• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis hubungan pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja produktif PT X Tbk Unit Bisnis Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis hubungan pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja produktif PT X Tbk Unit Bisnis Bogor"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI ORGANISASI

DENGAN LINGKUNGAN KERJA PRODUKTIF

PT X TBK UNIT BISNIS BOGOR

Oleh :

NINDYA MAYANGDARANI

H24053960

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Organisasi dengan Lingkungan Kerja Produktif PT X Tbk Unit Bisnis Bogor. Dibawah bimbingan Erlin Trisyulianti

PT X Tbk merupakan perusahaan informasi dan komunikasi (InfoCom) serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and network provider) yang terbesar di Indonesia. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang demikian cepat membawa dampak timbulnya persaingan usaha yang begitu ketat dalam hal bidang pelayanan informasi dan komunikasi kepada pelanggan. Kondisi ini menuntut setiap perusahaan harus memiliki keunggulan-keunggulan kompetitif, tanggapan yang cepat dan fleksibel, agar dapat bersaing dengan perusahaan lain khususnya dengan perusahaan yang bergerak dalam bidang yang sejenis. Keunggulan kompetitif tersebut dapat diwujudkan melalui penerapan pola komunikasi organisasi dalam menciptakan lingkungan kerja produktif.

Penelitian ini bertujuan mengetahui persepsi karyawan tentang pola komunikasi organisasi pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor, mengetahui persepsi karyawan tentang lingkungan kerja produktif pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor dan menganalisis hubungan pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja produktif pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur, data perusahaan, penelusuran pustaka dan publikasi internet. Pemilihan sampel dilakukan secara convinience. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif untuk data kualitatif, sedangkan data kuantitatif menggunakan teknik analisis Rank Spearman dengan menggunakan bantuan software SPSS 15.0 for Windows.

(3)

ANALISIS HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI ORGANISASI

DENGAN LINGKUNGAN KERJA PRODUKTIF

PT X TBK UNIT BISNIS BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

NINDYA MAYANGDARANI

H24053960

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI ORGANISASI

DENGAN LINGKUNGAN KERJA PRODUKTIF

PT X TBK UNIT BISNIS BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

NINDYA MAYANGDARANI H24053960

Menyetujui, Agustus 2009

Erlin Trisyulianti, S.TP, M.Si Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen

(5)

iii

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 5 Februari 1988. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan Agus Mulyana dan Ani Sukmarani.

Penulis mengawali masa pendidikan pada tahun 1993 di Sekolah Dasar Negeri Bonipoi 1 Kupang (NTT) selama 3 tahun dari SD kelas 1 SD sampai 3 SD, lalu melanjutkan studinya di Sekolah Dasar Negeri Papandayan 1 Bogor kelas 4 SD sampai 6 SD. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Bogor. Setelah lulus pada tahun 2002, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 7 Bogor dan masuk dalam program IPA pada tahun 2004. Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah Institut Pertanian Bogor (BUD) dan pada tahun 2006 penulis mendapatkan Mayor Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, serta mengambil Suporting Course.

(6)

iv Assalamualaikum, Wr. Wb.

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah dan Inayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Hubungan Pola Komunikasi dalam Menciptakan Lingkungan Kerja Produktif dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada:

1. Allah SWT yang telah mengizinkan skripsi ini terselesaikan dengan baik, tanpa-Nya skripsi ini tidak berarti.

2. Ayahanda tersayang, terima kasih telah memilih perempuan terbaik di dunia untuk melahirkan, mendidik dan suporter utama dalam hidup penulis.

3. Ibunda tersayang, Ibu terhebat di dunia yang menjadi inspirasi utama dan tujuan hidup penulis yang dengan setia memberikan suntikan semangat, do’a, masukan dan kasih sayang. Without u i’m nothing.

4. Adik-adikku Sahda ndut dan Ari yang selalu dirindukan kenakalan-kenakalannya, serta Shifa yang telah menjadi kakak yang baik.

5. Hegar yang selama ini telah memberikan pelajaran-pelajaran yang berarti dan memberi warna-warni dalam kehidupan penulis.

6. Ibu Erlin Trisyulianti, S.TP, M.Si sebagai pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis di tengah kesibukannya.

(7)

v

8. Deddy Cahyadi Sutarman, S.TP, MM yang telah bersedia menjadi dosen penguji dalam ujian skripsi. Terima kasih atas saran dan masukan, sehingga penulis dapat memperbaiki karya akhir ini.

9. Ibu Bulan Purnamasari selaku manajer HRD di PT X Tbk, atas kesediaannya memberikan masukan yang sangat bermanfaat dan meluangkan waktu untuk skripsi ini.

10.Mbak Hesti, Bu Yupi, Mbak Nining, Bu Arini, Bu Yeni, Bu Hendawati, Bu Rina, Pak Prasad dan seluruh karyawan PT X Tbk Unit Bisnis Bogor yang telah membantu selama proses penelitian.

11.Bapak Kudrat yang telah membuka jalan dan memberikan tempat penelitian. 12.Bapak Dikky yang telah membantu banyak dalam proses skripsi ini,

memberikan masukan yang sangat bagus dalam skripsi ini.

13.Bapak Taufik Makbullah staff AJMP yang telah banyak membantu, mempermudah dan memberi semangat penulis dari awal pindah mayor sampai lulus sarjana.

14.Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB.

15.Suwarno Wibiesono yang selama ini memberi banyak masukan, memberi banyak pelajaran yang sangat bermanfaat, Resty Lharansia temanku satu penelitian yang sudah memberi banyak masukan tentang skripsi penulis. Tanpa masukan kalian skripsi ini tidak akan menjadi lebih baik. Thanks

16.Alfa temanku yang sudah mengajari penulis tentang alat analisis.

17.Nadia Fitri yang sudah mengajari banyak hal penulis. Thanks my Teacher. 18.Tias, Dewi, Indri, Sari, Wanti dan Ella yang selama ini bersama-sama

menemani penulis di kala suka atau susah.

19.Neila, Aurora, Novi, Veby teman sebimbingan yang selalu bersama-sama penulis.

20.Rekan-rekan Manajemen angkatan 42 yang selalu bersama membuat kenangan indah dan kenangan tidak menyenangkan selama kuliah.

(8)

vi

membangun demi penyempurnaannya di masa mendatang. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan ALLAH SWT. Amin.

Bogor, Agustus 2009

(9)

vii

2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi ... 23

2.4. Hambatan Komunikasi ... 24

2.5. Upaya Mengatasi Hambatan Komunikasi ... 26

(10)

viii

Organisasi ... 53

4.5. Analisis Persepsi Karyawan tentang Lingkungan Kerja Produktif ... 67

4.6. Analisis Hubungan Pola Komunikasi Organisasi dengan Lingkungan Kerja Produktif ... 68

4.7. Implikasi Manajerial ... 72

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 74

2. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(11)

ANALISIS HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI ORGANISASI

DENGAN LINGKUNGAN KERJA PRODUKTIF

PT X TBK UNIT BISNIS BOGOR

Oleh :

NINDYA MAYANGDARANI

H24053960

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Organisasi dengan Lingkungan Kerja Produktif PT X Tbk Unit Bisnis Bogor. Dibawah bimbingan Erlin Trisyulianti

PT X Tbk merupakan perusahaan informasi dan komunikasi (InfoCom) serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and network provider) yang terbesar di Indonesia. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang demikian cepat membawa dampak timbulnya persaingan usaha yang begitu ketat dalam hal bidang pelayanan informasi dan komunikasi kepada pelanggan. Kondisi ini menuntut setiap perusahaan harus memiliki keunggulan-keunggulan kompetitif, tanggapan yang cepat dan fleksibel, agar dapat bersaing dengan perusahaan lain khususnya dengan perusahaan yang bergerak dalam bidang yang sejenis. Keunggulan kompetitif tersebut dapat diwujudkan melalui penerapan pola komunikasi organisasi dalam menciptakan lingkungan kerja produktif.

Penelitian ini bertujuan mengetahui persepsi karyawan tentang pola komunikasi organisasi pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor, mengetahui persepsi karyawan tentang lingkungan kerja produktif pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor dan menganalisis hubungan pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja produktif pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur, data perusahaan, penelusuran pustaka dan publikasi internet. Pemilihan sampel dilakukan secara convinience. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif untuk data kualitatif, sedangkan data kuantitatif menggunakan teknik analisis Rank Spearman dengan menggunakan bantuan software SPSS 15.0 for Windows.

(13)

ANALISIS HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI ORGANISASI

DENGAN LINGKUNGAN KERJA PRODUKTIF

PT X TBK UNIT BISNIS BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

NINDYA MAYANGDARANI

H24053960

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI ORGANISASI

DENGAN LINGKUNGAN KERJA PRODUKTIF

PT X TBK UNIT BISNIS BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

NINDYA MAYANGDARANI H24053960

Menyetujui, Agustus 2009

Erlin Trisyulianti, S.TP, M.Si Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen

(15)

iii

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 5 Februari 1988. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan Agus Mulyana dan Ani Sukmarani.

Penulis mengawali masa pendidikan pada tahun 1993 di Sekolah Dasar Negeri Bonipoi 1 Kupang (NTT) selama 3 tahun dari SD kelas 1 SD sampai 3 SD, lalu melanjutkan studinya di Sekolah Dasar Negeri Papandayan 1 Bogor kelas 4 SD sampai 6 SD. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Bogor. Setelah lulus pada tahun 2002, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 7 Bogor dan masuk dalam program IPA pada tahun 2004. Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah Institut Pertanian Bogor (BUD) dan pada tahun 2006 penulis mendapatkan Mayor Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, serta mengambil Suporting Course.

(16)

iv Assalamualaikum, Wr. Wb.

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah dan Inayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Hubungan Pola Komunikasi dalam Menciptakan Lingkungan Kerja Produktif dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada:

1. Allah SWT yang telah mengizinkan skripsi ini terselesaikan dengan baik, tanpa-Nya skripsi ini tidak berarti.

2. Ayahanda tersayang, terima kasih telah memilih perempuan terbaik di dunia untuk melahirkan, mendidik dan suporter utama dalam hidup penulis.

3. Ibunda tersayang, Ibu terhebat di dunia yang menjadi inspirasi utama dan tujuan hidup penulis yang dengan setia memberikan suntikan semangat, do’a, masukan dan kasih sayang. Without u i’m nothing.

4. Adik-adikku Sahda ndut dan Ari yang selalu dirindukan kenakalan-kenakalannya, serta Shifa yang telah menjadi kakak yang baik.

5. Hegar yang selama ini telah memberikan pelajaran-pelajaran yang berarti dan memberi warna-warni dalam kehidupan penulis.

6. Ibu Erlin Trisyulianti, S.TP, M.Si sebagai pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis di tengah kesibukannya.

(17)

v

8. Deddy Cahyadi Sutarman, S.TP, MM yang telah bersedia menjadi dosen penguji dalam ujian skripsi. Terima kasih atas saran dan masukan, sehingga penulis dapat memperbaiki karya akhir ini.

9. Ibu Bulan Purnamasari selaku manajer HRD di PT X Tbk, atas kesediaannya memberikan masukan yang sangat bermanfaat dan meluangkan waktu untuk skripsi ini.

10.Mbak Hesti, Bu Yupi, Mbak Nining, Bu Arini, Bu Yeni, Bu Hendawati, Bu Rina, Pak Prasad dan seluruh karyawan PT X Tbk Unit Bisnis Bogor yang telah membantu selama proses penelitian.

11.Bapak Kudrat yang telah membuka jalan dan memberikan tempat penelitian. 12.Bapak Dikky yang telah membantu banyak dalam proses skripsi ini,

memberikan masukan yang sangat bagus dalam skripsi ini.

13.Bapak Taufik Makbullah staff AJMP yang telah banyak membantu, mempermudah dan memberi semangat penulis dari awal pindah mayor sampai lulus sarjana.

14.Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB.

15.Suwarno Wibiesono yang selama ini memberi banyak masukan, memberi banyak pelajaran yang sangat bermanfaat, Resty Lharansia temanku satu penelitian yang sudah memberi banyak masukan tentang skripsi penulis. Tanpa masukan kalian skripsi ini tidak akan menjadi lebih baik. Thanks

16.Alfa temanku yang sudah mengajari penulis tentang alat analisis.

17.Nadia Fitri yang sudah mengajari banyak hal penulis. Thanks my Teacher. 18.Tias, Dewi, Indri, Sari, Wanti dan Ella yang selama ini bersama-sama

menemani penulis di kala suka atau susah.

19.Neila, Aurora, Novi, Veby teman sebimbingan yang selalu bersama-sama penulis.

20.Rekan-rekan Manajemen angkatan 42 yang selalu bersama membuat kenangan indah dan kenangan tidak menyenangkan selama kuliah.

(18)

vi

membangun demi penyempurnaannya di masa mendatang. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan ALLAH SWT. Amin.

Bogor, Agustus 2009

(19)

vii

2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi ... 23

2.4. Hambatan Komunikasi ... 24

2.5. Upaya Mengatasi Hambatan Komunikasi ... 26

(20)

viii

Organisasi ... 53

4.5. Analisis Persepsi Karyawan tentang Lingkungan Kerja Produktif ... 67

4.6. Analisis Hubungan Pola Komunikasi Organisasi dengan Lingkungan Kerja Produktif ... 68

4.7. Implikasi Manajerial ... 72

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 74

2. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(21)

ix

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach’s ... 39

2. Nilai skor rataan ... 40

3. Pola komunikasi organisasi downward communication menurut persepsi responden ... 54

4. Pola komunikasi organisasi upward communication menurut persepsi karyawan ... 57

5. Pola komunikasi organisasi diagonal menurut persepsi karyawan ... 60

6. Pola komunikasi organisasi horizontal menurut persepsi karyawan ... 62

7. Pola komunikasi organisasi informal menurut persepsi karyawan ... 64

8. Lingkungan kerja produktif menurut persepsi karyawan ... 67

9. Hubungan pola komunikasi organisasi formal dengan lingkungan kerja produktif ... 69

(22)

x

No. Halaman

(23)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Kuesioner penelitian ... 79 2. Hasil uji validitas pernyataan kuesioner dengan bantuan Software

Microsoft Excel 2007 ... 83 3. Uji reliabilitas pernyataan kuesioner dengan bantuan Software

SPSS 15.0 for windows ... 84 4. Nilai uji korelasi Rank Spearman dengan bantuan software SPSS 15.0

(24)

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting untuk menentukan tumbuh kembangnya organisasi. Oleh karena itu, dibutuhkan teknologi informasi dan komunikasi yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan organisasi tersebut. Keunggulan kompetitif perusahaan dapat diperoleh dengan memiliki sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas sesuai dengan bidangnya masing-masing, sehingga perusahaan dapat memberdayakan seluruh sumber daya yang dimiliki secara efektif, efisien dan produktif.

Sumber daya manusia merupakan faktor penting perusahaan untuk menjalankan visi, misi dan tujuan organisasi. Dalam perwujudan visi, misi dan tujuan perusahaan, manusia sebagai pelaku utama selalu berhubungan atau berkontak sosial dengan manusia yang lain dalam perusahaan tersebut. Oleh sebab itu, perusahaan harus mampu mengoptimalkan seluruh SDM yang dimiliki secara efektif. Pengoptimalan SDM dapat dilakukan melalui penerapan pola komunikasi organisasi yang sesuai dengan lingkungan kerja perusahaan. Keinginan untuk berhubungan satu sama lain adalah karena pada hakikatnya naluri manusia itu selalu berkawan atau berkelompok. Dengan adanya naluri tersebut, maka komunikasi merupakan bagian hakiki dari manusia untuk bermasyarakat maupun berorganisasi. Selain itu, karyawan merupakan aset yang paling dominan, juga sebagai pemasok internal yang sangat berperan dalam menghasilkan suatu barang dan jasa yang berkualitas. Peningkatan kinerja karyawan akan berpengaruh langsung terhadap peningkatan kinerja perusahaan secara keseluruhan.

(25)

karyawan agar tercipta lingkungan kerja yang produktif. Menghadapi perubahan tersebut komunikasi menjadi suatu hal yang mendasar bagi perkembangan dan kemajuan perusahaan.

Komunikasi merupakan suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui suatu sistem yang biasa (lazim) baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku atau tindakan. Pengertian komunikasi ini paling tidak melibatkan dua orang atau lebih dengan menggunakan cara-cara berkomunikasi yang biasa dilakukan oleh seseorang seperti melalui lisan, tulisan, maupun sinyal-sinyal non verbal. Seorang pemimpin secara rutin berkomunikasi dengan bawahannya untuk menyampaikan berbagai macam informasi yang berkaitan dengan perusahaan, sehingga seorang pemimpin dituntut untuk dapat berkomunikasi lebih baik kepada bawahannya agar informasi yang disampaikan lebih jelas dan berdampak pada lingkungan kerja yang produktif.

Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan manajemen. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan kegiatan dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan yang melaksanakan kegiatan tersebut. Lingkungan kerja yang produktif dan kondusif bagi karyawannya dapat meningkatkan kinerja karyawan. Sebaliknya, lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan kinerja karyawan. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai, apabila manusia dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman. Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama. Lebih jauh lagi lingkungan-lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang produktif.

(26)

menuntut perusahaan untuk terus berinovasi, mengembangkan produknya dan meningkatkan kualitasnya agar dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan kompetitornya. PT X Tbk perlu melakukan penciptaan keunggulan produk dan jasa dibandingkan perusahaan-perusahaan sejenis. Keunggulan produk dan jasa yang diciptakan lewat mutu dan pelayanan menuntut adanya pembinaan terhadap para karyawan untuk bekerja secara produktif. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui hubungan pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja produktif. Dengan mengetahui hubungan antara pola komunikasi organisasi terhadap lingkungan kerja produktif diharapan dapat meningkatkan kinerja karyawan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan.

1.2. Rumusan Masalah

Komunikasi memiliki peran yang sangat menentukan dalam sebuah organisasi, karena dalam penyampaian suatu pesan dibutuhkan komunikasi yang efektif dengan tujuan agar terjadi interaksi antara komunikator dengan komunikan. Selain itu, komunikasi efektif diperlukan dalam menjalankan fungsi-fungsi manajerial. Pola komunikasi organisasi ditentukan oleh seberapa besar organisasi tersebut dapat memfasilitasi anggotanya dalam mencapai tujuan visi dan misi yang telah ditetapkan bersama. Pola komunikasi oganisasi memiliki peranan yang penting untuk menciptakan lingkungan kerja produktif. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa apabila pola komunikasi tersebut berjalan dengan efektif dan efisien, maka dapat menciptakan lingkungan kerja produktif. Oleh karena itu, menciptakan lingkungan kerja yang produktif di PT X Tbk dirasa perlu dilakukan penelitian yang berusaha untuk menjelaskan hubungan pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja produktif, serta bagaimana persepsi karyawan di PT X Tbk tentang pola komunikasi dan lingkungan kerja produktif.

Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang dirumuskan adalah:

(27)

2. Bagaimana persepsi karyawan mengenai lingkungan kerja produktif pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor?

3. Bagaimana hubungan antara pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja produktif di PT X Tbk Unit Bisnis Bogor?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui persepsi karyawan mengenai pola komunikasi organisasi pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor.

2. Mengetahui persepsi karyawan mengenai lingkungan kerja produktif pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor.

3. Menganalisis hubungan pola komunikasi organisasi yang ada pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor dengan lingkungan kerja yang produktif.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang terkait, seperti:

1. Perusahaan

Hasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan serta memberikan informasi tambahan bagi PT X Tbk Unit Bisnis Bogor dalam menciptakan lingkungan kerja produktif melalui pola komunikasi organisasi.

2. Umum

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan, serta dapat menjadi bahan literatur untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang ingin mengembangkan penelitian mengenai pola komunikasi dalam menciptakan lingkungan kerja yang produktif.

3. Penulis

(28)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada kajian persepsi karyawan tentang pola komunikasi organisasi, serta mengetahui persepsi karyawan tentang lingkungan kerja produktif yang ada di PT X Tbk Unit Bisnis Bogor. Pola komunikasi dalam penelitian ini lebih difokuskan pada komunikasi formal yang terdiri dari upward communication, downward communication, diagonal communication dan horizontal communication, serta komunikasi informal terdiri dari selentingan dan penyebaran desas-desus. Dimana pola komunikasi organisasi tersebut diterapkan mulai dari level manajer sampai level karyawan.

Selain itu, penelitian ini juga mencakup tentang lingkungan kerja produktif. Lingkungan kerja produktif merupakan salah satu faktor pendorong untuk bekerja lebih baik, dimana karyawan dapat termotivasi untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh pimpinan. Kemudian penelitian ini lebih difokuskan pada kajian tentang hubungan pola komunikasi organisasi dengan lingkungan kerja produktif di PT X Tbk Unit Bisnis Bogor.

(29)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi dapat didefinisikan sebagai penyampaian informasi dua orang atau lebih, juga meliputi pertukaran informasi antara manusia dan mesin (Kenneth dan Gary dalam Umar, 2005). Menurut Effendy (2001), istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Dari arti komunikasi berdasarkan bahasa dapat dilihat bahwa suatu tindakan dapat dikatakan komunikatif jika adanya persamaan makna antara dua orang atau lebih yang melakukan aktivitas tersebut. Hovland dalam Effendy (2001), mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain.

Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita semua berinteraksi dengan sesama dengan cara melakukan komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana sampai cara yang kompleks, namun sekarang ini perkembangan teknologi telah merubah cara kita berkomunikasi secara drastis, baik verbal (lisan dan tulisan), maupun komunikasi non verbal.

Muhammad (2004) menyatakan bahwa komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku. Jika pengertian komunikasi diterapkan ke dalam organisasi dapat dipahami bahwa komunikasi menyangkut hubungan antara orang dengan orang mengenai kebersamaan dalam hal pengertian. Sebagai hubungan dalam kebersamaan berarti di sini ada pihak yang berinteraksi yaitu pengiriman informasi dan penerimaan informasi. Sedangkan, menurut Pangewa (2004) komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian informasi dari pengirim kepada penerima yang bertujuan agar tercipta suatu kebersamaan mengenai informasi yang disampaikan itu.

(30)

2003). Pengertian komunikasi ini paling tidak melibatkan dua orang atau lebih dengan menggunakan cara-cara berkomunikasi yang biasa dilakukan oleh seseorang seperti melalui lisan, tulisan, maupun sinyal-sinyal non verbal (Purwanto, 2003). Komunikasi harus digunakan dalam setiap penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan.

2.1.1. Fungsi-fungsi Komunikasi

Menurut Sanjaja, dkk (2007), ada empat fungsi komunikasi dalam organisasi yaitu:

1. Fungsi Informatif

Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (infomation processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu.

2. Fungsi Regulatif

Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Dalam organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini. Pertama, atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Kedua, berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan.

3. Fungsi Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempengaruhi bawahannya daripada memberi perintah. 4. Fungsi Integratif

(31)

Menurut William I Gorden dalam Mulyana (2000), fungsi komunikasi, yaitu:

1. Fungsi Sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan antara lain melalui komunikasi yang menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain. Dengan adanya komunikasi, maka akan menjadikan manusia sebagai pengikat waktu (time-binder), yaitu kemampuan manusia dalam mewariskan pengetahuan dari generasi ke generasi dan dari budaya ke budaya.

2. Fungsi Ekspresif

Komunikasi ekspresif dapat dilakukan sendirian maupun dalam kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan untuk mempengaruhi orang lain. Namun, dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi). Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan non verbal, seperti perasaan sayang, perasaan perduli, simpati, takut, prihatin dan lain-lain. 3. Fungsi Ritual

Komunikasi ritual merupakan sebuah fungsi komunikasi yang digunakan untuk pemenuhan jati diri manusia sebagai individu, sebagai anggota komunitas sosial dan sebagai salah satu unsur dari alam semesta. Individu yang melakukan komunikasi ritual berarti menegaskan komitmennya kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, ideologi, atau agamanya. Beberapa bentuk komunikasi ritual antara lain, upacara pernikahan, siraman, berdoa (sholat, misa, membaca kitab suci), upacara bendera, momen olah raga dan lain-lain.

4. Fungsi Instrumental

(32)

menerangkan (to inform)dan mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta dan informasi yang disampaikan adalah akurat dan layak untuk diketahui. Dengan demikian fungsi komunikasi instrumental bertujuan untuk menerangkan, mengajar, menginformasikan, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan juga untuk menghibur.

Menurut Conrad dalam Tubs dan Moss (1996), ada tiga fungsi komunikasi dalam organisasi, yaitu:

1. Fungsi Perintah

Komunikasi memperbolehkan anggota organisasi membicarakan, menerima, menafsirkan dan bertindak atas suatu perintah. Tujuannya adalah berhasil mempengaruhi anggota lain dalam organisasi. Hasil fungsi perintah adalah koordinasi diantara sejumlah anggota yang saling bergantung dalam organisasi tersebut.

2. Fungsi Relasional

Komunikasi memperbolehkan anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan hubungan personal dalam anggota lain. Hubungan dalam pekerjaan mempengaruhi kinerja pekerjaan dalam berbagai cara misalnya kepuasan kerja.

3. Fungsi Manajemen Ambigu

Komunikasi adalah alat untuk mengatasi dan mengurangi ketidakjelasan (ambiguity) yang melekat dalam organisasi. Anggota organisasi berbicara dengan anggota lainnya untuk membangun lingkungan dan memahami situasi baru, yang membutuhkan perolehan informasi bersama.

(33)

menyampaikan pesan kepada komunikan. Komunikasi dikatakan efektif jika informasi disampaikan dalam waktu singkat, jelas atau dipahami, dipersepsi atau ditafsirkan dan dilaksanakan sama dengan maksud komunikator oleh komunikan.

2.1.2. Peran Komunikasi

Menurut Mintzberg dalam Stoner, dkk (1996) mendefinisikan mengenai peran komunikasi dalam tiga peran manajerial, yaitu:

1. Dalam peran antar pribadi, manajer bertindak sebagai tokoh dan pemimpin dari unit organisasinya, berinteraksi dengan karyawan, pelanggan, pemasok dan rekan sejawat dalam organisasi.

2. Dalam peran informal, manajer mencari informasi dari rekan sejawat, karyawan dan kontrak pribadi yang lain mengenai segala sesuatu yang mungkin mempengaruhi pekerjaan dan tanggung jawabnya.

3. Dalam peran pengambilan keputusan, manajer mengimplementasi-kan proyek baru, menangani gangguan dan mengalokasimengimplementasi-kan sumber daya kepada anggota unit dan departemen.

Berdasarkan peran komunikasi menurut Mitzberg dalam Stoner, dkk (1996) dapat disimpulkan bahwa komunikasi memiliki arti penting, terutama dalam peran antar pribadi, informal dan pengambilan keputusan. Dimana, komunikasi digunakan sebagai alat dalam penyampaian maksud dan tujuan yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Dengan demikian, komunikasi merupakan suatu hal penting yang dapat digunakan untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang lain.

2.1.3. Proses Komunikasi

(34)

Gambar 1.Proses Komunikasi (Purwanto, 2003)

Adapun penjelasan proses komunikasi menurut Bovee dan John Thil dalam Purwanto (2003), adalah sebagai berikut:

Tahap Pertama: Pengirim Mempunyai Suatu Ide atau Gagasan.

Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, maka pengirim pesan harus menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada pihak lain atau audiens. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terbentang luas dihadapan kita. Dunia ini penuh dengan berbagai macam informasi, baik yang dapat dilihat, didengar, dicium maupun diraba.

Tahap Kedua: Pengirim Mengubah Ide Menjadi Suatu Pesan.

Dalam suatu proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau dimengerti dengan sempurna. Ide yang berbentuk abstrak harus diubah kedalam bentuk pesan.

Tahap Ketiga: Pengirim Menyampaikan Pesan.

(35)

Panjang-pendeknya rantai saluran komunikasi yang digunakan akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan.

Tahap keempat: Penerima Menerima Pesan.

Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi, bila pengirim mengirimkan suatu pesan dan penerima menerima pesan tersebut. Pesan yang diterima adakalanya sempurna, namun tidak jarang hanya sebagian kecil saja.

Tahap kelima: Penerima Menafsirkan Pesan.

Setelah penerima menerima suatu pesan, tahap berikutnya adalah bagaimana ia dapat menafsirkan pesan. Penafsiran suatu pesan secara benar bila penerima pesan memahami pesan sebagaimana yang dimaksud oleh pengirim pesan.

Tahap keenam: Penerima Memberi Tanggapan dan Mengirim Umpan Balik Ke Pengirim.

Umpan balik (feedback) adalah penghubung akhir dalam suatu mata rantai komunikasi. Feedback dapat berfungsi sebagai koreksi bagi pengirim.

Pelaksanaan proses komunikasi tidak selamanya semudah yang diharapkan, dimana terdapat gangguan (noise) dalam proses komunikasi yang akhirnya akan mempengaruhi jalannya proses penyampaian pesan. Gangguan merupakan faktor apapun yang menggangu, membingungkan atau mencampuri informasi. Gangguan dapat timbul dalam saluran komunikasi atau metode pengiriman, seperti udara untuk pembicaraan lisan dan kertas untuk surat. Gangguan dapat terjadi internal seperti ketika penerima tidak memperhatikan, atau eksternal dimana pesan terganggu oleh suara lain dari lingkungan. Gangguan dapat terjadi pada tahap mana pun dari proses komunikasi. Gangguan dapat sangat mengganggu dalam tahap penyandian dan pengertian (Stoner, dkk, 1996).

(36)

2.1.4. Prinsip-prinsip Komunikasi

Menurut Nawangsari (1997) prinsip-prinsip komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Prinsip Hilang dalam Perjalanan (Principle of line loss)

Prinsip ini mengatakan bahwa efektifitas suatu komunikasi condong berubah menurut jaraknya. Artinya makin banyak orang campur tangan dan semakin jauh jarak komunikator maka makin besar kemungkinannya bahwa maksud dan pesan komunikan ini diputar balikkan, ditunda atau dihilangkan.

2. Prinsip Himbauan Emosional (Principle of emotional appeal) Himbauan emosi lebih cepat dikomunikan daripada himbauan pada akal pikiran. Maksudnya gagasan atau ide akan lebih cepat didengar dan dimengerti kalau dihubungkan dengan kepentingan komunikan.

3. Prinsip Aplikasi (Principle of application)

Makin banyak suatu cara komunikasi dipraktekkan, maka makin banyak dimengerti. Manusia bersifat lupa, sehingga pesan atau informasi harus diulang-ulang. Dalam komunikasi terjadi proses penyesuaian diri manusia dengan situasinya, sebagaimana juga usaha untuk menguasai keadaan karena itulah manusia berkomunikasi.

2.2. Pola Komunikasi

(37)

Menurut Stoner, dkk (1996), pola komunikasi terbagi atas tiga yaitu komunikasi vertikal, komunikasi lateral dan komunikasi informal. Komunikasi vertikal adalah komunikasi dari atas ke bawah dan komunikasi dari bawah ke atas dalam rantai komando organisasi. Maksud utama komunikasi dari atas ke bawah adalah untuk memberitahukan, mengarahkan, memerintah dan menilai bawahan serta untuk memberi anggota organisasi informasi mengenai tujuan dan kebijakan organisasi. Sedangkan, fungsi utama komunikasi dari bawah ke atas adalah untuk memberikan informasi kepada tingkat-tingkat yang lebih tinggi mengenai apa yang terjadi pada tingkat yang lebih rendah. Jenis komunikasi ini meliputi laporan kemajuan, saran, penjelasan, permohonan bantuan atau keputusan.

Komunikasi lateral biasanya mengikuti pola arus kerja dalam sebuah organisasi yang terjadi para anggota kelompok antara satu kelompok dengan kelompok lain, antara para anggota bagian yang berbeda-beda dan antara lini dan staf. Tujuan utama komunikasi lateral adalah menyediakan sebuah saluran langsung untuk koordinasi dan pemecahan masalah organisasi. Jenis komunikasi informal, yaitu seperti desas-desus ataupun selentingan. Selentingan mempunyai beberapa fungsi yang berkaitan dengan kerja. Meskipun selentingan sulit dikendalikan secara tepat, namun dapat beroperasi jauh lebih cepat daripada saluran komunikasi formal.

Secara umum pola komunikasi dapat dikelompokkan menjadi dua saluran menurut Purwanto (2003), antara lain: (1) saluran komunikasi formal dan (2) saluran komunikasi informal.

1.Saluran Komunikasi Formal

(38)

Menurut Montana dan Greene dalam Purwanto (2003), ada beberapa keterbatasan komunikasi formal diantaranya:

a. Komunikasi dari Atas ke Bawah (Downward Communications) Secara sederhana, transformasi informasi dari pimpinan dalam semua level ke bawahan merupakan komunikasi dari atas ke bawah (top-down atau downward communications). Aliran komunikasi dari atasan ke bawahan tersebut, umumnya terkait dengan tanggung jawab dan kewenangannya dalam suatu organisasi. Seorang manajer yang menggunakan jalur komunikasi dari atas ke bawah memiliki tujuan untuk mengarahkan, mengkoordinasikan, memotivasi, memimpin dan mengendalikan berbagai kegiatan yang ada di level bawah (Purwanto, 2003).

Berdasarkan Gambar 2, komunikasi dari atas ke bawah tersebut dapat berbentuk lisan maupun tulisan. Komunikasi secara lisan dapat berupa percakapan biasa, wawancara formal antara supervisor dengan karyawan, atau dapat juga dalam bentuk pertemuan kelompok. Disamping itu, komunikasi dari atas ke bawah dapat berbentuk tulisan, seperti memo, manual pelatihan, kotak informasi, surat kabar, majalah, papan pengumuman, buku petunjuk karyawan, maupun bulletin.

Menurut Katz dan Kahn dalam Purwanto (2003), komunikasi dari atas kebawah mempunyai lima tujuan pokok, yaitu:

1) Untuk memberikan pengarahan atau intruksi kerja tertentu. 2) Untuk memberikan informasi, mengapa suatu pekerjaan harus

dilaksanakan.

3) Untuk memberikan informasi tentang prosedur dan praktik organisasional.

4) Untuk memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada para karyawan.

(39)

Gambar 2. Pola komunikasi dari Atas ke Bawah (Purwanto, 2003) Menurut Dennis dalam Mulyana (2000), komunikasi ke bawah ialah diprakarsai oleh manajemen organisasi tingkat atas dan

kemudian ke bawah melewati ”rantai perintah”. Ada beberapa

saluran komunikasi ke bawah, yaitu: 1) Memo interorganisasi

2) Rapat

3) Tatap muka dengan bawahan 4) Faks

5) Surat eletronik

Adapun Dahle dalam Mulyana (2000) mengemukakan bahwa urutan saluran menurut tingkat keefektifannya yaitu:

1) Kombinasi lisan dan tulisan 2) Lisan

3) Tulisan

4) Papan pengumuman 5) Selentingan

Dengan kata lain, untuk menyampaikan informasi kepada para pegawai dengan tepat, kombinasi saluran tulisan dan lisan memberi hasil terbaik. Mengirimkan pesan yang sama melalui lebih

Manajer Umum

Manajer Produksi

Bagian Pabrik

Bagian Penelitian

K a r y a w a n Manajer

Pemasaran

Bagian Penjualan

(40)

dari satu saluran terasa berlebihan. Hal ini dapat membantu, tidak hanya menyampaikan pesan, tetapi juga dalam memastikan bahwa pesan tersebut akan diingat (Mulyana, 2000).

b. Komunikasi dari Bawah ke Atas (Upward Communications) Struktur organisasi, komunikasi dari bawah ke atas (bottom- up atau upward communications) berarti alur informasi berasal dari bawahan menuju ke atasan. Informasi mula-mula berasal dari para karyawan selanjutnya disampaikan ke bagian pabrik, ke manajer produksi dan akhirnya ke manajer umum. Untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam suatu organisasi dan mengambil keputusan secara tepat. Partisipasi bawahan dalam proses pengambilan keputusan akan sangat membantu dalam pencapaian tujuan organisasi. Untuk mencapai keberhasilan komunikasi dari bawah ke atas, para manajer harus benar-benar memiliki rasa percaya kepada bawahannya. Jika tidak, informasi sebagus apa pun dari bawahan tidak akan bermanfaat baginya. Berikut ini adalah sebuah bagan organisasi yang menggambarkan alur komunikasi dari bawah ke atas. Komunikasi dari bawah ke atas dapat dilihat pada Gambar 3 (Purwanto, 2003).

Komunikasi ke atas adalah proses penyampaian gagasan, perasaan dan pandangan pegawai tingkat bawah kepada atasannya dalam organisasi. Dalam komunikasi ke atas, ada empat fungsi penting (Scholz dalam Mulyana, 2000), yaitu:

1) Melengkapi manajemen dengan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan.

2) Membantu mengurangi tekanan dan frustasi pegawai akibat suasana kerja.

3) Meningkatkan kesadaran partisipasi pegawai dalam perusahaan. 4) Sebagai bonus, komunikasi ke atas menyarankan penggunaan

(41)

Gambar 3. Pola Komunikasi dari Bawah ke Atas (Purwanto, 2003) Gambar 3. Pola Komunikasi dari bawah ke atas (Purwanto, 2003)

Walaupun jelas penting, komunikasi ke atas tidak selalu dianjurkan oleh manajemen. Mungkin salah satu alasannya adalah karena suara yang didengar atasan dari bawahannya tidak selalu menyenangkan atau menyanjung atasan. Menurut Mulyana (2000), faktor-faktor penting dalam perusahaan, antara lain:

1) Reseptivitas ke atas atau kesediaan menerima pesan dari bawahan yang tinggi. Reseptivitas ke atas terutama diasosiasikan dengan kebijakasanaan pintu terbuka dalam bisnis. 2) Inisiatif dari pihak pegawai tampaknya salah satu cara terbaik

untuk membuka pintu komunikasi dalam organisasi. 3) Memberikan informasi pribadi/meminta nasihat.

Menurut Gemmil dalam Mulyana (2000), ada tiga hambatan psikologis utama yang mempengaruhi komunikasi ke atas:

1) Jika bawahan percaya bahwa penyingkapan perasaan, opini, atau kesukaran akan mengakibatkan atasan menutup atau menghindarkan pencapaian tujuan pribadinya, bawahan akan menyembunyikan atau membelokannya.

Bagian Pabrik

Bagian Penelitian Bagian

Penjualan

Bagian Promosi

Manajer Umum

Manajer Produksi

K a r y a w a n Manajer

(42)

2) Semakin sering atasan memberi ganjaran atas pengungkapan perasaan, opini dan kesulitan oleh bawahan, semakin besar keinginan bawahan mengungkapkannya.

3) Semakin sering atasan mau mengungkapkan perasaan, opini dan kesukaran kepada bawahannya dan atasannya, semakin besar pula kemungkinan keterbukaan dari pihak bawahan.

Selain itu, Gordon dan Infante dalam Mulyana (2000), mengemukakan bahwa pegawai sangat menghargai kebebasan mengemukakan pendapatnya kepada atasan.

c. Komunikasi Horizontal (Sideways Communications)

Komunikasi horizontal adalah komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar/sederajat dalam suatu organisasi. Tujuan komunikasi horizontal antara lain untuk melakukan persuasif, mempengaruhi dan memberikan informasi kepada bagian atau departemen yang memiliki kedudukan sejajar. Komunikasi horizontal bersifat koordinatif diantara mereka yang memiliki posisi sederajat, baik di dalam satu departemen maupun di antara beberapa departemen. Komunikasi horizontal dapat dilihat pada Gambar 4 (Purwanto, 2003).

Komunikasi horizontal yang efektif dalam organisasi yaitu pertukaran diantara perwakilan dan personil pada tingkat yang sama dalam diagram organisasi (Mulyana, 2000). Komunikasi horizontal dalam organisasi sering tidak sehat karena loyalitas karyawan kepada departemen tertentu. Menurut Goldhaber dalam Mulyana (2000), meringkas literatur mengenai komunikasi horizontal dalam suatu organisasi:

(43)

Gambar 4.Pola Komunikasi Horizontal (Purwanto, 2003) Komunikasi horizontal dapat membantu fungsi organisasi lebih efektif dan bahkan diperlukan untuk menghindari beberapa hambatan. Adapun beberapa langkah untuk mengurangi hambatan terhadap komunikasi horizontal. Menurut Schein dalam Mulyana (2000) menjelaskan empat prosedur untuk mengurangi hambatan tersebut, yang telah dibuktikan berhasil dalam beberapa kasus:

1) Berikan penekanan relatif lebih besar kepada keefektifan organisasional total dan kepada peranan departemen dalam kontribusinya kepada hal ini, departemen dinilai dan diberi ganjaran berdasarkan kontribusi mereka kepada usaha keseluruhan bukan berdasarkan keefektifan individual.

2) Interaksi tinggi dan seringnya komunikasi antar divisi dirangsang untuk bekerja mengatasi dan membantu masalah koordinasi antar divisi.

3) Sering dilakukan perputaran kayawan diantara divisi, untuk merangsang tingkat pemahaman bersama tinggi dan empati terhadap masalah pihak lain.

Manajer Umum

Manajer Produksi

Bagian Pabrik

Bagian Penelitian

K a r y a w a n Manajer

Pemasaran

Bagian Penjualan

(44)

4) Hindari situasi menang-kalah, jangan sekali-kali mengkompetisikan kelompok untuk suatu penghargaan organisasional.

d. Komunikasi Diagonal

Bentuk komunikasi yang satu ini memang agak lain dari beberapa bentuk komunikasi sebelumnya. Komunikasi diagonal melibatkan komunikasi antara dua tingkat (level) organisasi yang berbeda. Contohnya adalah komunikasi formal antara manajer pemasaran dengan bagian promosi, antara manajer produksi dengan bagian akuntansi dan seterusnya. Komunikasi diagonal dapat dilihat pada Gambar 5 (Purwanto, 2003).

Bentuk komunikasi diagonal memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah:

1) Penyebaran informasi bisa menjadi lebih cepat ketimbang bentuk komunikasi tradisional.

2) Memungkinkan individu dari berbagai bagian atau departemen ikut membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi.

s

Gambar 5.Pola Komunikasi Diagonal (Purwanto, 2003) Di samping memiliki kebaikan atau keuntungan, komunikasi diagonal ini juga memiliki kelemahan. Salah satu kelemahan

Manajer Umum

Manajer Produksi

Bagian Pabrik

Bagian Penelitian

K a r y a w a n Manajer

Pemasaran

Bagian Penjualan

(45)

komunikasi diagonal adalah bahwa komunikasi diagonal dapat mengganggu jalur komunikasi yang rutin dan telah berjalan normal. Di samping itu, komunikasi diagonal dalam suatu organisasi besar sulit untuk dikendalikan secara efektif.

2.Saluran Komunikasi Informal

Bagan organisasi formal akan dapat menggambarkan bagaimana informasi yang ada ditransformasikan dari satu bagian ke bagian yang lainnya sesuai dengan jalur hierarki yang ada. Namun dalam praktik, nampaknya garis-garis dan kotak-kotak yang tergambar dalam struktur organisasi tidak mampu mencegah orang-orang dalam suatu organisasi untuk saling bertukar informasi antara yang satu dengan yang lainnya.

Jaringan komunikasi informal, orang-orang yang ada dalam suatu organisasi tanpa memperdulikan jenjang hierarki, pangkat dan kedudukan atau jabatan, dapat berkomunikasi secara luas. Meskipun hal-hal yang diperbincangkan bersifat umum, kadangkala mereka juga bicara hal-hal yang berkaitan dengan situasi kerja dalam organisasinya (Purwanto, 2003).

Saluran informasi informal dalam organisasi sering disebut desas-desus atau rumor dan selentingan atau grapevine. Desas-desus mengurangi ketegangan emosional dan biasanya timbul di lingkungan yang ambigu (Mulyana, 2000). Ada beberapa faktor dalam komunikasi informal, yaitu:

a. Desas-desus

Desas-desus merupakan sebuah fungsi ambiguitas situasi yang diperkuat oleh pentingnya sebuah isu. Penyebaran desas-desus diperlambat oleh kesadaran kritis seseorang bahwa desas-desus tampaknya tidak sah.

b. Selentingan

(46)

Menurut William King (http://www.ezinearticles.com), pola komunikasi organisasi dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, sebagai berikut:

a. Komunikasi ke atas (Upward communication)

Komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi dari rekan ke tingkat manajerial dan telah resmi nada disertakan di dalamnya. Bisa jadi merupakan umpan balik dari karyawan kepada manajer tentang beberapa laporan atau tugas tertentu.

b. Komunikasi bawah (Downward communication)

Komunikasi yang berlangsung dari eselon atas yang dari manajer terhadap para karyawannya dan bisa dalam bentuk beberapa pesanan dan instruksi yang diperlukan untuk diikuti.

c. Dydic Komunikasi (Dydic Communication)

Lebih ramah dan informal komunikasi yang terjadi antara sesama organisasi yang sama. Yang diperlukan sebagai tempat bertukar pikiran antara satu sama lain sebagai bawahan dari organisasi.

Menurut Mintzberg dalam Tambunan (2005), pola komunikasi diartikan sebagai struktur organisasi, dimana struktur organisasi dibagi menjadi dua, yaitu (1) struktur organisasi formal dan (2) struktur organisasi informal. Struktur organisasi formal ialah sebagai alat mekanik untuk mengurangi variabilitas perilaku anggota organisasi yang cenderung informal. Sedangkan, struktur organisasi informal ialah sama sekali tidak terdokumentasi.

2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

Menurut Mangkunegara (2002) ada dua tinjauan faktor yang mempengaruhi komunikasi, yaitu faktor yang berasal dari pihak komunikator (sender) dan dari pihak komunikan (receiver). Adapun faktor-faktor yang berasal dari sender maupun receiver, anatara lain:

1.Keterampilan sender dan receiver.

(47)

receiver harus memiliki keterampilan dalam mendengar dan membaca pesan agar pesan yang disampaikan dapat dimengerti.

2.Sikap sender dan receiver.

Sender yang bersikap ragu-ragu dan angkuh terhadap receiver dapat mengakibatkan informasi atau pesan yang diberikan menjadi ditolak dan membuat receiver menjadi tidak percaya terhadap informasi atau pesan yang disampaikan. Sama halnya juga dengan receiver, jika receiver bersikap meremehkan dan berprasangka buruk terhadap sender, maka komunikasi menjadi tidak efektif dan pesan menjadi tidak berarti bagi receiver.

3.Pengetahuan sender dan receiver.

Sender yang mempunyai pengetahuan luas dan menguasai materi yang disampaikan akan dapat meninformasikannya kepada receiver sejelas mungkin, sehingga receiver lebih mudah mengerti pesan yang disampaikan oleh sender. Kemudian receiver yang memiliki pengetahuan yang luas akan lebih mudah dalam menginterpretasikan ide atau pesan yang diterimanya dari sender.

4.Media yang digunakan oleh sender dan receiver.

Sender perlu menggunakan media komunikasi yang sesuai dan menarik perhatian receiver. Sedangkan, receiver yang menggunakan media komunikasi berupa alat indera yang ada pada receiver sangat menentukan apakah pesan dapat diterima atau tidak untuknya. Jika alat indera receiver terganggu, maka pesan yang diberikan oleh sender menjadi kurang jelas bagi receiver.

2.4. Hambatan Komunikasi

(48)

Pendapat lainnya berasal dari Davis dalam Mangkunegara (2002) yang menyebutkan bahwa ada tiga rintangan atau hambatan dalam berkomunikasi, antara lain:

1.Rintangan pribadi

Rintangan pribadi yang dimaksud adanya hambatan pribadi yang disebabkan karena emosi, alat indera yang terganggu, kebiasaan-kebiasaan yang berlaku pada norma atau nilai budaya tertentu.

2.Rintangan fisik

Rintangan fisik yang dimaksud adalah terlalu jauh jarak tempat berkomunikasi antara sender dan receiver. Dalam hal ini, diperlukan media komunikasi seperti telepon, alat pengeras suara dan alat komunikasi lainnya.

3.Rintangan bahasa

Rintangan bahasa yang dimaksud adalah kesalahan dalam menginterpretasikan istilah kata.

Adapun hambatan komunikasi menurut Sule dan Saefulloh (2006) dibagi menjadi dua, yaitu (1) hambatan individual dan (2) hambatan organisasi.

1.Hambatan Individual

Kesalahpahaman dalam memahami pesan, kredibilitas individu, keterbatasan dalam berkomunikasi, kemampuan mendengarkan yang rendah dan penilaian awal terhadap subjek tertentu.

2.Hambatan Organisasi

Perbedaan tingkat manajemen, persepsi yang berbeda antar bagian, kelebihan beban kerja dan hambatan-hambatan lain.

Hambatan komunikasi itu berbeda-beda, namun masalah terbesar adalah pada mata rantai terakhir dimana suatu pesan ditafsirkan oleh penerima pesan. Perbedaan latar belakang, perbendaharaan bahasa dan pernyataan emosional dapat menimbulkan munculnya kesalahpahaman antara pengirim dan penerima pesan.

(49)

pengirim pesan, maka komunikasi menjadi semakin sulit. Perbedaan usia, pendidikan, jenis kelamin, status sosial, kondisi ekonomi, latar belakang budaya dan agama dapat menjadikan pemahaman masing-masing menjadi sulit atau paling tidak terganggu proses komunikasinya.

Masalah dalam memahami pesan-pesan sebenarnya terletak pada bahasa, yang menggunakan kata-kata sebagai simbol untuk menggambarkan suatu kenyataan. Serta hambatan terakhir yaitu pada perbedaan reaksi emosional, suatu hal yang cukup menarik bahwa seorang mungkin beraksi secara berbeda terhadap kata yang sama pada keadaan yang berbeda. Suatu pesan yang jelas dan dapat diterima di suatu kondisi, namun dalam situasi yang berbeda suatu kata dapat membingungkan. Hal ini tergantung pada hubungan emosional atau penerima dan pengirim pesan.

2.5. Upaya Mengatasi Hambatan Komunikasi

Menurut Sule dan Saefulloh (2006), adapun upaya dalam mengatasi hambatan komunikasi terbagi atas dua bagian, yaitu:

1.Upaya Bersifat Individual

Peningkatan kemampuan mendengarkan, dorongan untuk berkomunikasi dua arah, peningkatan kesadaran dan kemampuan dalam memahami pesan dan informasi, pemeliharaan kredibilitas individu dan peningkatan pemahaman terhadap orang lain.

2.Upaya Bersifat Organisasional

Tindak lanjut dari setiap komunikasi yang dilakukan, pengaturan pola komunikasi yang semestinya dilakukan dalam organisasi, serta peningkatan kesadaran dan penggunaan berbagai media dalam berkomunikasi.

(50)

yang hati-hati, komunikator dapat membuat audiensnya lebih mudah memusatkan perhatian pada pesan yang disampaikan. Penyampaian pesan dengan cara lisan (oral) akan efektif bila lokasi atau penyampaian pesan memiliki kondisi yang teratur, rapi, serta nyaman dan sebagainya. Terakhir dengan mempermudah upaya umpan balik antara si pengirim dan si penerima pesan, agar pemberian umpan balik tersebut memberikan suatu manfaat yang cukup berarti, cara dan penyampaiannya harus direncanakan dengan baik (Umar, 2005).

Dengan komunikasi yang baik akan dapat diselesaikan problem-problem yang terjadi dalam perusahaan. Konflik yang terjadi dapat diselesaikan melalui musyawarah dan mufakat. Jadi, manajemen terbuka akan mendukung terciptanya komunikasi efektif dalam menciptakan lingkungan kerja yang produktif.

2.6. Lingkungan Kerja Produktif

Lingkungan kerja dalam suatu organisasi adalah salah satu faktor pendorong untuk bekerja lebih baik, dimana karyawan dapat bergairah untuk mengerjakan tugas yang diberikan pimpinan. Hal ini dapat dilihat melalui pembinaan suatu suasana yang menyenangkan, misalnya bagaimana hubungan antar karyawan didalam organisasi (Sunarto, 2003).

Menurut Sinungan (2003), kerja produktif memerlukan keterampilan kerja yang sesuai dengan isi kerja sehingga bisa memperbaiki cara kerja atau minimal mempertahankan cara kerja produktif.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja produktif menurut Sinungan (2003), yaitu:

1.Kemauan yang tinggi.

2.Kemampuan kerja yang sesuai dengan isi kerja. 3.Lingkungan kerja yang nyaman.

4.Penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum. 5.Jaminan sosial yang memadai.

(51)

Hubungan kerja yang harmonis merupakan salah satu faktor untuk membuat orang bisa menjadi kerja produktif. Lingkungan kerja menunjuk pada hal-hal yang berada di sekeliling dan melingkupi kerja karyawan di kantor. Kondisi lingkungan kerja lebih banyak tergantung dan diciptakan oleh pimpinan, sehingga suasana kerja yang tercipta tergantung pada pola yang diciptakan pimpinan. Lingkungan kerja dalam perusahaan, dapat berupa struktur tugas menunjuk pada bagaimana pembagian tugas dan wewenang itu dilaksanakan (Sinungan, 2003).

Ketersediaan sarana kerja juga mempengaruhi produktivitas lingkungan kerja karyawan. Dengan adanya sarana-sarana yang memungkinkan, seperti ruangan yang rapi, bersih dan nyaman untuk bekerja, maka karyawan akan merasa nyaman dan menumbuhkan suasana hati yang baik untuk menyelesaikan pekerjaannya.

2.7. Penelitian Terdahulu

Silviani (2009) melakukan penelitian mengenai Efektivitas Atasan dan Bawahan pada Kantor Pos Bogor. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola komunikasi yang terjadi antara atasan dan bawahan pada Kantor Pos Bogor, mengetahui hambatan komunikasi yang dialami oleh atasan dan bawahan pada Kantor Pos Bogor dan terakhir menganalisis efektivitas komunikasi atasan dan bawahan pada Kantor Pos Bogor. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

(52)

Secara umum iklim komunikasi organisasi bagian Spinning termasuk baik. Jika dilihat dari besar kecilnya rataan skor yang diperoleh berdasarkan

peringkat “baik” (dari tinggi ke rendah) urutannya adalah kepercayaan,

pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan dalam komuikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas dan perhatian pada tujuan berkinerja tinggi. Hasil analisis deskripsi terhadap kepuasan kerja karyawan dapat dikatakan puas dengan urutan kepuasan tertinggi pada pekerjaan itu sendiri, hubungan dengan rekan sekerja, hubungan atasan dan bawahan, kondisi kerja, kompensasi dan promosi kerja. Terdapat hubungan yang sangat nyata, positif dan kuat antara iklim komunikasi organisasi dengan kepuasan kerja. Secara keseluruhan dapat dikemukakan bahwa semakin baik iklim organisasi akan semakin tinggi kepuasan kerja karyawannya.

Selanjutnya Isprandono (2004) melakukan penelitian Analisis

Faktor-faktor Komunikasi dengan Peningkatan Produktivitas Kerja pada PT Sariwangi A.E.A. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor

(53)
(54)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Penelitian

Setiap perusahaan memiliki visi dan misi sendiri. Visi dari PT X Tbk

ini adalah to become leading InfoCom player in the region, dimana PT X Tbk berupaya untuk menempatkan diri sebagai perusahaan InfoCom

terkemuka di kawasan Asia Tenggara, Asia dan akan berkelanjut ke kawasan Asia Fasifik. Untuk mewujudkan visi tersebut, PT X Tbk menyusun misi dan berbagai macam strategi untuk mencapainya. Strategi tersebut diimplementasikan pada tujuan-tujuan perusahaan baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang perusahaan. Dalam rangka mencapai tujuannya itu manajemen berupaya untuk mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan baik, sehingga semua tujuan perusahaan dapat tercapai. Untuk itu, setiap perusahaan dapat berfungsi sesuai dengan fungsi masing-masing.

PT X Tbk Unit Bisnis Bogor memiliki sembilan unit bisnis, yaitu DVAS (Data & Vas Sales), FPS (Fixed Phone Sales), CC (Customer Care), ANM (Access Network Maintenance), ANO (Access Network Operation), BP (Business Performance), GS (General Support), terakhir KANCATEL (Depok & Cibinong). Namun untuk penelitian ini lebih fokus pada 7 unit bisnis, dimana KANCATEL (Depok & Cibinong) tidak termasuk dalam penelitian ini, karena untuk mengoptimalkan hasil penelitian.

Sumber daya manusia merupakan sumber daya yang sangat penting karena dapat mempengaruhi kelangsungan perusahaan secara keseluruhan di masa depan. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk dapat memanfaatkan sumber daya tersebut secara optimal, sehingga dalam masing-masing unit bisnis dibutuhkan pegawai yang terdiri dari manajer dan karyawan.

(55)

organisasi pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor. Secara umum pola komunikasi dapat dikelompokkan menjadi dua saluran yaitu formal maupun informal. Saluran komunikasi formal terdiri atas: komunikasi dari atas ke bawah (downward communication), komunikasi dari bawah ke atas (upward communication), komunikasi horizontal (sideways communication), dan komunikasi diagonal. Sedangkan, saluran komunikasi informal merupakan suatu jaringan komunikasi dimana orang-orang yang ada dalam suatu organisasi tanpa memperdulikan jenjang hierarki, pangkat dan kedudukan atau jabatan, dapat berkomunikasi secara luas (Purwanto, 2003).

Lingkungan keja produktif merupakan salah satu faktor pendorong untuk bekerja lebih baik, dimana karyawan dapat bergairah untuk mengerjakan tugas yang diberikan pimpinan, sehingga tercipta suasana yang menyenangkan (Sunarto, 2003). Pola komunikasi organisasi yang baik, memiliki hubungan dengan lingkungan kerja produktif di perusahaan. Lingkungan kerja menunjuk pada hal-hal yang berada di sekeliling dan melingkupi kerja karyawan di kantor. Kondisi lingkungan kerja lebih banyak tergantung dan diciptakan oleh pimpinan, sehingga suasana kerja yang tercipta tergantung pada pola komunikasi yang diciptakan pimpinan. Lingkungan kerja dalam perusahaan, dapat berupa struktur tugas menunjuk pada bagaimana pembagian tugas dan wewenang itu dilaksanakan (Sinungan, 2003).

(56)

Gambar 6.Kerangka Pemikiran Penelitian Keterangan: di luar ruang lingkup penelitian

1. DVAS = Data and Vas Sales 2. FPS = Fixed Phone Sales 3. CC = Customer Care

4. ANM = Access Network Maintenance 5. ANO = Access Network Operation 6. BP = Business Performance 7. GS = General Support

Visi, Misi dan Tujuan PT X Tbk

Unit Bisnis Bogor

Rekomendasi

Rank Spearman

Saluran Komunikasi Formal

1. Downward Communications. 2. Upward Communications. 3. Sideways Communications. 4. Diagonal Communications.

Pola Komunikasi

Lingkungan Kerja Produktif

DVAS FPS CC ANM ANO BP GS CATEL

Saluran Komunikasi

Informal

1. Desas-desus

(57)

3.2.Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara yang menyatakan adanya hubungan variabel-variabel tertentu (Umar, 2005). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

H0 : Pola komunikasi organisasi tidak berhubungan dengan lingkungan kerja

yang produktif.

H1 : Pola komunikasi organisasi berhubungan dengan lingkungan kerja yang

produktif.

Berdasarkan tujuan dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) memiliki hubungan yang nyata terhadap lingkungan kerja yang produktif (H1).

Sedangkan, H0 menyatakan bahwa komunikasi dari atas ke bawah

(downward communication) tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap lingkungan kerja yang produktif.

2. Komunikasi dari bawah ke atas (upward communication) memiliki hubungan yang nyata terhadap lingkungan kerja yang produktif (H1).

Sedangkan, H0 menyatakan bahwa komunikasi dari bawah ke atas

(upward communication) tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap lingkungan kerja yang produktif.

3. Komunikasi diagonal memiliki hubungan yang nyata terhadap lingkungan kerja yang produktif (H1). Sedangkan, H0 menyatakan bahwa komunikasi

diagonal tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap lingkungan kerja yang produktif.

4. Komunikasi horizontal memiliki hubungan yang nyata terhadap lingkungan kerja yang produktif (H1). Sedangkan, H0 menyatakan bahwa

komunikasi horizontal tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap lingkungan kerja yang produktif.

5. Komunikasi informal mempunyai hubungan yang nyata dengan lingkungan kerja (H1). Sedangkan, H0 menyatakan bahwa komunikasi

Gambar

Gambar 1. Proses Komunikasi (Purwanto, 2003)
Gambar 2. Pola komunikasi dari Atas ke Bawah (Purwanto, 2003)
Gambar 3. Pola Komunikasi dari Bawah ke Atas K a r y a w a n (Purwanto, 2003)
Gambar 4. Pola Komunikasi Horizontal (Purwanto, 2003)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya keterbatasan- keterbatasan tesebut dibutuhkan satu kerja sama yang terkoordinir dalam struktur organisasi yang baik dan jelas, agar hubungan formal dalam organisasi

Enggia GF – Hubungan Proses Komunikasi Organisasi Formal dengan Kinerja Karyawan Manajemen Komunikasi. Fakultas Ilmu Komunikasi ©2012

Judul Tesisi : Efektivitas Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan Pola Karir Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Sukabumi..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola atau bentuk komunikasi organisasi yang ada dan dijalankan oleh Manajemen Waroeng Group adalah pola komunikasi

Dari hasil analisa hubungan antara kedua variabel tersebut diperoleh p=0,003 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa adanya hubungan signifikan antara pola

Melihat indikasi tersebut dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah variabel budaya organisasi, lingkungan kerja, dan komunikasi secara simultan dan parsial berpengaruh

Judul Skripsi : Pengaruh Budaya Organisasi, Lingkungan Kerja, dan Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Menganalisis hubungan Pola Komunikasi Organisasi Terhadap Karakteristik Pegawai Balai Pelatihan Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Alat dan Metode Penelitian dilakukan dengan