 WIB pagi. 3. High atau Highest Price. High atau highest price menunjukkan harga

tertinggi atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.

4. Low atau Lowest Price. Low atau lowest price menunjukkan harga terendah atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.

5. Last Price. Last price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham.

6. Change. Change menunjukkan selisih antara harga saham pembukaan dengan harga saham terakhir yang terjadi.

7. Close atau Closing Price. Close atau closing price menunjukkan harga saham saat penutupan sesi II perdagangan pada jam 16:00 WIB sore.

Armando Akselanor : Pengaruh Variabel Teknikal Terhadap Pergerakan Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

C. Volume Perdagangan

Volume perdagangan adalah jumlah saham atau surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal selama periode yang telah ditentukan. Volume perdagangan merupakan salah satu variabel dari harga, karena volume perdagangan menggambarkan jumlah aktifitas perdagangan. Menggunakan volume perdagangan bersama dengan harga memungkinkan investor mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi di pasar modal (McDowell, 2008:119).

Terdapat beberapa prinsip dalam penafsiran volume perdagangan, yaitu (Dow dalam Pring, 2002:40):

1. Prinsip yang paling utama adalah bahwa volume perdagangan sejalan dengan tren. Aktifitas perdagangan akan meningkat pada saat pasar sedang

uptrend dan aktifitas perdagangan akan menurun pada saat pasar sedang downtrend. Hal ini berarti bahwa volume perdagangan dapat digunakan

untuk memprediksi tren pasar saat ini.

2. Aktifitas pembeli dan penjual di pasar modal sangat mempengaruhi harga saham. Misalnya jika seorang penjual bereaksi terhadap suatu berita buruk kemudian menjual sahamnya, maka hal ini akan mendorong harga saham turun.

3. Harga yang meningkat dan volume perdagangan yang menurun adalah kondisi tidak normal dan mengindikasikan bahwa tren yang terjadi tidak kuat dan akan mengalami perubahan. Aktifitas seperti ini biasanya merupakan tren menurun (bearish) dan merupakan salah satu hal yang harus diperhitungkan. Hal yang harus diperhitungkan adalah bahwa volume perdagangan mengukur antusiasme pembeli dan penjual. Pasar

Armando Akselanor : Pengaruh Variabel Teknikal Terhadap Pergerakan Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

yang sedang uptrend dengan volume perdagangan yang rendah dapat disebabkan oleh kurangnya para penjual dibandingkan dengan antusiasme pembeli. Cepat atau lambat hal ini akan mendorong pasar mencapai harga yang membuat penjual bersedia menjual saham.

D. Indeks Saham

Untuk memberikan informasi lengkap tentang kondisi bursa saham kepada investor dan publik, Bursa Efek Indonesia telah menyebarkan informasi tentang pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik. Indeks saham merupakan salah satu indikator pergerakan harga saham. Salah satu fungsi indeks adalah sebagai indikator tren pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi tren pasar ketika sedang aktif maupun sedang lesu (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:167).

Terdapat 6 jenis indeks saham di Bursa Efek Indonesia, yaitu (www.vibiznews.com, 14 September 2008):

1. Indeks Harga Saham Individu (IHSI)

Indeks Harga Saham Individu (IHSI) atau indeks saham individu adalah indeks masing-masing harga pasar saham terhadap harga dasar saham.

2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkenalkan tanggal 1 April 1983. IHSG mencakup seluruh pergerakan harga saham dari berbagai jenis saham, baik saham biasa maupun saham preferen, yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Armando Akselanor : Pengaruh Variabel Teknikal Terhadap Pergerakan Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009 3. Indeks Sektoral

Indeks sektoral diperkenalkan tanggal 2 Januari 1996. Indeks sektoral merupakan bagian dari IHSG. Semua perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia diklasifikasikan dalam 9 sektor berdasarkan klasifikasi industri. Klasifikasi ini ditetapkan oleh Jakarta Stock Exchange Industrial

Classification (JASICA).

4. Indeks LQ45

Indeks LQ45 diperkenalkan tanggal 13 Juli 1994. Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui seleksi beberapa kriteria tertentu, sehingga indeks ini terdiri dari saham yang mempunyai kriteria likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar tinggi. Untuk menjamin kewajaran dalam seleksi saham, maka Bursa Efek Indonesia memiliki Komite Penasehat. Komite Penasehat ini terdiri dari kalangan praktisi, akademisi dan profesional independen di bidang pasar modal.

5. Indeks Syariah (Jakarta Islamic Index)

Indeks syariah (Jakarta Islamic Index) diperkenalkan tanggal 1 Januari 1995. Indeks syariah diluncurkan pertama kali oleh Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Investment Management. Kriteria indeks syariah didasarkan pada syariah Islam. Indeks syariah terdiri dari 30 saham.

6. Indeks Papan Utama (Main Board Index) dan Indeks Papan Pengembangan (Development Board Index)

Peraturan baru di bidang sistem pencatatan indeks di Bursa Efek Indonesia diperkenalkan tanggal 13 Juli 2000, yaitu sistem pencatatan indeks 2 papan.

Armando Akselanor : Pengaruh Variabel Teknikal Terhadap Pergerakan Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Sistem pencatatan indeks 2 papan bertujuan mendorong bursa saham supaya lebih aktif dan juga untuk memulihkan kepercayaan publik kepada pasar modal melalui penyusunan pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate

governance).

Papan utama terdiri dari perusahaan besar dengan kriteria kinerja (track

record) yang baik. Sedangkan papan pengembangan terdiri dari perusahaan

yang belum memenuhi kriteria dalam papan utama, tetapi perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik. Selain itu, papan pengembangan juga terdiri dari perusahaan yang mengalami restrukturisasi dan pemulihan performa.

Dalam rangka memberikan informasi lengkap tentang indikator untuk mengawasi saham yang masuk dalam kategori setiap papan, maka tanggal 8 April 2002 Bursa Efek Indonesia memperkenalkan 2 indeks baru, yaitu indeks papan utama dan indeks papan pengembangan. Kedua indeks tersebut menggunakan metode perhitungan yang sama seperti indeks lainnya yaitu menggunakan pembobotan berdasarkan komposisi kapitalisasi pasar. Tanggal dasar untuk perhitungan kedua indeks tersebut adalah tanggal 28 Desember 2001 dengan nilai dasar 100. Pada tanggal tersebut, 24 saham tercatat di papan utama dan 287 saham tercatat di papan pengembangan. Komposisi kapitalisasi pasar untuk kedua indeks tersebut adalah 62% untuk perusahaan kategori papan utama dan 38% untuk perusahaan kategori papan pengembangan.

E. Analisis Fundamental

Analisis fundamental menggunakan data ekonomi dan berita dalam menganalisis pasar modal. Misalnya, analisis fundamental tentang kurs mata

Armando Akselanor : Pengaruh Variabel Teknikal Terhadap Pergerakan Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

uang, maka analisis ini akan berfokus hanya pada hal tertentu saja, seperti tingkat inflasi relatif, tingkat bunga, tingkat pertumbuhan ekonomi dan faktor politik. Dalam menganalisis suatu saham, fundamentalis akan melihat pada laporan keuangan, nilai, pendapatan, kewajiban, manajemen, operasional, persaingan dan data relatif lainnya. Analisis fundamental kerapkali sangat kontras dengan analisis teknikal. Beberapa investor menggunakan salah satu di antara keduanya, bahkan ada juga yang menggunakan kombinasi dari keduanya (McDowell, 2008:270).

Analisis fundamental adalah salah satu analisis saham yang menggunakan data fundamental dan data faktor eksternal yang berhubungan dengan perusahaan. Data fundamental yang dimaksud adalah data keuangan, data pangsa pasar, siklus bisnis dan lain-lain. Sedangkan data faktor eksternal yang dimaksud adalah kebijakan pemerintah, tingkat bunga, inflasi dan lain-lain. Analisis fundamental merupakan analisis penilaian perusahaan, dengan kesimpulan apakah saham perusahaan tersebut layak dibeli atau tidak (Dedhy dan Liliana, 2007:8).

Analisis fundamental memiliki horizon jangka panjang. Analisis fundamental selain menggunakan data historis, juga menggunakan data masa depan yang terdiri dari estimasi pertumbuhan perusahaan, estimasi perubahan ekonomi di masa depan, estimasi resiko dan berbagai jenis estimasi lain, yang dianggap dapat mempengaruhi kinerja dan kelangsungan perusahaan. Analisis fundamental menggunakan banyak variabel yang ditentukan berdasarkan judgement walaupun juga menggunakan pendekatan kuantitatif dalam proses analisisnya. Akibatnya, meskipun beberapa fundamentalis menggunakan metode analisis fundamental dengan cara yang sama, hasilnya bisa saja berbeda. Selain itu, tidak semua investor mendapatkan informasi yang lengkap, sehingga jika hanya mengandalkan

Armando Akselanor : Pengaruh Variabel Teknikal Terhadap Pergerakan Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

analisis fundamental saja dapat terjadi kesalahan investasi akibat kurangnya informasi.

F. Analisis Teknikal

Analisis teknikal adalah metode peramalan pergerakan harga saham berdasarkan pada studi terhadap harga saham historis, indeks saham individu dan volume. Teknisi menggunakan chart untuk mendeteksi pola pasar. Analisis teknikal kerapkali sangat kontras dengan analisis fundamental. Beberapa investor menggunakan salah satu di antara keduanya, bahkan ada juga yang menggunakan kombinasi dari keduanya (McDowell, 2008:281).

Penggunaan analisis teknikal lebih populer dibandingkan dengan analisis fundamental, karena analisis teknikal dapat dipelajari dalam waktu yang relatif singkat. Biasanya, dasar analisis fundamental membutuhkan lebih banyak waktu untuk dipelajari. Sementara, dasar analisis teknikal dapat dipelajari hanya dalam beberapa jam saja (Smith, 1985:119).

Terdapat beberapa asumsi, baik yang mendukung dan yang meragukan analisis teknikal, yaitu (Murphy (1999) dan Luca (2000) dalam Dedhy dan Liliana, 2007:5):

1. Asumsi yang Mendukung Analisis Teknikal a. Market Price Discounts Everything

Pengguna analisis ini percaya bahwa semua peristiwa bisa berpengaruh terhadap harga saham. Peristiwa tersebut akan tercermin pada harga sahamnya. Hal ini terjadi karena harga pasar saham tersebut secara alami ditentukan oleh permintaan dan penawaran investor. Jika mayoritas

Armando Akselanor : Pengaruh Variabel Teknikal Terhadap Pergerakan Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

investor memiliki persepsi yang buruk terhadap suatu saham dalam suatu waktu, maka harga saham akan turun, begitu pula sebaliknya. Sebagai konsekuensinya, analisis teknikal tidak akan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun, tetapi hanya mempelajari perubahan harga pada pasar saja. Kondisi ini dinyatakan dengan ungkapan lama di Wall

Street, yaitu ”sell on good news”.

b. Price Moves in Trend

Harga saham akan bergerak dalam suatu tren. Prinsip dasar dalam penggunaan analisis teknikal adalah jangan pernah mengambil keputusan transaksi yang melawan tren harga. Pengguna analisis teknikal percaya bahwa semua informasi tercermin pada harga pasar saham, sehingga tren tersebut menunjukkan sikap para investor pasar atas suatu saham. Tren turun menunjukkan mayoritas investor pasar mengharapkan saham tersebut turun, begitu pula sebaliknya. Semakin banyak pelaku pasar yang menginginkan saham tertentu di mana keinginan ini dipicu oleh berbagai informasi, baik informasi finansial maupun non-finansial, permintaan akan naik dan mengakibatkan harga saham yang juga akan naik. Tren merupakan pencerminan dari keinginan pasar, jadi pahami tren yang ada dan ikuti ke arah mana tren tersebut akan bergerak.

c. History Repeats Itself

Data historis dapat digunakan untuk memprediksi harga saham di masa mendatang. Hal ini diyakini oleh pengguna analisis teknikal mengingat adanya faktor psikologis para investor yang secara umum bersifat konstan. Dalam bursa saham, hal ini bisa dilihat ketika terjadi peledakan bom di

Armando Akselanor : Pengaruh Variabel Teknikal Terhadap Pergerakan Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

suatu tempat yang strategis dan penting, misalnya di gedung World Trade

Centre di Amerika Serikat, maka harga saham akan turun secara drastis.

Penurunan ini sebenarnya terjadi karena adanya kepanikan investor yang berlebihan (panic selling), sehingga investor menjual saham tanpa banyak pertimbangan. Namun setelah beberapa waktu, investor sadar bahwa harga sudah turun terlalu rendah, maka investor mulai membeli saham kembali dan harga akan kembali ke dalam kondisi normal.

2. Asumsi yang Meragukan Analisis Teknikal a. A Self Fulfilling Prophecy

Adanya faktor persepsi, interpretasi, egoisme, dan self confidence yang berbeda-beda dari setiap investor, maka setiap investor akan berbeda dalam menentukan kapan timing yang tepat dalam bertransaksi.

b. Can The Past be Used to Predict The Future

Maksud dari pertanyaan tersebut adalah bisa diumpamakan dengan tidak mungkin menyetir mobil ke arah depan dengan menggunakan kaca spion sebagai petunjuk arah, sama halnya juga tidak mungkin memprediksi pergerakan harga di masa mendatang dengan menggunakan data historis. Untuk membantah maksud dari pertanyaan tersebut, John J. Murphy dalam bukunya membandingkan data harga saham dengan data statistik yang berdasarkan pada data historis. Jadi, jika analisis teknikal dinyatakan tidak valid karena menggunakan data historis, sama halnya dengan semua analisis yang menggunakan data statistik yang berdasarkan pada data historis, termasuk analisis fundamental.

Armando Akselanor : Pengaruh Variabel Teknikal Terhadap Pergerakan Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

c. The Random Walk Theory

Konsep dasar dari teori ini adalah percaya bahwa harga saham bergerak secara acak (random) dan tidak dipengaruhi oleh informasi masa lalu. Konsep dasar dari pendukung teori ini menyatakan bahwa analisis fundamental dan analisis teknikal tidak dapat memprediksi harga saham di masa mendatang. Teori ini mulai banyak yang meragukannya, karena pergerakan secara acak belum tentu tidak menunjukkan adanya pola, melainkan hanya menggambarkan ketidakmampuan untuk membaca pola tersebut. Bantahan lain menurut Dr. Alexander Elder adalah bahwa harga tidak bergerak secara acak karena investor mempunyai ingatan tentang pergerakan harga sebelumnya yang tentunya akan mempengaruhi pengambilan keputusan untuk membeli ataupun menjual.

d. Efficient Market Hypothesis

Jika konsep ini digunakan sebagai dasar, maka analisis teknikal tidak akan memperoleh capital gain. Alasannya adalah karena pendukung hipotesis ini percaya bahwa harga saham dipengaruhi oleh semua informasi, baik yang terpublikasikan dan yang tidak terpublikasikan.

G. Metode Moving Average Convergence Divergence (MACD)

1. Metode dan Formulasi MACD

Metode Moving Average Convergence Divergence (MACD) adalah sebuah formulasi analisis teknikal yang dikembangkan pertama kali oleh Gerald Apple (Syamsir, 2004:148). Bagi sebagian besar investor, metode MACD

Armando Akselanor : Pengaruh Variabel Teknikal Terhadap Pergerakan Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

dikenal sebagai salah satu alat analisis yang sederhana dan cukup handal digunakan dalam pengambilan keputusan selama perdagangan.

Dalam perhitungan, sebenarnya metode MACD tidak terlalu berbeda dengan metode perhitungan yang lain, yaitu metode Moving Average (MA), karena pada dasarnya formulasi metode MACD terbentuk dari metode MA. Perlu diperhatikan bahwa dalam perhitungan metode MACD, salah satu metode MA yang dipilih adalah metode MA yang paling sensitif terhadap pergerakan harga, yaitu metode Exponential Moving Average (XMA). Pengubahan nilai yang dihasilkan oleh metode XMA menjadi momentum perubahan trend harga dalam metode MACD sebenarnya dilakukan dengan sederhana. Pengubahan nilai tersebut dilakukan dengan cara mengurangkan nilai XMA periode pendek dengan nilai XMA periode panjang. Nilai XMA periode pendek = XMA 12 periode dan nilai XMA periode panjang = XMA 26 periode. Jadi, MACD = XMA12 - XMA26.

2. Manfaat Metode MACD

Manfaat metode MACD adalah investor dapat memperoleh informasi tentang indikasi kondisi oversold dan overbought.

3. Komponen Penting Metode MACD

a. Garis MACD. Nilai garis MACD = XMA12 - XMA26.

b. Garis Trigger. Nilai garis trigger = XMA9 dari MACD 9 periode. c. Garis Center. Garis center adalah garis horizontal yang merupakan

Armando Akselanor : Pengaruh Variabel Teknikal Terhadap Pergerakan Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

4. Ketentuan Umum Metode MACD

a. Kondisi Bullish Crossover dan Bearish Crossover

Kondisi ini menunjukkan terjadinya perpotongan antara garis MACD dengan garis trigger. Garis trigger merupakan nilai XMA9 dari MACD 9 periode dan informasinya adalah jika nilai garis MACD > nilai garis

trigger, maka terjadi konfirmasi tren peningkatan harga, sedangkan jika

nilai garis MACD < nilai garis trigger, maka terjadi konfirmasi tren penurunan harga. Informasi lainnya adalah jika garis MACD memotong garis trigger dari bawah, maka terjadi peralihan tren harga dari bearish ke

Dokumen terkait