• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

2. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah suatu skala, yaitu dapat diklasifikasikan besar

kecilnya perusahaan dengan berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan stabilitas penjualan (Hol dan Wijst, 2006). Hubungan antara

ukuran perusahaan dan leverage dipengaruhi oleh akses perusahaan ke pasar modal. Perusahaan dengan ukuran besar lebih terdiversifikasi, sehingga

33

mengurangi risiko kebangkrutan dan akan lebih mudah mendapatkan akses

mendapatkan pinjaman, sehingga semakin besar kesempatannya untuk

menghimpun dana yang lebih cepat dan mempunyai kesempatan peminjaman

yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini diakibatkan

karena perusahaan yang besar akan membutuhkan dana yang relatif besar, oleh

karena itu dengan saham yang tersebar luas, perusahaan lebih berani dalam

ekspansi perusahaan dengan penggunaan pinjamannya dalam bentuk hutang

(Frank dan Goyal, 2003). Menurut Brigham dan Houston (2011:40), perusahaan

yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal.

Biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar daripada biaya

untuk penerbitan surat hutang yang mendorong perusahaan untuk lebih banyak

mengandalkan hutang. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001:299)

perusahaan yang lebih besar di mana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih

berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk

membiayai pertumbuhan penjualannya dibandingkan perusahaan yang lebih kecil.

Hal ini akan mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk

memperoleh pinjaman atau dana eksternal. Jadi dapat disimpulkan bahwa ukuran

perusahaan mempunyai pengaruh positif dengan pendekatan teori trade off. 3. Intensitas Modal

Menurut Myers dalam Sholihah (2006), intesitas modal mempunyai

hubungan yang positif dengan struktur modal. Pendapat ini sejalan dengan

34

bahwa intensitas modal berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Intensitas

modal berpengaruh positif dengan menggunakan pendekatan teori pecking order.

4. Likuiditas

Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang

penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk

menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang

saham. CR (current ratio) atau rasio lancar adalah salah satu ukuran dari rasio likuiditas. CR berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi

hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (Hanafi dan

Halim, 2005).

Semakin besar R (current ratio) menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Tingginya CR

(current ratio) menunjukkan keyakinan investor terhadap kemampuan perusahaan: untuk membayarkan dividen yang dijanjikan (Handayani dalam

Marlina dan Danica, 2010). Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar untuk memperkirakan seberapa besar aktiva lancar

yang dimiliki oleh perusahaan untuk memenuhi hutang lancarnya.

Ukuran lain dari rasio likuiditas adalah Cash ratio yang merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (current liability) melalui sejumlah kas (dan setara kas, seperti giro atau simpanan lain di bank yang dapat ditarik setiap saat) yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi

cash ratio menunjukkan kemampuan kas suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Brigham, 1983 dalam Chasanah 2008). Dengan

35

semkin meningkatnya keyakinan para investor untuk membayar dividen yang

diharapkan oleh investor.

Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan didalama membayar hutang jangka pendek yang telah jatuh tempo.

Perusahaan yang dapat segera mengembalikan utang-utangnya akan mendapat

kepercayaan dari kreditur untuk menerbitka utang dalam jumlah yang besar.

Bambang Riyanto (1995:301) menyatakan bahwa kebutuhan dana untuk

aktiva lancar pada prinsipnya dibayai dengan kredit jangka pendek. Sehingga

semakin likuid suatu perusahaan, maka semakin tinggi penggunaannya. Dapat

disimpulkan bahwa variabel likuiditas berpengaruh positif terhadap struktur

modal dengan pendekatan teori trade off. 5. Profitabilitas

Profitabilitas menurut Riyanto (2001) adalah kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Keuntungan yang diraih dari

investasi yang akan ditanamkan merupakan pertimbangan utama bagi sebuah

perusahaan dalam rangka pengembangan bisnisnya. Profitabilitas diukur dengan

menggunakan rasio profitabilitas, yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir

dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan bagi perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan. Konsep ROA merupakan kriteria penilaian yang sangat luas dan

dapat dianggap paling valid untuk dipakai sebagai alat ukur tetang hasil

pelaksanaan untuk mengukur sampai sejauh mana efektifitas penggunaan modal

dalam perusahaan yang bersangkutan. Pada umumnya, perusahaan yang

36

lebih suka untuk membiayai kegiatan operasional perusahaannya dengan profit

yang didapat yaitu laba ditahannya, oleh karena itu biasanya perusahaan

menggunakan hutang yang relatif kecil dibanding dengan total modal sendiri.

Pengertian profitabilitas menurut Agus Sartono (2008:122) adalah kemampuan

perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva

maupun modal sendiri. Profitabilitas periode sebelumnya merupakan faktor

penting dalam menentukan struktur modal. Perusahaan dengan profitabilitas yang

tinggi akan memiliki dana internal (laba ditahan) yang lebih banyak dari pada

perusahaan dengan profitabilitas rendah. Dengan laba ditahan yang besar,

perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan

hutang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh

positif dengan pendekatan teori pecking order.

6. Harga Saham

Apabila harga saham perusahaan meningkat, maka semakin tinggi pula

kemakuran pemegang saham. Kemakmuran pemegang saham juga merefleksikan

kemakmuran perusahaan, artinya perusahaan mempunyai modal yang cukup

untuk memenuhi kebutuhannya. Kebijaksanaan struktur modal akan

mempengaruhi harga saham, menurut Brigham dan Houston (2001) dalam

Sriwardany (2006), selama tingkat hutang menaikkan laba persaham yang

diharapkan, leverage bekerja mengungkit harga saham. Namun tingkat hutang

yang lebih tinggi juga meningkatkan resiko perusahaan, yang menaikkan biaya

37

7. Pertumbuhan perusahaan (GROWTH)

Menurut Lukas Setia Atmaja (2008: 274) dalam buku teori dan praktek

manajemen keuangan, jika faktor lain dianggap tetap, perusahaan dengan tingkat

pertumbuhan yang tinggi, pada umunya lebih tergantung pada modal dari luar

perusahaan. Pada perusahaan yang tingkat pertumbuhan yang rendah kebutuhan

modal baru relatif kecil sehungga dapat dipenuhi dari laba ditahan. Karena adanya

faktor “asyimmetric information” serta kenyataan bahwa floation cost berhutang lebih rendah dari pada floation cost menerbitkan saham biasa, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi cenderung menggunakan hutang yang lebih besar

daripada perusahaan dengan pertumbuhan rendah.

Selanjutnya berdasarkan teori pecking order, tingkat pertumbuhan mempunyai hubungan yang positif dengan struktur modal, karena perusahaan

dengan tingkat pertumbuhan yang cepat, harus lebih banyak mengandalkan pada

modal eksternal. Laju pertumbuhan dan kemantapan penjualan dimasa yang akan

datang, semakin tinggi pertumbuhan dan semakin stabil penjualan dimasa yang

akan datang, kecenderungan meleverage semakin besar (Warsono, 2003).

Menurut Riyanto (2001), struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi

oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor yang utama adalah:

1. Tingkat Bunga

Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal

38

Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang akan ditarik,

apakah perusahaan akan mengeluarkan saham ataukah obligasi.

2. Stabilitas dari Earnings

Suatu perusahaan yang mempunyai earnings yang stabil akan selalu dapat memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing.

Sebaliknya perusahaan yang mempunyai earnings yang tidak stabil dan

unpredictable akan menanggung resiko tidak dapat membayar beban bunga pada tahun atau keadaan yang buruk.

3. Susunan dari Aktiva

Kebanyakan perusahaan manufaktur dimana sebagian besar dari modalnya

tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan

modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing

sifatnya adalah sebagai pelengkap. Sementara itu, perusahaan yang sebagian besar

dari aktivanya adalah aktiva lancar akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan

dananya dengan hutang jangka pendek.

4. Kadar Resiko dari Aktiva

Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva didalam perusahaan adalah

tidak sama. Semakin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva didalam

perusahaan, semakin besar derajat resikonya. Dengan perkembangan dan

kemajuan teknologi serta ilmu pengetahuan yang tiada henti, dalam artian

ekonomis dapat mempercepat tidak digunakannya suatu aktiva, meskipun dalam

39

5. Besarnya Jumlah Modal yang dibutuhkan

Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sangat besar, maka dirasakan

perlu bagi perusahaan tersebut untuk mengeluarkan beberapa golongan sekuritas

secara bersama-sama, sedangkan bagi perusahaan yang membutuhkan modal yang

tidak begitu besar cukup hanya mengeluarkan satu golongan sekuritas saja.

6. Keadaan Pasar Modal

Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena

adanya gelombang konjungtur. Pada umumnya apabila gelombang meninggi (up saving) para investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam saham. Oleh karena itu, dalam rangka mengeluarkan atau menjual sekuritasnya,

perusahaan harus menyesuaikan dengan keadaan pasar modal tersebut.

7. Sifat Manajemen

Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh langsung dalam pengambilan

keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana. Manajemen yang

menyukai risiko akan cenderung menggunakan lebih banyak hutang. Sebaliknya,

manajemen yang tidak menyukai risiko akan cenderung memilih pendanaan yang

bersumber dari modal sendiri.

H. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berhubungan dengan struktur modal telah dilakukan oleh

para peneliti sebelumnya, sehingga beberapa poin penting dari hasil penelitian

sebelumnya dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini. Berikut ini akan diuraikan

40

1. Cahyo Widodo (2013)

Pada penelitian Cahyo Widodo menganalisa tentang analisis faktor-faktor

yang mempengaruhi struktur modal perusahaan sektor pertambangan yang

terdaftar di bursa efek indoesia. Hasil dari penelitian ini mengatakan bahwa size, growth, struktur aktiva, ROA dan sales secara bersama-sama berpengaruh terhadap LDER dengan Adjusted R2 sebesar 37,1%. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa variabel size, ROA, dan sales masing-masing berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDER, variabel growth berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDER sedangkan variabel struktur aktiva memiliki arah

hubungan yang negatif tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap LDER.

2. Bhagas Pratyaksa Mahardika (2013)

Bhagas melakukan penelitian tentang pengujian pecking order theory dan

trade off theory pada struktur modal perusahaan consumer goods di bei

2008-2012. Dalam penelitian ini akan menjelaskan hubungan antara variabel defisit

pendanaan terhadap perubahan total hutang dan perubahan hutang jangka panjang

perusahaan dalam pandangan pecking order theory dan hubungan antara variabel

tangibility assets, growth, size dan profitabilitas terhadap total hutang perusahaan dan hutang jangka panjang perusahaan dalam pandangan trade off theory. Dalam penelitian ini menggunakan model regresi (Pooled Ordinary Least Squares dan fixed effect method). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pandangan pecking order theory variabel defisit pendanaan berpengaruh terhadap perubahan hutang jangka panjang, tetapi tidak berpengaruh terhadap perubahan

41

dan menurut pandangan trade off theory tentang pengaruh faktor-faktor determinan struktur modal terhadap total hutang, variabel profitabilitas

berpengaruh terhadap total hutang dan variabel tangibility assets, growth dan size

tidak berpengaruh terhadap total hutang perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Dumas Lusangji (2012)

Pada penelitian Dumas Lusangaji menganalisa tentang pengaruh ukuran

perusahaan, struktur aktiva, pertumbuhan perusahaan, dan profitabilitas terhadap

struktur modal. Berdasarkan hasil perhitungan dan uji regresi linier berganda,

maka dapat diketahui bahwa secara simultan variabel ukuran perusahaan, struktur

aktiva, pertumbuhan penjualan, dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap

struktur modal. Sedangkan secara parsial, hasil penelitian menunjukkan bahwa

selama periode penelitian terdapat tiga variabel saja yang signifikan, yakni ukuran

perusahaan, pertumbuhan penjualan dan profitabilitas. Serta hasil penelitian ini

juga menegaskan bahwa variabel yang perlu diperhatikan sekaligus yang

mempengaruhi struktur modal paling dominan adalah ukuran perusahaan.

Berdasarkan temuan dan hasil penelitian, maka dalam penetapan struktur

modalnya, perusahaan makanan dan minuman perlu untuk melihat variabel

ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan profitabilitas, terutama pada

42

4. Herman Ruslim (2009)

Herman Ruslim melakukan penelitian tentang pengujian struktur modal

(teori pecking order) analisis empiris terhadap saham LQ45. Penelitian ini menggunakan beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal, faktor tersebut

antara lain DEF, profitabilitas, dan long term debt terhadap struktur modal pada perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 yang dicerminkan dalam book value only. Bentuk penelitian adalaha penelitian deskriptif dan verikatifkarena penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan informasi mengenai

pengaruh profit, defisit pendanaan internal dan hutang jangka panjang perusahaan terhadap struktur modal dinamis. Hasil penelitian ini yaitu variabel long term debt

dan variabel pendanaan internal secara bersama-sama berpengaruh terhadap

variabel struktur modal. Secara simultan variabel-variabel tersebut berpengaruh

signifikan terhadap struktur modal atas emiten non keuangan di LQ45.

Perusahaan LQ45 tidak mengikuti teori pecking order.

5. Sutapa, Hendri dan Heri (2007)

Sutapa, Hendri dan Heri melakukan penelitian sebelumnya membahas

tentang pengujian teori pecking order di Indonesia dengan studi kasus pada emiten syariah 2001 hingga 2004. Variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian ini sebagian besar memberikan hasil yang konsisten dengan prediksi

teori pecking order. Variabel-variabel tersebut adalah profitabilitas dan ukuran perusahaan. Dengan semakin tingginya tingkat keuntungan

43

hutang yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan yang besar yang

ditunjukkan dengan nilai aktiva memberikan akses yang lebih besar bagi

perusahaan-perusahaan pada Jakarta Islamic Index untuk mendapatkan hutang.

Sementara untuk variabel kesempatan bertumbuh tidak ditemukan berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat (leverage). Secara umum, hasil penelitian sebelumnya memberikan dukungan atas berlakunya teori pecking order di Indonesia.

6. Ahmad Rodoni dan Maratush Sholihah (2006)

Pada penelitian Ahmad Rodoni dan Maratush Sholihah menganalisa

pengaruh teori balance, teori pecking ordr, dan teori signalling terhadap struktur modal perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Jakarta tahun 2000 sampai 2005. Hasil penelitian pada analisis persamaan regresi

pertama untuk menguji teori balance menunjukkan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan sedangkan intensitas modal berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Hasil analisa persamaan regresi

kedua, untuk menguji pecking order theory dan signalling theory, menunjukkan profitabilitas (ROA) dan tingkat pertumbuhan berpengaruh positif dan signifikan.

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah perusahaan industri makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2000-2005

menggunakan teori signalling dalam menentukan struktur modal. 7. Pudji Astuti (2005)

Pudji Astuti mengkaji sejauh mana pengaruh pecking order, balance dan kebijakan makro terhadap pengambilan keputusan leverage. Menggunakan

44

sampel 92 perusahaan industri dengan dimensi waktu sebelas tahun (1991-2001)

dari data time series dan cross sectional yang digabung menjadi panel data. Hasil penelitian tersebut diantaranya adalah ukuran perusahaan dan intensitas modal

berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal, sedangkan

profitabilitas (ROA) berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1991-2001.

8. Saidi (2004)

Penelitian yang dilakukan oleh Saidi (2004) dalam Laksmi (2010) tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dengan menggunakan variabel

independen antara lain: ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan

perusahaan, profitabilitas dan struktur kepemilikan, menghasilkan suatu temuan

yang menyatakan bahwa secara simultan, semua variabel independen berpengaruh

terhadap struktur modal. Namun, secara parsial hanya variabel risiko bisnis

(business risk) berpengaruh tidak signifikan terhadap struktur modal.

Tabel 2.1 Rincian Hasil Penelitian Terdahulu

N

o

Nama Tahun Judul Hasil

1. Cahyo Widodo 2013 analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan sektor pertambangan yang

Hasil dari penelitian ini

mengatakan bahwa size, growth, struktur aktiva, ROA dan sales

secara bersama-sama berpengaruh

45

terdaftar di bursa efek

indoesia.

R2 sebesar 37,1%. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan

bahwa variabel size, ROA, dan

sales masing-masing berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

LDER, variabel growth

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap LDER sedangkan

variabel struktur aktiva memiliki

arah hubungan yang negatif tetapi

tidak berpengaruh signifikan

terhadap LDER.

2. Bhagas

Pratyaksa

Mahardika

2013 pengujian pecking

order theory dan tade

off theory pada

struktur modal

perusahaan consumer

goods di bei

2008-2012.

pandangan pecking order theory

variabel defisit pendanaan

berpengaruh terhadap perubahan

hutang jangka panjang, tetapi

tidak berpengaruh terhadap

perubahan total hutang

perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

dan menurut pandangan trade off theory tentang pengaruh

faktor-46

faktor determinan struktur modal

terhadap total hutang, variabel

profitabilitas berpengaruh

terhadap total hutang dan variabel

tangibility assets, growth dan size

tidak berpengaruh terhadap total

hutang perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Dumas Lusangaji 2012 pengaruh ukuran perusahaan, struktur aktiva, pertumbuhan perusahaan, dan profitabilitas terhadap struktur modal.

secara simultan variabel ukuran

perusahaan, struktur aktiva,

pertumbuhan penjualan, dan

profitabilitas berpengaruh

signifikan terhadap struktur

modal. Sedangkan secara parsial,

hasil penelitian menunjukkan

bahwa selama periode penelitian

terdapat tiga variabel saja yang

signifikan, yakni ukuran

perusahaan, pertumbuhan

penjualan dan profitabilitas. Serta

hasil penelitian ini juga

47

perlu diperhatikan sekaligus yang

mempengaruhi struktur modal

paling dominan adalah ukuran

perusahaan.

4. Herman

Ruslim

2009 Struktur modal (teori

pecking order) analisis empiris

terhadap saham LQ45

variabel long term debt dan variabel pendanaan internal secara

bersama-sama berpengaruh

terhadap variabel struktur modal.

Secara simultan variabel-variabel

tersebut berpengaruh signifikan

terhadap struktur modal atas

emiten non keuangan di LQ45.

Perusahaan LQ45 tidak mengikuti

teori pecking order. 5. Sutapa, Hendri dan Heri 2007 Pengujian teori pecking order di Indonesia dengan

studi kasus pada

emiten syariah 2001

hingga 2004.

Variabel-variabel yang digunakan

dalam penelitian ini sebagian

besar memberikan hasil yang

konsisten dengan prediksi teori

pecking order.

6. Ahmad

Rodoni

2006 Pengaruh teori

balance, teori pecking

Kesimpulan dari penelitian

48

dan

Maratush

Sholihah

order, dan teori

signalling terhadap

struktur modal

perusahaan industri

makanan dan

minuman yang

terdaftar di Bursa Efek

Jakarta tahun 2000

sampai 2005.

industri makanan dan minuman

yang terdaftar di Bursa Efek

Jakarta pada tahun 2000-2005

menggunakan teori signalling

dalam menentukan struktur

modal.

7. Pudji

Astuti

2005 pengaruh pecking

order, balance dan

kebijakan makro

terhadap pengambilan

keputusan leverage.

ukuran perusahaan dan intensitas

modal berpengaruh positif dan

signifikan terhadap struktur

modal, sedangkan profitabilitas

(ROA) berpengaruh negatif

terhadap struktur modal

perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Jakarta

pada tahun 1991-2001.

8. Saidi 2004 Faktor-faktor yang

mempengaruhi

struktur modal

ukuran perusahaan, risiko bisnis,

pertumbuhan perusahaan,

profitabilitas dan struktur

kepemilikan, menghasilkan suatu

49

secara simultan, semua variabel

independen berpengaruh terhadap

struktur modal. Namun, secara

parsial hanya variabel risiko

bisnis (business risk) berpengaruh tidak signifikan terhadap struktur

modal.

I. Kerangka Penelitian

Kerangka peelitian merupakan bagian dari tinjauan pustaka yang

berisikan rangkuman atas semua dasar-dasar teori yang dijadikan landasan

dalam penelitian ini, dimana dalam kerangka penelitian ini diberikan

skema singkat mengenai alur-alur penelitian yang menggambarkan proses

50

Perusahaan yang terdaftar di indeks LQ45 periode 2010-2014

J. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini merupakan pernyataan

singkat yang disimpulkan dari tinjauan pustaka dan merupakan uraian sementara

dari permasalahan yang perlu diujikan kembali. Suatu hipotesis akan diterima jika

hasil analisis data empiris membuktikan bahwa hipotesis tersebut benar, begitu

Laporan Keuangan

Neraca Laba Rugi

Struktur Aktiva (X1) Ukuran Perusahaan (X2) Intensitas Modal (X3) Likuiditas (X4) Profitabilitas (X5) Harga Saham (X6) Pertumbuhan perusahaan (X7)

Struktur Modal (Y)

Hasil Analisis Kesimpulan Analisis Regresi Linier

51

pula sebaliknya.

Berdasarkan telaah pustaka dan hasil penelitian terdahulu, maka hubungan

antara faktor-faktor yang diduga mempengaruhi struktur modal yang menjadi

hipotesis sementara dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis yang akan diuji berkaitan dengan pengukuran variabel trade off theory adalah: struktur aktiva, ukuran perusahaan, intensitas modal dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

2. Hipotesis yang akan diuji berkaitan dengan pengukuran variabel

pecking order theory adalah: profitabilitas, intensitas modal, harga saham dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap

52 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam ruang lingkup penelitian diperlukan adanya penekanan batasan

lokasi, waktu atau sektor dan variabel-variabel yang dibahas agar peneliti tidak

keluar dari wilayah yang diteliti dan akan sangat berguna bagi para peneliti

pemula (Abdul Hamid, 2007:28). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

pengaruh Trade-off Theory dan Pecking Order Theory terhadap struktur modal

perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 yang terdaftar di bursa efek

indonesia periode 2010-2014.

Dalam penelitian ini penulis memilih Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai

tempat untuk melakukan riset. Bursa Efek Indonesia (BEI) dipilih karena

dianggap sebagai tempat yang tepat bagi peneliti untuk memperoleh data yang

diperlukan berupa laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan oleh BEI. Data

yang dijadikan sampel berupa laporan keuangan pada perusahaan-perusahaan

yang sudah go public.

Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar pada tahun

2014 dalam indeks LQ45 dan data keuangan perusahaan sampel yang digunakan

dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2010-2014. Serta data-data lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini yang bersumber dari media cetak, karya

Dokumen terkait