HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI ORGANISASI DaNGAN MOTNASI KERJA PEGAWAI
(HASUS D I UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL CCVETERAN" JAKARTA)
oleh:
RINI RNANTINI
PROGRABS PASCA SARJANA ICNSTITUT PERTANLAN IBOGOR
RINI RIYANTINI, I-Iubungan Pola Komunikasi Organisasi dengan MotiVasi Kerja Pegawai. Dibimbing oleh SJAF'RI MANGKUPRAWIRA, RICHARD W.E. LUMINTANG dan AIDA VITAYALA S. HUBEIS.
Faktor personal menjadi salahsatu faktor penyebab perbedaan perilaku komunikafii antarinhdu yang akan membentuk pola komunikasi Pola, Jdim
serta kepuasan komunikasi organisasi yang mendukung diperlukan sebagai penumbuh motivasi kerja pegawai. Penelitian ini menganalisis hubungan pola komunikasi dengan motivasi kerja Pegawai (Kasus di
UPN
"Veteran" Jakarta).Pola komunikasi organismi diukur berdasarh freku& rat..-rata komunikasi tiap individu baik aktif maupun pasif, selama satu bulan terakhir menurut arah yang terdiri dari komunikasi vertikal bawah ke atas, komunikasi vertikal atas ke bawah, komunikasi horisontd, komunikasi diagonal serta cara komunikasi yaitu komunikasi hgsung dan tidak langsung. Iktim dan Kepuasan Organisasi diukur berdasarkan skala ordinal dengan m- skala Likert 1-3, sedangkan motivasi kerja pegawai diukur dengan skala semantic
diferential l-5.
Faktor personal jenis kelamin dan status perkawinan diukur d e w skala nominal, umur, jumlah keluarga, masa kerja, turgkat pendidikan, golonganlkepangkatan diukur berdasarkan skala ratio, sedangkan kepribadian diukur dengan menggunakan skala semantic diferential 1-5. Hubungan pola komunikasi organisasi dengan faktor personal, pola, iklim serta kepuasan komunikasi organisasi dengan motivasi kerja pegawai diambis berdasarkan uji korelasi Rank Spearman.
Rataan fkekuensi komunikasi organisasi terbanyak berdasarkan arah adalah komunikasi horisontal, sedangkan berdasarkan caranya adalah komunikasi langsung. Frekuensi komunjkasi organismi terbanyak d&kukan oleh pegawai golongan
IU.
Rataan skor iklimdan
kepuasan komunikasi onpnbasi yang cukup dari pegawai menwt golongan/kepangkatan, cukup mend- terciptanya efektifitas komunikasi organismi serta motivasi kerja pegawai.Komunikasi v e W ke atas berhubungan dengan faktor jenis kelamin dan umw? komunikasi vedikal ke bawah dengan faktor
umur,
tingkat pendidikan dangolonganlkepangkatan, komunikasi horisontal dengan faktor
umur
dan
masa kerja, komunikasi diagonal dengan tingkat pendidikan, golongankepangkatan dan kepribadian, komunikasi langsung dengan faktor umur, komunikasi tidak langsung dengan faktor tjngkat p e n d i h dan golongan/kepangkatan.Komunikasi v e M ke bawah, kom& diagonal, komunikasi langsung
SURAT PERNYATAAN
Dengan hi, saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
CCHUBUNGAN P O U KCDMUNIKASI ORGANISASI DENGAN
MOTIVASI KERJA PEGAWAI (WASUS D I UNKVERSITAS
PEMBANGUNAN
NASIONAL uVETERANwJAKARTAn
adalah benar
basil
karya saya sendini dm belm pernah dipublikasilran. Semua sumber data daninfo&
yang
digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.HUBUNGAN
POLA KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN MWIVASI WERJA PEGAWAI (WASUS DI UNIVERSITASPEMBANGUNAN NASIONAL
CCVETERANn
JAKARTA)RINI RIYANTINI
sebagai salah satu syarat untuk memgeroleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
PR.06RKM PASCA SARJiWUA
-, .
Judul Tesis : Hubungan Pola Komunikasi Ofgmimsi Dengttn Motivasi Kerja Pegawai (Kasus
Di
Universitas Pembangunm Nasionai "Veteran" Jakarta).Nama Mahasiswa : Rini Riymtini Nomor Pokok : 97307
Mmy etujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Siafri Mangkuprawira Ketua
Ir.
Richard
W.E.Lumintmg. MSEA Dr. Ir.Aida
VitayakS.
HubeisAnggota Anggota
Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunm
C
Dr. Ir. Aida Vita* S. Hubeis
RIW-\YAT HIDUP
Penulis dhhirkan di Majalengka pada tanggal 30 April 1964 sebagai puteri kedua dari pasangan Sambmg Endang Subarna dan Muni'ah. Pendidkin Sarjana ditempuh di Program Studi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Bandung, lulus tahun 1988.
*
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi Perguruan Tinggi khususnya visi clan misi Universitas Pembangunan Nasional "Vetcran" Jakarta sebagai Perguruan Tin& Unggulan diperlukan rnanajemen yang handal yang marnpu mengakomodasi semua sumberdaya yang ada pada perguruan tin& tersebut sehingp hdikator unggulan clapat tercapai. Penulis sebagai bagian dari lembaga ini mencoba ikut andil dalam me& potensi yang ada melalui penelitian yang menganalisis "Hubungan Pola Komunikasi Organisasi &ngan Motivasi Kerja Pegawai". Penulis tertarik dalam penelitkin ini, karena manusia sebagai pelaku kommhsi, baik aktif maupun pasif mempunyai kaakter yang berbeda satu sama lain, yang dapat memberi ciri terhadap pola komunikasi yang terjadi.
1. Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis selaku Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian clan Pedesaan yang telah memberi kesempatan Penulis untuk menyelesaikan studi ini;
2. Prof. Dr.
Ir.
Sapbas W i r a k u s w M. Sc. selaku Rektor UPN "Veteran" Jakarta yang telah memberikan ijin kepada Penulis untuk mengadakan penelitianini,
3. Pegawai UPN "VeteranW Jakarta yaflg telah berkenan menjadi responden',
4. Ibunda, suami, keluarga serta semua pihak yang telah banyak memberi dorongan baik mod maupun matedl dalam proses penyelesaian tesis
ini.
Akhirnya penulis mengharapkan tesis ini clapat bermanfaat sebagai bahan informasi pada kegiatan penelitian selanjutnya.
PRAKATA
...
...
DAFTAR
IS1
DAFTAR TABEL
...
...
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
...
Perumusan Masalah...
.
.
...
Tujuan PenehtJan. .
...
Kegmaan Penehtm TINJAUAN PUSTAKA...
Komunikasi Oqpnkasi
...
Iklim Komunikasi
...
Kepuasan Komunikasi
Motivasi Kerja
...
Faktor Personal...
KERANGKA PEMIKDRAN DAN HIPOTESISKer- P-an
...
Hipotesis...
METODE PENE-Populasi dan Sampel
...
.
.
...
Desain Penehtm
...
Data...
Instrumen .J *.
...
Validitas dan Reliabilitas Instpunen...
Pengumpub Data
...
Analisis DataHASlL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
...
Pola Komunikasi...
Iklim
Komunikasi...
Kepuasan Komunikasi ... Motivasi Knja...
Hubungan Faktor Personal dengan Pola Komunikasi...
Hubungan Pols Komunikasi dengan Motivasi Kerja...
Hubungan.Jklim Komunikasi dengan Motivasi Kerja...
Hubungan Kepuasan Komunikasi dengan Motivasi Kerja...
SIMPULAN DAN SARANDAFTAR
TABEL
Nomor
Halaman1. Deskripsi
Jumlah
Populasi dan Sampel Penelitian menurutGolongadKepangkatan
...
16 2. Deskripsi Faktor-fakor Personal Responden berdaqarkanGolongadKepangkatan
...
253. Frekuensi Rata-rata Komunikasi Organisasi selama satu bulan
terakhir menurut G01onganjKepangkata.n
...
29 4. Rataan Skor Iklim Komunikasi Organisasi menurutGolongan/Kepangkatan
...
32 5. Rataan Skorlklim
Komunikasi menurut aspek Iklim danGo1ongantKepangkat.n
...
346. btaan Skor Kepuasan Komunikasi Oqpisasi menurut aspek
Kepuasan clan Golongan/Kepangkatan
...
397. Rataan Skor Motivasi Komunikasi Organismi menurut aspek
dan Golongan/Kepangkatan
...
4 1...
8. Hubungan Faktor Personal dengan Pola Komunikasi
44
9. Hubungan Pola Kornunikasi Organisasi dengan Motivasi
Kerja
...
5 110. Hubungan
n<Lim
Komunikasi Organisasi dengan MotivasiKerja
...
60 11. Hubungan Kepuasan Komunikasi Organisasi dengan Motivasi1. Rataan Skor Kepribadian menurut Indikator
dan
Go1onganKepangkata.n.2. Rataan Skor Kepuasan Komunikasi Organisasi menurut Aspek dan GolongadKepangkatan.
3. Rataan Skor Motivasi Kerja menurut Aspek Motkasi dm GolonganKepangkatan.
4. Deskripsi Pola Komunikasi Responden menurut faktor Personal, Arah
dan
Cara.5.
Hasil
Pengujian Korelasi Rank Spearman Faktor Personal dengan Pola Komunikasi Organisasi menggunakan Statistical Programs for Social Science(SPSS).
6. Hasit Pengujian Korelasi Rank Spearman Pola Komunikasi Organisasi dengan Motivasi K*a menggunakafl Statistical Programs for Social Science (SPSS).
7. Hasil Pengujian Korelasi Rank Spearmar;.
lklim
Komunikasi Organisasi dengan Motivasi Kerja menggmakan Statistical Programs for Social Science (SPSS).8. Hasit Pengujian Korelasi Rank Spearman Kepuasan Komunikasi Organisasi dengan Mothasi Kerja menggunakan Statistical Programs for Social Science
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Visi dan misi pzndidikan tinggi di afus reformasi telah melahirkan paradippa ban, dalam sistem pendidikan nasional khususnya di daerah, sehingga fungsi unibersitas di daerah sebagai pusat jaringan kerja sama mavyarakat propinsi serta mitra pen& gerbong reformasi pendidikan di
daerah. Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut dalam era globalisasi tidak talepas dari program pengembangan dengan kriteria dimensi lokal
ataupun global, sehingga diperlukan kemitraan yang sejajar antar perguruan
tinggi baik negeri ataupun swasta dengan persaingan yang sehat clan saling melengkapi agar terjadi efwiensi sistem pendidikan tinggi.
Cita-cita luhur yang merupakan visi dan misi pendidikan tinggi perlu direspon oleh seluruh perguruan tine baik negeri ataupun swasta,
walaupun bukan ha1 yang mudah untuk mewujudkannya. Dukungan faditas
serta sumber daya manusia yang berkualitas masing-masing perguruan
tinggi akan menunjang terlaksmya program pengembangan tersebut.
Kebutuhan pendidikan tinggi yang semakin meningkat didukung dengan
data Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi mengenai daya tampung [JMPTN
sebanyak 75 ribu dari 480 ribu peminat sehingga hanya mencapai ratio 1:7
(Media Indonesia, 7 Agustus 2000). Universitas Pembangumn Nasional
(UPN) "Veteran" Jakarta sebagai salah satu perguruan tinggi swasta yang
ditampilkan para pencetusnya sebagai manifestmi jiwa kejuangan
memelihara api semangat 45 untuk melestarikan kesa- bangsa harus
senantiasa mampu mengaktualisasikan diri selaras, sejalan dan seirarna
dengan din& pembangunan.
Perubahan standarisasi perguruan
tin&
dari status kedinasan menjadiswasta. terakreditasi menamtah seleMtas masyarakat sebagai calon
mahasiswa untuk memilih program studi yang mendapat peringkat akreditasi
teratas dari perguruan tinggi tersebut. Status awal
UPN
"Veteran" Jakartasebagai Perguruan Tinggi Kedinasan di bawah Departemen Pertahanan
memberikan karakteristik tertentu terutarna dalam bidang kebijakan yang
berkaitan dengan personil. Pola kebijakan lebih banyak mengacu kepada
lembaga yang memayunginya, sehingga memberikan karakteiktik personil
yang berbeda dibandit~gkan perguruan tin& lain. Hal ini sernakin
mengharuskan UPN "Veteran" Jakarta untuk segera membenahi diri dalam menghadapi persaingan yang sernakin ketat apabila tidak mau kehilangan animo calon mahasiswanya. Pembenahan UPN "Veteran" Jakarta menjadi
institusi unggulan mutlak hams diperjuangkan oleh seluruh sivitas
akadernika, agar UPN "Veteran" Jakarta mendapat tempat yang layak
dimata masyarakat luas. Indikator keunggulan tersebut meliputi aspek
manajemen perguruan tinggi yang terbentuk dalam suatu sistem yang terdiri
dari aspek masukan yang berupa dosen, tenaga adminishrasi serta failitas,
dengan masyarakat, serta aspek proses yang berupa rata-rata waktu kuliah
(Sambas 1997).
Manusia sebagai salah satu komponen sistem sangat menentukan
keberhasilan tercapainya tujusfl organis* karena manusia merupakan
sumber daya potensial organisasi. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan
d m pemberdayaan terhadap sumber daya tersebut secara optimal. Setiap
individu dalam organisasi mempunyai motivasi d m tujuan yang berbeda,
sehingga perlu adanya pengarahan untuk mempersatukan tujuan tersebut
menjadi tujuan bersarna dalam organisasi.
Untuk mencapai unggulan tersebut seluruh komponen sistem yang
terdapat pada UPN "Veteran" Jakarta hams b e h g s i dengan kesamaan
persepsi menuju kriteria keunggulan, yang clapat dicapai melalui efektifitas
komunikasi, sehingga mampu memotivasi sumber daya mmusia di
lingkungan UPN "Veteran" Jakarta. Dengan demikim perlu adanya
penelitian yang dapat inembuktikan hubungan antara pola komunikasi
organisasi dengan motivasi kerja pegawai di lingkungan WN"VeteranW
Jakarta.
Adanya pola kebijakan dalam penempatan personil menyebabkan
heterogenitas karakteristik individu pada UPN "Veteran" Jakarta lebih
menonjol dibandingkan dengan perguruan tin@ lainnya. Hal ini akan
memberikan ciri yang spesifik karena karakteristik individu akan
organisasi. Heterogenitas karakteristik individu juga akan menyebabkan
motif serta tujuan yang berbeda antiuind~du se h q g a diperlukan suatu
arahan yang mengacu kepada kepentingan organisasi, sehingga terdapat
kesamaan persepsi terhadap tujuan organisasi terutayna dalam mewujuclkan
kriteria unggulan UPN "Veteran" Jakarta. Arahan tersebut &pat dilakukan
melalui komunikasi organisasi yang efektif antarindiuidu. Berkenaan
dengan hal tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat d i i u s k a n sebagai berikut :
a. Sejauh mana intensitas pola komunikasi organisasi berhubungan
dengan faktor personal ?
b. Apakah motivasi kerja pegawai berhubungan dengan pola komunikasi
organisasi, iklim komunikasi organisasi dan kepuasan komunikasi
organisasi ?
3. Tujuan Penelitian
Adanya karakteristik sumber daya mmusia yang sangat heterogen di
lingkungan I P N "Veteran" Jakarta akan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan perilaku komunikasi antarindividu. Karena
manusia merupakan unsur penting dalam organisasi, perlu suatu arall
terhadap perilaku komunikasi antarindividu, selungga membentuk pola yang
dapat menunjang tercapainya tujuan organisasi. Oleh karena itu, merupakan
a. menganalisis faktor-faktor personal yang berhubungan dengan intensitas pola komunikasi organisaai
di
lingkungan UPN "Veteran" J W ,b. mengnahsis hubungan pola komunikasi orgdsasi,
iklim
dan kepuasan komunikasi organisasi dengan motivasi kerja pegawai dib
l n g k u q p
UPN
"Veteran" Jakarta.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memperdalam tentang hubungan antara pola komunikasi organisasi dengan motivasi keqja pegawai, sehhgga diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut :
a. meningkatkan efuiensi kmunikasi organisasi dengan memperhatikan faktor individual, pola komunikasi organisasi, iklim komunikasi organisasi serta kepuasan komunikasi organisasi
di
hgkungan UPN "Veteran" Jakarta;TINJAUAN PUSTAKA
1. Komunikasi Organisasi
Komunikasi merupakan unsur penting dalam mendukung pelaksanaan
fungsi manaje~nen. Organisasi merupakan kumpSn individu yang saling
bekerja sama secara rasional untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena
setiap individu mempunyai ciri sosio kultural yang berbeda seperti suku bangsa, pendidikan, teritorial dan sebagainya sehingga dapat membentuk
klik atau kelompok yang berbeda secara informal dalam organisasi maka
diperlukan pengarahan untuk mempersatukannya ke dalam kelompok kerja.
Hal ini didukung Brennan (datam Hasibuan, 1984) yang menyatakan bahwa
manajemen adalah komunikasi. Dukungan lainnya berupa hasil penelitian
terhadap Perawat kesehatan Amerika menunjukkan bahwa swtu faktor
penting dalam setiap bagan organisasi yaitu mudah clan tepatnya komunikasi
baik menurut garis vertikal maupun horisontal (Lillico 1984).
Pace dan Faules ( 1998 ) mendefinisikan komunikasi organisasi secara fungsional sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit
komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu,
sedangkan komunikasi organisasi secara interpretatif adalah proses
penciptaan makna atas interaksi yang merupakan organisasi.
Hick dan Gullet (dalam Hah,1999) mengemukakan bahwa
komunikasi organisasi adalah komunikasi antarrnanusia yang terjadi dalam
yang saling bergantung sesuai struktur organisasi. Hal ini berarti efektifitas komunikasi organkasi dipengaruhi oleh faktor orgasuIsasi yang meliputi
saluran komunikasi, struktur organisasi, spesialisasi jabatan dan pemilikan
informasi. Pola komunikasi yang dimaksud adalah meliputi komunikasi ke
atas, ke bawah, horisontal, diagonal, tatap muka dan bermedia.
2. Iklim Komunikasi
Iklim dipandang sebagai suatu kualitas pengalaman subyektif yang berasal dari persepsi atas karakter-karakter yang relaH langgeng dalarn
orgmisasi (Falcione, dalam Pace dan Faules 1998).
Iklim
komunikasimerupakan gabungan dari persepsi suatu evaluasi makro mengenai peristiwa
komunikasi, perilaku manusia, respon pegawai terhadap pegawai lainnya,
harapan-harapan, konflik antar personal clan kesempatan. Pentingnya ilclim
komunikasi dinyatakan oleh Redding (dalam Pace clan' Faules,l998) yang
mengungkapkan bahwa "iklim (komunikasi) organisasi jauh lebih penting daripada keterampilan atau teknik-teknik komunikasi semata-mata dalam
menciptakan suatu organisasi yang efektif".
3. Kepuasan Komunikasi
Kepuasan komunikasi digunakan untuk menyatakan keseluruhan
-at kepuasan y a w dirasakan pegawai
dalam
lingkungan totalkomunikasinya (Redding, dalam Pace dan Fades 1998). Kepuasan
merupakan suatu konsep yang berken<aan dengan kenyamman, jadi kepuasan
dalam komunikasi berarti merasa nyaman dengan pesan-pesan, media, dan
4. Motivasi Kerja.
Motivasi dirumuskan sebagai perilaku yang ditujukan pada sasaran.
Motivasi berkaitan dengan tingkat usaha yang clilakulan oleh seseorang dalam mengejar suatu htjuan, motivasi juga berkaitan erat dengan kepuasan
pekerja dan performansi pekerjaan (Chung dan Mcgginson, dalam Gomes
1995). Sedangkan Sabardi (1997) mengemukakan motivasi sebagai ha1 yang
menyebabkan, menydurkan d m mendukung perilaku manusia.
Motivasi kerja juga berhubungan dengan kepuasan kerja. Apabila
motivasi kerja pegawai tinggi dan kepuasan kerja tin& berarti keduanya,
baik organisasi maupun pegawai mendapatkan keuntungan; motivasi kerja
tinggi kepuuasan kerja rendah hanya menguntungkan organisasi; motivasi
kerja rendah kepuasan kerja tinggi merupakan kerugian bagi organisasi; dan bila motivasi kerja ataupun kepuasan kerja sama-sama renddi menjadi
kerugian bag- organisasi maupun pegawai. Dapat disimpulkan bahwa
kepuasan belum tentu produktif apabila motivasi kerja rendah s e e
tingkat kepuasan pegawai tidak mempengaruhi produktivitas. Hal ini
,
mentinjukkan bahwa motivasi merupakan faktor pendorong produktivitas,
karena dengan tingginya motivasi berarti semangat kerja pun tin& sehingga
tingkat penguasaan pekerjaan tin@ pula. Namun demikian motivasi bergantung pada faktor-faktor sebagai berikut :
a. Faktor individwil yang meliputi kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan,
b. Faktor organisasi yang meliputi gaji, keamanan pekerjaan, hubungan
sesama pekerja, pengawasan, pujian dan pekerjaan itu sendiri.
McClelland (dalam Handoko,l984) mengemukakan bahwa orang-
orang yang berorientasi prestasi mempunyai karakteristik-karakteristik
tertentu yang dapat dikembangk6an, yaitu :
a. Menyukai pengarnbilan resiko yang layak (moderat) sebngai fimgsi
keterampilan, bukan kesempatan, menyukai suatu tantangan, dan
menginginkan tanggung jawab pribadi bagi hasil-has3 yang dicapai;
b. Mempunyai kecenderungan untuk menetapkan tujuan-tujuan prestasi
yang lay& dan menghadapi resiko yang sudah diperhitungkan. Salah
satu alasan mengapa banyak pe~usahaan berpindah ke program
Management by Objectives adalah karena adanya korelasi positif
antara penetapan tujuan dan tingkat prestasi;
c. Mempunyai kebutuhan yang kuat akan umpan balik tentang apa yang
telah dikerjakanny a;
d. Mempunyai keterampilan dalam perencanaan jangka panjang dan
me& kemampwn-kemampuan organisasional.
Motivasi kerja seseorang untuk bekerja ditunjukkan oleh aktivitas yang
terus menerus dan berorientasi kepada tujuan, sehingga dapat dikatakan
bahwa pegawai yang bermotivasi adalah yang perilakunya diarahkan kepada
tujuan organkasi dan aktivitas-aktivitasnya tidak mudah terganggu oleh hal-
(1995) adalah mereka yang mungkm termasuk dalam salah s a b dari tiga
ha1 :
a. Perilaku tidak memperlihatkan berorientasi tujuan;
b. Perilaku pegawai tidak diarahkan pada tujuan yang bernilai bag
organisasi;
c. Pekerja tidak komitmen terhadap tujuan, clan karenanya mudah
terganggu dan menuntut pengawasan yang tinggi.
5. Faktor Personal
Faktor individual merupakan karakteristik yang dimiliki oleh setiap
invididu seperti yang dikemukakan oleh Gomes (1995), bahwa unsur-unsur
sumber daya m'anusia meliputi kemampuan-kemampuan, sikap, njlai-nilai,
kebutuhan-kebutuhan dan karakteristik-karakteristik demografisnya
(penduduk). Sedangkan Welch (1979) mengatakan, bahwa faktor individual
meliputi karakteristik, biografi yang terdiri dari umur, jenis kelamin, status
perkawkq kemampuan yang terdiri dari tingkat intelektual, I3si.k;
kepribadian. Hal ini dipertegas ole11 Ludlow
dan
Panton (2000) yang menyatakiul bahwa kepribadian ditentukan dan berkembang oleh pengaruhKERANGKA
PEMIKIRAN
DAN
HIPOTESIS
1. Kerangka Pemikiran
UPN "Veteran" Jakarta merupakan salah satu peqyu-uan tin@ swasta di wilayah Jakarta. Selatan memiliki kebijakan penempatan pegawai yang
spesifrk, sehingga mempunyai surnber daya manusia dengan heterogenitas
lebih tmgg~ dari pada perguruan
tinggi
swasta lainnya. Hal ini karena statuskedinasan di bawah Departemen Pertahanan yang melatarbelakangi UPN
"Veteran" Jakarta. Tingkat heterogenitas pegawai yang tinggi merupakan
aset sekaligus tantangan bagi UPN "Veteran" Jakarta apabila tidak dapat memanfaatkannya dengan mengarahkan seluruh pegawai agar perhatian
terhadap tujuan. Untuk itu perlu adanya motivasi kerja yang tin@ dari
seluruh pegawai.
Motivasi tergantung banyak faktor, diantaranya iklirn komunikasi, kepuasan komunikasi serta pola komunikasi. Pola komunikasi merupakan
kecenderungan arah, inisiatif serta penggunaan media oleh individu dalam
berkomunikasi, sehingga setiap individu akan membentuk pola yang
berbeda satu sama lain. Pola komunikasi tergantung dari faktor individual ~ a n g dimiliki setiap pegawai. Dengan mengacu kepada Jack Welch dalam
Robbins (1979), maka diduga ada hubungan antara faktor individual seperti
jenis kelamin, usia, status perkawinan, tingkat pendidikan sertit kepribadian
dengan perilaku individu dalam organisask sellingga faktor tersebut akan
dalarn Face clan kaules (1998), komunikasi dalam konteks organisasi juga
tidak terlepas dari iklirn komunikasi sehingga clapat tercipta orgmhasi yang efektif
lWim
komunikasi dapat dibuktikan dengan opini tentang dukungan serta hambatan yang ada pada organisasi yang dirasakan oleh pegawai dalammelaksanakan kegiatan komunikasi. Adanya iklim yang kondusif akan
membawa kepuasan terhadap pegawai, karena kepuasan komunikasi
menunjukkan keseluruhan tingkat kepuasan total komunikasi (Redding
dalam Mul~ammad 1998). Dengan demikian kepuasan komunikasi akan
nlemberikan kenyamanan kerja pegawai yang dapat dibuktikan dengan opini
perasaan pegawai terhadap pesan, media ataupun hubungan kerja da16un
organisasi (Pace dan Faules 1998). Sernakin heterogen firktor personal yang
dimiliki organisasi sernakin beragam pula pola komunikasinya, adanya dukungan iklim yang kondusif serta kepuasan komunikasi yang tinggi antara pegawai maka diduga akan bei-penga-uh terhadap semangat serta motivasi
kerja, karena motivasi kerja merupakan dorongan dari dalam individu untuk
melakukan sesuatu dengan lebih bnik.
Motivasi kerja dapat berupa kebutuhan akan prestasi, afiliasi serta
kekuasaan yang clapat diraih oleh setiap individu. Adanya motivasi kerja
yang tinggi diharapkan akan memperoleh prestasi yang tinggi pula, yang
akhirnya akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Oleh karena itu
motivasi kerja pegawai merupakan aspek penting untuk diperhatikan oleh UPN "Veteran" Jakarta agar produktivitas tin& sekaligus mencai faktor-
let& jauh h g ~ aspek faktor personal mana yang akan rnenimbdkan perilaku dalam pola komunikasi, iklim clan kepuasan komunikasi yang bagairnana yang berhubungan dengan motivasi kerja. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan diagram alur pikir sebagai berikut :
2. Hipotesis
r---
Proses KO~&W----
-
1Berdasarkan alur pemikiran di atas, dapat disusun beberapa hipotesis penelitian yang dapat dikemu1.akan sebagai berikut :
1) Yaktor-fakor personal berhubungan dengan pola komunikasi organisasi :
a. Jenis kelannin berhubungan positif dengan pola komunikasi organisasi;
b. Umur berhubungan positif clengan pola komunikmi organisasi;
I
I
I
c. Status perkawinan berhubungan positif dengan pola komunikasi
organisasi;
d. Jurnlah anggota keluarga berhubungan positif dengan pola
komunikasi orgkasi;
e. Tingkat pendidikan formal berhubungan positif dewan pola
komunikasi organisasi;
f. Masa kerja berhubungan positif dengan pola komunika~,i
organisasi;
g. Golongadkepangkatan berhubungan positif dengan pola
komunikasi organisasi;
h. Kepribadian berhubungan positif dengan pola komunikasi
organisasi.
2 ) Pola komunikasi organisasi berhubungan positif dengan motivasi kerja
a. Komunikasi vertikal atas ke bawah berhubungan positif dengan
motivasi kerja;
b. Komunikasi vertikal bawah ke atas berhubungan positif dengan
motivasi kerja;
c. Komunikasi hotizontal berhubungan positif dengan motivasi
kerja;
d. Komunikasi diagonal berhubungan positif dengan motivasi kerja;
e. Komunikasi langsung berhubungan positif dengan motivasi
f. Komunikasi tidak langsung berhubungan positif dengan motivasi kerja.
3)
Iklim
komunikasi organisasi berhubungan positZ dengan motivasi kerja.METODE PENELITIAN
1. Populasi dan Sampel.
Populasi penelitian mefiputi seluruh pegawai stmktural di hgkungan UPN "Veteran" Jakarta yang berjumlah 591 orang, yang tennasuk dalam golongankepangkatan I s/d
IV
dan mencakup beberapa unit kerja. Dari jumlah populasi tersebut dilakuh penarikan sampel proportional strati$edrandom sampling (penarikan sampel berstrata proporsional secara acak) pada pegawai yang mempunyai atasan serta bawahan berdasarkan golongan/kepangkatati yang berjumlah 412 orang terdiri dari golongan
II
s/d IV. Pertimbangannya adalah bahwa untuk melihat pola komunikasi organisasi dengan muatan formal perlu dilihat dari jenjang struktur hirarkhi j a b a t . dalam organisasi. Jumlah sampel dapat dilihat dalam 'Tabel 1.Tabel 1. Desluipsi jumlah populasi clan sampel penelitian menunrt golongan/kepangkatan
J u m l a h S a m p e l
7 8
6 6
1 2
1 5 6
J u m l a h P o p u l a s i
1 7 6
1 6 5
7 1
4 1 2
N o .
1
2
3
G o l o n g a n
I I 111
' IV
2. Desain Penelitian.
Penelitian ini didesain sebagai penelitian s w a i yang bersifat deskriptif. Analisis ditekankan pada upaya untuk melihat hubungan faktor personal dengan pola komunikasi organisasi sebagai peubah bebas dengan
motivasi kei-ja pegawai sebagai peubah tidak bebas.
3. D a t a .
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari bagian personalia UllN
"Veteran" Jakarta. Data primer dikelompokkan dalam benluk instrumen
kuesioner, yang berisi keterangan tentang:
a. Faktor-faktor personal dalam penelitian ini adalah karakteristik
responden yang meliputi jenis kelarnin, umur, status perkawinan,
jumlah keluarga, kepribadm, tingkat pendidikan, masa kerja dan golongan/kepangkatan yang diukur dari :
1) Jenis kelarnin, diukur dengan skala nominal, berdasarkan jenis
kelamin lelaki dan perempuan;
2) Umur, diukur men@lgunakan skala rasio dengan sahan tahun
yang dibulatkan ke ulang tahun terdekat;
3) Status perkawinan, diukur dengan skala nominal berdasarkan
4) Jurnlah keluarga, diukur dengan skala rasio berdasarkan berapa
orang yang menj tdi tanggmgan responden pada saat penelitian
ini dilakukan;
5 ) K e p r i b a w diukur dengan skab ordinal s e m t i k diferensial 1
sampai 5 berdasarkan siiat-sifat dominan baik positif atau negatif
yang dimiliki responden;
6) Pendidikan, diukur dengan skala nominal berdasarkan tingkat
pendidikan terakhir yang dicapai responden;
7) Masa kerja, diukw berdasarkan skala rasio, dengan satuan tahun rnasa kerja responden di UPN "Veteran" Jakarta;
8) Golongan kepegawaian, diukur dengan skala ordinal herdasarkan
golongankepangkatan
II, E
l
dan
TV.
b. Pola komunikasi organisasi sebagai kecenderungan arah, inisiatif d m
penggunaan media komunikasi responden dalam melakukan aktivitas
komunikasi organisasi di lingkungan unit kerja, diukur dengan skala rasio berdasarkan fiekuensi responden berkomunikasi secara formal
dalam jam kerja, baik mengirhn (aktif) ataupun menen'ma (pasif) informasi selama satu bulan terakhir sesuai arah dan cara yang
meliputi :
Aralr Komunikasi terdiri dari :
1) Komunikasi vertkal:
-
arah atas ke ba~vah2) Komunikasi horisontal, yaitu arah sejajar baik dalam unit sendiri ataupun unit lain;
3) Komunikasi diagonal yaitu arah atas clan bawah dengan unit lain;
Cara berkomunikasi tercliri dari :
1) Komunikasi tatap inuka (langsung) yaitu komunikasi langsung
interpersonal dan kelompok/rapat dalam unit sendhi maupun unit
lain.
2) Komunikasi beimedia (tidak langsung) yaitu komunikasi tertulis
melalui surat/notdmemole-&fax dan telepon baik dalarn unit sendiri ataupun unit lain.
c.
lklim
komunikasi organisasi merupakan situasi dan kondisi organisasi yang dirasakan oleh responden dapat mendukung atau menghambatb
proses komunikasi di lingkungan unit kerja yang diukur dengan skala ordinal menggunakan skala likert 1 sampai 3, dengan indikator tingkat
kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran dan
keterbukaan dalam komunikasi, menyimak, dan perhatian pada tujuan
berkinerja tinggi.
d. Kepuaqan komunikavi sebagai perasaan menyenangkan bagi
responden terhadap ketersediaan dukungan pelaksanaan komunikasi cli
lingkungan UPN "Veteran" Jakarta, diukur dengan skala ordinal
men~gunakan skala likert 1 sampai 3 berdasarkan pendapat responden
tentang kenyamanan melakukan kegiatan komunikasi d e w indikator
mengadakan perbaikan, efisiensi saluran komunikasi ke bawah,
kualitas media, cara sejawat berkomunikasi, informasi tentang
organisasi secara keseluruhan, serta integrasi organisasi.
e. Motivasi kerja pegawai adalah dorongan dari dalam diri responden
untuk melakukan sesuatu yang dipenganrhi faktor penumbuh dari luar
inctividu, diukur clengan skala ordinal menggunakan skala semantik diferensial 1 sampai 5 berdasarkan pendapat responden tentang tingkat pemenuhan faktor-faktor penumbuh motivasi yang meliputi aspek
prestasi, afiliasi, dan kekuasaan.
4. Instrumen.
Instfumen penelitian ini menggunakan kuesioner yang diki secara
langsung oleh responden melalui wawancara. Instrumen dibagi cialam 3
(tiga) bagim, yaitu :
a. bagian pertama berisi tentang karakteristik responden yang meliputi
jenis kelamin, umul; status perkawinan, jurnlah keluarga, kepribadian,
tingkat pendidikan, masa kerja dan golongdkepangkatan;
b. bagian kedua berisi tentang :
1) pola komunikasi organisasi yang meliputi arah komunikasi yaitu
komunikasi vertikirl (bawah ke atas dan a& ke bawah),
horhontal diagonal, serta cara berkomunikasi yaitu langsung clan tidak langsung;
2) iklim komunikasi organisasi meliputi tingkat kepercayaan,
komunikasi menyimak, serta perhatian pada tujuan berkinerja
m;
3) kepuasan komunikasi organisasi, yang terdiri dari infomasi
pekerjaan, kecukupan informasi,. kemampuan untuk ~ ~ n g a d a k a n perbaikan, efuiensi saluran komunikasi, kualitas media, cara
sejawat berkomunikasi, informasi tentang organisasi secara
keseluruhan, serta integrasi organisasi;
c. bagian ketiga berisi tentang motivasi kerja pegawai, yang terdiri dari
aspek motivasi prestasi, afiliasi serta kekuasaan.
5. Validitas dan Reliabilitas Instrumen.
Untuk mencapai validitas instrumen, maka kuesioner dlisusun dengan
cara :
a. Menyesuaikan isi pertanyaan dengan keadaan responden;
b. Menyesuaikan dengan apa yang dilakukan peneliti terdahulu untuk
mendapatkan data yang sama;
c. Memperthbangkan teori-teori dan kenyataan yang telah diungkapkan
para ahli pada berbagiti pustaka empiris;
d. Memperhatikan arahan dan nasihat para ahli atau pakar.
Tes validitas dilakukan dengan bantuan program StatisticaS Program
for Sociul Science (SPSS) terhadap 138 item pertanyaan sehingga t a m
Untuk menentukan reliabilitas instrumen maka terlebih dahulu
dilakukan uji coba instrumen kepada responden yang memiliki ciri-ciri
relatif sama dengan ciri-ciri objek penelitian. Uji coba ini dilakukan kepada 30 orang responden. Tes reliabilitas menggunakan teknik uji belah-dm,
dengan m u s berikut :
, di mana R = koefisien reliabilitas;
-
x'= X - X
-
y ' " y - y
x = skor item bernomor ganjil
nl = jumhh item bernomor ganjil
y = skor item bernomor genap
nz = jumlah item bernomor genap.
6. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian
ini
ditakukan dengan cara sebagai berikut :a. Menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas serta reliabilitasnya;
b. Wawancara yaitu dengan melakukan b y a jawab langsung dengan responden yang menjadi objek penelitian agar diperoleh data yang belum terungkap dalam kuesioner;
c. Observasi yaitu mengadakan pengamatan langsung pada objek penelitian untuk menguji kebenar'm jawaban pada kuesioner.
Pengambilan data ini dihhkm di UPN "Veteran" Jakarta pada bulan September sampai dengan Oktober 2001.
7. Analisis Data
Data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan rata-rata, persentase, distribusi fiehemi, kategorisasi nilai, serta analisis rank spearman untuk menguji hubungan antar peubah penelitian dengan rumus berikut :
r, = koefisien korelasi; di = selisih antara
x
dengan y;N =total sarnpel.
HASIL
DAN
PEMBAHASAN 1. Karakteristik RespondenKarakteristik responden diukur berdasarkan faktor personal yang meliputi jenis kelamin, usia, status perkawinan, jumlah keluarga, kepribadian, tingkat pendidikan, golongan kepegawaian serta masa kerja. Hasil penelitian tentang gambaran faktor personal responden disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas jenis kelarnin responden ' adalah lelaki sebanyak 94 orang. Meskipun tidak ada kebijakan clan preferensi berdasarkan gender didalam penerimaan pegawai, ternyata pegawai di lingkungan Departemen Pertahanan (Dephan) lebih banyak pegawai laki-laki dibandingkan pegawai perempuan, kwena pegawainya terditi dari TNI clan Sipil. Akan tetapi untuk golongan fungsional jumlah pegawai wanita agak besar, karena kebijakan yang berlaku mengatur bahwa beban kerja pegawai fingsional lebih ringan dari pegawai struktural.
Usia responden sebanyak 73,70 % berusia diantara 36-50 tahun. Hal ini antara lain disebabkan oleh cara perekrutan pegawai UPN "Veteran" Jakarta yang selama
ini
dianut tidak selalu menerima pegawai yang benar- benar kerja di UPN "Veteran" Jakarta tetapi juga banyak rnenerinla limpahan pegawai dari unit lain di lingkungan Dephan yang umumnya sudah lanjut usia atau menjelang masa pensiun. Tujuan pengalihan hiTabel2. Deskripsi Faktor-faktor Personal Responden berdasarkan golongankepangkatan.
Sistem perekruian pegawai seperti itu tentu saja kurang efekt3 karena kusang memberikan kesempatan kepada UPN "Veteran" Jakarta untuk
Faktor-faktor Personal dan Kategori
1 Jenis Kelamin ( % )
a. Laki-laki
b. Perempuan 2 Umur
Rataan (th)
Sebaran ( % )
a. 21 - 35 tahun b. 36
-
50 tahun c. 51-
65 tahun3 Status Perkawinan ( % )
a. Menikah b. Tidak
4 Jumlah Keluarga Rataan (orang) Sebaran ( % )
a. 1-3 orang b. > 3 orang
5 Tingkat Pendidikan ( % )
a. SLTA
b. Diploma ISarjana Muda c. Sarjana
d. Pasca Sarjana G Masa Kerja
Rataan (tahun) Sebaran ( % )
a. 1
-
11 tahun b. 12 - 23 tahun c. 24-
35 tahun 7 KepribadianRataan skor Sebaran ( % )
a. 16
-
48 (2,08-
2,90) b. 49-
80 (2,91-
3,73)melakukan kaderisasi dari awal karir pegawai.
Berdasarkan golongankepangkatan pegawai, sebaran usia pegawai
belum sepenuhnya sesuai dengan pola karir, karena banyak dari mereka yang sudah benzsia mendekati 50 tahun masih berada pada golongan
III,
sementara terdapat 27, 3 persen responden sudah mencapai golongan
N
meskipun usianya belwn mencapai 50 tahun. Karir mereka sudah tidak
mungkin lagi untuk ditingkatkan, baik melalui pendidikan formal ataupun
pendidikan penjenjangan kepegawaian, karena yang bersangkutan sudah
mendekati masa pensiun. Karena itu perlu adanya kadeiisasi baik melalui
promosi atau penerimaan pegawai dari luar unit UPN. Apalagi walaupun
hanya sedikit, ada juga pegawai yang sudah berusia lebih dari 60 tahun.
Kredibilitasnya dalam posisi struktural perlu diperhatikan agar produktivitas
kerja mereka masih dapat diandalkan.
Karakteristik responden lainnya yaitu status perkawinan, menunjukkan
bahwa sebagian besar responden (87,80 %) telah menikah. Responden
golongan
N
semuanya telah berkeluarga, sementara dari respondengolongan
II
danIII
ada sebagian kecil yang belumltidak menikah, terutamapegawai muda yang baru masuk menjadi pegawai.
Rataan jumlah t a n m a n keluarga, pegawai UPN "Veteran" Jakarta
berkisar antara 1-6 orang dengan rataan dua orang. Hal ini didukung ole11
pola kebijakan personil yang hanya memberi bantuan keluarga untuk anak
sebanyak 2 orang. Besamya t-ngan keluarga merupakan alasan
kebanyakan responden 'untuk tetap bertahan bekerja pada saat mereka
Sebanyak 77,50 % responden berpendidikan sarjana dan pascasarjana clan sisanya berpendidikan SLTA clan Diploma. Sebaran tingkat pendidikan pegawai UPN "Veteran" Jakarta pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
golongan/kepangkatan pegawai sangat terkait dengan jenjang pendidikan.
Responden dari golongan III dan
IV
paling rendah berpendidikan sarjana dan bahkan sebagian besar (63,60 %) pascasarjana. Sedangkan sebagianbesar (42,3 %) golongan
II
berpendidikan SLTA.Sebaran pendidikan menurut golongankepangkatan menunjukkan
sudah adanya program pendidikan bagi pegawai UPN "Veteran" Jakarta.
Sebagai contoh, pegawai golongan
II
umumnya dari lulusan SLTA atausarjana muda dan ternyata sebanyak 38 persen diantaranya kini telah berpendidikan sarjana setelah menjadi pegawai UPN "Veteran" Jakarta.
Begitu juga dengan pegawai golongan
III
dan N yang direkrut dari lulusansarjana (Sl) tetapi kini sudah berpendidikan pascasarjana.
Rataan masa kerja responden sebagai pegawi-ii UPN "Veteran" jakarta cukup lama, yaitu 12,74 tahun dengan kisaran masa kerja antara 1-35 tahun.
Sebaran masa kerja responden rnenurut golongan/kepangkatan
menunjukkan bahwa pengembangan karir kepegawaian belurn sepenuhnya
berjalan baik. Rataan masa kerja pegawai golongan
II,
I,d mIV
hampirsama yang menunjukkan bahwa perjalanan karir mereka tidak bermula dari
tingkat bawah, dan bahkan ada sebagian dari mereka yang langsung masuk ke golongan N. Indikasi ini lebih nyata lagi apabila dilihat sebaran masa
responden golongan
II
memiliki masa keija yang berkisar antara 24 tahunhingga 35 tahun tetapi masih tetap di golongan II. Sementara itu sebanyak
36,4 % responden tennasuk pada golongan
IV
walaupun dengan rnasa kerja kurang dari 12 tahun, karena mereka merupakan pegawai peralihan dari unit lain yang sebelumnya sudah tennasuk golongan IV.Faktor kepribadian responden yang diukur dengan metoda Meyers
Brigh Personality Indicator (hlBPI), menunjukkan nilai rataan skor
kepribadian 3,03 @lilt lampiran l), yang berarti cukup mendukung
terciptanya pola komunikasi organisasi yang efektif. Dari enam belas
indikator kepribadian yang diukur, keberanian tampil
,
pengendalian diri serta penuh pertimbangan mempunyai rataan skor tertinggi dibandingdengan tiga belas indikator lainnya (lihat lampuan 1). Keramahaq
kemandirkq dan kemoderenan juga mempunyai nilai cukup tinggi
mesktpun tidak setinggi tiga indikator lainnya. Keterusteranganketerbukaan
merupakan indikator yang dirasakan masill kurang oleh keseluruhan
responden, juga dengan indikator kepercayaan diri, kemampuan rileks,
kemampuan mempercayai, kepraktisan serta kondisi emosional, meskipun
tidak serendah keterusteranganketerbukam. Skor kepribadian tersebut
menggambarkan bahwa sebagian besar responden tidak hanya memiliki
pribacli yang berani tampil, penuh pertimbangan serta mampu
2. Pola IComunikasi
Pola komunikasi organisasi dianalisis berdasarkan frekuensi responden
berkomunikasi &lam satu bulan terakhir baik aktif maupun pasif dalam satu
unit kerja maupun antarunit keja yang
clilakukan
secara langsung atau tidak langsung. Berdasarkan arahnya, pola komunikasi organisasi respondenmeliputi (1) komunikasi vertikal (ke atas
dan
kc bawah), (2) komunikasi horisontal, (3) komunikasi diagonal. Berdasarkan caranya meliputi : (1)komunikasi langsung dan (2) komunikasi tidak langsung. Frekuensi rata-
rata komunikasi organisasi responden seperti dalam Tabel 3.
Tabel 3. Frekuensi Rata-rata Komunikasi Organisasi selama 1 bulan
terakhir menurut Golongankepangkatan
Tabel 3 menunjukkan bahwa keseluruhan responden cukup aktif
melakukan kegiatan komunikasi organisasi dengan fiekuensi yang berkisar
antarn 34,15 sarnpai dengan 112,05 kali perbulan dengan total fiekuensi
rata-rata sebanyak 170,51 kali perbulan atau hampir delapan kali perhari
kerja. Membandu~gkan antar golongankepangkatan, ternyata kegiatan
Frckwensi Kornunlkasi Organieasi
Arah
1 K o r n u n i k a s i k e atas 2 Kornunikasi k e b a w a h 3 Komunikasi Hvrisontal
4 R o r n u n i k a ~ i D i a g o n a l Cara
1 Kornunikasi langsung
2 Kvrnunikasi tidak langsung T o t a l Prekuensi
Seluruh R e s p o n d e n (kalilbulan) 44.25 34,15 53.95 38.17 112.05 58.46 170.51 GolonganlKepangkatan (kalilbulan) -
IV 36.83 44.25 52,75 51,58 109.83 75,58 185.41 I1 42.71 26,23 54.71 31.1 101.71 47.04 154,74 111
4 7 , 4 2 4 1 , 6 7 53.27 44.08
berkomunikasi
dari
responden golonganIII
danIV
relatif sama aktX tetapi lebih aktif dibandmg golongan 11. Kondisi ini dapat dipahami mengingat diW N "Veteran" Jakarta inisiatif komunikasi pa& umumnya berasal dari pimpinan, sementara bawahan lebih banyak bersifat menunggu perintah atau instmksi dari atasan. Disamping itu, responden dengan golongadkepangkatannya yang lebii thgj memiliki jaringan komunikasi
yang lebih luas dan dengan cakupan tugas yang lebih banyak memerlukan
keterampilan strategis dan manajerial. Karena itu, golongan
IV
memerlukan lebih banyak kegiatan berkomunikasi dibanding golongan I1 yang lebih banyak menangani pekejaan yang bersifat teknis dan praktis. Disampingitu golongan lli di UPN "Veterann
Jakarta
merupakan posisi stmktural menengah yaitu eselonII
danIII,
sehingga lebih banyak berhubungan dengan atasan, bawahan juga rekan sejawat. Posisi menengah ini jugaberfungsi sebagai mediator dalarn menyampai!! saran
dari
golongankepangkatan yang lebih rendah dengan yang lebih tinpsi.Berdasarkan caranya kegiatan komunikasi langsung tarnpak lebih dominan dibanding kegiafan komunikasi ridak laoa$ung (menggunakan media). Kecenderung untuk berkomunikasi secara lanesung karena letak unit kerja yang saling berdekatan memunginkan untuk berkomunikasi secara tatap muka, baik atasan meman& bawahan atau sebaliknya
-
tatap muka merasa lebih santun dibanding berkomunikasi dengan
menggmakan medla, terutama jika harus berkomunikasi dengan pegawai
yang lebih tinggi kedudukannnya atau yang berusia lanjut (senior).
Arah komunikasi yang dilakukan oleh responden cenderung lebii bersiiat horisontal dibanding komunikasi vertikal (ke atas dan ke bawah) setta diagonal. Komunikasi horisontal paling banyak dilakukan oleh
pegawai golongan 11 dengan frekuensi 54,71 kali yang jauh lebih tinggj
dibanding dengan arah komunikasi lainnya yaitu vertikal ke atas (42,71
kali), vertikal ke bawah (26,23 kali) serta diagonal (31,l kali). Kondisi ini
berkaitan dengan posisi struktural golongan 11 yang berada pada posisi
p h g rendah dengan karakteristik tingkat pendidikan yang rendah pula
sehingga lebih sedikit melakukan kegiatan komunikasi vertikal ataupun
diagonal.
0
Komunikasi diagonal sejalan dengan kondisi UPN "Veteran" Jakarta sebagai suatu sistem organisasi yang terdiri dari beberapa unit keja yang sangat membutuhkan adanya koordinasi antarunit. Komunikasi vertikal atas
ke bawah dan bawah ke atas, sejalan dengan golongan
kepegawiian.,pegawai dari golongan tin@
(N)
cenderung lebii banyakmelakukan kegiatan komunikasi vertikal ke bawah (44,35 kali). Sebaliknya,
pegawai golongan rendah (II) cenderung melakukan kegiatan komunikasi ke
atas (42,71 kali).
Hasil lain dari penelitian ini mengungkapkan adanya kecenderungan
komunikasi diagonal menjadi semakin sering. Dengan kata lain semakin
tinggi level responden semakin banyak memerlukan komunikasi dengan
atasan atau bawahan dari unit lainnya. Akan tetapi responden golongan
I1
yang berada pada level bawah manajemen. lebih banyak berkomunikasi di
unit kerja mereka sendiri dan kurang berkomunikasi dengan unit kerja yang
lain.
3. Iklim Komunikasi
lklim komunikasi di lingkungan UPN "Veteran" Jakarta diukur
berdasarkan pendapat dari keseluruhan responden dengan indikator yang meliputi: (1) aspek kepercayaan; (2) aspek pembuatan keputusan; (3) aspek kejujuran dan keterbukaan dalam komunikasi; (4) aspek menyimak; ( 5 ) serta
aspek memikirkan tujuan berkinerja tinggi dengan menggunakan skor skala Likert 1-3. Rataan skor tiap indikator menurut golonganlkepangkatan
responden seperti tercantum dalam Tabel 4.
Tabel 4. Rataan Skor Iklim Komunikasi Organisasi Menurut
[image:146.597.109.499.526.707.2]Tabel 4 menunjukkan bahwa secara keseluruhan responden
berpendapat bahwa iklim komunika~i di
UPN
"Veteran" Jakarta cukup menunjang terciptanya pola komunikasi yang efektif dengan rataan skor1,77. Semakin
tinggi
golongankepangkatan responden, senlakin baik pendapatnya tentangiklim
komunikasi organisasi. Kecenderunganini
tidak hanya muncul pada rataan selurull aspek, tetapi juga pada masing-masingaspek ~klim komunikasi organisasi. Hal
ini
terjadi karena semdkin tinggigolongankepangkatan responden berarti semakin mengetahui kondisi
komunikasi organisasi yang ada di W N "Veteran" Jakarta, sehingga lebii
dapat menerima iklim tersebut.
Rataan skor masing-masing aspek iklim komunikasi organisasi
menurut golongankepangkatan responden secara lebih rinci lagi tercantum
daiarn Tabel 5. Apabila dibandingkan antar aspek, ada variasi rataan skor
h a aspek iklim komunikasi yang dhmati. Rataan skor masing-masing
aspek tenebut menunjukkan bahwa iklirn komunikasi yang ada cukup
mendorong kineja, menumbuhkan kepercayaan dan keputusan bersama,
namun kurang mendukung dalam menyimak dan Larang
kejujuranlketerbukaan.
Aspek Memjkirkan Tujuan Berkinerja T i n e mempunyai rataan skor
t e h e (2,02). Hal ini berarti adanya dukungan kejelasan tujuan,
kesesuaian penempatan clan struktur, perhittian terhadap kesejahteraan serta
rendalmya hambatan dalam menjelaskan tujuan, penugasan serta pembe~ian
tujuan organisasi, &pat m e n g k o m m
.
.
ya sehingga sehuuh responden menjadi perhatian t e W p tujuan o w a s i . [image:148.602.90.513.115.765.2]Responden golongan IV memiliki rataan skor terhggi dibandingkan dua golongaWkepangkatan lainnya. Hal ini berhubungan &ngan aktivitas responden dalam pembuatan keputusan bersama s e w golongan tersebut lebii paham dan mengerti tujuan organisasi. Posisi stmktural golongan IV pun mempunyai tanggung jawab dan wewenang untuk mengkomunkwkan
.
.
tujuan organisasi terhadap seluruh anggota organiaasi, terutarna yang mempunyai posisi lebih rendah.Golongan
IIf
karena posisi stdturalnya, mempunyai tingkat kedinamisan yang cukuptinggi
baik teknis maupun konseptual. Golongan ini tidak selamanya perhatian t e h d a p tujuan organiaasi apabila tujuan tenebut h a n g relevan dengan kondisi saat itu. Golongan I1 mempunyai rataan skor terendah karena relatif h a n g memahami dan mengerti tujuan organisasi dibandingkan dua golongan lainnya, sehingga dalam melaksanakan tugasnya kurang berorientasi tujuan. Oleh karena itu menjadi tan- jawab organkasiuntuk
lebih mensodisasikan clan.
.
mengkomutukaslkan tujuannya sehingga perhatian terhadap tujuan akan semakin ti&.
Indikator aspek menyimak mempunyai rataan skor terendah (1,40)
yang mendukung.
Pada
aspek ini pun, golongan I1 mempunyai rataan &or terendah dibandingkan golonganLII
dan N. Semakin tin&golongankepangkatan, semakin
ringgi
rataan &or aspek men*.Kesenjangan &or
iklim
komunikasi pada aspek menyhuk tersebut menunjukkan bahwa pimpinan (golongadkepangkatan yang lebih ti@) merasa cukup menyimak. Sementara bawahan (golonganII)
mengangpp h a n g . Hal ini disebabkan posisi struktural golonganII
mempunyai j&-
bawahan yang lebih sedikit dibanding golonganLII
danIV.
Aspek kejujuran dan keterbukaan dalam kommikasi, yang
diukur
berdasarkan tingkat spoIrivitas responden terhadap pekerjaannya @aik berupa dukungan maupun hambatan yang dihadapi) menunjukkan skor rataan kedua terendah (1,57). Hal ini juga menunjukkan bahwa di UPN "Veteran" Jakarta masih belum cukup ada kejujuran dan keterbukaan yang dapat memunculkan iklim komunikasi organisasi yang kondusif. Rataan &or tertinggi aspek ini juga ditunjukkan oleh mponden golonjgnlV.
Halhi terjadi karena pegawai pada level bawah pada umurnnya akan lebih peka terhadap kejujuran dan keterbukaan. Apabila atasan c e n w memilah mana yang &pat diungkapkan secara terbuka dan mana yang sebaiknya tidak dibuka (fungsi gate keepers) misalnya dalam ha1 transpafami
keuangan, bawahan akan lebih menginginkan keterbukaan
&kn
segala bidang.&or aspek kepercayaan ini juga menunjukkan kecenderungan yang sama dengan empat aspek lainnya. Meskipun tidak nyata, ada kecenderungan bahwa semakin tinggi goiongdkepangkatan, semakin hggi rataan skor aspek kepercayaan. Hasil ini menunjukkan bahwa raponden dengin golongankepangkatan yang lebih rendah relati€ h a n g mampu mengembangkan kepercayaan kepada orang lain dan lebih mema kurang dipercaya orang lain. Responden
ini
adalah responden dengan masa kexja yang relatif singkat, mempunyai posisi stdiwal yang lebih rendah, danmasih 'junior', sehingga menyebabkan tingkat kepercayaan dari bawahan relatif h a n g diianding kepercayaan kepada bawahan atau rekan sejawatnya yang mempunyai masa kexja lebih lama.
Kondisi tersebut di atas juga berhubungan dengan aspek kepercayaan terhadap atasan. Apabila tingkat kepercayaan rendah maka tingkat kejujuran &n keterbukaan dalam komunikasi akan h a n g t a t a m a dalam sporthitas terhadap kesulitan/hambatan pekerjaan. Posisi struktural golongan
III
me~p&aII posisi yang potensid untuk berkembang ke posisiyang lebih ti& sehingga tingkat kejujuran dan keterbukaan dalam
berkurang kete