• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ukuran Kredit yang layak dilakukan Restruktuisasi kredit dalam perjanjian kredit di situasi Covid 19

BAB IV HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KKREDIT Di bab ini berisi tentang seperti apa bentuk-bentuk

PROSES PENGAJUAN RESTRUKTURISASI KREDIT DALAM SITUASI COVID 19

B. Ukuran Kredit yang layak dilakukan Restruktuisasi kredit dalam perjanjian kredit di situasi Covid 19

Secara umum dalam pemberian restrukturisasi, bank mengacu pada POJK penilaian kualitas aset. Namun dalam penerapan ataupun skema restrukturisasinya dapat bervariasi dan sangat ditentukan oleh kebijakan masing-masing bank tergantung pada asesmen terhadap profil dan kapasitas membayar debiturnya.

Agar dapat dipahami juga oleh masyarakat bahwa OJK menekankan kepada seluruh bank agar dalam pemberian kebijakan restrukturisasi ini dilakukan secara bertanggung jawab dan agar tidak terjadi moral hazard. Jangan sampai ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab (aji mumpung). Ini terkait dengan debitur yang sebelumnya lancar namun kemudian jelas-jelas menurun kinerja usahanya sebagai dampak COVID-19, OJK justru meminta bank agar proaktif membantu debiturnya dengan menawarkan skema restrukturisasi yang tepat, baik dari sisi jangka waktu, besaran cicilan ataupun relaksasi bunga.

Sebagai suatu ilustrasi bentuk moral hazard dan pemberian restrukturisasi yang tidak bertanggung jawab antara lain adalah kebijakan restrukturisasi diberikan kepada nasabah yang sebelum merebaknya COVID-19 sudah bermasalah namun memanfaatkan stimulus ini dengan memberikan restru agar status debiturnya menjadi lancar. Tindakan tidak terpuji ini yang harus dihindari oleh bank.42

41 Hasil Wawancara dengan Bapak Andy Siahaan selaku Kepala Bagian Kredit Bank CIMB Niaga Kantor Cabang Medan, pada tanggal 2 Januari 2021

42 Restrukturisasi kredit terkait Dampak COVID-19 https://ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/info-terkini/Documents/Pages/-FAQ-RestrukturisasiKredit-atau-Pembiayaan-terkait Dampak-COVID-19. ( Diakses tanggal pada 17 novemver 2020. 20:46 )

Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian yang benar dan sungguh-sungguh. Adapun kriteria penilaian yang umum dan harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang layak diberikan kredit, dilakukan dengan analisis 5C dan 7P. Penilaian kredit dengan analisis 5C sebagai berikut :

1. Character (Karakteristik) merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat dari calon debitur benar-benar harus dapat dipercaya. Untuk membaca watak atau sifat dari calon debitur dapat dilihat dari latar belakang si nasabah, baik latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti: gaya hidup yang dianurnya, keadaan kelurga, hobi dan jiwa sosial.

2. Capacity (Kemampuan) adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar kredit. Kemampuan ini dihubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalamannya selama ini dalam mengelola usahanya, sehingga akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.

3. Capital (Modal) Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak, dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) yang disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan solvabilitasnya, rentabilitas dan ukuran lainnya.

4. Condition of Economy (Kondisi Perekonomian) Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki

prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

5. Collateral (Jaminan) Merupakan jaminan yang diberikan oleh nasabah baik yang bersifat fisik maupun nonfisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahan dan kesempurnaannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.43

Analisis 5C tersebut digunakan pihak bank untuk menganalisis kelayakan calon debitur yang bertujuan sebagai antisipasi terjadinya risiko kredit bermasalah, sehingga setelah dilakukannya analisis tersebut diharapkan dapat melihat kelayakan dan kesiapan debitur untuk meminjam dana guna kelangsungan usahanya. Dan untuk melihat kemampuan debitur dalam melunasi kewajibannya agar tidak terjadi wanprestasi atau pelanggaran yang dilakukan oleh debitur.

Selanjutnya, analisis 7P dengan unsur penilain sebagai berikut:

1. Personality, yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkahlakunya sehari-hari maupun kepribadiannya masa lalu. Penilaian personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan

nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya.

2. Party (Golongan), yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atas golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya. Nasabah yang digolongkan ke dalam golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

43 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2015, hlm136.

3. Purpose (Tujuan), yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.

4. Prospect, yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.

5. Payment (Pembayaran Kembali), merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit.

6. Profitability (Kemampuan Perusahaan dalam Memperoleh Keuntungan), untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode, apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.

7. Protection (Perlindungan), tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman. Perlindungan yang diberikan oleh debitur dapat berupa jaminan barang,orang atau jaminan asuransi.44

Seperti halnya analisis 5C maka analisis 7P juga digunakan oleh pihak bank untuk menilai kelayakan calon debitur dalam pemberian kredit. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko kredit bermasalah/macet baik yang sibebakan oleh kepribadian debitur sampai dengan kelangsungan usahanya, maupun yang disebabkan oleh kelalaian yang dilakukan oleh debitur atau kreditur.

44 Kasmir, hlm 138.

Sehingga baik analisi 5C ataupun 7P menjadi salah satu hal yang sangat penting dalam kegiatan perkreditan dan juga dalam kegiatan penyelamatan kredit bermasalah atau restrukturisasi kredit. Karena dalam kegiatan restrukturisasi kredit analisis 5C dan 7P juga digunakan untuk meninjau ulang kelayakan debitur untuk dilakukannya penyelamatan kredit sebelum ke tahap eksekusi agunan.

Menurut ketentuan Pasal 12 ayat (3) Peraturan Bank Indonesia No 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, kualitas kredit dibagi menjadi lima kolektibilitas, yaitu sebagai berikut: 45

1. Kredit lancar, yaitu jika memenuhi kriteria: pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat, memiliki mutasi rekening yang aktif, bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai.

2. Kredit dalam perhatian khusus, yaitu jika memenuhi kriteria: terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui 90 hari, kadang-kadang terjadi cerukan, mutasi rekening relatif rendah, jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan, didukung oleh pinjaman baru.

3. Kredit kurang lancar, yaitu jika memenuhi kriteria: terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari, sering terjadi cerukan, frekuensi mutasi rekening relatif rendah, terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur, dokumentasi pinjaman yang lemah.

4. Kredit yang diragukan, yaitu apabila memenuhi kriteria: terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180

45 pasal 12 ayat (3) Peraturan Bankm Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum

hari, sering terjadi cerukan yang bersifat permanen, terjadi kapitalisasi bunga, dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun peningkatan jaminan.

5. Kredit macet, yaitu apabila memenuhi kriteria: terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari, kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru, dari segi hukum maupun kondisi pasar jaminan tidak dapat dicairkan dengan nilai wajar.46

Penetapan kualitas kredit yang direstrukturisasi dalam Peraturan OJK (POJK) Nomor 11/POJK.03/2015 Tentang Ketentuan Kehati-hatian dalam Rangka Stimulus Perekonomian Nasional Bagi Bank Umum juga sudah diatur dalam Bab III Penilaian Dan Penetapan Kualitas Aset Bank Umum, Pasal 7 sebagai berikut:

1. Kualitas Kredit setelah dilakukan restrukturisasi ditetapkan sebagai berikut:

a. paling tinggi Kurang Lancar untuk Kredit yang sebelum dilakukan restrukturisasi tergolong Diragukan atau Macet;

b. Tetap atau tidak berubah untuk Kredit yang sebelum dilakukan restrukturisasi tergolong Lancar, Dalam Perhatian Khusus, atau Kurang Lancar.

2. Kualitas Kredit setelah dilakukan restrukturisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjadi Lancar, apabila tidak terdapat tunggakan selama 3 (tiga) kali periode pembayaran angsuran pokok dan/atau

46 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia , Kencana Prenada,Jakarta, 2014, hlm 66–68.

bunga secara berturut-turut sesuai dengan perjanjian Restrukturisasi Kredit.

3. Dalam hal debitur tidak memenuhi kriteria dan/atau persyaratan dalam perjanjian Restrukturisasi Kredit, penilaian kualitas Kredit ditetapkan sesuai ketentuan yang berlaku yang didasarkan atas:

a. ketepatan pembayaran pokok dan/atau bunga untuk Kredit yang direstrukturisasi sampai dengan jumlah Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah); atau

b. Prospek usaha, kinerja (performance) debitur, dan kemampuan membayar untuk Kredit yang direstrukturisasi dengan jumlah lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

4. Dalam hal periode pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga kurang dari 1 (satu) bulan, peningkatan kualitas menjadi Lancar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan paling singkat 3 (tiga) bulan sejak dilakukan Restrukturisasi Kredit.47

C. Tujuan dari diadakanya Restrukturisasi kredit dalam perjanjian kredit