• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada umumnya terdapat tiga golongan persediaan barang, yaitu barang dagangan atau barang jadi, barang dalam proses, serta bahan baku & pembantu Untuk menghitung Harga Pokok

Penjualan, persediaan barang yang masih tersedia pada akhir tahun pajak harus dinilai.

Ketentuan fiskal mengharuskan penilaian persediaan berdasarkan harga perolehan (cost method) yang dilakukan secara rata-rata (Average method) atau dengan cara mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama (Fifo methode).

Artinya, wajib pajak tidak diperkenankan menggunakan metode penilaian mana yang lebih rendah antara harga perolehan dengan harga pasar (COMWIL) ataupun menggunakan sistem mendahulukan persediaan yang diperoleh terakhir (LIFO method).

Contoh:

Tanggal Uraian Jumlah Unit Harga per unit 1 2 3 4 5 Persediaan Awal Pembelian Pembelian Penjualan Penjualan 100 100 100 100 100 Rp 9.00 Rp 12.00 Rp 11.25

Metode Rata-rata:

Tanggal Pembelian Penjualan Sisa Persediaan

1 2 3 4 5 - 100 @ 12 = Rp 1.200 100 @ 11,25 = Rp 1.125 100 @ 10.75 = Rp 1.075 100 @ 10.75 = Rp 1.075 100 @ 9 = Rp 900 200 @10.5 = Rp 2.100 300 @10.75 = Rp 3.225 200 @10.75 = Rp 2.150 100 @10.75 = Rp 1.075

Metode FIFO:

Tanggal Pembelian Penjualan Sisa Persediaan

1 100 @ 9 = Rp 900 2 100@12 = Rp 1.200 100 @ 9 = Rp 900 100 @ 12 = Rp 1.200 3 100@11,25 = Rp 1.125 100 @ 9 = Rp 900 100 @ 12 = Rp 1.200 100 @ 11,25= Rp 1.125 4 100 @ 9 = Rp 900 100 @ 12 = Rp 1.200 100 @ 11,25= Rp 1.125 5 100 @ 12 = Rp 1.200 [email protected] = Rp 1.125

5. Perlakuan Pajak terhadap Biaya Tertentu

A. Biaya Bunga

- Biaya bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

- Bunga pinjaman selama masa konstruksi suatu aset merupakan komponen biaya langsung atas harga pokok atau harga perolehan aset yang bersangkutan. Sehingga, biaya bunga dalam masa konstruksi suatu aset tersebut harus dikapitalisir menjadi komponen harga pokok atau harga perolehan aset yang bersangkutan sampai dengan konstruksi aset tersebut selesai. Selanjutnya, pembebanan biaya bunga tersebut dilakukan melalui penyusutan/amortisasi atau diakui pada saat penjualan barang (sebagai bagian dari harga pokok penjualan). Lihat SE-20/PJ.42/1994

- Apabila terdapat penempatan deposito atau tabungan yang dananya langsung atau tidak langsung berasal dari dana pinjaman yang dibebani bunga, maka :

* Apabila jumlah rata-rata pinjaman sama besarnya atau lebih kecil dibanding jumlah rata-rata deposito atau tabungan, maka bunga atas pinjaman tersebut seluruhnya tidak dapat dikurangkan sebagai biaya.

* Apabila jumlah rata-rata pinjaman lebih besar dibanding jumlah rata-rata deposito atau tabungan, maka bunga atas pinjaman yang boleh dikurangkan sebagai biaya adalah biaya bunga atas selisih antara jumlah rata-rata pinjaman dengan jumlah rata-rata deposito atau tabungan.

* Misalnya ;

Jumlah rata-rata pinjaman dalam 1 tahun = Rp 150.000.000,00 Jumlah rata-rata deposito dalam 1 tahun = Rp 40.000.00000 Bunga pinjaman seluruhnya = Rp 30.000.000,00

Bunga pinjaman yang dapat dikurangkan sebagai biaya = {(150 juta - 40 juta) / 150 juta} x Rp 30 juta = Rp 22 Juta.

* Bukan termasuk dalam pengertian deposito/tabungan seperti tersebut di atas adalah: - Dana pinjaman yang ditempatkan dalam bentuk rekening giro yang atas jasanya

dikenakan PPh Final.

- Adanya keharusan bagi wajib pajak untuk menempatkan dana dalam jumlah tertentu pada suatu bank dalam bentuk deposito berdasarkan ketentuan perundang- undangan yang berlaku, sepanjang jumlah deposito/tabungan tersebut semata-mata untuk memenuhi ketentuan yang berlaku.

- Dapat dibuktikan bahwa penempatan deposito/tabungan tersebut dananya berasal dari tambahan modal atau sisa laba setelah pajak.

B. Biaya Entertainment

Biaya entertainment atau jamuan dan sejenisnya dapat dikurangkan sebagai biaya dengan syarat:

 Benar-benar dikeluarkan dan ada hubungannya dengan kegiatan usaha wajib pajak

 Dibuatkan daftar nominatif dan dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh, yang memuat nomor urut, tanggal dan jenis entertainment, nama tempat, alamat, jumlah, nama relasi, posisi, nama perusahaan, jenis usaha.

C. Selisih Kurs Mata Uang Asing

- Kerugian selisih kurs merupakan biaya (deductable expense). - Selisih kurs karena fluktuasi :

* Apabila wajib pajak membukukan transaksi yang bersangkutan dengan kurs tetap, maka selisih kurs diakui pada saat terjadi realisasi pembayaran.

* Apabila wajib pajak membukukan transaksi yang bersangkutan dengan kurs tengah BI (kurs yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun), maka selisih kurs diakui pada akhir tahun.

* Wajib Pajak harus menggunakan metode di atas secara taat azas. - Selisih kurs karena kebijakan Pemerintah di bidang moneter :

* Selisih kurs dibukukan dalam akun sementara di neraca, dan pembebanannya dilakukan secara bertahap berdasarkan realisasi pembayaran valas tersebut.

* Selisih kurs krisis moneter tahun 1997 baik yang sudah direalisir maupun belum, dapat dibebankan sekaligus atau diamortisasi selama 5 tahun.

E.

Penggantian imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu (Permenkeu-83/KMK.03/2009)

Pemberian natura dan kenikmatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi kerja dan bukan merupakan penghasilan bagi Pegawai, termasuk Direksi dan Komisaris, yang

menerimanya adalah :

a. Pemberian atau penyediaan makanan dan/atau minuman bagi seluruh Pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan, meliputi:

 pemberian makanan dan/atau minuman yang disediakan oleh pemberi kerja di tempat kerja, atau

 pemberian kupon makanan dan/atau minuman bagi Pegawai yang karena sifat pekerjaannya tidak dapat memanfaatkan pemberian sebagaimana dimaksud di atas, meliputi pegawai bagian pemasaran, bagian transportasi, dan dinas luar lainnya.

b. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam rangka menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah tersebut, meliputi:

(1)

sarana dan fasilitas di lokasi kerja untuk :

a. tempat tinggal, termasuk perumahan bagi Pegawai dan keluarganya; b. pelayanan kesehatan;

c. pendidikan bagi Pegawai dan keluarganya; d. peribadatan;

e. pengangkutan bagi Pegawai dan keluarganya;

f. olahraga bagi Pegawai dan keluarganya tidak termasuk golf, power boating, pacuan kuda, dan terbang layang,

sepanjang sarana dan fasilitas tersebut tidak tersedia, sehingga pemberi kerja harus menyediakannya sendiri.

(2) Daerah tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b adalah daerah yang secara ekonomis mempunyai potensi yang layak dikembangkan tetapi keadaan prasarana ekonomi pada umumnya kurang memadai dan sulit dijangkau oleh transportasi umum, baik melalui darat, laut maupun udara, sehingga untuk mengubah potensi ekonomi yang tersedia menjadi kekuatan ekonomi yang nyata, penanam modal menanggung risiko yang cukup tinggi dan masa

pengembalian yang relatif panjang, termasuk daerah perairan laut yang mempunyai kedalaman lebih dari 50 (lima puluh) meter yang dasar lautnya memiliki cadangan mineral.

(3)

Pengeluaran untuk pembangunan sarana dan fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun disusutkan sesuai dengan ketentuan Pasal 11 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

c. Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya, meliputi: pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan (satpam), sarana antar jemput Pegawai, serta penginapan untuk awak kapal, dan yang sejenisnya.

F. Biaya Pemakaian Telepon Seluler dan Kendaraan Perusahaan Dasar Hukum :

- Biaya perolehan atau pembelian ponsel yang di miliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) melalui penyusutan aktiva kelompok I. - Biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan ponsel tersebut dapat

dibebankan sebagai biaya rutin perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen).

- Biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan sedan atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) melalui penyusutan aktiva tetap kelompok II.

- Biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan tersebut dapat dibebankan sebagai biaya rutin perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen).

- Biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan bus, minibus, atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk antar jemput para pegawai, dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya perusahaan melalui penyusutan aktiva tetap kelompok II.

- Biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan tersebut dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya rutin perusahaan.

- Atas penghasilan wajib pajak yang telah dikenakan PPh Final atau berdasarkan norma penghitungan khusus, maka pembebanan biaya-biaya tersebut sudah termasuk dalam penghitungan PPh Final atau berdasarkan norma penghitungan khusus

G. Pengeluaran/Biaya Perolehan Perangkat Lunak (Software) Komputer

Perangkat lunak (software) komputer adalah semua program yang dapat digunakan pada sistem operasi komputer, dapat berupa :

- Program aplikasi umum yaitu program yang dapat dipergunakan oleh pengguna (users) umum untuk memproses berbagai pekerjaan dengan komputer.

- Program aplikasi khusus yaitu program yang dirancang khusus untuk keperluan otomatisasi sistem administrasi, pekerjaan atau kegiatan usaha tertentu, seperti dibidang perbangkan, pasar modal, perhotelan, rumah sakit atau penerbangan.

Pengeluaran/biaya perolehan dan upgrade software berupa program aplikasi umum yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan pembebanannya dilakukan sekaligus dalam bulan pengeluaran.

Pengeluaran/biaya perolehan dan upgrade software berupa program aplikasi khusus yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan pembebanannya dilakukan melalui amortisasi harta tak berwujud kelompok 1.

6. Kompensasi Kerugian

Jika pengeluaran-pengeluaran yang diperkenankan berdasarkan ketentuan dalam pasal 6 Undang-undang Pajak Penghasilan setelah dikurangkan dari penghasilan bruto didapat kerugian, maka kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan neto atau laba fiskal selama 5(lima) tahun berturut-turut dimulai sejak tahun berikutnya sesudah tahun didapatnya kerugian tersebut.

Contoh:

PT A dalam tahun 2009 menderita kerugian fiscal sebesar Rp 1.200.000.000. Sementara itu, dalam 5(lima) tahun berikutnya laba rugi fiscal PT A adalah sebagai berikut:

2010 : laba fiscal Rp 200.000.000 2011 : rugi fiscal ( Rp 300.000.000 ) 2012 : NIHIL

2013 : laba fiscal Rp 100.000.000 2014 : laba fiscal Rp 800.000.000

Kompensasi kerugian dilakukan sebagai berikut:

Dokumen terkait