• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

4.2.1. Uji Validitas Kuesioner

Pengujian terhadap kuesioner dilakukan melalui uji validitas dan uji reliabilitas. Pengujian dilakukan terhadap 30 orang responden karyawan PT X Tbk Unit Bisnis Bogor (Nugroho, 2005). Pernyataan pada kuesioner terdiri dari 25 pernyataan mengenai pola-pola komunikasi serta 6 pernyataan tentang lingkungan kerja yang produktif.

Uji validitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur (kuesioner) mengukur apa yang ingin diukur atau apakah alat ukur tersebut sudah tepat mengukur apa yang akan diukur (Sugiyono, 2004). Asumsi pokok dari uji validitas ini adalah setiap pernyataan saling berkaitan satu dengan lainnya dan setiap pernyataan juga berhubungan dengan objek yang akan diteliti.

Uji validitas dilakukan dengan menghitung nilai korelasi antara skor masing-masing pernyataan dengan skor total, memakai rumus teknik korelasi Product Moment Pearson yang diolah dengan software SPSS 15.0 for windows. Hasil pengujian validitas pada pernyataan yang berkaitan dengan pola-pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja yang produktif lebih besar dari r tabel pada selang kepercayaan 95 persen dan n (jumlah sampel) sebesar 30 responden, yaitu sebesar 0,361. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh pernyataan adalah signifikan dan dapat dinyatakan valid. Dalam hal ini, berarti responden dapat mengerti maksud dari setiap pernyataan yang diajukan penulis dalam kuesioner. Adapun hasil pengujian validitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.2.2. Uji Reliabilitas Kuesioner

Uji reliabilitas dilakukan dengan teknik Alpha Cronbach. Dalam teknik ini, instrumen diujicobakan pada 30 responden dan hasilnya dicatat. Pengolahan teknik Alpha Cronbach menggunakan bantuan software SPSS 15.0 for windows. Berdasarkan hasil pengolahan variabel yang dilakukan pada variabel pola-pola komunikasi organisasi didapatkan nilai koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,907. Nilai alpha tersebut mengindikasikan bahwa instrumen tersebut sangat reliabel yaitu dengan nilai α>0,9 (Tabel 1).

Sedangkan, pada variabel lingkungan kerja didapatkan nilai koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,728. Pada selang kepercayaan 95 persen, dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang disusun ini cukup reliabel dan dapat dipercaya sebagai suatu alat ukur penelitian didalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2005). Adapun hasil pengujian reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.

4.3. Karakteristik Responden

Responden yang dijadikan sampel adalah manajer dan karyawan di PT X Tbk Unit Bisnis Bogor dan diambil dengan cara menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling atau sampel dengan cara sengaja serta bersifat convinience (kemudahan) dengan memilih anggota populasi yang dianggap paling tepat sebagai informasi yang akurat sebanyak 78 orang yang ditentukan dengan rumus Slovin dalam Umar (2005). Teknik ini mengambil sampel dengan menyesuaikan diri berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu. Identitas responden didapatkan, meliputi jenis kelamin, unit kerja, posisi, tingkat pendidikan, usia dan masa bekerja.

4.3.1. Jenis Kelamin Responden

Karyawan yang menjadi responden pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor secara keseluruhan terdiri dari 83 persen laki-laki atau 65 orang dan 17 persen perempuan atau 13 orang. Berdasarkan data tersebut dapat terlihat bahwa sebagian besar karyawan di perusahaan ini adalah berjenis kelamin laki-laki, seperti yang terlihat pada Gambar 7.

Perbedaan jumlah persentase antara karyawan laki-laki dan perempuan pada dasarnya terjadi karena adanya spesifikasi pekerjaan. Menurut Rivai (2005) spesifikasi pekerjaan merupakan karakteristik atau syarat-syarat kerja yang harus dipenuhi sehingga dapat melaksanakan suatu pekerjaan atau jabatan. Adapun tujuan dari spesifikasi pekerjaan adalah untuk menentukan jenis keterampilan, tingkat pengetahuan, atau kemampuan yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan tertentu harus dilaksanakan secara sistematis. Berdasarkan pengklasifikasian dan spesifikasi pekerjaan jenis pekerjaan yang dilakukan, maka perusahaan lebih banyak membutuhkan karyawan berjenis kelamin laki-laki dari pada perempuan. Hal ini disebabkan karena jenis pekerjaan yang paling banyak menyerap karyawan yaitu pada bagian kehandalan jaringan. Pada bagian ini memiliki tugas untuk memasang, merawat dan memastikan jaringan yang terpasang sudah terhubung dengan benar. Selain itu, bagian tersebut memiliki tugas untuk langsung terjun ke lapangan untuk meninjau jaringan secara langsung. Jadi berdasarkan spesifikasi pekerjaan maka jenis pekerjaan tersebut lebih cocok dilakukan oleh karyawan berjenis kelamin laki-laki dari pada perempuan.

4.3.2. Unit Kerja Responden

Unit kerja yang dijadikan sampel pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor terdiri dari 7 unit kerja. Adapun penyebaran karyawan yang menjadi responden berdasarkan unit kerja adalah sebagai berikut; Data and Vas Sales sebanyak 14 persen, Fixed Phone Sales sebanyak 17 persen, Costumer Care sebanyak 9 persen, Access Network Maintenance 26 persen, Access Network Operation 15 persen, Bussines Performance 8 persen dan terakhir responden General Support sebanyak 11 persen. Pada Gambar 8, terlihat jelas bahwa sebagian besar responden berada pada unit kerja Access Network Maintenance yaitu sebesar 26 persen. Hal ini terjadi karena pada unit kerja tersebut memiliki tingkat beban kerja dan jenis pekerjaan yang berbeda dengan unit kerja lainnya. Dimana pada unit kerja Access Network Maintenance memiliki tugas dalam pemeliharaan jaringan sehingga dibutuhkan banyak karyawan dalam melakukan pekerjaan tersebut. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Karakteristik Unit Kerja Responden 4.3.3. Posisi Responden

PT X Tbk Unit Bisnis bogor membagi posisi jabatan menjadi 6 posisi jabatan, yaitu posisi di tingkat manajer, asisten manajer, officer 1, officer 2, officer 3 dan terakhir staff. Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat, dimana dari masing-masing posisi ini manajer terdiri dari 4 persen, asisten manajer terdiri dari 14 persen, officer 2 sebanyak 26 persen, officer 3 sebanyak 46 persen dan staff sebanyak 10 persen. Jumlah karyawan pada tiap posisi tergantung dari kebutuhan perusahaan. Berdasarkan Gambar 9 sebagian besar karyawan berada pada posisi officer 3, hal ini terjadi karena pada saat ini PT X Tbk Unit Bisnis Bogor membutuhkan lebih banyak karyawan yang berada pada posisi officer 3 dalam melaksanakan tugas operasional perusahaan. Sebaran posisi dari kelompok responden dapat terlihat pada Gambar 9.

4.3.4. Tingkat Pendidikan Responden

Responden yang memiliki tingkat pendidikan SLTA lebih banyak daripada responden yang memiliki tingkat pendidikan S1. Berdasarkan Gambar 10, dapat dilihat responden dengan tingkat pendidikan SLTA sebesar 36 persen, untuk tingkat pendidikan S1 sebesar 33 persen. Sedangkan, pada tingkat pendidikan Diploma sebesar 28 persen dan S2 sebesar 3 persen, dimana pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor tidak ada satu pun tingkat pendidikan yang berasal dari S3. Berdasarkan tingkat pendidikan responden pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor sebagian besar berada pada kelompok SLTA. Dimana, para responden yang berada pada kelompok SLTA merupakan karyawan yang memiliki masa kerja yang cukup lama (lebih dari 15 tahun) yang memulai karirnya dari jabatan yang paling rendah. Dengan memiliki masa kerja yang lama maka dipengaruhi oleh adanya kompetensi yang diasah oleh perusahaan. Selain itu, posisi karyawan diperusahaan dipengaruhi oleh kinerja mereka terhadap perusahaan.

Gambar 10. Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden 4.3.5. Usia Responden

Berdasarkan Gambar 11, terlihat bahwa usia responden menyebar kedalam beberapa kelompok umur. Sebagian besar karyawan PT X Tbk Unit Bisnis Bogor berusia antara 40-49 tahun, yaitu sebesar 67 persen. Untuk yang berusia 19-29 tahun sebesar 4 persen, 30-39 tahun sebesar 14 persen dan 50-59 tahun sebesar 15 persen. Dengan demikian dapat diketahui bahwa

sebagian besar karyawan PT X Tbk Unit Bisnis Bogor masih berada pada batas usia produktif masa bekerja yaitu 19-59 tahun. Dalam usia responden saat ini mereka masih dapat menyerap pengetahuan baru yang mendukung pekerjaannya (www.gemari.or.id). Dengan memiliki karyawan yang masih produktif, maka perusahaan untuk saat ini tidak perlu melakukan rekrutmen karyawan yang baru. Sebaran usia dari kelompok responden dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Karakteristik Usia Responden 4.3.6. Masa Kerja Responden di Perusahaan

Berdasarkan pada Gambar 12 menunjukkan bahwa, masa kerja responden dibagi ke dalam lima kelompok, yaitu sebanyak 2 responden (2 persen) memiliki masa kerja 1–5 tahun, tetapi sebagian besar responden memiliki masa kerja selama 20–29 tahun di PT X Tbk Unit Bisnis Bogor, yaitu sebanyak 51 responden (65 persen). Selain itu, untuk masa kerja 11–19 tahun sebanyak 20 orang reponden (26 persen). Dengan memiliki karyawan yang masa kerjanya cukup lama (diatas 15 tahun) dapat disimpulkan bahwa karyawan tersebut memiliki pengalaman, menguasai seluruh pekerjaan dan tanggung jawabnya, serta mengerti setiap permasalahan yang ada dan mencari solusi terhadap masalah yang muncul.

Gambar 12. Karakteristik Masa Kerja Responden 4.4. Analisis Persepsi Karyawan tentang Pola Komunikasi Organisasi

Analisis persepsi karyawan mengenai pola komunikasi organisasi yang ada pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor dilakukan dengan metode skala pengukuran yaitu rataan skor. Berdasarkan 25 pernyataan dalam kuesioner yang disebarkan kepada responden terdiri dari 2 bagian. Pada bagian pertama tentang pola komunikasi formal, yang terdiri dari pola komunikasi dari atas ke bawah atau downward communication, pola komunikasi dari bawah ke atas atau upward communication, pola komunikasi horizontal atau sideways communication, serta pola komunikasi diagonal. Untuk bagian ke dua, yaitu hanya pola komunikasi informal saja. Masing-masing terdiri dari 5 pernyataan yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Nilai rataan skor tersebut menunjukkan penilaian tingkat kesetujuan karyawan terhadap pernyataan dalam kuesioner (Tabel 2), yaitu dengan batasan sebagai berikut: nilai 1,00 – 1,80 menunjukkan penilaian sangat tidak setuju; 1,81 – 2,60 menunjukkan penilaian tidak setuju; 2,61 – 3,40 menunjukkan penilaian ragu-ragu atau netral; 3,41 – 4,20 menunjukkan penilaian setuju; 4,21 – 5,00 menunjukkan penilaian sangat setuju. Berikut penjelasan mengenai persepsi karyawan mengenai pola komunikasi organisasi.

4.4.1. Persepsi Karyawan terhadap Pola Komunikasi Dari Atas ke Bawah (Downward Communication)

Persepsi karyawan mengenai pola komunikasi dari atas ke bawah atau downward communication pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor, dengan rataan skor diketahui melalui lima pernyataan tentang pola komunikasi dari atas ke bawah. Pernyataan dari downward communication terdiri dari: instruksi secara lisan dan tulisan, ide dan gagasan secara lisan dan tulisan, pujian secara lisan dan tulisan, penjelasan mengenai pekerjaan, serta pendapat secara lisan dan tulisan yang ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pola Komunikasi Organisasi Downward Communication menurut Persepsi Responden

No Pernyataan Rataan

Skor Komunikasi Formal; Downward Communication

1. Instruksi lisan dan tulisan kepada bawahan 4,29

2. Ide gagasan kepada bawahan secara lisan dan tulisan 4,30

3. Pujian secara lisan dan tulisan kepada bawahan 4,23

4. Penjelasan secara lisan dan tulisan kepada bawahan 4,33

5. Pendapat kepada bawahan secara lisan dan tulisan 4,28

Total Downward Communication 4,30

Berdasarkan Tabel 3, butir pernyataan mengenai downward communication didapatkan nilai rataan skor sebesar 4,30. Dimana, rataan skor tersebut berada pada range 4,23 – 4,33. Nilai tersebut menunjukkan tingkat

kesetujuan karyawan adalah “Sangat Setuju“. Artinya, karyawan PT X Tbk

Unit Bisnis Bogor sangat setuju jika pola komunikasi dari atas ke bawah diterapkan. Berdasarkan penilaian responden tersebut, diperoleh beberapa kesimpulan mengenai pola komunikasi dari atas ke bawah berdasarkan komponen yang ada pada Tabel 3, yaitu:

1. Memberi instruksi secara lisan dan tulisan kepada bawahan

Nilai rataan skor pada pernyataan pertama sebesar 4,29, dimana nilai tersebut menunjukkan instruksi yang diberikan atasan kepada

bawahan secara lisan dan tulisan “sangat baik“ ditanggap oleh karyawan dan PT X Tbk Unit Bisnis Bogor sangat setuju dengan adanya instruksi secara lisan dan tulisan. Adapun intruksi dalam bentuk tulisan pada PT X

Tbk Unit Bisnis Bogor yang disampaikan dari atasan kepada bawahan dapat berupa nota dinas dan disposisi. Sedangkan, instruksi lisan dapat dilakukan secara langsung dengan mengadakan rapat atau meeting. Tetapi, untuk instruksi lisan ini bersifat online yang dikenal dengan sistem paperless online officer internal. Instruksi tulisan tidak semuanya dilakukan secara online, tetapi ada instruksi tulisan yang tidak dilakukan secara online seperti surat masuk dari pihak luar/eksternal. Adapun bentuk surat masuk dari pihak luar/eksternal dapat berupa sumbangan, tawaran pelatihan dan magang. Prosedur instruksi lisan yang tidak online harus melewati Sekret DATEL, dimana surat masuk eksternal ini akan diberi lampiran yang disebut dengan form disposisi. Form disposisi tersebut diperoleh secara online yang disebut dengan electronic office. Disposisi termasuk salah satu fungsi manajemen, yaitu memimpin (leading). Dimana surat atau form disposisi digunakan untuk menentukan kepada siapa surat/instruksi tulisan tersebut akan disampaikan.

Menurut Yates dan Orlikowski dalam Mulyana (2000), bahwa untuk menyampaikan informasi kepada para pegawai dengan tepat, kombinasi saluran tulisan dan lisan memberikan hasil terbaik. Hal ini dapat terlihat berdasarkan nilai tersebut, bahwa pernyataan ini lebih efektif karena pesan atau instruksi yang disampaikan secara lisan dapat memperjelas pesan secara tulisan, sehingga keduanya bisa saling melengkapi dibandingkan hanya secara lisan saja atau secara tulisan saja. 2. Ide gagasan secara lisan dan tulisan

Nilai yang tertera pada Tabel 3 sebesar 4,30 artinya mengajukan ide dan gagasan kepada bawahan secara lisan dan tulisan “sangat baik“

diterapkan di PT X Tbk Unit Bisnis Bogor. Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya atasan sering mengajukan ide dan gagasan secara lisan dan tulisan kepada bawahannya. Pemberian gagasan pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor dari atasan kepada bawahan dapat dilakukan secara lisan dan tulisan sesuai dengan situasi kerja. Ide gagasan bersifat lisan dapat dilakukan dalam kondisi rapat, reguler meeting dan diskusi. Sedangkan ide gagasan dalam bentuk tulisan dapat dilakukan melalui

millist perusahaan. Ide gagasan tersebut akan diklarifikasi lagi dengan tujuan untuk melihat apakah ide gagasan tersebut sesuai dengan keadaan perusahaan sekarang atau tidak.

3. Pujian secara lisan dan tulisan

Nilai pujian secara lisan dan tulisan yang tertera pada Tabel 3, yaitu sebesar 4,23 artinya pujian yang diberikan atasan kepada bawahan baik

lisan atau tulisan “sangat baik“ diterapkan di PT X Tbk Unit Bisnis Bogor.

Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya pujian pun sering dilakukan oleh atasan kepada bawahan baik lisan ataupun tulisan. Pujian dapat dilakukan secara personal seperti prestasi harian. Selain pujian secara personal ada pujian yang dilakukan berupa reward, dimana reward ini dilakukan untuk mengevaluasi hasil kinerja karyawan setiap 6 bulan atau 3 bulan sekali. Reward tersebut dikenal dengan reward lingkup unit bisnis DATEL.

4. Penjelasan secara lisan dan tulisan

Nilai pada aktivitas memberi penjelasan mengenai pekerjaan secara lisan dan tulisan, yaitu sebesar 4,33 yang artinya, bahwa atasan memberi

penjelasan mengenai pekerjaan secara lisan dan tulisan “sangat baik“

dilakukan di PT X Tbk Unit Bisnis Bogor. Penjelasan lisan dan tulisan dapat dilakukan dengan cara langsung maupun tidak langsung. Penjelasan secara langsung dapat berupa meeting dan diskusi antara atasan dan bawahan, sedangkan penjelasan tidak langsung dapat dilakukan melalui millist perusahaan.

5. Pendapat secara lisan dan tulisan

Nilai pada aktivitas memberikan pendapat secara lisan dan tulisan kepada bawahan yaitu sebesar 4,28 artinya aktivitas tersebut “sangat baik“

di terapkan di PT X Tbk Unit Bisnis Bogor. Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya atasan juga sering memberikan pendapat secara lisan dan tulisan. Pendapat secara langsung dari atasan kepada bawahan dapat berupa meeting dan diskusi antara atasan dan bawahan, sedangkan pendapat tidak langsung dapat dilakukan melalui millist perusahaan.

4.4.2. Persepsi Karyawan terhadap Pola Komunikasi Dari Bawah Ke Atas (Upward Communication)

Persepsi karyawan mengenai pola komunikasi dari bawah ke atas atau upward communication pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor dengan rataan skor diketahui melalui lima pernyataan tentang pola komunikasi dari atas ke bawah. Pernyataan dari downward communication berupa laporan, penyampaian ide dan gagasan, keluhan, pendapat, serta pujian secara lisan maupun tulisan yang ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pola Komunikasi Organisasi Upward Communication menurut Persepsi Karyawan

No Pernyataan Rataan

Skor Komunikasi Formal; Upward Communication

1. Laporan kepada atasan secara lisan dan tulisan 4,52

2. Ide gagasan kepada atasan secara lisan dan tulisan 4,48 3. Mengemukakan masalah secara lisan dan tulisan kepada

atasan

4,33

4. Memberikan pendapat secara lisan dan tulisan kepada atasan

4,37

5. Pujian secara lisan dan tulisan kepada atasan 4,13

Total Upward Communication 4,37

Berdasarkan Tabel 4 butir pernyataan mengenai upward communication didapatkan nilai rataan skor dengan range 4,13 – 4,52 . Nilai

tersebut menunjukkan tingkat kesetujuan karyawan adalah “Sangat Setuju“.

Artinya karyawan PT X Unit Bisnis Bogor sangat setuju jika pola komunikasi dari bawah ke atas diterapkan. Berdasarkan penilaian responden tersebut, diperoleh beberapa kesimpulan mengenai pola komunikasi dari bawah ke atas berdasarkan komponen yang ada pada Tabel 4, yaitu:

1. Memberikan laporan secara lisan dan tulisan kepada atasan

Nilai pada pernyataan pertama sebesar 4,52, dimana nilai tersebut menunjukkan laporan yang diberikan bawahan kepada atasan secara lisan

dan tulisan “sangat baik“ ditanggap oleh karyawan dan PT X Tbk Unit

Bisnis Bogor sangat setuju dengan adanya instruksi secara lisan dan tulisan. Berdasarkan nilai tersebut, bahwa pernyataan ini lebih efektif karena laporan yang disampaikan secara lisan maupun tulisan dapat jelas

diterima oleh kedua-duanya, sehingga keduanya bisa saling melengkapi dibandingkan hanya secara lisan saja atau secara tulisan saja (Mulyana, 2000). Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya bawahan sering memberikan komunikasi secara lisan dan tulisan secara seimbang dalam hal pemberian laporan kepada atasan. Pemberian laporan disampaikan secara lisan dan tulisan dilakukan secara online.

2. Ide gagasan secara lisan dan tulisan

Nilai yang tertera pada Tabel 4 sebesar 4,48 artinya mengajukan

ide dan gagasan kepada atasan secara lisan dan tulisan “sangat baik“

diterapkan di PT X Tbk Unit Bisnis Bogor. Menurut Tjosvold dalam Mulyana (2000), apabila karyawan tidak merasa bebas mengemukakan gagasan-gagasan yang bertentangan dengan kebijakan perusahaan, maka akan menyimpulkan bahwa keikutsertaan tidak ada artinya dan tidak membutuhkan komitmen dari karyawan. Hal ini mengindikasikan bahwa karyawan PT X Tbk Unit Bisnis Bogor telah sangat baik dalam mengajukan ide dan gagasan secara lisan dan tulisan kepada atasannya. Ini berarti karyawan merasa bebas untuk mengemukakan gagasan-gagasannya. Pemberian gagasan pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor dari bawahan kepada atasan dapat dilakukan secara lisan dan tulisan sesuai dengan situasi kerja. Ide gagasan bersifat lisan dapat dilakukan dalam kondisi rapat, reguler meeting dan diskusi. Sedangkan ide gagasan dalam bentuk tulisan dapat dilakukan melalui millist perusahaan.

3. Mengemukakan masalah

Nilai pada aktivitas mengemukakan masalah yang tertera pada Tabel 4 yaitu sebesar 4,33 artinya dalam mengemukakan masalah dan

keluhan kepada atasan secara lisan dan tulisan “sangat baik“ diterapkan di

PT X Tbk Unit Bisnis Bogor. Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya bawahan sering menggunakan komunikasi lisan dan tulisan dalam hal mengemukakan masalah kepada atasan. Untuk mengemukakan masalah dapat dilakukan dengan cara coffe morning atau meeting sesuai dengan level unit kerja masing-masing.

4. Pendapat secara lisan dan tulisan

Nilai pada aktivitas memberikan pendapat secara lisan dan tulisan yaitu sebesar 4,37 yang artinya, bahwa memberikan pendapat secara lisan

dan tulisan “sangat baik“ dilakukan di PT X Tbk Unit Bisnis Bogor. Menurut Gordon dan Infante dalam Mulyana (2000), pegawai sangat menghargai kebebasan mengemukakan pendapatnya kepada atasan. Oleh sebab itu karyawan PT X Tbk Unit Bisnis Bogor menghargai kebebasan dalam memberikan pendapat secara lisan dan tulisan dengan sangat baik. Pendapat secara langsung dari bawahan kepada atasan dapat berupa meeting dan diskusi antara atasan dan bawahan, sedangkan pendapat tidak langsung dapat dilakukan melalui millist perusahaan.

5. Pujian secara lisan dan tulisan

Nilai pada aktivitas memberikan pujian secara lisan dan tulisan

kepada atasan yaitu sebesar 4,13 artinya aktivitas tersebut “baik“ di

terapkan di PT X Tbk Unit Bisnis Bogor. Dengan adanya pujian secara lisan dan tulisan dilakukan untuk meningkatkan daya tarik karyawan terhadap atasan (Mulyana, 2000). Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya tidak hanya atasan yang memberikan pujian namun bawahan juga sering memberikan pujian secara lisan dan tulisan. Pujian dapat dilakukan secara personal seperti prestasi harian. Selain pujian secara personal ada pujian yang dilakukan berupa reward, dimana reward ini dilakukan untuk mengevaluasi hasil kinerja karyawan setiap 6 bulan atau 3 bulan sekali. Reward tersebut dikenal dengan reward lingkup unit bisnis DATEL.

4.4.3. Persepsi Karyawan terhadap Pola Komunikasi Diagonal

Persepsi karyawan mengenai pola komunikasi diagonal pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor dengan rataan skor diketahui melalui lima pernyataan tentang pola komunikasi organisasi yang ditunjukkan pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5 butir pernyataan mengenai diagonal communication menunjukkan nilai rataan skor dengan tingkat kesetujuan yang berbeda yaitu

“Ragu-ragu“ dengan range 3,01. Untuk pernyataan selanjutnya menunjukkan

sebesar 4,17 dan terakhir untuk nilai rataan skor dengan rentang 4,23-4,29

dengan tingkat kesetujuan “Sangat Setuju“ Berdasarkan penilaian responden

tersebut, diperoleh beberapa kesimpulan mengenai pola komunikasi diagonal berdasarkan komponen yang ada pada Tabel 5.

Tabel 5. Pola Komunikasi Organisasi Diagonal menurut Persepsi Karyawan

No Pernyataan Rataan

Skor Komunikasi Formal; Komuninaksi Diagonal

1. Manajer satu unit dan karyawan unit lain sering memberi kritikan serta masukan

4,29

2. Adanya ketergantungan diantara bagian yang satu dengan yang lain

4,17

3. Komunikasi diagonal memberikan informasi lebih cepat 4,27 4. Komunikasi diagonal dapat menyelesaikan masalah

dalam organisasi

4,23

5. Komunikasi diagonal dapat mengganggu jalur

komunikasi yang telah berjalan normal

3,01

Total Diagonal Communication 3,99

1. Memberikan kritikan dan masukan

Dokumen terkait