• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unit Penangkapan pole and line (huhate) a. Kapal Ikan

Spesifikasi umum kapal pole and line yang beroperasi di Kota Ternate dirincikan pada tabel 7. Konstruksi dan tata letak kapal pole and line adalah terdiri atas bagian haluan yang terdapat tempat duduk untuk para pemancing yang disebut flying deck dan plat form. Flying deck adalah dek yang menjorok keluar dari bagian haluan kapal dan plat form adalah berupa sayap yang menonjol dari dek kesisi-sisi kapal. Pada bagian ini juga terdapat pila-pila yaitu penyangga yang berfungsi sebagai pijakan atau tumpuan para pemancing. Water spayer atau penyemprot air terdapat pada bagian depan dan samping pada pila-pila kapal berperan sangat penting saat pemancingan yaitu untuk mengaburkan penglihatan ikan terhadap mata pancing ataupun pemancing. Pada bagian haluan juga terdapat tempat penyimpanan alat tangkap dan jaring yang akan digunakan untuk penangkapan umpan. Berikut ini tabel mengenai spesifik kapal pole and line di Kota Ternate.

Tabel 7 Spesifikasi kapal pole and line di Kota Ternate

Spesifikasi Keterangan

Tipe Kapal F.R.P. 15 GT

Bahan utama Fibre glass Reinforced Plastic

Panjang 12,7 meter

Lebar 2,7 meter

Dalam 1,2 meter

Isi kotor 6,69 GRT

Isi bersih 4,02 GRT

Mesin penggerak Yanmar 6 CHE, 105 PK

Kecepatan maksimum 14 knot

Daya jelajah 60 jam

Isi tangki 1.100 liter

Pemakaian bahan bakar 16,2 liter/ jam

Kapasitas palkah 4 – 5 ton

Sumber : Hasil wawancara dengan nelayan, 2010

Pada bagian tengah kapal terdapat dua buah bak umpan sebagai tempat penampungan umpan hidup, empat buah palkah sebagai tempat penampungan dan penyimpanan hasil tangkapan dan sebuah palkah gudang yang tidak difungsikan

sehingga digunakan sebagai palkah penampung hasil tangkapan. Pada bagian anjungan terdapat ruang ABK dan ruang kemudi yang didalamnya terdapat beberapa alat navigasi dan komunikasi yang sederhana seperti kompas, peta, teropong dan sebuah radio komunikasi. Pada bagian bawah terdapat ruang mesin dan bagian buritan terdapat ruang dapur dan sedikit ruang yang selalu digunakan ABK kapal untuk belajar memancing bagi pemancing pemula.

b. Alat Tangkap

Konstruksi alat tangkap pole and line terdiri atas joran (pole), tali (line) dan mata pancing (hook). Joran yang digunakan nelayan terbuat dari bambu dengan tingkat kelenturan yang cukup tinggi. Panjang joran dan tali yang digunakan nelayan bervariasi antara 2 - 4 m dan 1,5 – 3 meter sesuai dengan keinginan pemancing untuk mempermudah pemancingan dan disesuaikan dengan besarnya kapal. Pada umumnya panjang pole and line yang berkisar 3,5 – 5 meter digunakan oleh pemancing bagian haluan dan panjang pole and line yang berkisar 6 – 7 meter digunakan oleh pemancing bagian samping atau buritan.

Umumnya tali pemancing yang digunakan nelayan perikanan cakalang di Ternate terdiri atas tiga bagian yaitu tali kepala (head line), tali utama (main line) dan tali pengikat (string line). Panjang tali kepala berkisar 0,3 – 0,5 meter dari bahan kuralon yang ujung satunya diikatkan pada joran dan ujung satunya lagi diikatkan pada tali utama. Tali utama yang panjangnya bervariasi antara 1 – 3 meter terbuat dai bahan polyethylen (PE), salah satu ujungnya diikatkan pada ujung tali kepala secara tetap dan salah satu ujungnya diikatkan pada tali pengikat dengan simpul yang dapat dilepas. Hal tersebut dimaksud untuk dapat dilepaskan setelah selesai melakukan pemancingan dan akan dipasang lagi apabila akan memulai pemancingan.

Panjang tali pengikat berkisar 0,3 – 0,4 meter terbuat dari bahan nylon monofilament diikatkan pada ujung simpul tali utama dan mata pancing yang diberi lobang. Mata pancing yang digunakan tidak berkait balik dan terbuat dari baja dengan maksud agar ikan yang tertangkap akan lebih mudah terlepas dari mata pancing jika disentak dan mata pancing tidak mudah berkarat. Pada mata pancing dipasangkan bulu ayam atau tali rafia yang berwarna-warni dengan maksud agar mengelabui penglihatan ikan terhadap mata pancing sehingga ikan akan menganggap sebagai umpan.

26

c. Nelayan

Anak buah kapal (ABK) kapal pole and line merupakan tenaga kerja yang harus trampil, ulet dan mempunyai fisik yang kuat. Jumlah ABK kapal berkisar antara 9 – 13 orang dengan masing-masing tugas dan tanggung jawabnya sebagai berikut:

1. Nahkoda (Skipper) : Bertanggung jawab terhadap keselamatan pelayaran, ABK dan keberhasilan usaha penangkapan

2. Wakil Nahkoda (Mualim) : Membantu nahkoda dalam pelayaran

3. KKM (Chief enginer) : Bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan di dalam kamar mesin dan mengawasi masinis dan olimen dalam pekerjaannya

4. Masinis (Ass. Enginer) : Membantu KKM

5. Olimen (oiler) : Membantu KKM dan masinis dalam mengawasi mesin agar kapal dapat berjalan dengan baik dan lancar

6. Juru mudi : Membantu nahkoda dan mualim dalam mengawasi kemudi selama pelayaran

7. Boy-boy : Menjaga dan merawat umpan agar tetap dalam kondisi baik serta menaburkan umpan pada saat kegiatan penangkapan

8. juru masak (Cook) : Bertanggung jawab terhadap makan dan minum para ABK kapal selama pelayaran

9. Pemancing : Memancing ikan, menangani hasil tangkapan selama diatas kapal dan mempersiapkan sarana produksi pada saat akan melakukan operasi penangkapan d. Kegiatan operasi penangkapan pole and line

Faktor yang sangat berperan penting dalam kegiatan operasi penangkapan cakalang dengan pole and line adalah ketersediaan umpan hidup. Awal kegiatan operasi penangkapan dimulai dari persiapan ABK untuk menyediakan perlengkapan kapal, alat dan sarana produksi lainnya serta perbekalan (konsumsi) pada pukul 18.00 – 19.00 WIT. Setelah itu kapal menuju lokasi penangkapan atau pengambilan umpan pada pukul 20.00 WIT. Umpan yang tersedia harus memadai dan mencukupi untuk penangkapan satu hari (one day fishing). Setelah umpan tersedia, kapal menuju daerah penangkapan

(rumpon) pada pukul 04.00 – 05.00 WIT. Kapal tiba di lokasi rumpon pada pukul 06.00 WIT saat menjelang fajar. Saat itu nafsu makan ikan cakalang sangat baik sehingga operasi penangkapan selalu diusahakan pada waktu yang sama. Ketika di lokasi rumpon semua ABK telah siap pada tempatnya dan mengamati schooling ikan. Para pemancing dengan pole and line telah duduk di haluan kapal (flying deck dan plat form). Boy-boy telah siap untuk menebarkan umpan. Nahkodapun mendekati gerombolan ikan dengan menjalankan kapal secara perlahan dengan memperhatikan arah renang ikan dan arah angin. Kapal mendekati schooling ikan dari arah lambung dimana terdapat boy-boy. Umpan ditebarkan dan ikan cakalang mulai mengejar dan mendekati umpan yang berenang berbalik menuju kapal. Kapal diusahakan memotong arah renang ikan hingga berada di bagian depan ikan agar ikan dapat melihat umpan yang ditebarkan dan mendekati kapal. Bersamaan dengan itu water sprayer dijalankan untuk mengaburkan pandangan ikan terhadap mata pancing maupun pemancing.

Proses penangkapan dimulai setelah ikan cakalang telah banyak bergerombol mendekati kapal. Para pemancing dengan cekatan dan cepat melakukan pemancingan dengan sistem banting. Sistem ini biasanya dipakai jika pemancingnya telah berpengalaman. Ikan hasil tangkapan disentak hingga terpelanting jatuh pada bagian dek kapal. Diusahakan agar ikan tidak kembali jatuh kedalam air karena dengan jatuhnya ikan yang telah ditangkap akan menyebabkan gerombolan ikan lainnya akan segera menjauh dan meninggalkan kapal ataupun berenang kearah yang lebih dalam. Selain itu ada beberapa pemancing yang melakukan pemancingan pada bagian buritan kapal dengan sistem dijepit. Biasanya sistem ini diberlakukan bagi pemancing pemula.

Setelah 30 menit sampai 1 jam pemancingan dilakukan, schooling cakalang semakin sedikit bahkan menjauh meninggalkan kapal. Nahkoda kembali menjalankan kapalnya menuju rumpon berikutnya untuk melakukan penangkapan selanjutnya. Para ABK kapal lainnya mulai menyortir dan membersihkan ikan hasil tangkapan dan menyusunnya ke dalam palkah. Perjalanan menuju rumpon berikutnya membutuhkan waktu satu sampai dua jam. Umumnya penangkapan dilakukan hingga sore hari pada pukul 16.00 WIT sampai pukul 17.00 WIT. Kapal kembali ke fishing base dan tiba pada pukul 19.00 WIT. Hasil tangkapan dibongkar dan ABK kembali mempersiapkan diri untuk melakukan operasi penangkapan selanjutnya.

28

2. Unit Penangkapan purse seine (pajeko)