Sumber: - Mata air - sungai - Air dalam
Transmisi Air Baku - Pipa UNIT PRODUKSI - Pengolahan - gravitasi/pompa - gravitasi - pompa GIP PVC WTP SPL 139 lt/dt 20 lt/dt 40 lt/dt 110 lt/dt 5 s/d 300 m3 4 s/d 10 inch 2 inch 3. a. UNIT DISTRIBUSI Reservoir 190 m3
b. Hidran Umum - Fiber - Beton Kran Umum 100 m3 190 m3 50 unit 68 unit 34 unit Sumber: diolah
4.6.4. Permasalahan Yang Dihadapi.
4.6.4.1. Sasaran Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) Air Minum
Sasaran penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana air minum yang akan dilaksanakan di Kabupaten Bima dengan mengacu pada Rencana Kabupaten Bima yang sudah ditetapkan mengenai penyediaan Air Minum baik dari layanan dan kondisi fisik yang diinginkan, yaitu:
1. Kawasan Miskin dan Rawan Air:
• Kecamatan Ambalawi: Desa Tolowata; Kole; Rite; Talapiti; Nipa; Mawu; Tololai.
• Kecamatan Sape: Desa Buncu; Parangina.
• Kecamatan Belo: Desa Renda; Ngali.
• Kecamatan Palibelo: Desa Ntonggu; Teke.
• Kecamatan Sanggar: Desa Boro; Kore.
• Kecamatan Monta: Desa Tanggabaru;
• Kecamatan Madapangga: Desa Ndano; Madawau; Dena.
• Kecamatan Tambora: Desa Labuhan Kananga, Oi Panihi, Kawinda Nae.
• Kecamatan Langgudu: Desa Soki, Laju, Doro oo
• Kecamatan Soromandi: Desa Punti, Bajo, Sai, Kananta.
• Kecamatan Lambitu: Desa Kaowa, Kaboro, Kuta.
2. Kawasan Ibukota Kabupaten Pemekaran yaitu Kecamatan Woha.
3. Kawasan Ibukota Kecamatan (IKK) yang belum memiliki sistem dan rawan air, yaitu IKK Ambalawi, Lambitu, Lambu, Tambora, Soromandi dan Donggo.
4. Kawasan Perkotaan:
• Kecamatan Tambora: Desa Labuhan Kananga, Oi Panihi.
• Kecamatan Sanggar: Desa Taloko, Boro.
• Kecamatan Langgudu: Desa Karumbu, Rompo, Waworada.
No. Kawasan Uraian Kondisi Yang ada Sasaran Persoalan 1. Pesisir, Pulau kecil, Perikanan, Miskin dan Rawan Air Sulit mendapatkan sumber air, minim sarana air minum.
Tersedia minimal utk air minum.
Air payau, lokasi terpencil, biaya kurang 2. Pemekaran Ibukota Kabupaten Jaringan induk belum mencapai lokasi dan belum tersedia sarana air minum. Jar induk mencapai lokasi. Butuh biaya besar. 3. Ibukota Kecamatan (IKK) yang belum memiliki sistem dan rawan air
Sumber air jauh (biaya mahal), belum memiliki badan pengelola Mencari sumber biaya lain. Membentuk badan pengelola. Butuh biaya besar. 4. Perkotaan dan Perdagangan
Debit air terbatas, jaringan tersier kurang dan tidak layak. Menambah debit, perluasan jaringan dan rehab. Biaya terbatas, banyak jar yang rusak.
5. Sentra Produksi, Agroindustri, Industri Terpadu.
Minim sarana air, sumber air kurang, Pengembangan sarana dan mencari sumber air baru. Kawasan tersebar.
6. Wisata Jauh/tdk ada
sumber air, minim sarana air. Mencari dan membangun sumber air setempat. Kawasan belum dikelola dengan baik. 4.6.5. Rumusan Masalah
Dari uraian permasalahan diatas dapat dikelompokan beberapa rumusan permasalahan, sebagai berikut:
• Tingkat Layanan: rata-rata masih rendah, dibawah 50%. Sehingga
diharapkan layanan pada tahun 2015 dapat mencapai kurang lebih 68,49%.
• Kebutuhan air untuk Kabupaten Bima sampai tahun 2015 kurang lebih sekitar 133.219.599 liter/hari dengan jumlah penduduk sekitar 464.180 jiwa.
mata air misalnya dengan pengeboran sumur dalam, yang mana dalam opersionalnya sangat membebani masyarakat, sehingga sistem sumur bo dalam sulit dipakai kecuali melalui pengelolaan PDAM. Untuk kondisinya pun banyak yang tidak layak dan rusak sehingga mengurangi debit yang ada.
• Transmisi yang sudah terbangun banyak yang sudah tidak layak kondisinya, seperti sering terjadi kebocoran dan lepas sambungan pipa pada saat musim hujan.
• Unit produksi hampir sebagian besar langsung dialirkan melalui pipa tanpa pengolahan terlebih dahulu. Hanya pada SPAM besar seperti dari Dam Pelaparado dan Kanca yang memiliki WTP.
• Unit distribusi belum mencapai seluruh permukiman yang ada dan kondisinya pun sebagian besar sudah rusak dan bocor.
• Unit Pelayanan masih sebagian besar memakai sistem komunal, yaitu hidran umum dan kran umum, dengan kondisi yang sebagian besar bocor dan kurang terawat ada juga yang tidak terisi air walaupun kondisinya masih baik.
Usulan dan Prioritas Program 1. Prioritas
• Dari kapasitas yang terpasang sebesar 199 ltr/dt sedangkan kapasitas produksi sebesar 129,4 ltr/dtk, sehingga masih ada kapasitas sisa yang belum termanfaatkan (idle capasity) sebesar 69,6 ltr/dtk. Untuk mencapai kapasitas produksi terpasang maka perlu adanya perluasan jaringan pipa, sambungan rumah dan hidran umum.
• Optimalisasi dari sarana dan prasarana air bersih yang ada yang sebagian besar mengalami kerusakan dan tidak berfungsi secara maksimal.
• Mengurangi kebocoran teknis akibat usia pipa yang sudah lama dan akibat terjadinya longsor dan banjir. Juga kebocaran yang diakibatkan oleh pengambilan air yang tidak semestinya, misalnya langsung dari jalur induk dan untuk kebutuhan kebun-kebun masyarakat.
• Peningkatan kapasitas yang ada, yang masih belum mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat, sehingga perlu dicarikan sumber air baku yang lainnya untuk menambah debit yang ada.
2. Usulan
• Pengadaan dan pemasangan jaringan pipa induk dan tersier untuk memanfaatkan kapasitas yang masih ada dan mengembangkan jangkauan pelayanan.
• Membangun dan mencari sumber air baku untuk menambah debit yang masih kurang, dengan membuat bangunan penangkap air dan bak-bak penampung lainnya.
• Membuat sistem pengolahan air baku pada daerah-daerah yang memiliki kualitas air baku yang buruk.
• Membentuk sistem kelembagaan dan pembinaan di masyarakat yang belum mempunyai pengelola air minum.
• Melakukan supervisi dan monitoring serta evaluasi terhadap seluruh sistem penyediaan dan pengelolaan air minum.
• Pembebasan lahan untuk tempat unit produksi dan sumber air baku untuk dilakukan perlindungan terhadap mata air agar tidak mengalami penurunan debit.
• Melakukan sosialisasi dan pembinaan sebelum pelaksanaan pekerjaan jaringan air minum.
• Melakukan studi seperti: corporate plan, bussiness plan, dan rencana
penanggulangan kebocoran.
Tabel Usulan Prioritas dan Program Pengelolaan Air Minum Tabel Usulan Pembiayaan Program Pengelolaan Air Minum