• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ungkapan-Ungkapan Penanda Kesantunan Linguistik

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Dasar

4.1 Wujud Kesantunan Linguistik Tuturan Imperatif dalam Bahasa Melayu Jaring Halus

4.1.4 Ungkapan-Ungkapan Penanda Kesantunan Linguistik

51

Secara linguistik, kesantunan dalam pemakaian tuturan dalam bahasa Indonesia sengat ditentukan oleh muncul atau tidaknya ungkapan-ungkapan penanda kesantunan. Dari bermacam-macam penanda kesantunan itu dapat disebutkan beberapa sebagai berikut: tolong, mohon, silakan, mari, ayo, biar, coba, harap, hendaknya, hendaklah, sudi kiranya, sudilah kiranya, sudi apalah kiranya. Berkaitan dengan penanda kesantunan tersebut akan dijelaskan secara terperinci sebagai berikut.

1. Penanda Kesantunan Tolong (Tulong) Sebagai Penanda Kesantunan LinguistiTuturan Imperatif

Dengan menggunakan penanda kesantunan tolong yang dalam bahasa Melayu

“tulong” seorang penutur akan memperluas maksud tuturan imperatifnya. Dapat dikatakan demikian, karena dengan digunakannya penanda kesantunan tolong tuturan itu tidak akan semata-mata dianggap sebagai imperatif yang bermakna perintah saja melainkan juga dapat dianggap sebagai imperatif yang bermakna permintaan. Berikut contohnya.

(9) Pegi dulu ke kedai, belikke cabai ntah tiga rip!

„Pergi dulu ke kedai, belikan cabai tiga ribu!‟

(10) Hang endak kemane, Tulong pegi dulu ke kedai kelikke cabai 3 rip!

„Kamu mau kemana, Tolong pergi dulu ke Kedai belikan cabai tiga ribu!‟

52 Informasi Indeksal:

Kedua tuturan tersebut disampaikan oleh seorang ibu yang sedang duduk di depan rumahnya dan melihat anak tetangganya lewat, lalu ia menyuruh anak itu untuk membelikannya sesuatu di kedai.

Konteks tuturan:

Kedua tuturan di atas mengandung makna imperatif yang sama. Namun, tuturan (10) lebih halus dibandingkan tuturan (9). Maka, dapat dikatakan bahwa tuturan (10) memiliki kadar kesantunan lebih tinggi dibandingkan dengan tuturan (9).

Tuturan (10) menjadi lebih santun kerena menggunakan penanda kesantunan tolong.

Dengan demikian, kata tolong berfungsi sebagai penentu kesantunan pemakaian tuturan imperatif dalam bahasa Melayu Jaring Halus.

2. Penanda Kesantunan Silahkan (Silakan) Sebagai Penanda Kesantunan Linguistik Tuturan Imperatif

Penggunaan tanda Kesantunan silahkan yang dalam bahasa Melayu “Silakan”

pada tuturan imperatif yang bagian awalnya dilekati penanda kesantunan ini akan dapat menjadi lebih santun dibandingkan dengan tuturan yang tanpa menggunakan penanda kesantunan. Dengan digunakan penanda kesantunan silahkan, tuturan imperatif itu akan dapat memiliki makna persilaan, jadi kata silahkan yang dilekatkan pada awal tuturan imperatif dapat berfungsi sebagai penghalus tuturan dan penentu

53

kesantunan tuturan imperatif itu. berikut sebagai ilustrasi yang dapat di pertimbangkan.

(11) Masok-masok, dudoklah ni tempat yang disediake

„Duduklah, ini tempat yang disediakan‟

(12) Silakan masok, dudok jangan malu-malu anggap je rumah sendiri!

„Silahkan masuk, duduklah jangan malu-malu anggap saja rumah sendiri‟

Informasi indeksal:

Tuturan (11) dan (12) dituturkan oleh oleh tuan rumah kepada saudaranya yang sudah lama tidak berkunjung ke rumahnya.

Konteks situasi:

Kedua tuturan tersebut menyatakan makna yang sama yaitu mempersilakan tamu dengan hormat untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki penutur kepada mitra tutur. Tuturan (12) memiliki kadar kesantunan lebih tinggi dibandingakn tuturan (11), karena pada tuturan (12) menggunakan penanda kesantunan silakan dan bersamaan dengan bentuk pasif. Seperti yang telah disampaikan terdahulu, pemasifan tuturan dapat berfungsi sebagai pemarkah kesantunan tuturan imperatif.

3. Penanda Kesantunan Mari (Mai) Sebagai Penanda Kesantunan Linguistik Tuturan Imperatif

54

Tuturan imperatif yang menggunakan penanda kesantunan mari yang dalam bahasa Melayu “mai” akan menjadi lebih santun dibandingkan dengan tuturan imperatif yang tidak menggunakan penanda kesantunan itu. Di dalam komunikasi keseharian, penanda kesantunan mari, sering digantikan oleh kata ayo. Sering digunakan bentuk pendek yo atau yuk. Bentuk mari memiliki peringkat kepormalan lebih tinggi daripada tuturan imperatif yang dilekati penanda kesantunan ayo dan yo.

Dalam bahasa Melayu Jaring halus penanda kesantunan mari, ayo, dan yuk bermakna ajakan. Berikut ini contoh tuturan yang dapat dipertimbangkan.

(13) Sini sat makan!

„Sini makan!‟

(14) Mai sini sat makan!

„Mari sini makan dulu!‟

(15) “Makan yuk!” atau “Yuk, makan”

(16) “Makan yok!” atau “Yok makan!”

Informasi indeksal:

Tuturan tersebut diucapkan oleh seorang buruh kepada temannya untuk makan siang.

Konteks situasi:

55

Sebagai imperatif yang bermakna ajakan, tuturan (14) adalah tuturan yang memiliki kadar kesantuan tertinggi. Tuturan (14) lebih tepat digunakan dalam situasi tersebut untuk saling menjaga keformalan sesama pekerja. Selain itu, tuturan tersebut merupakan tuturan yang sering muncul dan dapat dengan mudah ditemukan di setiap kesempatan dalam praktik keseharian bertutur masyarakat desa Jaring Halus.

4. Penanda Kesantunan Biar (Biar) Sebagai Penanda Kesantunan Linguistik Tuturan Imperatif

Penanda kesantuanan biar dalam bahasa Melayu Jaring Halus tetap “Biar”

digunakan untuk menyatakan makna imperatif permintaan izin. Untuk menyatakan permintaan izin, tuturan yang diawali dengan penanda kesantunan biar akan menjadi jauh lebih santun dibandingkan dengan tuturan yang tidak menggunakan penanda kesantunan itu. Berikut ini contoh yang dapat dipertimbangkan.

(17) Aku aje yang nyapu rumah

„Aku saja yang menyapu rumah‟

(18) Biar je situ biar aku sapu, sak lagi hampe letih

„Biar saja di situ aku yang menyapu, nanti kamu lelah‟

Informasi indeksal:

Dituturkan oleh tuan rumah kepada tamu yang hendak menyapu rumahnya.

Konteks situasi:

56

Sama-sama memiliki makna permintaan izin, tetapi tuturan (18) lebih santun daripada tuturan (17). Dapat dikatakan demikian karena tuturan (17) merupakan kalimat langsung dan terdengar sedikit memaksakan kehendak. Dengan demikian, tuturan tersebut memiliki kadar kesantunan lebih rendah daripada tuturan (18).

5). Penanda Kesantunan Coba (Cuba) Sebagai Penanda Kesantunan Linguistik Tuturan Imperatif

Dengan digunakannya penanda kesantunan coba yang dalam bahasa Melayu

“cuba” pada tuturan imperatif bahasa Melayu Jaring Halus akan menjadikan tuturan tersebut bermakna lebih halus dan lebih santun daripada tuturan imperatif yang tanpa menggunakan kata coba. Untuk menyatakan makna memerintah atau menyuruh dengan tuturan imperatif, pemakaian kata coba akan merendahkan kadar tuturan imperatifnya. Dengan menggunakan bentuk demikian, seolah-olah mitra tutur diperlakukan sebagai orang yang sejajar dengan penutur kendatipun pada kenyataannya, peringkat kedudukannya (rank rating) di antar keduanya jauh berbeda.

Berikut contoh tuturan yang dapat dipertimbangkan.

(19) Terai baju ni!

„Pakai baju ini!‟

(20) Cuba hang terai baju ni!

„Coba kamu pakai baju ini!‟

57 Informasi indeksal:

Dituturkan oleh tukang jahit kepada pelanggannya yang akan mecoba baju tempahannya.

Konteks situasi:

Makna tuturan (20) lebih halus daripada tuturan (19). Tuturan (19) merupkan tuturan yang spontan dan seperti menyudutkan lawan bicara, sedangkan tuturan (20) merupakan tuturan ynag halus, sopan dan tepat digunakan dalam situasi itu.

6). Penanda Kesantunan Harap (Harap) Sebagai Penanda Kesantunan Linguistik Tuturan Imperatif

Penanda kesantunan harap yang dalam bahasa Melayu Jaring Halus tetap

“Harap” di tempatkan pada bagian awal tuturan imperatif akan dapat memperhalus tuturan itu. Selain berfungsi sebagai pemerhalus tuturan imperatif, penanda kesantunan harap juga dapat berfungsi sebagai pemarkah tuturan imperatif harapan.

Di samping bermakna harapan, tuturan imperatif yang diawali dengan penanda kesantunan harap juga dapat memiliki makna imbauan. Berikut ilustrasi yang dapat dipertimbangkan.

(21) Jangan balek dulu!

„Jangan pulang dulu!‟

(22) Aku harap hang jangan balek dulu

58

„Aku harap kamu jangan pulang dulu‟

Informasi indeksal:

Dituturkan oleh tuan rumah kepada tamu yang hendak pulang.

Konteks situasi:

Tuturan (21) merupakan perintah atau suruhan yang sangat tegas, sedangkan tuturan (22) tidak lagi bermakna imperatif perintah atau suruhan karena terdapat penanda kesantunan harap. Dengan penanda kesantunan itu, tuturan imperatif akan menjadi makna harapan atau imbauan. Maka, tuturan (22) lebih santun dibandingkan tuturan (21).

7). Penanda Kesantunan Hendaklah (Hendaknye) Sebagai Penanda Kesantunan Linguistik Tuturan Imperatif

Tuturan yang mengandung penanda kesantunan hendaknya dalam bahasa Melayu Jaring Halus “Hendaknye” atau hendaklah dapat memperhalus makna tuturan imperatif. Dengan digunakannya penanda kesantunan itu, tuturan imperatif yang semula merupakan imperatif suruhan dapat berubah menjadi imperatif yang bermakna imbauan atau saran. berikut contoh tuturan yang dapat dipertimbangkan.

(23) Hangket elok-elok!

„Angkat bagus-bagus‟

(24) Hendaknye hangket elok-elok!

59

„Hendaknya angkat bagus-bagus‟

Informasi indeksal:

Dituturkan oleh seorang ibu kepada anaknya yang baru saja selesai mengangkat baju dari jemuran.

Konteks situasi:

Tuturan (24) memiliki kadar kesantunan lebih tinggi daripada tuturan (23), karena tuturan (24) memakai penanda kesantunan hendaknye dan terdengar lebih halus daripada tuturan (23), selain itu tuturan (24) juga dapat bermakna pemberian saran.

8). Penanda Kesantunan Sudi Kiranya/ sudilah kiranya/ Sudi apalah kiranya (Maudak) Sebagai Penanda Kesantunan Linguistik Tuturan Imperatif

Penanda kesantunan sudi kiranya/ sudilah kiranya/ sudi apalah kiranya dalam bahasa Melayu Jaring Halus, yaitu “Maudak” yang dapat diartikan sebagai sudikah.

Dengan pemakaian penanda kesantunan itu, sebuah tuturan imperatif yang bermakna perintah itu dapat menjadi lebih halus konotasi maknanya. Selain itu, tuturan imperatif tersebut juga akan dapat berubah makna menjadi imperatif yang bermakna permintaan atau permohonan yang sangat halus. Berikut ini contoh yang dapat dipertimbangkan.

(25) Hang kawan aku ke sane!

60

„Temani aku ke sana!‟

(26) Maudak hang tu bekawan aku ke sane?

„Sudikah kamu menemani saya ke sana?‟

Informasi indeksal:

Dituturkan oleh seseorang kepada temannya. Tuturan bertujuan untuk mengajak temannya ikut bersamanya pergi ke suatu tempat.

Konteks situasi:

Tuturan (26) memiliki kadar kesantunan lebih tinggi daripada tuturan (25), karena pada tuturan (26) menggunakan penanda kesantunan maudak, selain itu tuturan tersebut terdengar lebih halu, sopan, dan bermakna permohonan.

4.2 Wujud Kesantunan Pragmatik Tuturan Imperatif dalam Bahasa Melayu

Dokumen terkait